NIM : KHGC18063
RESUME
GASTROENTERITIS
Gastroenteritis yaitu peradanagn pada lambung yang terjadi di usus kecil dan usus besar
dengan ciri-cirinya diare atau tanpa muntah serta tidak nyamanya abdomen. Diare adalah suatu
keadaan dengan peningkatan frekuensi, konsentrasi feses cair, dengan kandungan air yang banyak
dan feses bisa disertai dengan darah atau lendir.
Peradangan pada GIT disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dengan cara melakukan invasi
pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan sitotoksin yang hal ini menyebabkan peningkatan
sekresi cairan dan menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya cairan
dan elektrolit.
1. Gangguan Osmotik
Dimana zat makanan susah untuk diserap oleh mukosa intestinal dan menyebabkan tekanan
osmotik usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yamg
selanjutnya akan merangsang usus untuk mengeluarkannya.
2. Respon Inflamasi Mukosa,
Yaitu kondisi ini adanya akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respon
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke rongga usus ,
peningakatn isi rongga usus ini yang akan menyebabkan diare.
3. Gangguan Mobilitas Usus
hiperperistaltik usus menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Adanya diare.
Muntah.
Demam.
Nyeri abdomen.
Kondisi feses cair.
Gejala dehidrasi.
Pengkajian faktor epidemiologi.
Pengkajian diagnotik.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah rutin untuk melihat BJ plasma.
Pemeriksaan AGD untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan asam basa dalam darah.
Pemeriksaan elektroli.
Pemeriksaan ureum kreatinin.
Pemeriksaan feses untuk melihat agen penyebab.
3. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan pada gastrointestinal.
Gangguan pola nafas b.d penurunan pH pada cairan serebrospinal.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
Gangguan rasa nyaman b.d gangguan GIT.
Kriteria evaluasi :
- Tidak ada pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
- Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, CRT<3 detik.
- Keluhan diare,mual muntah berkurang.
- Identifikasi faktor penyebab.
- Lakukan rehidrasi oral.
- Lakukan pemasangan IVFD.
- Memonitor intake output cairan.
- Metode perhitungan kebutuhan hidrasi
BJ plasma – 1,025 x BB (kg) x 4 ml
0,001
APENDIKSITIS
Yaitu peradanagn pada apendik yang berada di daerah iliaka kanan, dibawah katup ileocekal
dengan saluran kecil berdiameter kurang lebih sebesar pensil, panjang 2-6 inci.
Sumbatan cacing.
Tumor.
2. Patofisiologi
Terjadinya Edema
Iskemik, nekrosis
Abses
Perforasi
Perforasi
Peritonitis
Dehidrasi
Sepsis
Imbalance elektrolit
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data subjektif
Nyeri daerah pusar menjalar kedaerah perut kanan bawah, mual, muntah, kembung,
anoreksia, demam, diare/konstipasi.
Data objektif
Nyeri tekan pada titik mc Burney, Spasme otot, Takhicardia, takipnea, pucat, gelisah,Bising
usus berkurang, demam 38-38,5 derajat, pada pemeriksaan rectal toucher nyeri pada arah jam 10-11
menunjukan adanya perforasi.
2. Masalah Keperawatan
- Nyeri.
- Ketidakseimbangan nutrisi.
- Hipertemi.
- Risiko penyebaran infeksi.
- Kecemasan.
3. Etiologi
- Salmonella typhi.
- Sumber penularan :
a. Transmisi oral.
b. Transmisi dari tangan ke mulut.
c. Transmisi kotoran.
4. Patogenesis
Kuman bersarang dan berkembang di plak payeri, limpa, hati dan sistem RES lainnya.
5. Manifestasi Klinis
Minggu pertama : sama seperti infeksi pada umumnya akan muncul demam, nyeri
kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare, perasaan tdk enak diperut,
batuk, epistaksis.
6. Diagnosis
- Biakan darah.
- Biakan tinja.
- Titer uji widal 4x lipat selama 2-3mg.
- Pemeriksaan darah tepi. ( leukopeni )
7. Komplikasi
a. Akan terjadinya perdarahan.
b. Perforasi usus.
c. Peritonitis.
d. Sepsis.
8. Penatalaksanaan
- Dengan pemberian antibiotik.
- Istirahat yang cukup / tirah baring 7-14 hari.
- Diet dan terapi panjang.
- Cairan yang cukup.
9. Pemeriksaan Fisik
Fase awal tidak ada perubahan, fase lanjut sering didapatkan adanya penurunan
tingkatkesadaran.
- TTV
Fase 7-14 hari suhu tubuh meningkat 39-41 derajat celcius pada malam hari dan turun pada
pagi hari (intermiten). Relatif bradikardi.
- B1 (breathing) : Tidak ada perubahan , respon akut adanya gejala batuk kering.
- B2 (blood) : Penurunan TD, keringat dingin, diaforesis pada minggu 1, pucat, akral dingin.
- B3 (brain) : Pada dehidrasi menyebabkan penurunan perfusi serebral ( sakit kepala, lesu,
gangguan mental ), kejang.
- B5 (bowel)
- Inspeksi :
Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai stomatitis. Tanda jelas
tampak pada minggu ke 2 b.d infeksi sitemik dan endotoksin kuman.
Sering muntah, perut kembung.
Distensi abdomen.
- Auskultasi :
Penurunan bising usus <5 x/menit pada minggu 1 dan terjadi konstipasi.
- Perkusi :
- Palpasi :
ILEUS
Suatu kondisi hipomotilitas saliran penceranaan tanpa disertai obstruksi mekanik pada
intestinal yang sering disebut ileus paralitik.
1. Faktor Predisposisi
- Pasca bedah.
- Sepsis.
- Trauma.
- Inflamasi intrabdomen.
- Peritonitiss.
- Hematoma retroperitoneal.
2. Pengkajian Fisik
- Inspeksi : kembung dan distensi abdomen.
- Auskultasi : tidak ada bising usus.
- Palpasi : nyeri tekan pada abdomen.
- Perkusi : timpani akibat akumulasi gas pada abdomen.
- Pengkajian diagnostik : pemeriksaan lab dan radiologi.
3. Penatalaksaaan
Konservatif :
- Hidrasi intravena.
- Dipasang NGT.
Terapi Diet :
- Menunda intake oral sampai tanda klinis ileus brakhir
Terapi Aktivitas :
- Ambulasi dini.
Terapi Farmakologo
4. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d output
cairan berlebih.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat