Anda di halaman 1dari 14

Penatalaksanaan Diet

pada Pasien Penyakit HIV


“B 20, Abdominal Pain Suspect TB Ulcer, Massa Paru”

BAGIAN 1. ASSESMEN

A. ANAMNESIS
Identitas Pasien
a. Nama : AS
b. Umur : 27 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Swasta
e. Pendidikan : SMA
f. Agama : Islam
g. Nomor RM : 1344489
h. Ruang : Bougenville R 10
i. Tanggal Masuk : 4 April 2018
j. Tanggal Kasus : 8-12 April 2018
k. Alamat : Imogiri
l. Diagnosis medis : B 20, abdominal pain suspect TB ulcer, massa paru

B. DATA SUBYEKTIF
1. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Perut terasa nyeri, badan lemas, diare.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1 BSMRS os mulai merasa badan lemas dan tidak enak, demam hilang timbul, dan berat
badan turun, os periksa ke RS Panti Rapih dan mondok 5 hari, mual, makan/minum menurun.
Kemudian cek B20 dengan hasil reaktif, os pulang dan rawat jalan di RS Panti Rapih.1
MSMRS os mulai terapi ARV (Duviral dan Neviral) pada tanggal 28 Maret 2018. HMRS os
mengeluh nyeri perut terus menerus, keringat malam, periksa di RS Panti Rapih kemudian
dirujuk ke RS Sardjito untuk penanganan lebih lanjut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat IVDU 2 tahun yang lalu sudah berhenti, sex premarital, berganti-ganti pasangan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada

2. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi


Data sosio ekonomi Pasien berasal dari suku Jawa.
Pasien tinggal di tempat kost
Penghasilan  1.500.000,-
Aktifitas fisik Bekerja dari jam 08.00 sampai 16.30
Tidur 7-8 jam sehari
Tidak pernah olah raga
Alergi makanan -
Obat/suplemen -
Masalah gastro- Pasien merasakan mual sejak sakit, rasa mual timbul hilang tidak
intestinal menentu.
Pasien diare sejak 2 hari yang lalu (konsistensi cair frekuensi 2-3 kali
sehari)
Pasien mengalami penurunan nafsu makan
Tidak ada muntah dan tidak ada nyeri ulu hati
Kesehatan mulut Kesehatan mulut pasien baik, tidak ada stomatitis, tidak ada gangguan
menelan dan gigi masih lengkap

1
Perubahan berat Biasanya berat badan pasien 65 kg saat tidak sakit. Saat sakit ini
badan beratnya terasa berkurang. Terakhir menimbang saat masuk rumah sakit
dengan berat 58 kg.

Mempersiapkan Pasien makan makanan dengan membelinya di warung makan ataupun


makanan restoran.

Jika ada makanan sisa disimpan di meja.


Riwayat / pola Sebelum sakit pasien memiliki kebiasaan makan utama 3-4 kali sehari.
makan Dalam sehari sering makan camilan sebanyak 1-3 kali. Berikut adalah
kebiasaan makan pasien:

Makanan pokok : nasi dan mie. Frekuensi 3-4 kali sehari @ 1 ½ - 2


centong sedang.
Lauk hewani : ikan, ayam, telur. Diolah dengan goreng, bakar, bumbu
rendang, dan bacem. Frekuensi 2-3 kali sehari @ 1 potong/butir.
Lauk nabati : tempe dan tahu. Diolah dengan dioseng, digoreng dan
dibacem. Frekuensi 1-2 kali sehari @ 1-2 potong.
Sayur : kankung, wortel, daun singkong. Diolah dengan lalap, bening, sop
dan santan. Frekuensi 2-3 kali sehari @ 3 sendok sayur.
Minuman : air putih dan susu. Frekuensi air putih 5 gelas sehari, susu 2
gelas sehari.
Buah : melon, jeruk, semangka. Frekuensi 1-3 kali seminggu @ 1 buah.
Snack : gorengan, roti, camilan. Frekuensi 1-3 kali sehari @ 1- 2 potong/1
bungkus kecil untuk camilan.
Selama sakit nafsu makan pasien menurun menjadi setengah dari porsi
biasanya. Penurunan konsumsi terutama pada lauk hewani. Pasien
merasa semakin mual jika mencium bau lauk hewani yang amis.

Kesimpulan :
Pasien pria usia 27 tahun dengan diagnosis medis B20, abdominal pain suspect TB ulcer,
massa paru. Keluhan utama yaitu perut terasa nyeri, badan lemas, diare. Pasien memiliki
riwayat penyakit IVDU 2 tahun yang lalu sudah berhenti, sex premarital, berganti-ganti
pasangan dan tidak ada riwayat penyakit yang sama di keluarga. Pasien tinggal di kos
sendirian, penghasilan didapat dari hasil berkerja. Pola makan pasien sudah baik Sebelum sakit
pasien memiliki kebiasaan makan utama 3-4 kali sehari. Dalam sehari sering makan camilan
sebanyak 1-3 kali. Pasien merasa semakin mual jika mencium bau lauk hewani yang amis.
Pasien biasa makan nasi dan mie 3-4 kali sehari dengan lauk ayam, telur, ikan , tahu dan
tempe secara bergantian. Pasien mengonsumsi kangkung, wortel, daun singkong 2-3 kali
sehari dan kurang mengonsumsi buah. Pasien mengalami penurunan berat badan dari 65 kg
saat tidak sakit menjadi 58 kg saat sakit . Selain mual, pasien memiliki masalah gastrointestinal
berupa diare sejak 2 hari yang lalu (konsistensi cair frekuensi 2-3 kali sehari). Selama sakit
nafsu makan pasien menurun menjadi setengah dari porsi biasanya. Penurunan konsumsi
terutama pada lauk hewani. Pasien merasa semakin mual jika mencium bau lauk hewani yang
amis.

Pembahasan :
Menurut Marx, yang dimaksud dengan Acquired Immunodeficiency Syndrome atau
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau
sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah perut terasa nyeri, badan lemas, diare. Hal
ini sesuai dengan (Jurnal Kesehatan Reproduksi 2011) biasanya penderita AIDS memiliki
gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan
kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Masalah gastrointestinal
pada pasien adalah mual sejak sakit, rasa mual timbul hilang tidak menentu, pasien diare sejak

2
2 hari yang lalu (konsistensi cair frekuensi 2-3 kali sehari), pasien mengalami penurunan nafsu
makan.
Menurut Felix (2013), gejala yang dirasakan adalah respon normal tubuh terhadap
masuknya infeksi ke dalam tubuh. Gejala yang timbulantara lain : demam, mengiigil,
kemerahan pada kulit, keringat malam hari, nyeri-nyeri pada otot dan sendi, sakit tenggorokan,
pembesaran kelenjar limfa, sariawan dan sebagainya. Pada pasien ini, juga terjadi penurunan
berat badan biasanya berat badan pasien 65 kg saat tidak sakit. Saat sakit ini beratnya terasa
berkurang. Terakhir menimbang saat masuk rumah sakit dengan berat 58 kg.
Pada riwayat penyakit sekarang, pasien 1 BSMRS mulai merasa badan lemas dan tidak
enak, demam hilang timbul, dan berat badan turun, pasien periksa ke RS Panti Rapih dan
mondok 5 hari, mual, makan/minum menurun. Kemudian cek B20 dengan hasil reaktif, os
pulang dan rawat jalan di RS Panti Rapih.1 MSMRS os mulai terapi ARV (Duviral dan Neviral)
pada tanggal 28 Maret 2018. HMRS os mengeluh nyeri perut terus menerus, keringat malam,
periksa di RS Panti Rapih kemudian dirujuk ke RS Sardjito untuk penanganan lebih lanjut.
Pengobatan yang dijalani pasien selama ini tidak ada.
Aktivitas pasien tergolong ringan karena hanya pekerja swasta dan tidak pernah
olahraga. Ditinjau dari segi kualitatif, pola makan pasien sudah baik. Namun, selama sakit
nafsu makan pasien menurun menjadi setengah dari porsi biasanya. Penurunan konsumsi
terutama pada lauk hewani. Pasien merasa semakin mual jika mencium bau lauk hewani yang
amis. Meskipun tidak ada kesulitan mengunyah dan menelan, tetapi dengan adanya mual,
diare, dan penurunan nafsu makan dapat mengganggu penerimaan makanan. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka sebaiknya pasien diberi makan dengan porsi kecil dan sering.
Selain itu, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Apabila kemampuan
makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan
pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

C. DATA OBYEKTIF
1. Antropometri

BB 56 kg
TB 185 cm

Kesimpulan :
IMT = BB/(TB)2 = 56/(1,85)2 = 56/3,4225 = 16,36 (underweight tingkat berat)

2. Biokimia
Pemeriksaan Nilai normal 04/04/08 keterangan 08/04/08 keterangan
(awal di RS) (awal
kasus)
Hb 12 – 16 g/dL 10,9 Rendah - Tidak tahu
AL 4,0 – 11,0 x 103 Ul 7,3 Normal - Tdak tahu
AT 150- 400 x 103 mm3 628 Tinggi - Tidak tahu
AE 4,4 – 5,5 juta / mm3 4,16 Rendah - Tidak tahu
Hmt 38,8-50 % 33,1 Rendah - Tidak tahu
MCV 79 - 99 fl 79,5 Normal - Tidak tahu
MCH 27-31 pg 26,3 Rendah - Tidak tahu
GOT 15 – 46 U/L 97,8 Tinggi - Tidak tahu
GPT 11 – 66 U/L 83,7 Tinggi - Tidak tahu
TP 6,4 – 8,3 g/dL 6,7 Normal 5,93 Rendah
Alb 3,5 – 5 g/dL 2,93 Rendah 2.51 Rendah
Na 137-145 mmol/L 122,6 Rendah 137,5 Normal
K 3,1 – 5,1 mmol/L 4,08 Normal 4,30 Normal
Cl 98 – 107 mmol/L 86,9 Rendah 101,3 Normal
Total bilirubin 0,3 – 1,0 mg/dL 0,56 Normal - Tidak tahu
Unconj. Bilirubin 0,3 – 0,6 mg/dL 0,18 Rendah - Tidak tahu
Direct bilirubin 0 – 0,4 mg/dL 0,381 Normal - Tidak tahu
BT 1 - 6 menit - Tidak tahu 2” Normal
CT 2 – 6 menit - Tidak tahu 6” Normal

3
Kesimpulan :

Pada pemeriksaan laboratorium Tn. AS 27 tahun di dapatkan hasil nilai Hb, AE,
Hematocrit yang rendah mengindikasikan pasien mengalami anemia. Sedangkan nilai AL dalam
batas normal, dan AT memiliki kadar yang tinggi. Nilai MCV pasien normal mengindikasikan
tidak terjadinya gangguan yang terkait dengan volume sel darah merah dan nilai MCH rendah
mengindikasikan anemia. GOT dan GPT yang tinggi mengindikasikan terjadinya kelainan pada
enzim di hati. Nilai TP pada pasien AS dalam batas normal pada awal masuk dan berubah
menjadi rendah pada awal kasus,nilai albuminnya rendah.

Pemeriksaan kadar Na dan Cl pasien AS rendah, mengindikasiakan pasien mengalami


hyponatremia dan berubah menjadi normal pada awal kasus, sedangkan kadar kalium nya
normal dari awal masuk sampai awal kasus. Total bilirubin dan direct bilirubin pasien normal.
Sedangkan unconj bilirubin pasien rendah. Selain itu kadar BT dan CT pasien dalam normal.

3. Fisik Klinis

a. Kesan umum : sedang, compos metis


b. Vital sign :

Pemeriksaan Satuan/Nilai Normal Awal Masuk RS Awal Kasus Interpretasi


Tekanan darah 120/80 mmHg 100/60 90/50 Hipotensi
Nadi 80 – 100 x/menit 72 80 Normal
Pernafasan 20 – 24 x/menit 20 20 Normal
0 0
Suhu 36,5 C - 37 C 36 36,5 Normal

c. Pemeriksaan fisik :

Pemeriksaan Satuan/Nilai Normal Awal Masuk RS Awal Kasus Interpretasi


Abdomen, Tidak edema Normal, Tidak Normal Normal
ekstremitas ada edema
Kepala CA +/+, SI +/+ CA +/+, SI -/- CA-/-, SI-/- Tidak normal
Leher Vena jugularis tidak JVP ≠ ↑ JVP ≠↑ Normal
terlihat dan tidak
mengalami
peningkatan
H/L Tidak terjadi Tidak teraba Tidak diketahui Normal
pembengkakan
c/p Tidak mengalami normal Normal Normal
kelainan neurologi
(motorik)

Kesimpulan :
Pada kasus tersebut Tn. AS 27 tahun yang terdiagnosis HIV saat dilakukan vital sign
didapatkan hasil bahwa kondisi pasien dalam keadaan normal, kesadarannya penuh. tekanan
darah mengalami hipotensi namun untuk nadi, pernapasan, dan suhu dalam nilai normal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa abdomen, ekstremitas, leher, H/L, c/p dalam nilai
normal, sedangkan pemeriksaan kepala didapatkan hasil tidak normal yang dibuktikan dengan
hasil CA dari normal menjadi tidak normal dan hasil SI tetap tidak normal.

4. Dietary
Hasil Recall 24 jam diet : Rumah sakit
Tanggal : 8 April 2018
Diet RS : Diet Lunak TKTP

4
Asupan Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Oral 449.80 17.09 17.52 61.09

Infuse NaCl 16 tpm - - - -

Kebutuhan 2412 76,5 67 375,75


% Asupan/Kebutuhan 18,64% 22,33% 26,14% 16,25%

- Kebutuhan energi
BB ideal = 90% x (TB – 100)
= 90% (185 – 100)
= 90% (85) = 76,5 kg

BEE = 66 + (13,7 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)


= 66 + (13,7 x 76,5) + (1,7 x 185) – (4,7 x 27)
= 66 + (1048,05) + (925) – (183,6)
= 1855,45

TEE = BEE x FA
= 1855,45 x 1,3 (ringan)
= 2412,085 ≈ 2412 kkal

- Kebutuhan Protein = 1 g/kgBB/hari


= 1 x 76,5
= 76,5 gram ≈ 306 kkal

- Kebutuhan Lemak = 25% energi


= 25% x 2412 kkal
= 603 kkal ≈ 67 gram

- Kebutuhan Karbohidrat = TEE – energi protein – energi lemak


= 2412 – 306 – 603 kkal
= 1503 kkal ≈ 375,75 gram

Kesimpulan :
Pada kondisi fisiologis normal, TEE terdiri dari BEE dan faktor aktivitas. BEE dihitung
menggunakan rumus Harris Benedict sedangkan faktor aktivitas diambil 1,3 yaitu ringan.
Berdasarkan asupan oral persentase pemenuhan energi tergolong kurang karena 80 – 99%
kebutuhan, asupan protein, lemak dan karbohidrat tergolong buruk karena < 60% kebutuhan
(Supariasa, 2002).

5. Pemeriksaan Penunjang
USG tanggal 8 April 2018

Kesimpulan : multiple limphadenophaty paraaorta

Pemeriksaan Imunologi tanggal 7 April 2018

Kesimpulan : Hbs Ag negatif, anti HCV negatif

Pemeriksaan Imuno-serologi tanggal 17 Maret 2008

Hasil : Anti HIV reaktif (metode ICT)

Pemeriksaan tanggal 17 Maret 2008

Hasil : CD4 84 cell/UI (normal 450-1500 cell/UI)

Kesimpulan

Pada tanggal 8 april 2018 melakukan USG di dapat hasil nya yaitu multiple
limphadenophaty paraaorta. Selanjutnya tanggal 7 april 2018 pemeriksaan imunologi hasilnya

5
Hbs Ag negatif, anti HCV negatif. Pada tanggal 28 maret 2018 pemeriksaan imuno-serologi Anti
HIV reaktif (metode ICT). Terakhir pemeriksaan pada tanggal 17 maret 2008 di dapat hasilnya
CD4 84 cell/UI (normal 450-1500 cell/UI).

A. IMPLEMENTASI
1. Rekomendasi Diet

Waktu
Rekomendasi Diet Bahan Makanan Jumlah
Makan
Makan Pagi Nasi Beras 50 g
Telur dadar Telur ayam 50 g
Setup buncis + wortel Buncis 25 g
Susu Wortel 25 g
Minyak 5g
Gula pasir 10 g
Susu sapi 200 g
Snack Bubur Kacang Hijau Kacang hijau 25 g
siang Gula pasir 20 g
Makan Nasi Beras 150 g
siang Ikan goreng Ikan 50 g
Telur bumbu rujak Telur ayam 50 g
Sambal goreng tahu Tahu 50 g
Sayur asem Sayuran 75 g
Pepaya Minyak 10 g
Buah pepaya 75 g
Selingan Sirup Gula pasir 10 g
sore
Makan Nasi Beras 150 g
malam Empal daging Daging 50 g
Oseng-oseng tempe Tempe 50 g
Sup sayuran Sayuran 75 g
Pisang Minyak 10 g
Buah pisang 75 g

6
BAGIAN 2.DIAGNOSIS GIZI

 N.C.3.1 : Berat badan kurang berkaitan dengan kurangnya asupan energi ditandai
dengan IMT = 16,37 ( IMT normalnya 18,5-25 )
 N.C.2.2 : Kadar Hemoglobin yang rendah dalam tubuh jumlahnya 10,9 mmHg
( normalnya kadar HB = 13-16 mmHg )
 N.C.3.2 : Penurunan berat badan yang tidak diharapkan

7
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

B. PLANNING
1. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
Terapi Diet : Diet Aids III
Bentuk makanan : Lunak
Cara pemberian : Oral

2. Tujuan Diet
a. Memberikan energy dan zat gizi guna mengatasi dehidrasi dan kekurangan zat gizi mikro,
vitamin, mineral dan elektrolit
b. Menaikkan berat badan secara bertahap hingga mencapai berat badan normal
c. Memberikan intervensi tepat /dukungan gizi sesuai kondisi pasien
d. Mendorong prilaku sehat dalam diet, OlahRaga, relaksasi
e. Memberi kebebasan pxasien memilih makanan adekuat sesuai kemampuan
3. Prinsip diet
a. Pemberian makanan secara teratur selama 24 jam
b. Pemberian makanan dimulai dari bentuk lunak sehingga mudah diserap
c. Makanan diberikan dengan porsi kecil dan sering
d. Pemantauan dan evaluasi untuk mencegah kelebihan pemberian cairan dan makanan

4. Syarat diet

a. Energi tinggi
b. Protein tinggi 1,1-1,5 g/kgBB/hr à sesuaikan bila ada kelainan ginjal & hati
c. Lemak cukup 10-25% total energi
d. Bila ada malabsorbsi lemak àberi MCT
e. Vitamin & mineral tinggi (150% AKG): vit.A, B12, C, E, folat, Ca, Mg, Se, Zn
f. Hindari suplemen megadosis karena menekan kekebalan
g. Serat cukup à serat mudah cerna
h. Cairan cukup à sesuai kondisi:
i. Cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid), dan cair (thin fluid)
j. Elektrolit : Na, K, Ca (banyak hilang saat diare)
k. Porsi kecil, sering

5. Perhitungan Kebutuhan Energi, Zat Gizi, dan Cairan


a. Kebutuhan Energi
BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 76,5) + (5 x 185) – (6,8 x 27)
= 66 + 1.048,05 + 925 – 183,6
= 1.855,45 kkal.
TEE = BEE x FA
= 1.855,45 x 1,3
= 2.412,09 ≈ 2.412 kkal

b. Kebutuhan Protein = 1,5 g/kgBB/hari


= 1,5 g x 76,5
= 114,75 gram ≈ 459 kkal

c. Kebutuhan Lemak = 25% energi


= 25% x 2.412 kkal
= 603 kkal ≈ 67 gram

d. Kebutuhan Karbohidrat = TEE – energi protein – energi lemak


= 2.412 – 459 – 603 kkal
= 1350 kkal ≈ 337,5 gram
Pembahasan Preskripsi Diet

8
Pasien mengalami B 20, abdominal pain suspect TB ulcer, massa paru. Perhitungan
energi terdiri dari BEE dan faktor aktivitas.BEE dihitung menggunakan rumus Harris Benedict,
faktor aktivitas diambil 1,3 yaitu sedang. Selain diberikan diet secara oral, pasien ini juga
diberikan terapi medis berupa ARV (duviral dan neviral),sistenol,dan cotrimoxolel,(nursalam &
ninuk,2007) protein sebanyak 74,25 gram, karbohidrat sebanyak 328,88 gram,dan lemak
sebesar 59,72 gram.
Kebutuhan protein yaitu sebanyak 1,5 g/kgBB/hari untuk B 20, abdominal pain suspect
TB ulcer, massa paru. Protein kasein mengandung lebih rendah AAA (asam amino aromatik)
dan lebih tinggi AARC (asam amino rantai cabang) dibanding protein daging. Protein nabati
mengandung rendah metionin dan asam amino amoniogenik serta tinggi serat yang penting
dalam mengekskresikan pengeluaran amoniak lewat feses yang jika terakumulasi akan
menyebabkan koma hepatik (Hasse dan Matarese, 2008). Kebutuhan karbohidrat adalah sisa
dari kebutuhan energi total (Almatsier, 2005).
Untuk mengatasi B 20,abdominal pain suspect TB ucler,massa paru. diberikan diet aids
III karena diet ETPT II tidak sesuai dengan keadaan pasien. Menurut Jafar (2004), diet aids III
diberikan kepada pasien B 20 karena tipe diet ini menganjurkan untuk meningkatkan kebutuhan
energi yang dihitung berdsarkan ada atu tidaknya gejala,seperti demam,penurunan berat
badan,dan wasting. Untuk mengtasi masalah pada pasien B 20, makanan tinggi
kalori/protein,kaya vitamin dan mineral,serta cukup air. Bertujuan untuk menekan pertumbuhan
virus yang menginveksi CD4 (lasmadiwati,dkk,2005).
6. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target


Antropometri Berat badan Tiap hari Berat badan naik
Biokimia Hb,AT,AE,Hmt,MCH,GO Setiap ada Normal
T,DPT,TP,Alb,Unconi pemeriksaan
Bilirubin.
Fisik Klinis Vital sign Menyesuaikan Normal
dengan dokter
Keluhan (anoreksia, Menyesuaikan Berkurang
mual,diare) dengan dokter
Dietary Asupan energi, protein, Harian Minimal 80 % kebutuhan
karbohidrat, lemak
Penerimaan makanan Harian Baik

7. Rencana Konsultasi Gizi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan


Peningkatan Memberi pengetahuan - Sekilas info tentang Dilakukan di
kebutuhan kepada pasien dan keluarga pentingnya mengkonsumsi ruang konsultasi
energi,protein,vi pasien mengenai pentingnya energi,protein,vitamin,mine gizi. Konseling
tamin,dan mengkonsumsienergi, ral sesuai kebutuhan disampaikan
mineral protein,vitamin,mineral - Bahan makanan yang kepada pasien
sesuai kebutuhan mengandung tinggi dan keluarga
energi,protein,vitamin,mine secara langsung.
ral.
Perubahan nilai Memberi pengetahuan - Jenis makanan yang
laboratorium kepada pasien dan anak dianjurkan dan yang tidak
pasien mengenai kondisi dianjurkan untuk pasien
tubuh dan jenis diet pasien - Macam bahan makanan
yang bersifat meningkatkan
selera.

C. IMPLEMENTASI
1. Rekomendasi Diet

9
Waktu
Rekomendasi Diet Bahan Makanan Jumlah
Makan
Makan Salad lengkap kentang 60 g
Pagi Susu sapi telur ayam 40 g
selada 20 g
Wortel 10 g
Brokoli 10 g
tomat 10 g
Margarin 10 g
Jagung manis 10 g
Kapri muda 10 g
Mayonnaise 20 g
Susu sapi 100 g
Snack Pisang ambon Pisang ambon 60 g
siang Butter cake Margarin 10 g
Jus jeruk Gula pasir 20 g
Tepung terigu 40 g
Putih telur 15 g
Jeruk 30 g
Gula pasir 10 g
Makan Nasi Nasi putih 100 g
siang Cream soup ayam kentang 20 g
tahu tempe Jamur putih 30 g
Tahu 30 g
Tempe 30 g
Wortel 20 g
Daun bawang 10 g
Santan 100 g
Daging ayam 60 g
margarin 10 g
Selingan Pancake Tepung terigu 50 g
sore Jus mangga Keju 40 g
Telur ayam 40 g
Mangga 40 g
Gula pasir 20g
Makan Nasi Nasi putih 100 g
malam Sarden Ikan sarden 60 g
Minyak kelapa sawit 5g
Brokoli 20 g
Wortel 20 g
margarin 10 g

2. Kajian Rekomendasi Diet


Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Rekomendasi diet 2.412 114,75 67 337,5
Kebutuhan (planning) 2.653 132 66,3 371,25
% rekomendasi/kebutuhan 110 % 115 % 99 % 110 %

Pembahasan Diet :
Berdasarkan perhitungan pada perencanaan menu, persentase pemenuhan
asupan energi adalah 110%, protein 115%, lemak 99%, karbohidrat 110%. Menurut

10
Supariasa (2002), persentase pemenuhan asupan lemak termasuk dalam kriteria
sedang karena berada pada range 80 – 99 %, sedangkan persentase pemenuhan
asupan energi, protein, dan karbohidrat termasuk dalam kriteria baik karena ≥100%.
Namun, persentase asupan protein yaitu 115 % termasuk berlebih.

11
BAGIAN 4. KAJIAN PUSTAKA

Definisi

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang


sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian berdampak pada penurunan sistem
kekebalan tubuh sehingga menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS. HIV
menyerang sel-sel darah putih yang dimana sel-sel darah putih itu merupakan bagian
dari sitem kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit.
Manusia yang terinfeksi HIV akan berpotensi sebagai pembawa (carrier) dan penularan
virus tersebut selama hidupnya. AIDS (Aqquired Immune Deficiency syndrom)
kumpulan gejala penyakit spesifik yang disebabkan oleh rusaknya system kekebalan
tubuh oleh virus HIV (Komisi penangulangan AIDS Provinsi Maluku, 2015).

Cara Penularan HIV

- Penularan Seksual, Secara umum dapat dikatakan, hubungan seksual adalah cara
penularan HIV/AIDS yang paling sering terjadi. Virus dapat ditularkan dari seseorang
yang terinfeksi kepada pasangan seksualnya, baik itu sesama jenis (Homoseks)
kelamin atau sebaliknya berbeda jenis kelamin (Heteroseks), atau ada yang
mendonorkan semennya kepada orang lain. Hubungan seksual tersebut adalah
hubungan seksual dengan penetrasi penis-vagina, penis-anus atau kontak mulut.

- Penularan Parental, Penularan ini terjadi melalui transfusi dengan darah yang terinfeksi
HIV atau produk darah atau penggunaan jarum yang terkontaminasi dengan HIV atau
peralatan lain yang melukai kulit.

- Penularan Perinatal, Penularan dari seorang wanita kepada janin yang dikandungnya
atau bayinya.Penularan ini dapat terjadi sebelum, selama, atau beberapa saat setelah
bayi dilahirkan. Gejala tahap Resiko penularan HIV dalam rahim si ibu atau selama
proses kelahiran sebesar 20-40%.

Gejala klinis

- infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa minggu,
yang meliputi:
 Demam hingga menggigil.  Pembengkakan kelenjar getah
 Muncul ruam di kulit. bening.
 Muntah.  Sakit kepala.
 Nyeri pada sendi dan otot.  Sakit perut.
 Sakit tenggorokan dan sariawan.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten
dapat berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV
semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak
merasakan gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya
mengalami sejumlah gejala, seperti:
 Berat badan turun.  Diare.
 Berkeringat di malam hari.  Mual dan muntah.
 Demam.  Herpes zoster.

12
 Pembengkakan kelenjar getah  Tubuh terasa lemah.
bening.
 Sakit kepala.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin
berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS.
Ketika penderita memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah,
sehingga membuat penderita lebih mudah terserang infeksi lain.

13
BAGIAN 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan IMT, pasien mengalami underweight tingkat berat

2. Pada pemeriksaan laboratorium Tn. AS 27 tahun di dapatkan hasil nilai Hb, AE, Hematocrit
yang rendah mengindikasikan pasien mengalami anemia.

3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa abdomen, ekstremitas, leher, H/L, c/p
dalam nilai normal, sedangkan pemeriksaan kepala didapatkan hasil tidak normal yang
dibuktikan dengan hasil CA dari normal menjadi tidak normal dan hasil SI tetap tidak
normal.

4. menurut data dietary, pemenuhan energi tergolong kurang karena 80% – 99% kebutuhan,
asupan protein, lemak dan karbohidrat tergolong buruk karena < 60% kebutuhan.

5. Terapi diet yang diberikan pada pasien adalah diet aids III yang diberikan secara oral.
pasien ini juga diberikan terapi medis berupa ARV (duviral dan neviral).

6. Berdasarkan perhitungan pada perencanaan menu, persentase pemenuhan asupan energi


adalah 110%, protein 115%, lemak 99%, karbohidrat 110%.

7. Kebutuhan gizi pasien adalah energy: 2.650, protein: 123, lemak: 66,3, karbohidrat: 371,2.

Saran

1. Ahli gizi perlu bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk menangani pasien

2. ARV tetap diberikaan sampai tubuh beroprasi secara optimal.

3. Monitoring terus dilakukan oleh petugas kesehatan

14

Anda mungkin juga menyukai