Anda di halaman 1dari 116

1

PERTEMUAN VIII
Tgl 8 Februari 2020
JENIS ALAT BUKTI
(Pasal 164 HIR/Pasal 1866 KUHPer)2

1.

2.

3. Bukti tulisan /surat


4. Bukti saksi
5. Sangkaan
6. Pengakuan
7. Sumpah


1. ALAT BUKTI SURAT/TULISAN:
3
Pengertian
Segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan
untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran seseorang dan
dipergunakan sebagai pembuktian (Drs. H.A. Mukti Arto, SH., Praktek
Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, hlm.143)

Unsur-unsur Surat/Tulisan :

 Tanda bacaan berupa aksara


 Disusun berupa kalimat sebagai pernyataan
 Ditulis pada bahan tulisan
 Ditandatangani pihak yang membuat
 Memuat tanggal
(M. Yahya Harahap)


Jenis Surat/Tulisan :

q Surat berupa Akta:


4
§ Akta Otentik
§ Akta dibawah tangan
q Surat yang bukan Akta
q

A. Akta Otentik (AO)

Pengertian:
Akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang
oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu
ditempat akta dibuat (Pasal 1868 KUHPerdata)
Pejabat Umum: Notaris, Pegawai Pencatatan Sipil, Hakim, Bupati,
Camat, Lurah, Juru Sita, Panitera dan lain-lain
Contoh Akta Otentik : Akte Notaris, putusan hakim, akte
kelahiran/perkawinan/kematian/ perceraian yang dibuat oleh
pegawai catatan sipil, Berita acara penyitaan/panggilan yang dibuat
oleh juru sita, berita acara sidang yang dibuat oleh panitera,
Kekuatan Pembuktian Akta Otentik :
5
 Kekuatan bukti lahir
Suatu akta yang lahirnya tampak sebagai akta otentik serta memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan, maka akta itu berlaku atau dapat
dianggap sebagai akta otentik sampai dapat dibuktikan sebaliknya

 Kekuatan pembuktian formil


Artinya, segala keterangan yang tertuang di dalamnya adalah benar
diberikan dan disampaikan para pihak/penandatangan kepada pejabat
yang membuatnya
 Kekuatan pembuktian materil

Keterangan-keterangan yang dicantumkan Para pihak dalam akta


menjadi bukti dan mengikat para pihak
Bentuk Akta Otentik :
6
 Dibuat oleh Pejabat (Ambtelijk Akten)
 Dibuat dihadapan Pejabat (Partij Akten)

Pejabat yang berwenang membuat Akta

 Dibidang hukum publik oleh Pejabat TUN. Contoh: KTP, SIM,


IMB, Paspor, Akta Nikah dll.
 Dibuat oleh pejabat yudikatif. Contoh: berita acara sidang, surat
panggilan, akta banding,kasasi,PK, berita acara sita yang
dibuat oleh panitera atau juru sita
 Di bidang hukum perdata oleh notaris. Contoh: Akta Jual Beli,
Akta Sewa Menyewa dll

Perbedaan antara Ambtelijk Akten dengan Partij Akten
7

Aspek/unsur ●
Ambtelijk Akten ●
Partij Akten
(Dibuat oleh (Dibuat dihadapan
Pejabat) Pejabat)

Inisiatif dari ●
Pejabat yang● Para pihak karena
bersangkutan karena kepentingannya
jabatannya

 Isi akte ●
Ditentukan oleh pejabat● Ditentukan oleh para
yang bersangkutan pihak
berdasarkan UU


Ditandatang ●
Pejabat itu sendiri● Para pihak dan pejabat
ani oleh tanpa pihak lain yang bersangkutan serta
saksi-saksi

Kekuatan ●
Tidak dapat digugat● Dapat digugat dengan
bukti akte kecuali dinyatakan pembuktian sebaliknya
Beberapa cacat bentuk yang mengubah Akta Otentik menjadi
Akta dibawah Tangan:
8

Tidak semua akta yang dibuat oleh Notaris, otomatis mempunyai nilai
pembuktian sebagai akta otentik. Ada akta yang dibuat Notaris tapi karena ada
syarat yang tidak terpenuhi, maka hilang kekuatan pembuktiannya sebagai akta
otentik dan hanya memiliki nilai pembuktian sebagai akta dibawah tangan. Yakni :

 Akta dibuat oleh pejabat yang tidak berwenang


 Bentuknya cacat, karena tidak memenuhi syarat formil dan materil.
Contoh : Para pihak tidak hadir dihadapan notaris, pembuatan
akta tidak dihadiri dua orang saksi

Akta dibawah tangan yang memiliki nilai pembuktian sama


dengan akta otentik.
Misal: Akta dibawah tangan yang dilegalisasi tandatangan dihadap
Notaris

B. Akta Dibawah Tangan (ABT)
9
Pengertian :
Akta yang sengaja dibuat dan ditandatangani oleh dua pihak
atau lebih sebagai bukti atas suatu peristiwa tanpa bantuan dari
seorang pejabat (Martimam Prodjohamidjojo)
Contoh: Perjanjian jual beli, sewa menyewa, surat menyurat dll

Daya kekuatan pembuktian Akta Di Bawah Tangan


 Daya kekuatan pembuktian formil
Jika suatu tandatangan akta dibawah tangan telah diakui
kebenarannya, maka keterangan atau pernyataan di atas tandatangan
itu adalah benar keterangan atau pernyataan dari si penandatangan


 Daya pembuktian materil 10

Akta dibawah tangan yang diakui kebenarannya oleh mereka yang


dimintakan keterangannya/pihak yang menandatanganinya, maka
akta dibawah tangan tersebut memiliki daya pembuktian yang
sempurna dan mengikat seperti Akta otentik


Syarat Akta Dibawah Tangan:
11
q Syarat formil

 Berbentuk tertulis/tulisan.
 Dibuat secara partai (dua pihak/lebih) tanpa bantuan atau dihadapan
pejabat umum
 Ditandatangani oleh para pihak
 Mencantumkan tanggal dan tempat penandatangan
(Berdasarkan Pasal 1874 KUHPer, syarat di atas bersifat kumulatif)

q Syarat materil
q

 Keterangan yang tercantum dalam akta tersebut berisi persetujuan


tentang perbuatan hukum (rechts handeling) atau hubungan
hukum (rechts betterkking)
 Sengaja dibuat sebagai alat bukti

Ø Legalisasi tanda tangan dan tanggal ABT
 12
Legalisasi (waarmerking) adalah pengesahan tandatangan para
pihak dalam suatu akta dihadapan seorang notaris

q Tujuannya:
Untuk adanya kepastian atas kebenaran tandatangan para pihak
yang ada dalam akta, sehingga para pihak tidak mudah untuk
mengingkarinya

q Tatacaranya:
 Para pihak yang akan menandatangani menghadap notaris untuk
dikenalkan ke notaris
 Isi akta dijelaskan kepada penandatangan
 Penandatanganan dilakukan dihadapan notaris

13

PERTEMUA IX
15 Februari 2020
Ø Hak memungkiri tanda tangan
14
Ø

Setiap orang diwajibkan untuk mengakui atau memungkiri


tandatangannya pada suatu ABT

q Pengingkaran atas tandatangan dan dapat dibuktian berakibat


ABT tersebut gugur daya kekuatan formil (Salah satu syarat
formil ABT harus ditandatangani)
q Pengakuan atau Pengingkaran harus dilakukan secara tegas
(tidak dapat dilakukan secara diam-diam. Pasal 1876 KUHPer)
q Tidak memungkiri secara tegas dianggap mengakui
Kewajiban membuktikan:
Jika tandatangan dimungkiri pihak lawan, maka pihak yang
mengajukan ABT tersebut harus dapat membuktikan kebenaran
tandatangan tersebut dengan alat bukti lain
q
Ø Pemungkiran tanda tangan oleh ahli waris dan yang
mendapat hak 15
Ø

§ Bagi ahli waris atau orang yang mendapat hak cukup


menerangkan “tidak mengakui tanda tangan tersebut” (Pasal
1876 KUHPer);
§ Atas tidak diakuinya tandatangan dimaksud, menjadi kewajiban
lawan yang mengajukan ABT tersebut untuk membuktikan
kebenaran tandatangan dan tulisan itu (Pasal 1877 KUHPer);
§ Jika tidak dapat dibuktikan oleh pihak yang mengajukan ABT
tersebut. Maka, ABT tersebut tidak memiliki kekuatan
pembuktian;
§ Berbeda dengan pemungkiran. Dalam hal ABT dikatakan palsu.
Maka, beban pembuktiaannya ada pada pihak yang
mendalilkan kepalsuan
Ø Pemungkiran tanda tangan membuat nilai kekuatan
pembuktian ABT bersifat alternative 16
Ø

q Apabila dipungkiri, merosot menjadi bukti permulaan tulisan


q Bila dapat dibuktikan kebenaran tandatangan dalam ABT tersebut
oleh pihak yang mengajukan. Maka, nilai kekuatan
pembuktiannya sempurna dan mengikat dan disamakan seperti
AO. Karenanya, ABT tersebut terpenuhi batas minimal
pembuktian
q

Ø Mengakui tanda tangan


Ø

q Jika tanda tangan diakui secara tegas. Maka, ABT tersebut dianggap
benar asli/orisinil
q Hakim wajib menganggapnya benar asli
q Memiliki kekuatan pembuktian sempurna seperti AO
Akta Pengakuan Sepihak (APS)

a. Pengertian :

Akta yang dibuat dan ditandatangani secara


sepihak. Biasanya terkait dengan pengakuan
hutang sepihak (Pasal 1878 KUHPer)
18

b. Syarat APS :
1. Syarat formil

Dibuat secara tertulis


Mencantumkan identitas
Menyebutkan dengan pasti waktu pembayaran
Ditulis tangan oleh penandatangan
Ditandatangani oleh penulis akta

2. Syarat materil
§ Pernyataan pengakuan sepihak dari penanda tangan 19
§ Penegasan utang berasal dari persetujuan timbal balik
§ Merupakan pengakuan sepihak tanpa syarat
§ Jumlah utang atau barang sudah pasti
Kedua syarat tersebut bersifat imperatif dan kumulatif

c. Nilai kekuatan pembuktian APS:

1. Bilamana syarat tidak dipenuhi (Formil & Materil) dan isi


dipungkiri. Maka, Nilai pembuktiannya hanya berkualitas sebagai
permulaan pembuktian tulisan

2. Bilamana semua syarat terpenuhi (Formil & Materil) dan isi tidak
dipungkiri. Maka, APS tersebut melekat segala nilai kekuatan
dan minimal batas pembuktian yang dimiliki akta dibawah tangan
3. Tanda tangan APS disangkal 20
§ Jika tanda tangan disangkal oleh penanda tangan, dan pihak lawan
tidak dapat membuktikan keaslian tandatangan dimaksud. Maka,
nilai kekuatan pembuktiaannya menjadi permulaan pembuktian
tulisan, tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan alat bukti lain
(tidak mencapat batas minimal pembuktian)
§ Jika pihak lawan dapat membuktikan keaslian dari tandatangan
yang disangkal tersebut. Maka, nilai kekuatan pembuktiannya
sempurna dan mengikat seperti AO dan ABT (tercapai batas
minimal pembuktian)
q Beban bukti atas penyangkalan tandatangan APS
§ Pihak lawan yang harus membuktian keaslian tandatangan pihak
penandatangan. Pembuktiannya dapat melalui akta atau
keterangan saksi
§ Jika pihak penandatangan mendalilkan tandatangannya dipalsukan.
Maka, dia yang harus membuktikan kepalsuan dimaksud.

d. Berbeda jumlah yang disebut dalam angka dengan yang
21
ditulis tangan huruf

Bilamana dalam APS, terdapat perbedaan jumlah nilai uang yang


tertulis dalam bentuk angka dengan tulisan. Maka, sesuai Pasal
1879 KUHPerdata, jumlah yang dianggap benar adalah jumlah
yang paling kecil. Akan tetapi, hal tersebut tidak bersifat mutlak,
sepanjang dapat dibuktikan bahwa terdapat kekeliruan (jumlah
kecil yang keliru). Maka, jumlah yang terbukti itu yang dipakai
 22

C. Surat-surat yang bukan Akta


Surat-surat yang dibuat tidak dengan tujuan sebagai alat bukti dan
belum tentu ditandatangani (Drs. H.A. Mukti Arto, SH.)

Contohnya : Surat-menyurat, catatan pribadi, pembukuan dagang,


tilgram, surat-surat kantor, karcis, kuitansi dan lain-lain


BEBERAPA HAL TERKAIT DENGAN
BUKTI TULISAN/SURAT 23

Ø SALINAN

Nilai kekuatan pembuktian salinan:

a. Kekuatan pembuktian alat bukti tulisan ada pada akta


aslinya
§ Salinan bernilai sebagai alat bukti jika sesuai aslinya. Kesesuaian bersifat
total/keseluruhannya
§ Untuk menguji keaslian salinan dimaksud harus diajukan aslinya dimuka
sidang
b. Salinan yang sah sebagai alat bukti
§ Salinan pertama sama dengan aslinya. Contoh Gross Akta
§ Salinan yang dibuat atas perintah hakim
§ Salinan yang dibuat oleh notaris atau pejabat yang berwenang
c. Memperlihatkan salinan yang disebut dalam Pasal 1889 24
KUHPerdata

1. Salinan pertama atau gross akta yang dikeluarkan notaris


2. Salinan yang dibuat atas perintah hakim
3. Salinan yang dibuat notaris/pejabat pembuat dan penyimpan
akta

d. Daya pembuktian salinan sama dengan aslinya


Terdapat salinan yang demi hukum sama dengan aslinya, karena
UU sendiri yang menentukannya. Contoh:
§ Salinan surat gugatan yang ada ditangan tergugat (Pasal 1 ayat
2 Rv)
§ Salinan yang disampaikan juru sita kepada seseorang
§ Akta catatan sipil yang dikeluarkan Pejabat Kantor Catatan Sipil
q
Ø KUTIPAN
Pengambilan tertulis beberapa bagian dari akta aslinya
25
Nilai kekuatan pembuktian kutipan Terletak pada akta aslinya.
Jika kutipan disangkal oleh pihak lawan dan tidak ditunjukan
aslinya maka hilang daya kekuatan pembuktiannya.

Ø FOTOCOPI
Sepanjang tidak diperlihatkan aslinya, maka fotocopi tidak sah
sebagai alat bukti. Kecuali jika dikuatkan dengan keterangan
saksi atau alat bukti lain.

Ø TEMBUSAN /TINDISAN
Tembusan surat yang dibuat dengan kertas karbon berlaku
sebagai aslinya. Karena tembusan itu sama dengan surat yang
ditulis pada halaman pertama dimana pena atau pensil itu
langsung berhubungan (Sudikno Martokusomo, Hukum Acara
Perdata, hlm 135)
26

 TRIK MENJEBAK UNTUK MENDAPATKAN BUKTI


 ATAS PERISTIWA YANG TIDAK ADA BUKTINYA

 Ajukan surat/korespondensi dengan target mendapat balasan

 Undang rapat dan buatkan berita acara rapat/minute meeting


yang mencantumkan kalimat-kalimat yang mengarah pada
pengakuan adanya hubungan hukum, yang tidak ada bukti
tertulisnya dan ditandatangani kedua belah pihak.
27

PERTEMUAN X
(3 Desember 2016)
2. KETERANGAN SAKSI

Pengertian : 28
Orang yang melihat sendiri, mendengar sendiri dan mengalami sendiri suatu peristiwa/kejadian.
Bukan katanya ( testimonium de auditu)

1. Jangkauan kebolehan pembuktian dengan saksi

a. Diperbolehkan dalam segala hal, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang

Ada hal-hal yang hanya dapat dibuktikan dengan bukti surat.


Misal : Pembuktian tentang adanya perseroan terbatas (PT).
Sesuai ketentuan UU PT, PT didirikan dengan akta otentik.
Untuk itu, Akta Otentik menjadi syarat mutlak keabsahan
eksistensi PT.
a.

b.

c.

d.

1.
b. Menyempurnakan permulaan pembuktian tulisan 29

Ada peristiwa yang menurut hukum hanya dapat dibuktikan dengan


tulisan/akta. Namun, alat bukti tulisan/akta itu hanya berkualitas
sebagai bukti permulaan pembuktian, dan untuk penyempurnaan
pembuktiannya disertai dengan alat bukti saksi. Misal : Pasal 258
KUHD.

2. Menjadi saksi merupakan kewajiban hukum yang bersifat


memaksa
a. Dalam keadaan tertentu kewajiban hukumnya tidak bersifat
imperative
1. Saksi tidak relevan meneguhkan dalil atau bantahan
2. Saksi berdomisili di luar wilayah hukum PN yang memeriksa.
Pasal 143 HIR: orang tidak dapat dipaksa dating menghadap ke
PN untuk menjadi saksi jika tempat tinggalnya diluar wilayah PN
b. Menjadi saksi kewajiban hukum secara imperative
30
Saksi yang tidak datang, dapat ditempuh upaya paksa, dengan syarat:
1. Syarat Formil
a. Saksi berdomisili di wilayah hukum PN yang memeriksa perkara
b. Saksi mempunyai kedudukan yang urgen dan relevan dalam perkara
c. Saksi tidak mau hadir secara sukarela

2. Tata cara pelaksanaan pemaksaan


a. Meminta kepada PN (hakim) untuk menghadirkan
b. Hakim mengeluarkan penetapan
c. Jika sesudah dipanggil masih ingkar, maka hakim memerintahkan
membawa saksi secara paksa dengan pihak berwajib (kepolsian) dan
menghukum bayar ganti rugi

a.

b.

a.
c. Ketidakhadiran disebabkan alasan yang sah 31

Jika saksi yang tidak hadir memiliki alasan yang sah, maka
dibebaskan dari upaya-upaya di atas. Yakni karena:
1. Panggilan tidak diterima
2. Karena keadaan tertentu yang membuat ia tidak dapat
memenuhi panggilan. Misal: saat panggilan, saksi tersebut
berada di luar negeri/luar daerah. Menderita sakit, atau ada
musibah keluarga dll.

3. Syarat alat bukti keterangan saksi
32
a. Syarat formil

1. Orang yang cakap menjadi saksi


a. Kelompok yang tidak cakap secara absolut:

§ Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak


menurut garus lurus
§ Suami atau istri dari salah satu pihak meskipun sudah
bercerai
a.

b. Kelompok yang tidak cakap secara relative :


§ Anak-anak yang belum cukup umur 15 tahun
§ Orang gila meskipun terkadang terang ingatannya
§ Orang yang berada dalam tahanan karena menjalani hukuman
(putusan pengadilan)
Mereka dapat didengar tanpa sumpah, dan nilai kualitasnya hanya dianggap
sebagai penjelasan
q
33
2. Keterangan disampaikan di sidang pengadilan
3. Penegasan mengundurkan diri sebagai saksi
4. Diperiksa satu per satu
5. Mengucapkan sumpah
q

b. Syarat Materil
q

1.Keterangan seorang saksi tidak sah sebagai alat bukti


a. Pengertian unus testis tidak bersifat harfiah
b. Keterangan seorang saksi dapat ditambah dengan alat bukti lain

2. Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan


a. Berdasarkan pengalaman saksi sendiri
b. Berdasarkan penglihatan sendiri
c. Berdasarkan pendengaran saksi sendiri

3.Hal-hal yang tidak sah menjadi alat bukti keterangan 34
a. Pendapat pribadi saksi
b. Dugaan pribadi saksi
c. Perasaan pribadi saksi
d. Kesan pribadi saksi

4. Saling persesuaian
a. Pengertian saling persesuaian
b. Keterangan saksi saling bertentangan (harus dianggap
saling berdiri sendiri)
c. Bersesuaian keterangan saksi yang satu dengan yang lain
d. Bersesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti
lain


4. Cara Hidup, kesusilaan, dan kedudukan saksi menjadi
dasar kepercayaan 35

Dalam Pasal 172 HIR, dan Pasal 1908 KUHPer, hakim dalam menilai
keterangan saksi, harus pula memperhatikan faktor latar belakang
hidup saksi, kesusilaan, kedudukan saksi, dan berbagai hal yang
dapat berpengaruh terhadap dapat tidaknya keterangannya
dipercaya. Biasanya hal tersebut diajukan keberatan/informasi oleh
para pihak (bukan pihak yang mengajukan saksi)

5. Masalah Testimonium de auditu

a. Pengertian
Keterangan yang diperoleh dari pihak lain. Bukan saksi yang
mendengar sendiri,melihat sendiri, mengalami sendiri (Saksi
katanya)
a.
b. Diakui secara eksepsional
36
Dalam praketek (Putusan MA No 239 K/Sip/1973), saksi
testimonium de auditu ini pernah diterima, dengan pengecualian.
Dalam putusan ini.

c. Variabel penerapan de auditu


1. Secara umum ditolak sebagai alat bukti
diluar putusan MA di atas. Umumnya saksi testimonium de
auditu ditolak dalam praktek
2. Dikonstruksi sebagai persangkaan
Ada pula putusan Ma yang memperlakukannya sebagai alat

bukti persangkaan (Putusan MA No. 308 K/Pdt/1959)

6. Pengunduran diri pejabat penyimpan rahasia jabatan


sebagai saksi
a. Pejabat yang berhak mengundurkan diri
a. 37
Menurut pasal 146 HIR dan Pasal 1909 KUHPer, mereka yang dapat
mengundurkan diri dari saksi dengan alasan: Karena kedudukan, pekerjaan,
atau jabatan
a.

b. Syarat sahnya pengunduran diri

Syarat yang harus dipenuhi untuk pengunduran diri:


§ Kedudukan, pekerjaan atau jabatan diembannya berdasar undang-
undang atau jabatan yang sah menurut hukum
§ Ketentuan perundang-undangan yang menjadi dasar landasan
pekerjaan, kedudukan atau jabatan itu, memikulkan kewajiban
hukum kepadanya untuk menyimpan rahasia jabatan saksi Ybs
dengan tugas pekerjaannya
§ Kewajiban penyimpan rahasia itu berkaitan langsung dengan fungsi
kedudukan pekerjaan, atau jabatan dimaksud
§ Hanya terbatas semata-mata mengenai hal-hal yang diketahui dan
yang dipercayakan kepada saksi
C. menyimpan rahasia jabatan bersifat hukum publik
38
1. Pengertian rahasia jabatan
Suatu hal, keadaan, atau barang yang tidak dibenarkan
diketahui umum, namun hanya diketahui secara terbatas
oleh pejabat yang diwajibkan menyimpan kerahasiaannya
(M.Yahya Harahap)
2. Tujuan menyimpan rahasia jabatan
§ Untuk melindungi kepentingan umum
§ Bukan untuk melindungi kepentingan individu pejabat Ybs
1.

d. Perlu digeser teori rahasia absolut

1. Pengaburan pengertian rahasia jabatan


2. Gejala umum yang perlu diajukan
7. Tata cara pemeriksaan saksi 39
a. Memberi hak kepada para pihak mengajukan pertanyaan
b. Saksi didampingi juru Bahasa
c. Keterangan saksi dituangkan dalam berita acara

8. Kuasa cakap menjadi saksi

Dalam putusan MA No. 218 K/Sip/1965, seorang kuasa dapat


didengar keterangannya sebagai saksi

9.Pihak yang berperkara sebagai saksi

Dalam praktek peradilan, para pihak yang berperkara tidak


dapat bertindak selaku saksi. Di Negeri Belanda, praktek
peradilan ada yang membolehkan para pihak menjadi saksi
3. PERSANGKAAN
40
1. Pengertian dan klasifikasi alat bukti persangkaan

Kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditariknya dari suatu
peristiwa yang terkenal (diketahui umum) ke arah suatu peristiwa yang tidak terkenal ( yang
tidak diketahui umum) (Pasal 1915 KUHPer)

a. Kesimpulan tidak konkret seratus persen


a.

Persangkaan yang ditarik dari suatu fakta tidak benar 100 %.


Contoh. dalam kasus dimana si A mengingkari tandatangannya
dalam suatu surat, dengan membuktikan pada tanggal dalam
surat itu, Ybs berada di tempat lain, dan ia dapat
membuktikannya. Namun, keterangan Ybs harus disangka
benar, meskipun tidak pasti 100 %
a.


b. Persangkaan bukan alat bukti
41
Ada para ahli yang tidak mengkualifikasi persangkaan sebagai alat bukti.
Karena, ia tidak berdiri sendiri namun didasarkan pada alat bukti tulisan
atau saksi

c. Tanpa mempergunakan persangkaan, tidak mungkin


melaksanakan hukum pembuktian

Meskipun dalam suatu perkara, seseorang telah dapat membuktikan


dalilnya. Akan tetapi, hal itu tidak dapat dikonkritisasi tanpa
mempergunakan persangkaan sebagai perantara untuk mengantarkan
pembuktian yang kuat itu mendekati kepastian


d. Klasifikasi alat bukti persangkaan: 42
1. Persangkaan Undang-undang:
a. Pengertian:
Persangkaan berdasarkan suatu ketentuan khusus undang-undang
berkenaan atau berhubungan dengan perbuatan tertentu atau peristiwa
tertentu (Pasal 1916 KUHPer)

b. Klasifikasi persangkaan undang-undang:


1. Persangkaan UU yang tidak dapat dibantah
2. Persangkaan UU yang dapat dibantah
3.

3. Persangkaan Hakim
a. Pengertian :
Persangkaan berdasarkan kenyataan atau fakta yang bersumber dari fakta
yang terbukti dalam persidangan sebagai pangkal titik tolak menyusun
persangkaan
b. Cara menarik persangkaan yang memenuhi syarat formal
43
§ Beranjak atau bertitik tolak dari data atau fakta yang telah terbukti dalam
persidangan untuk menyingkap atau mengungkap fakta yang belum
terbukti
§ Cara mengungkapnya dengan menarik kesimpulan dari fakta yang sudah
ada dan terbukti dimaksud
§

Contoh: Penggugat bersedia menerima pembayaran dengan cara diangsur


oleh debitur (Tergugat). Dari fakta itu, hakim dapat menarik kesimpulan
berupa persangkaan bahwa penggugat secara diam2 menyetuji pembayaran
secara angsuran dari tergugat (Karena jika tidak, mestinya penggugat
enolaknya)

c. Unsur membentuk persangkaan hakim:


1. Faktor fakta yang sudah terbukti dan diketahui
2. Faktor akal atau intelektualitas
Kualitas persangkaan hakim
44
a. Persangkaan benar-benar mendekati kebenaran

Seoptimal mungkin hakim berusaha melakukan persangkaan yang


mendekati kepastian. Contoh : A. B dan c melihat suatu rumah dari jarak
satu meter rumahnya gelap. Atas fakta itu hakim menyimpulkan dengan
persangkaan bahwa lampu di rumah itu mati. Maka, ini persangkaan yang
mendekati kepastian

b. Persangkaan kurang mendekati kebenaran

Contoh. Dalam contoh pada huruf a,lain halnya jika yang melihat hanya
satu orang dan penglihatannya aga kabur. Maka, fakta yang demikian
kurang mendekati kebenaran
c. Persangkaan tidak mendekati kepastian

Contoh. Dalam contoh pada huruf a . Jika yang melihat hanya satu orang
namun si a tersebut cenderung subjektif dan kurang jujur karena suka
berbohong
Memperhitungkan nilai kekuatan pembuktian persangkaan

45
a. Nilai kekuatan pembuktian bebas
Diserahkan pada pertimbangan hakim

b. Cara memperhitungkan persangkaan yang memenuhi syarat


a.

Harus ada persesuaian/kecocokan antara satu persangkaan


dengan persangkaan yang lain, yang diambil dari
perseuaiannya dengan fakta-fakta yang ditemukan dalam
persidangan

c. Tidak boleh memperhitungkan persangkaan yang bersumber dari fakta-


fakta yang saling berlawanan

Masing-masing fakta memiliki persangkaan sendiri dan berdiri sendiri. Antara


satu persangkaan hanya dapat diperhitungkan jika ada kesesuaiannya. Jika
tidak, maka tidak boleh diperhitungkan persangkaan yang saling berbeda
4. PENGAKUAN
46
Pengertian:

Pernyataan atau keterangan yang dikemukakan salah satu pihak kepada pihak
lain dalam proses pemeriksaan perkara dalam persidangan (Pasal 1923
KUHPer)

Setipa pengakuan dianggap benar

Hakim harus terikat dengan pengakuan. Namun, secara kasuistik, hal tersebut
dapat dipertimbangkan lain oleh hakim
Hal-hal yang dapat diakui
1. Pengakuan yang berkenaan dengan hak
2. Pengakuan mengenai fakta
1.

Yang berwenang memberikan pengakuan


a. Dilakukan principal
b. Dengan perantara kuasa
Bentuk dan cara melakukan pengakuan 47
1. Bentuknya dilakukan secara lisan atau tertulis
2. Caranya dilakukan secara tegas, diam-diam (tidak mengajukan
bantahan atau sangkalan. Atau jika ada bantahan, namun
tidak didukung alasan dan dasar hukum yang jelas

Pengakuan yang memenuhi syarat formil dan nilai kekuatan


pembuktiannya

a. Dilakukan di muka hakim/persidangan, dan tidak sah diluar


hakim/persidangan
b. Nilai kekuatan pembuktiannya:
Menjadi bukti yang memberatkan bagi pihak yang mengaku
Menjadi bukti sempurna bagi pihak yang mengaku
Memiliki daya kekuatan mengikat dan menentukan
Pengakuan tidak dapat ditarik
a. Tidak dibenarkan menarik pengakuan 48
b. Dibolehkan penarikan dengan alasan kekhilafan
a.

Peristiwa yang tidak boleh diakui


a. Kedudukan seseorang dalam hukum
b. Hak atas warisan yang belum terbuka
c. Menempatkan seseorang di bawah perwalian
d.

Pengakuan di luar sidang


a. Secara lisan
Tidak memiliki nilai pembuktian

b. Dilakukan secara tertulis


Dapat diajukan sebagai alat bukti. Nilai pembuktiannya bersifat
bebas (diserahkan kepada hakim)
Klasifikasi pengakuan
49
a. Pengakuan murni (aveu pur et simple)
Pengakuan yang membenarkan tuntutan/keterangan pihak lawan secara utuh.
Misal, A menggugat B dengan alasan B pinjam uang 3 jt dan belum lunas. B
mengakui semua dalil penggugat tersebut

b. Pengakuan berkualifikasi (gequalificeerde bekenttenis)


Pengakuan yang disertai dengan sangkalan terhadap sebagian tuntutan.
Misal, A menggugat B dengan alasan B pinjam uang 3 jt. B menyangkal 3 jt dan
hanya mengakui 2 jt

c. Pengakuan berklausul (geclausuleerde bekentenis)


a.

Adalah pengakuan dengan keterangan tambahan yang bersifat membebaskan.


Misal, A menggugat B dengan alasan B pinjam uang 3 jt. B mengakuinya namun
mengatakan telah dilunasi
b.
Pengakuan tidak boleh dipisah-pisah
50
a. Asas onsplitsbaar aveau
Hakim harus menerima pengakuan beserta sangkalan/bantahan

sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tidak boleh


menerima pengakuan, dan menolak sangkalan

b. Penerapan melarangnya menimbulkan kesewenangan


Jika hakim melanggar asas di atas, dapat merugikan
kepentingan yang memberikan pengakuan , dan lawan pihak
yang mengaku.

c.Sistem pembebanan wajib bukti dalam larangan pemisahan


pengakuan
5. SUMPAH
Pengertian
51

Suatu keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan dengan tujuan
agar orang yang bersumpah dalam memberik keterangan atau pernyataan itu takut
atas murka Tuhan jika ia berbohong. Atas dasar itu Ybs akan menerangkan yang
sebenarnya

Syarat formil sumpah

a. Ikrar diucapkan dengan lisan

b. Diucapkan di muka hakim dalam persidangan

Jika tidak mungkin di dalam persidangan, dapat dilakukan di


rumah, Masjid, Gereja atau tempat ibadah,atau didelegasikan di
PN tempat domisili orang yang akan memberikan sumpah
52

c. Dilaksanakan di hadapan pihak lawan

Jika pihak lawan tidak hadir asalkan telah dipanggil dengan


patut, sumpah tetap dapat dilaksanakan

d. Tidak ada bukti lain

Kalaupun ada alat bukti, tapi alat bukti itu tidak dapat
membuktikan dalil para pihak

Jenis-jenis Sumpah :
53
1. Sumpah Pemutus (decisoir) (SP)

a. Pengertian
a.

Adalah sumpah yang dibebani atas permintaan salah satu


pihak kepada lawannya.

b. Daya kekuatan pembuktian SP

SP dapat mengakhiri perkara karena memiliki kekuatan


pembuktian sempurna, mengikat dan menentukan

c. Lingkup SP
Dapat diterapkan dalam semua jenis sengketa/perkara
d. SP dapat diperintahkan dalam semua tingkat pemeriksaan
54

Dapat dilakukan sendiri oleh PT atau dengan memerintahkan PN


untuk melaksanakannya

e. Syarat formil SP
1. Tidak ada bukti apapun
2. Inisiatif berada pada pihak yang memerintahkan
3. Suatu perbuatan yang dilakukan sendiri

d. Fungsi dan kewenangan hakim dalam SP

1. Menentukan apakah telah terpenuhi syarat


2. Menentukan apakah SP mengenai perbuatan pribadi
3. Berwenang menentukan rumusan sumpah
e. Tata cara pelaksanaan SP:
55
1. Menerima untuk mengucapkan SP
2. Menolak mengucapkan SP
3. Menolak diikuti dengan mengembalikan kepada pihak yang
memerintahkan
4. SP yang dapat dikembalikan
5. Isi SP yang dikembalikan
6. SP yang dikembalikan tidak boleh dikembalikan
7. Perintah atau pengembalian SP tidak dapat ditarik kembali
8.

f. Yang berhak memerintahkan, menerima, menolak dan


mengembalikan SP
1. Pihak yang berperkara
2. Kuasa berdasarkan surat kuasa khusus
3. Wali dapat bertindak melakukan SP
4. Kurator dalam pailit memerlukan persetujuan Hakom Komisaris
56
5. Direksi mewakili perusahaan

g. Daya kekuatan mengikat SP dalam sengketa Utang


piutang

1. Dalam perjanjian tanggung renteng


2. Sumpah uyang diucapkan debitur utama
3. Kekuatan mengikat sumpah yang diucapkan salah
seorang debitur utama
4. Kekuatan mengikat sumpah yang diucapkan penjamin
1.
2. Sumpah supletoir/tambahan/pelengkap (ST)
57
a. Pengertian
Adalah sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada
salah satu pihak untuk melengkapi pembuktian yang belum lengkap

b. Perbedaan SP dengan ST

c. Syarat formil ST

1. Alat bukti yang diajukan tidak mencukupi


2. Atas perintah hakim
1.

d. Perintah pengangkatan ST secara objektif


1. Perintah harus berdasarkan pertimbangan rasional
2. ST diperintahkan kepada pihak yang lebih kuat bukti
permulaannya
e. ST diucapkan sendiri atau kuasa
58
Bila diucapkan oleh kuasa, maka penerima kuasa untuk
mengucapkan ST harus dengan akta otentik. Jika setelah
diperintahkan ST, Ybs meninggal dunia dan ST belum dilaksanakan.
Maka dapat dibebankan kepada ahli warisnya.

f. Isi ST mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri

g. Keabsahan formil ST dicatat dalam berita acara


3. Sumpah penaksiran (SP) (aestimatoir/schattingseed)
59
a. Pengertian
Adalah sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada salah
satu pihak untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian

b. Objek SP :

§ Ganti rugi baik yang timbul sebagai akibat wanprestasi atau perbuatan
melawan hukum
§ Harga suatu barang dalam transaksi jual beli sebagaimana yang disebut
Pasal 1942 KUHper. Selain itu, dapat pula terhadap sengketa lainnya
seperti sewa menyewa

c. Harus dapat dibuktikan hak

Sebelum SP, harus dapat dibuktikan terlebih dahulu peristiwa yang didalilkan,
seperti wanprestasi atau PMH. Kemudian, terkait nilai ganti rugi, jika tidak ada
bukti lain baru dapat ditempuh SP
d. Hakim yang berwenang memerintahkan 60

Hakim yang memeriksa perkara yang berwenang memerintah SP

e. Yang dapat diperintahkan untuk melakukan SP


SP hanya dapat diperintahkan kepada pihak Penggugat dan tidak
kepada Tergugat, karena SP merupakan hak dari Penggugat

f. Nilai kekuatan pembuktian SP


Memiliki nilai kekuatan pembuktian sempurna, mengikat dan
menentukan
4. PENDAPAT AHLI
61
1. Pengertian

 Orang yang memiliki keahlian dalam suatu bidang
tertentu yang sama dengan masalah yang
disengketakan
 Ahlihanya menjelaskan aspek keilmuan, tidak
menilai fakta.


2. Pengangkatan ahli
62
§ Oleh hakim secara ex officio
§ Atas permintaan para pihak

3. Alasan pemeriksaan ahli

Karena masih terdapat hal-hal yang belum jelas, sehingga


diperlukan keterangan/pendapat dari ahli untuk mendapatkan
penjelasan
§

4. Bentuk dan penyampaian pendapat ahli

§ Bentuk laporan, baik lisan maupun tertulis


§ Laporan disampaikan dalam siding
§ Dilakukan dengan sumpah, jika tidak, tidak mempunyai nilai sebagai
pendapat ahli
a.
5. Yang tidak cakap menjadi ahli
63

Sebagaimana yang diberlakukan kepada saksi


6. Nilai kekuatan pembuktian pendapat ahli


Sepenuhnya diserahkan kepada hakim

a. Pendapat ahli tidak dapat berdiri sendiri


b. Fungsi dan kualitasnya menambah alat bukti lain
1. PEMERIKSAAN SETEMPAT 64
1. Pengertian

Pemeriksaan mengenai fakta-fakta atau keadaan-keadaan suatu


perkara yang dilakukan hakim karena jabatannya di tempat
obyek perkara

2. Yang menguslkan

a. Oleh hakim karena jabatannya


b. Atas permintaan para pihak

3. Perintah dituangkan dalam putusan sela


a. Penunjukan pelaksanaan pemeriksaan setempat
b. Berisi perintah hal yang harus diperiksa
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat

a. Dihadiri para pihak 65


b. Datang ke tempat barang terletak
c. Panitera membuat berita acara
d. Membuat akta pendapat
a.

5. Pendelegasian pemeriksaan setempat

6. Biaya pemeriksaan setempat


a. Dibebankan kepada pihak yang meminta
b. Hakim sendiri yang menentukan

7. Nilai kekuatan pembuktian

a. Sebagai keterangan bagi hakim


b. Variabel nilai kekuatannya dalam putusan pengadilan
§ Hasil pemeriksaan setempat dapat dijadikan dasar pertimbangan
§ Dapat dijadikan dasar mengabulkan gugatan
§ Dapat dipergunakan menentukan luas
66
KESIMPULAN

 Tidak wajib diajukan

 Dibuat secara ringkas

 Mengkaitkan dalil dengan bukti (baik - bukti tergugat,bukti dan pengakuan


penggugat ) dihubungkan dengan aspek hukum kemudian dibuatkan
kesimpulan ringkas untuk menegaskan dalil jawaban

67

PERTEMUAN KE XI
(10 Desember 2016)
PUTUSAN
68
1. Pengertian

Pernyataan hakim yang diucapkan pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum
untuk menyelesaikan atau mengakhiri perkara (Riduan Syahrani)

2. Asas-asas putusan hakim


a. Memuat dasar alasan yang jelas dan rinci


b. Wajib mengadili seluruh bagian gugatan
c. Tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan (ultra vetita)
d. Putusan diucapkan dimuka umum:
§ Prinsip keterbukaan umum bersifat imperative
§ Akibat hukum atas pelanggaran atas keterbukaan umum mengakibatkan
putusan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum
§

a.

§

§ 69
Meskipun pemeriksaan perkara bersifat tertutup, namun putusan
tetap diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
§ Diucapkan dalam sidang pengadilan
§ Radio dan televisi dapat menyiarkan langsung pemeriksaan dari
ruang sidang
§

3. Formulasi Putusan

a. Memuat secara ringkas dan jelas pokok perkara, jawaban,


pertimbangan dan amar putusan
§ Dalil gugatan
§ Mencantumkan jawaban tergugat
§ Uraian singkat ringkasan dan lingkup pembuktian
§ Pertimbangan hukum
§ Ketentuan perundang-undangan
§ Amar putusan
b. Mencantumkan biaya perkara

70
§ Prinsip pembebanan biaya perkara
§ Pembebanan meliputi biaya putusan sela
§ Biaya putusan verstek kepada yang dijatuhi verstek
§ Pembebanan biaya tambahan pemanggilan
§ Komponen biaya perkara

4. Mencari dan menemukan hukum

a. Pengadilan dilarang menolak memeriksan dan mengadili


perkara
b. Prinsip curia novit jus
c. Mencari dan menemukan hukum objektif dari sumber hukum
yang dibenarkan
§ Ketentuan hukum positif
§ Dari sumber hukum tidak tertulis
§ Yurisprudensi
§ Traktak
§ Doktrin
5. Otonomi kebebasan hakim menjatuhkan putusan :
71
a. Pengadilan sebagai katup penekan

b. Pengadilan sebagai pelaksana penegakan hukum

§ Sebagai penjaga kemerdekaan anggota masyarakat


§ Sebagai wali masyarakat
§

c. Kebebasan tidak bersifat mutlak


§ Mutlak bebas dan merdeka dari campur tangan ekstra yudisial
§ Kebebasan relative menerapkan hukum

d. Hakim memiliki imunitas personal yang total

e. Putusan hakim disamakan dengan putusan Tuhan


6. Putusan ditinjau dari berbagai segi (Macam2 putusan)
72
a. Dari aspek kehadiran para pihak :
§ Putusan gugatan gugur :
§

Adalah putusan yang menggugurkan gugatan karena


Penggugat tidak hadir sehingga pemeriksaan pekara tidak
dilanjutkan dengan tahap jawab-menjawab dan pembuktian

§ Putusan Verstek :
§

Adalah putusan yang dijatuhkan karena Tergugat tidak pernah


hadir setelah dipanggil, sehingga pemeriksaan pekara tidak
dilanjutkan dengan tahap jawab-menjawab dan pembuktian

§ Putusan Contradictoir

Adalah putusan yang dijatuhkan dengan hadirnya para pihak,


baik hadir keduanya ataupun salah satunya
b. Putusan ditinjau dari sifatnya
73
§ Putusan Deklarator : Adalah putusan yang berisi
pernyataan/deklrasi tentang suatu keadaan/kedudukan hukum

Contoh amarnya : Menyatakan sah perkawinan antara


Penggugat dengan Tergugat

§ Putusan Constitutief : Adalah putusan yang


menciptakan/menimbulkan suatu keadaan hukum, baik yang
bersifat mendiadakan suatu keadaan hukum maupun yang
menimbulkan keadaan hukum baru
§ Contoh amarnya : Menyatakan batal ikatan perkawainan
Penggugat dengan Tergugat
§

§ Putusan Condemnatoir : Adalah putusan yang memuat amar


menghukum salah satu pihak yang berperkara
Contoh amarnya : Menghukum Tergugat untuk menyerahkan
sbidang tanah…dst kepada Penggugat
74
c. Putusan ditinjau pada saat penjatuhannya

§ Putusa sela/antara (tussen vonnis) :Adalah putusan


sementara yang dijatuhkan saat masih dalam proses
pemeriksaan perkata dengan tujuan untuk
memperlancar pemeriksaan perkara

§ Putusan akhir (einddvonis):Adalah putusan yang


mengakhiri pemeriksaan perkara di persidangan, baik
yang telah melalui semua tahap pemeriksaan maupun
yang tidak/belum menempuh semua tahap
pemeriksaan ( Drs. H.A. Mukti Arto, SH.)

75
7. Putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu/Putusan serta
merta (uitvoerbaar bij voorraad)

a. Pengertian dan landasan hukumnya


§ Eksekusi terlebih dahulu bersifat eksepsional
§ Landasan hukum positif
§ Penerapan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu
bersifat fakultatif

b. Syarat putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu


§ Syarat tidak bersifat kumulatif
§ Pengabulan berdasarkan permintaan
§

c. Eksekusi putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu


§ Dilaksanakan ketua PN tanpa intervensi
§ Pelaksanaannya atas izin Pengadilan Tinggi
§ Ketua PN dapat meminta jaminan uang atau barang
76
§

d. Pemulihan kembali eksekusi terlebih dahulu

§ Pemulihan dari pihak ketiga melalui gugatan


§ Pemulihan barang yang sudah hancur
KEKUATAN PUTUSAN HAKIM
77
a. Kekuatan mengikat
§ Mengikat para pihak yang berperkara dan pihak terkait lainnya
§ Para pihak harus tunduk atas putusan tersebut
§ Mengikat dalam arti positif: apa yang diputus harus dianggap benar
(res judicata pro varitate habetur). Dalam arti negatif : hakim
tidak boleh mengadili kembali perkara yang sama dengan materi
perkara dan para pihak yang sama (ne bis in idem)

b. Kekuatan pembuktian

§ Dengan putusan itu diperoleh kepastian tentang suatu yang


terkandung dalam putusan itu
§ Dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara lain
c. Kekuatan eksekutorial
§ Putusan tersebut dapat dilaksanakan secara paksa bila perlu
78
Pengertian putusan mempunyai kekuatan hukum tetap
(inkracht van gewijsde)

Apabila terhadap putusan tersebut, masa upaya hukum yang


ditetapkan menurut undang-undang telah habis dan tidak
dimintakan upaya hukum dalam masa tersebut (khusus untuk
upaya hukum banding dan kasasi. Atau setelah putusan kasasi
dijatuhkan dalam hal upaya hukumnya sampai tingkat kasasi
PROSES ACARA VERSTEK
79
1. Pengertian
Putusan yang dijatuhkan karena Tergugat tidak hadir

2. Tujuan Verstek
Untuk mendorong para pihak khususnya Tergugat untuk
menghadiri siding dan menjamin kepastian hukum bagi
Penggugat atas gugatannya

Syarat acara Verstek :

a. Tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut


§ Yang melakukan pemanggilan juru sita
§ Betuknya dengan surat panggilan
§ Cara pemanggilan yang sah
§ Jarak waktu pemanggilan dengan hari sidang
b. Tidak hadir tanpa alasan yang sah
§ Penerapan alasan yang sah
80
§ Yang berwenang menilai alasan
§

c. Tergugat tidak mengajukan eksepsi kompetensi

Jika Tergugat mengajukan eksepsi kompetensi. Maka, proses


yang dilakukan hakim adalah:

§ Wajib lebih dahulu memutus eksepsi


§ Eksepsi dikabulkan pemeriksaan berhenti
§ Eksepsi ditolak, dilanjutkan dengan acara verstek
§
Penerapan acara verstek tidak imperative
81
Hakim tidak diwajibkan menjatuhkan putusan verstek jika tergugat tidak
hadir. Akan tetapi penjatuhan putusan verstek bersifat fakultatif/hakim
diberikan kebebasan, dengan acuan :

a. Ketidakhadiran Tergugat pada sidang pertama langsung memberi


kewenangan bagi hakim menjatuhkan putusan verstek
b. Mengundurkan sidang dan memanggil Tergugat sekali lagi
c. Batas toleransi pengunduran sidang untuk memanggil tergugat
d.

Penerapan acara verstek jika Tergugat lebih dari satu orang

a. Pada sidang pertama semua Tergugat tidak hadir, langsung dapat


diputus verstek
b. Pada sidang berikut semua tergugat tidak hadir, dapat diputus verstek
a.
c. Salah seorang tergugat hadir, sidang wajib diundurkan, maka harus
diterapkan tata cara berikut: 82
§ Secara imperative, pemeriksaan diundurkan
§ Tidak boleh memeriksa Tergugat yang hadir dan tidak boleh
menjatuhkan verstek kepada yang tidak hadir
§ Tetap tidak hadir pada sidang berikutnya, proses pemeriksaan
dilangsungkan secara kontrakditoir

d. Salah seorang atau semua tergugat yang hadir pada sidang pertama,
tidak hadir pada sidang berikutnya, tetapi tergugat yang dahulu tidak
hadir, sekarang hadir. Hakim dapat memilih alternative berikut:

§ Mengundurkan persidangan
§ Melangsungkan persidangan secara kontrakditoir
§ Salah seorang tergugat terus-menerus tidak hadir sampai putusan
dijatuhkan, proses pemeriksaan kontrakditoir

Saat putusan Verstek diucapkan
83
Bentuk putusan Verstek

a. Mengabulkan gugatan penggugat, baik seluruhnya atau sebagian


b. Menyatakan gugatan tidak dapat diterima
c. Menolak gugatan Penggugat
d.

Upaya hukum terhadap putusan Verstek


a. Upaya hukum perlawanan (Verzet)
b. Yang berhak mengajukan perlawanan
c. Yang ditarik sebagai terlawan hanya Penggugat
d. Upaya yang dapat diajukan penggugat adalah banding
e. Pengajuan banding penggugat, menggugurkan hak tergugat
mengajukan perlawanan
f. Tenggang waktu mengajukan perlawanan
84
§ Tenggang waktu merupakan syarat formal
§ Tenggang waktu dihitung dari tanggal pemberitahuan putusan
verstek kepada tergugat
§ Klasifikasi tenggang waktu yang dibenarkan UU

Proses pemeriksaan perlawana

a. Perlawanan diajukan kepada PN yang menjatuhkan putusan Verstek


b. Perlawanan terhadap Verstek, bukan perkara baru
c. Perlawanan mengakibatkan putusan verstek mentah kembali
d. Pemeriksaan perlawanan (verzet)
§ Pemeriksaan berdasarkan gugatan semula
§ Proses pemeriksaan dengan acara biasa
§ Surat perlawanan sebagai jawaban tergugat terhadap dalil
gugatan
Putusan perlawanan

85
a.

b. Putusan verzet merupakan produk kedua


c. Bentuk putusan verzet
§ Verzet tidak dapat diterima
§ Menolak verzet
§ Mengabulkan verzet

Verstek atas Verstek, tidak dapat diVerzet


Jika dijatuhkan putusan verstek (tanpa hadir tergugat) untuk kedua kalinya.
Maka, perlawanannya/verzetnya sudah tidak dapat diterima lagi. Selain itu,
tergugat sudah tidak dapat banding dan kasasi serta putusan verstek itu
langsung memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht) dan dapat dieksekusi

Eksekusi putusan Verstek

a. Putusan verstek tidak dapat dieksekusi sebelum lewat tenggang


14 hari dari tanggal pemberitahuan putusan
86
b. Dapat dieksekusi sebelum lewat tenggang 14 hari atas alasan
sangat perlu:
§ Putusan mencantumkan dictum serta merta
§ Terdapat keadaan yang sangat perlu
§ Ada permintaan dari penggugat

c. Verzet menyingkirkan eksekusi


87

PERTEMUAN KE XII
(15 Februari 2020)
TENTANG SITA
88
Pengertian :
Suatu penetapan hakim yang berisi perintah untuk menempatkan
harta kekayaan atau benda/barang baik bergerak maupun tidak
bergerak, baik yang menjadi objek sengketa maupun bukan agar
tidak dipindahtangankan guna menjamin gugatan yang diajukan

Sifatnya :
Fakultatif, diserahkan kepada pertimbangan hakim, apa akan
dikabulkan atau tidak

Tujuan :

a. Agar gugatan tidak Illusoir (sia-sia)


b. Objek eksekusi sudah pasti sehingga tidak kesulitan jika eksekusi
putusan
Prinsip pokok sita
a. Harus berdasarkan permohonan
89
b. Permohonannya beralasan

Penggugat wajib menunjukan barang objek sita


a. Tidak dibenarkan menyebut secara umum
b. Menyebut rinci identitas yang melekat pada barang

Waktu pengajuan
Selama pemeriksaan perkara masih berjalan dan belum diekskusi

Lingkup Objek sita

a. Harta kekayaan tergugat (dilarang menyita harta pihak ketiga), dalam


hal sengketa hutang piutang atau PMH
b. Barang yang menjadi objek sengketa dalam hal sengketa kepemilikan
c. Barang jaminan yang terkait dengan dengan hutang
Jeni-jenis Sita:

a. Sita jaminan (conservatoir beslag)


90
Sita jaminan dapat berupa sita atas harta/objek yang
disengketakan dan atas harta milik tergugat sebagai ganti
rugi atas hutang atau atas tuntutan perbuatan melawan
hukum
b. Sita hak milik (Rivindicatoir beslag)
Sita atas harta hak milik penggugat yang berada di tergugat
karena dikuasasi secara melawan hukum

c. Sita harta bersama (Marital beslag)


Sita atas harta bersama suami istri yang berada di tangan suami
maupun istri apabila terjadi sengketa perceraian atau pembagian
harta bersama

d. Sita eksekusi (Executoir beslag)


Sita atas barang-barang yang tercantum dalam amar putusan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Objek sitaan : 91

a. Sita jaminan (conservatoir beslag). Harta milik Tergugat dalam


hal atau barang jaminan dalam kasus hutang piutang, dan
barang/benda yang menjadi objek sengketa dalam sengketa
kepemilikan

b. Sita hak milik (Rivindicatoir beslag). Terbatas pada barang


bergerak milik Penggugat yang ada di Tergugat

c. Sita harta bersama (Marital beslag). Terbatas pada harta


bersama milik suami istri (tidak dapat diterapkan atas harta
bawaan masing-masing pasangan)

d. Sita eksekusi (Executoir beslag)


Akibat hukum peletakan sita
92
a. Dilarang memindahkan, membebani, atau menyerahkan barang
sitaan. Jika hal tersebut terjadi, berakibat batal demi hukum
tindakan tersebut;
b. Pihak ketiga tidak dapat menempuh upaya derden verzet atas
barang sitaan (Jika pihak ketiga membeli barang sitaan,
pembelian tersebut batal demi hukum, pihak ketiga
tersebut tidak dapat lagi mengajukan upaya derden verzet
saat barang tersebut akan dieksekusi;
c. Jika Objek sita dipindahtangankan, dirusak,dihancurkan atau
membuat tidak dapat dipakai, dapat diancam pidana
penjara selama-lamanya 4 tahun jika dilanggar (Pasal 231
KUHP)
UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN
93

 Verzet

 Banding Upaya hukum biasa

 Kasasi

 Peninjauan kembali

Upaya hukum istimewa

 Derden verzet

94

 UPAYA HUKUM VERZET


 Perlawanan terhadap putusan verstek (putusan tanpa hadirnya


tergugat setelah dipanggil secara patut)

 Tenggang waktu 14 hari terhitung sejak putusan verstek


diberitahukan kepada tergugat

 Jika setelah dipanggil, masih tidak hadir, maka tergugat tidak


dapat lagi mengajukan verzet

UPAYA HUKUM BANDING 95

Waktu pengajuan

 14 hari sejak putusan dibacakan (jika hadir)


 14 hari sejak relaas pemberitahuan putusan diterima (jika tidak hadir)
 Yang penting tandatangan akta pernyataan banding, bukan
menyatakan di depan sidang
 Sebaikanya diajukan beberapa hari sebelum jatuh tempo (agar tidak
terlambat karena faktor kondisi di lapangan)
 Hati-hati terjebak tipu daya lawan dalam menyatakan banding.
Menyatakan banding namun kemudian dicabut lagi setelah masa
ajukan banding telah lewat
 Sebaiknya selalu dicek ke PN (terutama hari terakhir), menghindari
kerjasama pihak dengan petugas PN
96
Tentang Membuat memori dan kontra banding

 Sifat pemeriksaan banding sebagai pengadilan fakta (judex


factie) sama dengan pemeriksaan di pengadilan negeri,
berbeda dengan pada pemeriksaan tingkat kasasi (judex
juridis) yang lebih ke penerapan hukum;

 Memori banding bukanlah syarat formil, karenanya tidak
wajib diajukan, namun sebaiknya diajukan agar hakim
banding dapat mengetahui alasan-alasan banding;

 Pengajuan Memori/Kontra dapat diajukan selama pemeriksaan


banding belum diputus. Namun sebaiknya diajukan sebelum
berkas dikirim ke PT. Namun

UPAYA HUKUM KASASI 97

Batas waktu menyatakan:

14 hari setelah menerima surat pemberotahuan putusan dari PN

Memori kasasi :

 Mengajukan Memori kasasi sifatnya wajib dan diajukan 14 hari


setelah menyatakan kasasi

 Jika tidak menyerahkan memori kasasi atau menyerahkannya


setelah melewati tenggang waktu 14 hari, maka kasasi tidak
dapat diterima

ALASAN-ALASAN KASASI
98

 Karena lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan per UU ngan yang
mengancam kelalaian itu dengan batalnya perbuatan tersebut
Misal: a. Putusan tidak diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum
b. Dalam putusan hanya dipertimbangkan gugatan konvensi tanpa
mempertimbangkan gugatan rekonvensi
c. Putusan tidak memuat kalimat “Demi keadilan berdasarkan ketuhanan
yang maha esa”
 Karena tidak berwenang atau melampaui wewenangnya
Misal : objek perkara bukan merupakan kompetensi absolut pengadilan tersebut

 Karena salah menerapkan atau karena melanggar peraturan hukum yang berlaku
Misal : Upaya banding atas putusan yang tidak didasarkan pada alat bukti, atau
penerapan pembuktian yang tidak sesuai dengan hukum acara


BEBERAPA CATATAN DALAM MEMBUAT MEMORI KASASI99

 Cara menguraikan alasan-alasan kasasi berbeda dengan alasan-


alasan dalam memori banding
 Uraian harus tepat dengan judul yang menjadi alasan kasasi
 Banyak permohonan kasasi ditolak karena alasan sederhana
(alasan-alasan kasasi sama sifatnya dengan alasan banding),
meskipun pemohon kasasi memiliki alas hak yang kuat atas
masalah yang disengkatakan

UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI 10
Alasan-alasan dan tenggang waktu mengajukan: 0
1. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan, tipu muslihat atau
bukti-bukti palsu
180 hari sejak diketahui kebohongan, tipu muslihat atau sejak putusan
hakim pidana telah berkekuatan hukum tetap

2. Apabila setelah perkara diputus ditemukan novum


180 Sejak ditemukannya surat-surat novum. Hari/tanggal penemuan
harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut, lebih dari yang
dituntut
180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak berperkara
10 tanpa
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus
dipertimbangkan sebab-sebabnya 1
180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak berperkara

5. Putusan bertentangan satu sama lain

180 hari sejak putusan yang terakhir dan bertentangan itu


memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak berperkara

6. Apabila dalam putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau


kekeliruan yang nyata
180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap
dan telah diberitahukan kepada pihak berperkara
UPAYA HUKUM DERDEN VERZET 10
2
 Perlawanan oleh seseorang terhadap putusan yang tidak ikut
dalam perkara yang diputus
 Orang yang mengajukan harus memiliki kepentingan dan nyata-
nyata dirugikan akibat putusan dimaksud
 Diajukan sebelum eksekusi putusan

Misal: si A menggugat si B atas suatu objek tanah dan


putusan telah berkekuatan hukum tetap. Ternyata tanah
dimaksud bukan milik si A dan si B, namun milik si C. Ketika
tanah hendak dieksekusi, si C mengajukan perlawanan
(derden verzet) ke PN yang mengadili perkara tersebut
10
3

Pertemuan ke XIII
7 Januari 2017
MENJALANKAN PUTUSAN HAKIM (EKSEKUSI)
10
Pengertian 4
R. Supomo :
Hukum yang mengatur cara dan syarat-syarat yang dipakai oleh
alat-alat Negara guna membantu pihak yang berkepentingan
untuk menjalankan putusan hakim, apabila pihak yang kalah
tidak bersedia memenuhi bunyinya putusan dalam waktu yang
ditentukan (Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, hlm. 119)

M. Yahya Harahap :

Tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak


yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan tata cara
lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Eksekusi tiada lain
daripada tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan
proses hukum acara perdata (Ruang Lingkup Permasalahan
Eksekusi Bidang Perdata, hlm. 3)
Ø Dapat dilakukan secara sukarela 10
Ø Melalui eksekusi paksa 5
1. Asas-asas Eksekusi Paksa:

a. Dilakukan terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum tetap


(inkracht van gewijsde). Kecuali :

§ Putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu/serta merta


(Pasal 180 ayat (1) HIR)
§ Pelaksanaan putusan provisi
§ Menjalankan akta perdamaian (Pasal 130 HIR)
§ Eksekusi terhadap Grose Akta (Pasal 224 HIR)

b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela (dilakukan setelah adanya


peringatan/Aanmaning
c. Putusannya bersifat kondemnator (berisi penghukuman kepada10
tergugat/pihak yang kalah). Misal memuat kalimat:
6
 Menghukum atau memerintahkan “menyerahkan suatu
barang”
 Menghukum atau memerintahkan “pengosongan sebidang
tanah”
 Menghukum atau memerintahkan “melakukan suatu
perbuatan”
 Menghukum atau memerintahkan “menghentikan suatu
perbuatan”
 Menghukum atau memerintahkan “membayar sejumlah uang”

d. Kewenangannya berada pada Pengadilan Negeri

e. Harus sesuai dengan amar putusan



Jenis-jenis Eksekusi

1. Eksekusi Rill. Pelaksanaan putusan


2. Eksekusi pembayaran uang.
pengadilan yang menghukum
seseorang untuk mengosongkan
Berkaitan dengan putusan yang
barang tetap berisi hukuman kepada
tergugat/pihak yang kalah untuk
Pasal 1033 Rv : Apabila
a. membayar sejumlah uang kepada
putusan pengadilan yang
memerintahkan
penggugat/pihak yang menang
pengosongan barang tak
bergerak tidak dipenuhi oleh
orang yang dihukum, maka
ketua akan memerintahkan
dengan surat kepada juru
sita supaya dengan bantuan
alat kekuasaan negara,
barang tak bergerak itu
dikosongkan oleh orang 3.Eksekusi yang
yang dihukum serta menghukum seseorang
keluarganya dan segala untuk melakukan suatu
barang kepunyaaanya perbuatan
a.
Cara Pelaksanaan Eksekusi
a. Eksekusi riil :
b.Eksekusi pembayaran c.Eksekusi yang menghukum

Pihak yang kalah uang: seseorang untuk melakukan
diberi

Peringatan/Aanmaning suatu perbuatan
peringatan/aanmani kepada tergugat
Jika Tergugat/pihak yang kalah
n



Sita Eksekusi tidak juga melakuan perbuatan
yang disebutkan dalam amar
Pengadilan


putusan, maka penggugat/pihak
mengeluarkan surat

Penjualan lelang objek yang menang dapat mengajukan
penetapan perintah sita esekusi oleh permohonan kepada pengadilan
eksekusi kantor lelang agar putusan tersebut dinilai


dengan sejumlah uang.

Panitera/juru sita

Penyerahan uang hasil Selanjutnya, dilakukan
lelang kepada peringatan/aanmaning kepada
menjalankan
penggugat/pihak pihak tergugat/yang dikalahkan
eksekusi
yang menang sesuai untuk membayar sejumlah uang
tersebut. Jika tidak, maka dapat


Barang tereksekusi nilai dalam amar dilakukan sita eksekusi sampai
diserarhkan kepada putusan pelelangan sebagaiana haknya
pihak yang eksekusi pembayaran uang
menang/penggugat
§
10
9

PERTEMUAN KE XIV
Delegasi Sita Eksekusi 11
0

Dalam hal suatu objek yang hendak disita eksekusi berada diluar
wilayah suatu PN yang mengadili dan memutus perkara. Maka, PN
tersebut dapat meminta bantuan kepada PN dimana objek tersita
eksekusi tersebut akan dieksekusi untuk dilakukan ekssekusi
Beragam masalah dalam eksekusi
11
2. Penundaan Eksekusi, karena :
1
a. Alasan kemanusiaan
b. Adanya Derden Verzet (perlawanan pihak ketiga)
c. Barang objek eksekusi masih dalam proses perkara lain
d. Penundaan dengan alasan adanya peninjauan kembali (PK)
e. Adanya perdamaian diantara para pihak
a.

2. Eksekusi tidak dapat dijalankan (non eksekutable)


a. Harta kekayaan tereksekusi tidak ada
b. Putusan bersifat deklaratoir
c. barang objek eksekusi ditangan pihak ketiga
d. Eksekusi terhadap penyewa
e. Barang yang hendak dieksekusi dijaminkan kepada pihak ketiga
f. Tanah yang hendak dieksekusi tidak jelas batasnya
g. Perubahan status tanah menjadi tanah negara
11
h. Barang objek eksekusi berada di luar negeri 2
i. Dua putusan saling berbeda
j. Eksekusi terhadap harta kekayaan bersama
k. Eksekusi dapat dijalankan bila disetujui pihak lain
l. Eksekusi atas harta bila menjadi milik suami atau istri
E-Court 11
3

 e-Court atau yang lebih akrab dikenal dengan istilah peradilan


elektronik merupakan sebuah terobosan baru yang diluncurkan
oleh Mahkamah Agung di bidang administrasi pelayanan
peradilan berbasis elektronik yang memanfaatkan kemajuan
Teknologi Informasi (TI).
 Sebagai respon perkembangan zaman yang semakin canggih di
bidang teknologi informasi
 Perwujudakan asas peradilan: cepat, murah dan biaya ringan.
Sistem pelayanan adiministrasi peradilan dibuat secara efektif
dan efisien
 Dasar Hukum: PERMA Nomor 3 Tahun 2018
11
4

 Hanya dikhususkan kepada Advokat


 Administrasi perkara secara elektronik: serangkaian
proses penerimaan gugatan/permohonan, Jawaban, replik,
duplik dab kesimpulan, pengelolaan, penyampaian dan
penyimpanan dokumen perkara perdata/agama/tata usaha
militer/tata usaha negara dengan menggunakan sistem
elektronik yang berlaku di masing-masing lingkungan
peradilan

Lingkup perkara 11
5
 Pengaturan administrasi perkara secara elektronik dalam
peraturan ini berlaku untuk jenis perkara perdata,
agama, tata usaha militer dan tata usaha negara. (Pasal
3)


11
6

Anda mungkin juga menyukai