PENDAHULUAN
b. Berbagi informasi
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang
berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber
daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
a) Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak
merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS
dan kesehatan masyarakat.
b) Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang
dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya (Maulana, 2009).
Sedangkan Menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, bina suasana,
advokasi dan kemitraan.
a) Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu,
keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu,
mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan
bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta
proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan
(aspek practice) (Notoatmodjo, 2005).
Beberapa promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada ibu dalam menangani
bayi baru lahir adalah :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya
adalah Remaja dan keluarga. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku
hidup mereka yang tidak sehat menjadi perilaku hidup yang lebih sehat.
Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku pada seorang remaja
yang memiliki perubahan emosi dan mental yang tidak stabil bukanlah
sesuatu yang mudah.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun
pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan
lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa serta keluarga
dan peran sekolah untuk remaja tersebut. Mereka diharapkan dapat turut
serta dalam upaya meningkatkan perilaku kesehatan pada remaja,
remaja dapat sehat dengan cara: Berperan sebagai panutan dalam
mempraktikkan perilaku yang sehat. Turut menyebarluaskan informasi
tentang kesehatan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi remaja.
Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya remaja yang sadar akan kesehatan. Selain
itu, sasarannya juga di tujukan kepada teman sebaya, karena remaja
tidak jauh beda dengan anak usia sekolah yang emosionalnya masih
belum stabil sehingga masih mudah terpengaruh oleh lingkungan, rema
juga akan lebih mudah dan memerankan peer group pada
lingkungannya.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang
lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau
menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya
meningkatkan kesehatan remaja, dengan cara:
a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang
tidak merugikan kesehatan remaja dan bahkan mendukung
terciptanya kesehatan pada remaja
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain)
yang dapat mempercepat terciptanya penyuluhan dan Pendidikan
kesehatan di kalangan remaja.
b. Kemitraan
Selain melakukan tahap advokasi, Dinkes selanjutnya membangun
strategi kemitraan. Strategi ini dijalankan dengan bekerjasama dengan
beberapa instansi terkait, yang dianggap mampu membantu proses
penanggulangan narkoba di Kabupaten Wajo. Adapun instansi yang
terlibat kerjasma lintas sektor yaitu puskesmas, sekolah dan polres.
Bentuk kemitraan yang dilakukan antara dinas kesehatan dan
puskesmas berupa penyuluhan kepada remaja yang bertujuan
menambah tingkat pengetahuan remaja tentang dampak pergaulan
bebas, seks bebas, dan napza bagi kesehatan, sehingga diharapkan
terciptanya pemberdayaan remaja terhadap penanggulangan narkoba
berupa pembentukan kader kesehatan remaja. Bentuk kemitraan yang
dilakukan antara dinas kesehatan dan sekolah dalam penanggulangan
narkoba yaitu membatu mengumpulkan remaja pada saat dinas
kesehatan melakukan penyuluhan di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh informasi
mengenai manfaat kemitraan yang disampaikan oleh informan berupa
terciptanya efektifitas penyuluhan, pekerjaan terasa ringan dan
dianggap mampu membantu pemberantasan narkoba, pencegahan seks
bebas dan pergaulan bebas pada remaja.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh (Hasrat Jaya
Siliwu, (2007), bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara
individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Konsep kemitraan
merupakan upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk
bekerjasama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip dan peran masing-masing.
c. Pemberdayaan
Pemberdayaaan yang dilakukan dinas kesehatan terhadap upaya
penanggulangan narkoba dengan cara membentuk kader kesehatan
remaja di sekolah. Tujuannya adalah memberikan pemahaman terhadap
remaja tentang bahaya penyalahgunaan napza, seks bebas bagi
kesehatan, sehingga remaja memiliki kesadaran untuk ikut terlibat
memerangi tindak penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas dan seks
bebas.
Hal ini senada dengan peneliti sebelumnya yang menjelaskan
bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pembentukan kader kesehatan remaja yang ditujukan kepada siswa
remaja diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi aktif dari siswa akan
pentingnya penanggulangan narkoba dalam segala aktivitasnya sehari-
hari. Partisipasi yang bertanggung jawab sebaiknya dimiliki setiap
masyarakat dan organisasi lokal.Partisipasi dapat dicapai bila
mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari kegiatan yang
dilakukan. Dengan sendiriya dibutuhkan pembagian tugas pada masing-
masing anggota dalam organisasi tersebut.
- Pelayanan medis
3. Pendidikan Pergaulan
Pergaulan dikalangan remaja adalah salah satu kebutuhan hidup
dari manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam
kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia
dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship)Pergaulan yang terjadi saat ini sudah sangat
memperhatikan. Banyak sekali terjadi perilaku yang telah menyimpang
dan melanggar nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Perilaku anak
muda atau remaja zaman sekarang telah jauh dari norma agama sebagi
pegangan hidup. Sehingga, pergaulan remaja saat ini harus lebih dipilah
dan dipilih untuk menentukan yang baik dan yang buruk dengan
diberikannya Pendidikan pergaulan pada remaja.