PENDAHULUAN
Liberalisme sosiologis
Liberalisme interdependensi
Seperti yang kita ketahui bahwa interdependensi merupakan ketergantungan timbal balik,
rakuyat dan pemerintah dipengaruhi oleh apa yang terjadi dimanapun, oleh tindakan
rekannya di Negara lain. Maka dari itu tingkat hubungan yang paling banyak terjadi adalah
hubungan interdependensi. Sepanjang sejarah Negara berupaya mencari kekuasaan dengan
alat militer dan perluasan wilayah. Tetapi bagi Negara-negara industrialis pembangunan
ekonomi dan perdagangan luar negri adalah alat-alat dalam mencapai keunggulan dan
kesejahteraan yang lebih mencukupi dan dengan sedikit biaya. Kemudian, pembagian tenaga
kerja yang tinggi dalam perekonomian internasional meningkatkan interdependensi antara
Negara dan hal itu menekan dan mengurangi konflik kekerasan antara Negara. Akan tetapi
masih tetap ada resiko bahwa Negara modern tergelincir kembali ke pilihan militer dan
memasuki konfrontasi kekerasan.
Liberalisme institusional
Dalam pembahasan ini erat kaitannya dengan pernyataan Woodrow Wilson yang ingin
mengubah hubungan internasional dari hutan politik kekuasaan yang kacau menuju kebun
binatang pergaulan yang erat diatur dan damai. Bagaimanapun juga kaum liberal institusional
tidak sepakat dengan pandangan kaum realis bahwa institusi internasional hanyalah secarik
kertas dan bahwa mereka berada dalam belas kasian sepenuhnya Negara kuat. Akan tetapi
mereka juga merupakan kepentingan yang independen dan mereka dapat memajukan
kerjasama antara Negara-negara. Institusional membantu memajukan kerjasama antara
Negara-negara dan oleh karena itu membantu mengurangi kepercayaan Negara-negara dan
rasa takut Negara satu dama lain yang dianggap jadi masalah tradisional yang dikaitkan
anarki internasional.
Liberalisme interdependensi
Seperti yang kita ketahui bahwa interdependensi merupakan ketergantungan timbal balik,
rakyat dan pemerintah dipengaruhi oleh apa yang terjadi dimanapun, oleh tindakan rekannya
di Negara lain.maka dari itu tingkat hubungan yang paling banyak terjadi adalah hubungan
interdependensi. Sepanjang sejarah, Negara berupaya mencari kekuasaan dengan alat militer
dan perluasan wilayah, tetapi bagi Negara-negara industrialis pembangunan ekonomi dan
perdagangan luar negri adalah alat-alat dalam mencapai keunggulan dan kesejahteraan yang
lebih mencukupi dan dengan sedikit biaya. Kemudian, pembagian tenaga kerja yang tinggi
dalam perekonomian internasional meningkatkan interdependensi antara Negara dan hal itu
menekan dan mengurangi konflik kekerasan antar Negara. Akan tetapi masih tetap ada resiko
bahwa Negara modern tergelincir kembali ke pilihan militer dan memauki konfrontasi
kekerasan.
Liberalisme republikan
Liberalism republican berupa bentukan dari sebuah pernyataan bahwa Negara-negara
demokrasi liberal bersifat lebih damai dan patuh pada hokum sibandingkan sistem politik
lain. Dalm hal ini berarti Negara-negara demokrasi tidak pernah berperang. Akan tetapi
Negara-negara demokrasi berperang sesering Negara-negara non demokrasi. Pendapat dari
liberalism republican ini terlalu mengagung-agungkan demokrasi. Ia selalu menganggap
bahwa demokrasi itu merupakan satu sistem yang paling tidak akan pernah perang sama
sekali. Bahkan dengan adanya demokrasi justru kerjasama ekonomi dan interdependensi
antar Negara akan semakin kuat.
Dalam pembahasan liberalism ini memang pada dasarnya lebih terfokus pada bidang
ekonomi. Apalagi sejak pasca perang dunia dua. Neoliberalisme adalah suatu perwujudan
baru dari paham liberalism yang saat ini telah menguasai sistem perekonomian dunia. paham
ini merupakan suatu sistem ekonomi yang sama dengan kapitalisme, dimana kebebasan
individu lebih diutamakan dan tanpa campur tangan dari pemerintah. Yang menjadi penentu
utama dalam kegiatan ekonomi adalah mekanisme pasar. Bukan pemerintah.
Sebagai sebuah aliran paham yang sangat berpengaruh di dunia, Neoliberalisme tentu didirikan
berdasrkan bangunan konseptual. Untuk memahaminya secara utuh, maka kita harus membedah
bangunan-bangunan konseptual tersebut. Dari situ kita akan mengerti bagaimana cara pandangnya dan
apa proyeksinya tentang kehidupan. Bagaimana basis ontologis, epistimologi dan aksiologisnya ?
bagaimana cara pandangnya tentang Manusia ? bagaiaman cara pandanganya tentang negara ?. Pada
bagian ini nantin akan di jelaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Jantung Neoliberalisme adalah gagasan yang mungkin bisa diringkas sebagai berikut. Manusia pertama-
tama dan paling utama adalah homo economicus (manusia ekonomi). Itulah ontologi (kodrat) manusia.
Karena itu, maka gagasan ini ingin mencapai dua hal.Pertama, hubungan-hubungan antar pribadi dan
sosial kita mesti dipahami dengan menggunakan konsep dan tolok-ukur ekonomi. Jadi, ontologi
economicus berimplikasi pada epistimologi (cara pandang) economicus pula. Artinya, semua perosalan
akan ditinjau dari perspektif ekonomi. Motif ekonomi menjadi pendorong manusia dalam bertindak,
semua dikaji berdasarkan hubungan untung rugi. Dengan demikian, relasi yang terbangun semata-mata
karena dorongan pragmatisme saja. Medium yang paling tepat untuk menjalankan prinsip seperti itu
adalah pasar.
Kelompok Neoliberal percaya bahwa pasarlah yang harus dijadikan sebagai prinsip dasar dalam
masyarakat dan negara. Kedua, prinsip ekonomi juga merupakan tolok-ukur untuk mengevaluasi
berbagai tindakan dan kebijakan pemerintah suatu negara. Ontologi dan epistiomologi economicus pada
gilirannya melahirkan etika economicus pula. Jika Liberalisme klasik abad 18 menuntut pemerintah-
pemerintah untuk menghormati kinerja pasar sebagai salah satu cara jitu kehidupan ekonomi,
Neoliberalisme menuntut kinerja pasar bebas sebagai satu-satunya tolakukur untuk menilai berhasil
tidaknya semua kebijakan pemeintah.
Pasar Bebas adalah meja pengadilan bagi setiap kebijakan pemerintah. Gagasan ini berbeda dengan
liberalisme klasik abad 181. Hal inilah yang menyebabkan ajaran ini disebut juga sebagi ajaran
fundamentalisme pasar karena ajaran ini menginginkan adanya pasar yang bebas sebebas-bebasnya.
Negara tidak boleh sama sekali mencampuri urusan ekonomi. Dalam Neoliberalisme juga
memperdebatkan tentang peran negara dalam urusan ekonomi. Sama seperti perdebatan aliran-aliran
yang sebelumnya, negara menjadi salah satu objek bahasan dalam Neoliberalisme.
Jika dalam ajaran liberalisme klasik dikatakan bahwa negara harus lepas tangan karena pasar bisa
mengurus dirinya sendiri, maka neoliberalisme jauh lebih radikal dengan mengatakan bahwa negara
sebagai penyebab utama kegagalan ekonomi. Adanya negara membatasi individu dalam melakukan
praktek ekonomi. Itulah sebabnya aliran ini juga menginginkan adanya perdagangan bebas. Dengan
maksud agar sekat-sekat negara tidak menjadi hambatan dalam mengejar keuntungan pribadi. Seperti
dikatakan oleh Poespardojo dan Seran bahwa pola dasar ekonomi Neoliberalisme adalah membangun
satu dunia baru bagi hubungan ekonomi global, maka Neoliberalisme selalu dikaitkan dengan globalisasi
yang menekankan manusia sebagai warga dunia dan bukan terutama sebagai warga sebuah negara.
melalui globalisasi batas-batas teritori dan hukum nasional mau dirobohkan supaya manusia bisa
berhubungan tanpa hambatan, terutama dalam perdagangan antarbangsa. 2
Menurut Rachel S. Turner dalam Poespardojo dan Seran, (2016) terdapat empat prinsip
Neoliberalisme meliputi:
1. Keyakinan bahwa pasar dapat mengatur dirinya sendiri tanpa intervensi dari luar (politik,
agama negara dan lain-lain),
2. Keyakinan akan negara hukum dan pemerintahan berdasarkan hukum (rechstaat),
3. Keyakinan untuk memperjuangkan kekuasaan negara secara minimal dalam melakukan
intervensi, dan
4. Keyakinan akan hak milik pribadi sebagai pengakuan terhadap hak-hak fundamental
manusia sebagai pribadi.
1
Priyono, H.B. (2003). Dalam Pusaran Neoliberalisme. Diterjemahkan dari Wibowo dan Francis Wahono ,
Neoliberalisme. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.
2
Poespardojo, S.T.M dan Seran, A. 2016. Diskursus Teori-Teori Kritis: Kritik atas Kapitalisme Klasik, Modern dan
Kontemporer. Jakarta: Kompas
Jika membahas tentang Neoliberalisme, maka tidak akan lepas dari pembahasan tentang
Konsensus Washington. Konsensus ini terkenal sangat buruk karena mengemban tanggungjawab
terhadap terjadinya pelemahan dan pemiskinan di banyak negara. Karena Konsensus ini berusaha
untuk melakukan penyeragaman tanpa melakukan pembedaan dalam penerapannya. Apakah
negeri-negeri berkembang itu merupakan termiskin, lamban perkembangannya apakah negeri itu
negeri industri baru atau tidak, semua diperlakukan sama. Dalam program-program penyesuaian
struktural IMF Konsensus Washington dipaksakan secara membabi buta kepada negara-negara
yang terlilit utang (Erhard Eppler, 2010).
A. Tony Prasetiantono dalam I. Wibowo dan Francis Wahono (2003) menyebutkan tiga pilar utama
dari konsep Washington Consensus yaitu:
1. Liberalisasi,
2. Deregulasi, dan
3. Privatisasi
Mansour Fakih dalam bukunya yang berjudul Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik (2011)
menyebutkan pokok-pokok pendirian Neoliberal meliputi beberapa hal: