Anda di halaman 1dari 17

Tugas Pengantar Ilmu Kedokteran Hewan Tradisional

TANAMAN ETHNOVETERINARY SEBAGAI PENGOBATAN


ALTERNATIF HEWAN DI CHINA

Disusun Oleh:

KADEK LENI MARTHA DIANA (1809511019)

NURUL AMIRA (1809511020)

PUTU DEVINDIA TRISHA SUCIADA (1809511030)

GRACE CAROLINE (1809511037)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Paper yang
berjudul “Tanaman Ethnoveterinary Sebagai Pengobatan Alternatif Hewan Di
China” ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Kedokteran
Hewan Tradisional.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih perlu perbaikan untuk menjadi lebih
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
membangun. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita seemua dan tak lupa
penulis ucapkan banyak terima kasih

Denpasar, 29 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

DAFTAR GAMBAR................................................................................................

DAFTAR TABEL.....................................................................................................

RINGKASAN...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................
1.3 Metode ........................................................................................................

BAB II TANAMAN ETHNOVETERINARY DI CHINA...................................

2.1 Perkembangan Tanaman Ethnoveterinary di China.....................................

BAB III TANAMAN EUPHORBIA HIRTA LINN..............................................

3.1 Deskripsi Tanaman Euphorbia Hirta Linn...................................................


3.2 Khasiat Kandungan Senyawa Tanaman Euphorbia Hirta Linn ..................
3.3 Mekanisme Senyawa Tanaman Euphorbia Hirta Linn Terhadap
Penyembuhan Luka Sayat............................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Daun Patikan Kebo....................................................................................


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Senyawa Euphorbia hirta Lin...................................................


RINGKASAN

Kedokteran Hewan Tradisional atau ethnoveterinary medicine adalah istilah


ilmiah untuk perawatan kesehatan hewan secara tradisional. Ethnoveterinary
medicine mencakup pengetahuan, keterampilan, metode, praktik, dan kepercayaan
masyarakat tentang perawatan kesehatan hewan mereka (Matekaire dan Bwakura,
2004). Pengobatan tradisional dan obat tradisional tersebut telah menyatu dengan
masyarakat, sehingga banyak digunakan dalam mengatasi berbagai masalah
kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar. Di banyak daerah pedesaan yang
miskin, etnoveterinary medicine atau pengobatan kedokteran hewan tradisional
memainkan peran penting dalam produksi hewan dan pengembangan mata
pencaharian, dan seringkali menjadi satu-satunya cara yang tersedia bagi para petani
untuk merawat hewan yang sakit. Salah satu contoh tanaman herbal untuk kesehatan
yang sangat jarang diketahui oleh masyarakat adalah Daun Patikan Kebo (Euphorbia
hirta Linn) atau yang dalam Bahasa China disebut Fei Yang Cao.
Euphorbia hirta Linn merupakan tanaman herba merambat yang hidup di
permukaan tanah, terutama pada daerah yang beriklim tropis. Euphorbia hirta Linn
termasuk tanaman liar yang biasa tumbuh di permukaan tanah yang tidak terlalu
lembab dan ditemukan secara terpencar satu sama lain (Heyne, 1987 dalam
Hamdiyati, dkk. 2008). Tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L) merupakan
tanaman liar yang banyak ditemukan di daerah tropis. Daun Patikan Kebo ini
memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan diantaranya mengobati luka, radang
tenggorokan, bronkhitis, asma, radang perut, diare, disentri, kencing darah, radang
kelenjar susu, ambing bengkak, penyakit eksim, dan berak darah. Kemampuan
tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L) dalam mengobati berbagai macam
penyakit ini melibatkan senyawa-senyawa kimia di dalamnya yang dapat bersifat
antiseptik, anti-inflamasi, antifungi, dan antibakterial, seperti kandungan flavanoid
(terutama quarcitrin dan myricitrin) dan tanin (Ekpo & Pretorius, 2007 dalam
Nafisah, dkk. 2014).
Dalam proses penyembuhan luka, kita dapat memanfaatkan tanaman patikan
kebo ini sebagai obat tradisional. Karena didalamnya terdapat 3 kandungan senyawa
yang membantu dalam proses penyembuhan luka yakni flavonoid, saponin, dan tanin
dimana ketiga kandungan ini memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam tugasnya
menyembuhkan luka. Manfaat dari Flavonoid sendiri untuk merusak membran
sitoplasma yang menyebabkan keluarnya metabolit penting yang terdapat dalam
sitoplasma, karena Flavonoid merupakan senyawa fenol. Kandungan senyawa lainnya
yaitu Saponin. Manfaat dari Saponin sendiri untuk memacu pembentukan kolagen
yang berperan dalam proses penyembuhan luka sayat. Kandungan yang terakhir
adalah Tanin. Senyawa tanin adalah senyawa astringent yang memiliki rasa pahit dari
gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan mengendapkan atau menyusutkan
protein (Ismarani, 2012). Tanin dalam tanaman patikan kebo ini dapat menyebuhkan
luka karena bersifat antiseptik, antiinflamasi, antifungi, dan antibakterial (Ekpo &
Pretorius, 2007 dalam Nafisah, dkk. 2014).
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan obat merupakan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kita,
baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak
turun-temurun, tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman obat. Mengingat
biaya pengobatan yang tidak terjangkau oleh semua orang, pengobatan alamiah
tradisional dipandang sebagai alternative yang terjangkau oleh masyarakat
(Bangun. A, 2012:7).
Tingginya biaya obat-obatan dan pengobatan dikarenakan sebagian besar
bahan bakunya berasal dari Luar Negeri. Kondisi seperti ini mendorong
masyarakat untuk mencari berbagai alternative untuk pengobatan. Salah satunya
adalah pengobatan dengan tanaman obat (Mahendra, 2005).
Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat,
digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di
kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai
gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan
tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah
diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern.
Pada masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang manfaat
apa saja yang dapat kita peroleh dari tanaman herbal untuk kesehatan, itu
dikarenakan masyarakat lebih mengenal obat – obatan dari bahan kimia, baik
karena anjuran dari resep dokter yang lebih sering memberikan resep untuk
membeli obat – obatan kimia di apotek atau pun karena mudah didapatkan di toko
atau warung terdekat, sehingga membuat masyarakat kurang mengetahui
kelebihan tersendiri yang dimiliki tanaman herbal ketimbang obat - obatan kimia
yang biasa mereka konsumsi, bahkan terkadang masyarakat saat membeli obat
tidak begitu tahu kandungan obat yang diresepkan oleh dokter.
Salah satu contoh tanaman herbal untuk kesehatan yang sangat jarang
diketahui oleh masyarakat adalah daun patikan kebo (Euphorbia hirta Linn) atau
yang dalam Bahasa cinanya disebut Fei Yang Cao. Daun patikan kebo ini
memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan diantaranya, mengobati luka, radang
tenggorokan, bronkhitis, asma, radang perut, diare, disentri, kencing darah,
radang kelenjar susu dan ambing, bengkak, penyakit eksim, dan berak darah.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui mengenai perkembangan tanaman Ethnoveterinary di
China
2. Untuk mengetahui khasiat apa saja yang terkandung pada senyawa tanaman
Euphorbia Hirta Linn dan mekanisme senyawanya terhadap penyembuhan
luka sayat.

1.3 Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah menggunakan metode
tinjauan pustaka dan menggunakan jurnal studi dan buku sebagai literature.
BAB II

TANAMAN ETHNOVETERINARY DI CHINA

2.1 Perkembangan Tanaman Ethnoveterinary di China


Kedokteran Hewan Tradisional atau ethnoveterinary medicine adalah istilah
ilmiah untuk perawatan kesehatan hewan secara tradisional. Ethnoveterinary
medicine mencakup pengetahuan, keterampilan, metode, praktik, dan kepercayaan
masyarakat tentang perawatan kesehatan hewan mereka (Matekaire dan Bwakura,
2004). Etnoveterinary medicine memberikan alternatif dan melengkapi pengobatan
kedokteran hewan gaya barat. Bagi petani obat etnoveterinary dapat diakses, mudah
disiapkan dan dikelola, dengan sedikit atau tanpa biaya. Di banyak daerah pedesaan
yang miskin, etnoveterinary medicine memainkan peran penting dalam produksi
hewan dan pengembangan mata pencaharian, dan seringkali menjadi satu-satunya
cara yang tersedia bagi para petani untuk merawat hewan yang sakit.
Di suatu wilayah di China terdapat banyak penyakit yang sering menyerang
ternak, yang menyebabkan kondisi produksi ternak yang menurun. Gejala-gejalanya
menurunnya kesehatan ternak diantaranya diare, adanya gas pada perut, luka,
sembelit, berbaring setiap saat, menolak makan dan menggigil. yang disebarkan oleh
anjing dan hewan lain yang kontak lagsung dengan bangkai yang terinfeksi. Sehingga
sangat berdampak bagi perekonmian masyarakat.
Penyakit adalah kendala utama dalam pemeliharaan ternak di China, petani-
petani di China memiliki pengetahuan yang luas tentang praktik etnoveterinary
tradisional. Untuk sebagian besar penyakit, petani memilih untuk menggunakan
pengobatan tradisional sebagai alternatif daripada mencari penyedia layanan veteriner
formal. Faktor-faktor yang memengaruhi pilihan perawatan dan penyedia petani
meliputi:
 ketersediaan alternatif
 jarak ke penyedia
 biaya perjalanan tidak langsung
 biaya perawatan langsung.

Praktik perawatan kesehatan hewan peternak sangat tergantung pada


pengetahuan tradisional dan adanya hambatan untuk mengakses penyedia layanan
veteriner formal. Dalam situasi ini ada nilai potensial dalam memvalidasi praktik
ethnoveterinary dan menyebarkan pengetahuan tentang praktik yang terbukti efektif.

Berdasarkan survei di salah satu desa di China, mengidentifikasi beberapa


faktor yang pertimbangkan petani ketika mencari perawatan untuk mengobati
penyakit pada babi. Untuk sebagian besar kondisi penyakit, termasuk yang paling
sering dan paling banyak kondisi yang parah, penduduk desa lebih suka
menggunakan jalur praktik etnoveterinary tradisional. Di 2009, 48% dari total rumah
tangga yang diwawancarai terdaftar praktik etnoveterinary tradisional sebagai praktik
pilihan pertama.

Di desa di China tepatnya Dimaluo dan Qiunatong, seorang petani akan


mencari bantuan dari paramedik veteriner di desa jika obat tradisional tidak bekerja,
atau jika petani tidak tahu praktik yang relevan dengan gejala. Jika paramedik
veteriner tidak tersedia, atau jika tidak memiliki obat-obatan yang relevan, beberapa
petani akan melakukan perjalanan ke kota sejauh 40 km untuk menemui dokter
hewan dan membeli obat-obatan. Karena Shuangla lebih dekat ke kota, jika
pengobatan alternatif tidak bekerja atau jika tidak berhasil, penduduk desa cenderung
langsung ke dokter hewan yang berada di kota untuk membeli obat-obatan. Untuk
kondisi penyakit yang tidak parah, beberapa penduduk desa akan membeli obat
manusia dari toko di desa atau dari dokter di desanya. Parahnya penyakit bukan
merupakan faktor yang mempengaruhi pilihan petani dalam pengobatan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan perawatan dan pengobatan yaitu terkait akses
petani ke layanan dan kekarakteristik penyedia layanan. Dalam kasus Dimaluo dan
Qiunatong, kemiskinan dan jarak adalah faktor penting yang mempengaruhi akses ke
dokter hewan. Penelitian lainnya juga mendokumentasikan hambatan formal
penyedia layanan yang melayani daerah pedesaan, termasuk keuangan juga (Shenet
al., 2007).
BAB III

TANAMAN EUPHORBIA HIRTA LINN

3.1 Deskripsi Tanaman Euphorbia Hirta Linn


Euphorbia hirta Linn merupakan tanaman herba merambat yang hidup di
permukaan tanah, terutama pada daerah yang beriklim tropis. Euphorbia hirta Linn
termasuk tanaman liar yang biasa tumbuh di permukaan tanah yang tidak terlalu
lembab dan ditemukan secara terpencar satu sama lain (Heyne, 1987 dalam
Hamdiyati, dkk. 2008). Tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L) merupakan
tanaman liar yang banyak ditemukan di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman obat
tradisional ini dapat ditemukan diantara rerumputan tepi jalan, kebun atau pekarangan
rumah yang tidak terurus dan disungai. Tanaman herbal ini dicirikan dengan batang
lunak yang tidak begitu kuat menyangga daun, serta memiliki getah putih yang cukup
kental. Tanaman ini masih famili dengan patikan cina, yaitu dalam famili
Euphorbiaceae (Nafisah, dkk. 2014).
Patikan kebo (Euphorbia hirta L) merupakan gulma liar yang banyak
ditemukan di daerah tropis. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada ketinggian 1-1400
meter diatas permukaan laut. Tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L) hidup
merambat di tanah, batangnya berambut berwarna hijau kecoklatan, percabangan
selalu keluar dari dekat pangkal batang dan tumbuh lurus ke atas, akar tunggang dan
jarang tumbuh mendatar di permukaan tanah. Daunnya berbentuk jorong meruncing
sampai tumpul, tepinya bergerigi dan berbulu dipermukaan atas dan bawah. Panjang
helaian daun mencapai 50 mm dan lebarnya 25 mm, pertulangan menyirip, letak daun
yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan. Daunnya berwarna hijau atau hijau
keunguan. Tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L) mampu bertahan hidup selama
1 tahun dan berkembang biak melalui biji (Nafisah, dkk. 2014).
Klasifikasi Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L)

Gambar.1 Daun Patikan Kebo


Menurut Gembong (2001), sistematika atau klasifikasi tanaman patikan kebo
(Euphorbia hirta L) dalam dunia tumbuhan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Euphorbia
Jenis : Euphorbia hirta L

3.2 Khasiat Kandungan Senyawa Tanaman Euphorbia Hirta Linn


Kandungan Senyawa Tanaman Euphorbia hirta Linn

No Nama Senyawa Efek Farmakologi


.
1. Flavonoid menghasilkan sistem imun yang alamiah (innate)
dan sistem imun spesifik (adaptive), antiinflamasi
dan antihistamin
2. Asam Askorba antialergi, antiinflamasi, antihistamin, antioksidan,
imunomodulator, imunostimulant, antispasmotic,
asthma preventive, dan Caantagonist
3. Beta-amyrin Antiinflamasi
4. Beta-Sitosterol Antiinflamasi, antioksidan, antiprostaglandin
5. Caffeic-acid Antihistamin, antiinflamasi, antioksidan,
antispasmodic, imunostimulant,
leukotrieneinhibitor, lipoxygenase-inhibitor, COX-
2-inhibitor, dan Ca-antagonist
6. Quarcetin lipoxygenase-inhibitor, leukotrieneinhibitor, COX-
inhibitor, Nuclear Factor кB inhibitor (NF-кB
inhibitor), protein-kinase C-inhibitor, dan
phospholipase inhibitor
7. Kaempferol antioksidan, ICAM-inhibitor, antispasmodic
8. Gallic-acid bronkodilator, antiinflamasi, lipoxygenaseinhibitor,
dan COXinhibitor
9. P-coumaricacid prostaglandin-synthesis-inhibitor, lipoxygenase
inhibitor, antioksidan, antispasmotic
10. Taxaxerol Antisecretory
11. Tanin imunostimulant, antiinflamasi, antirhinitis,
antioksidan
12. Saponin meningkatkan sistem imun dan antiinflamasi
13. Ferulic acid antialergi, antiinflamasi, antioksidan, antiserotonin,
antispasmodic, imunostimulant, dan
prostaglandinsynthesis-inhibitor
14. Linoleic acid 15 antianaphylactic, antihistamin, antiinflamasi,
antileukotriene-D4, dan meningkatkan sistem imun
15. Betulin antiinflamasi dan prostaglandin-synthesisinhibitor
16. Oleic acid antiinflamasi dan antileukotriene-D4
Tabel 1. Kandungan Senyawa Euphorbia hirta Linn

3.3 Mekanisme Senyawa Tanaman Euphorbia Hirta Linn Terhadap Penyembuhan


Luka Sayat
Patikan kebo (Euphorbia hirta L) memiliki banyak kandungan senyawa
dengan berbagai manfaat. Kemampuan tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L)
dalam mengobati berbagai macam penyakit ini melibatkan senyawa-senyawa kimia di
dalamnya yang dapat bersifat antiseptik, anti-inflamasi, antifungi, dan antibakterial,
seperti kandungan flavanoid (terutama quarcitrin dan myricitrin) dan tanin (Ekpo &
Pretorius, 2007 dalam Nafisah, dkk. 2014). Terkait dengan penelitian yang telah
dilakukan 3 kandungan senyawa dari patikan kebo (Euphorbia hirta L) yang
membantu dalam penyembuhan luka yakni flavonoid, saponin, dan tanin dimana
ketiga kandungan ini memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam tugasnya
menyembuhkan luka.
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol. Senyawa fenol bekerja
dengan merusak membran sitoplasma yang menyebabkan keluarnya metabolit
penting yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri sehingga luka sayat tidak terinfeksi atau terkontaminasi dengan bakteri. Selain
itu juga senyawa fenol bekerja dengan mengendapkan protein sel sehingga akan
mengganggu pembentukan dinding sel. bakteri. Dinding sel bakteri sangat penting
bagi sel bakteri yaitu berfungsi untuk mengatur pertukaran zat-zat dari dan keluar sel.
Apabila dinding sel bakteri rusak maka akan mengakibatkan zat-zat yang
membahayakan bagi pertumbuhan bakteri akan masuk dan menyerang bakteri
sehingga dapat menyebabkan kematian bakteri (Setiawati & Widyaningrum, 2016).
Kandungan senyawa flavonoid yaitu senyawa yang mudah larut dalam air untuk kerja
antimikroba danantivirus. Flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom,dan lisosom sebagai hasil interaksi antara
flavonoid dengan DNA bakteri (Naiborhu 2002 dalam Rohyani, dkk. 2015).
Kandungan senyawa lain dalam tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L)
yang berkontribusi dalam penyembuhan luka sayat yaitu saponin. Saponin berasal
dari bahasa latin yaitu ‘sapo’ yang berarti mengandung busa yang stabil bila
dilarutkan dalam air. Kemampuan busa dari saponin disebabkan oleh kombinasi dari
sapogenin yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai gula yang
bersifat hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina, et al. 2010 dalam Bogoriani, 2015).
Ikatan glikosida pada saponin cukup stabil, tetapi dapat putus secara kimia oleh asam
kuat dalam air. Saponin dalam tumbuhan patikan kebo ini dapat menyebuhkan luka
karena bersifat antiseptik, anti-inflamasi, antifungi, dan antibakterial (Ekpo &
Pretorius, 2007 dalam Nafisah, dkk. 2014).
Mekanisme saponin dalam penyembuhan luka sayat adalah memacu
pembentukan kolagen. Kolagen sendiri adalah struktur protein yang berperan dalam
proses penyembuhan luka sayat. Senyawa saponin merupakan zat yang dapat
meningkatkan permeabilitas membrane sehingga sehingga terjadi hemolisis sel,
apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri maka dinding sel bakteri akan pecah
atau lisis (Robinson, 1995 dalam Fridiana, 2012). Saponin untuk obat luar biasanya
bersifat membersihkan atau antiseptik (Rohyani, 2015). Selain itu saponin juga dapat
menghilangkan bau badan (Anonim, 2003 dalam Batari, 2007). Menurut Rohyani
(2015), saponin memberikan rasa pahit dan sifat menyejukkan serta berkhasiat
sebagai anti tumor dan menghambat pertumbuhan kanker, terutama kanker usus
besar.
Kandungan yang terakhir pada patikan kebo (Euphorbia hirta L) yang
membantu dalam penyembuhan luka adalah tanin. Senyawa tanin adalah senyawa
astringent yang memiliki rasa pahit dari gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan
mengendapkan atau menyusutkan protein (Ismarani, 2012). Tanin dalam tanaman
patikan kebo ini dapat menyebuhkan luka karena bersifat antiseptik, antiinflamasi,
antifungi, dan antibakterial (Ekpo & Pretorius, 2007 dalam Nafisah, dkk. 2014).
Menurut Hamidiyati, dkk (2008), senyawa tanin diduga berhubungan dengan
kemampuannya dalam menginaktivasi adhesin mikroba, enzim, dan protein transport
pada membran sel sehingga dapat membantu penyembuhan luka pada kulit.
Kandungan tanin dalam tanaman secara histologi menunjukan bahwa zat ini
mempercepat migrasi sel inflamasi, meningkatkan pembentukan pembuluh darah
baru, dan meningkatkan proliferasi sel (Rosanto, YB, dkk. 2012). Tanin juga mampu
mencegah terjadinya proses oksidasi yang mampu mempercepat penyembuhan
inflamasI.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Saran
Besar harapan penulis, paper ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak.
Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi. Penulis menyadari paper ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar paper ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Shicai, Shen dkk. 2010. The Importance of Ethnoveterinary Treatments for Pig
Illnesses In Poor, Ethnic Minority Communities: A Case Study of Nu
People in Yunnan, China. Intern J Appl Res Vet Med Vol. 8, No. 1.
Shincai, Shen dkk. 2010. Ethnoveterinary Plant Remedies Used by Nu People in
NW Yunnan of China. Shen et al. Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine.
Luseba, Dibungi. 2010. Ethnoveterinary Botanical Medicine; Herbal Medicines
For Animal Health. London, New York: CRC Press Taylor & Francis
Group.
Rosanto, Yosaphat Bayu dkk. 2012. Effect of Topical Application of Banana Stem
Sap Gel on the Density of Collagen Fiber in the Wound Healing
Process After Tooth Extraction in the Guinea Pig. Dentika Dental
Journal Vol. 17, No. 1, Hal : 34-39

Anda mungkin juga menyukai