Secara kebahasaan istilah bimbingan dan konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu “Guidance
and Counseling”.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang
yang dibimbing mendapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (yang disebut konselor)kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah
(disebut klien)yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada perkembangan konsepsi
bimbingan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan prediposisinya yang dimilikinya (seperti
latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya.b) Tujuan khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang
dimaksudkan untuk membantu individu agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan
meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karier. Dan dikaitkan secara langsung dangan
permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas
permasalahannya itu.
Menurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan
konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling. Kedua
istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun
cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan konseling
merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998);
Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk
menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha
pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna
penyesuaian diri.
Moser dan Moser (dalam Prayitno, 1978:643) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan
pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan.
Mortesen dan Schmuller (1976:56) menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya
program bimbingan.
Perbedaan antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang
menyelenggarakan.
Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan
dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan,
sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara
dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien.
Dari segi tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah,
orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang telah
terdidik dan terlatih.
Dengan kata lain, konseling merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan
oleh konselor kepada klien secara individu.
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan
merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer &
Stone (1966:3) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to
direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan). Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dan konseling dapat diartikan secara
umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk pengertian sebenarnya, tidak setiap bantuan adalah
bimbingan.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Prinsip – prinsip bimbingan konseling yang akan dibahas adalah prinsip – prinsip umum yaitu :
1. Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah
diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu terbentuk dari segala aspek kepribadian
yang unik dan ruwet. Sikap dan tingkah laku individu bersumber dari aspek yang sangat
unik, maka perlu ditanamkan pada diri konselor bahwa setiap individu itu berbeda.
Seorang konselor tidak boleh menyamakan sikap dan tingkah laku semua kliennya
meskipun mungkin statusnya sama. Misalnya sama – sama peserta didik, sama – sama
laki – laki, sama masalah yang dihadapi, dan lain sebagainya.
2. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu – individu yang
dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh individu yang bersangkutan. Seorang konselor harus benar – benar kenal dan paham
karakter dari kliennya. Jangan sampai seorang konselor memberikan bimbingan yang
tidak tepat pada seorang klien karena manusia itu unik. Berbeda setiap individu, berbeda
cara berfikir, dan juga berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Perlu pengenalan yang
lebih dalam sebelum seorang konselor memberikan bimbingan kepada kliennya.
3. Bimbingan yang berpusat pada individu yang dibimbing. Konselor hendaknya
memberikan bimbingan terpusat terhadap kliennya. Hal ini dimaksudkan agar konselor
tidak membanding-bandingkan antara masalah klien satu dengan klien yang lain.
Kemungkinan klien- klien itu memang memiliki kesamaan masalah. Namun setiap klien
memiliki karakter yang berbeda. Maka dari itu hendaknya konselor memperhatikan
kliennya secara utuh.
4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau
lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya. Dalam bimbingan kemungkinan
konselor tidak mampu menghadapi masalah. Sebagai konselor yang baik hendaknya ia
tidak tinggal diam. Namun konselor harus mencarikan alternatif jalan atas masalah yang
sedang dihadapi klien. Entah itu mengembalikan masalah ke klien setelah diberikan
beberapa bimbingan dan pengarahan, atau mungkin meminta bantuan pihak lain untuk
membantu. Sebagai contoh jika guru BK di sekolah tidak mampu menghadapi masalah
siswa. Hendaknya guru tersebut bersedia menghubungi orang tua siswa kemudian
berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar yang baik.
5. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang dibimbing. Bimbingan kepada klien tidak bisa asal diberikan. Sebelum
bimbingan dilakukan hendaknya konselor mengidentifikasi kondisi kebutuhan yang
diperlukan klien. Kebutuhan yang dimaksud tidak hanya kebutuhan lahiriah tapi juga
kebutuhan rohaniah. Seperti halnya mengetahui background dan keadaan psikis klien.
6. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang
bersangkutan. Bimbingan yang diberikan konselor kepada klien hendaknya disesuaikan
dengan program sekolah yang bersangkutan sehingga tidak terjadi tumpangtindih antar
keduanya.
7. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya
serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber – sumber yang berguna diluar sekolah.
8. Untuk di sekolah biasanya bimbingan diberikan oleh seorang ahli bernama guru
Bimbingan konseling. Namun tidak mustahil jika dalam praktikknya guru Bimbingan
Konseling bekerjasama dengan wali kelas dan orangtua.
9. Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian yang teratur untuk
mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara
pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu
Sumber:
Mugiarso, Heru. Bimbingan dan Konseling. 2007. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri
Semarang.
Marjohan, Erman Amti. Bimbingan dan Konseling. 1991. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
1. Definisi Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling memberikan
pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki
satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan.
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno
dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau
orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam
kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94),
mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih
mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
2. Definisi Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam
mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional
antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual
atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang
untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup
hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face)
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau
kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang
optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan secara umum dapat diartikan sebagai bantuan. Namun, tidak semua bantuan adalah
bimbingan. Misalnya seorang kepala sekolah memberikan jawaban kepada para muridnya saat
ujian, supaya muridnya lulus, hal ini tentu saja “bantuan”, namun itu bukan bentuk bantuan
dalam arti “bimbingan”.
Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria ataupun
wanita,yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian danpendidikan yang memadai
kepada seorang dari semua usia, untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri dan
menanggung bebannya sendiri (Crow dan Crow, dalam Eman Amti 1992:2)
Ada pula yang berpendapat bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-
individu dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian yang
bijaksana dengan lingkungan. Adapun tujuannya adalah untuk mengembangkan setiap individu
sesuai dengan kemampuannya (Jones dalam Djumhur dan M. Surya).
Kata Konseling berasal daribahasa latin consilium yang berarti dengan atau bersama yang
dirangkai dengan kata menerima atau memahami. Banyak para ahli yang merumuskan
pengertian konseling. Namun pada dasarnya konseling mengandung hal-hal pokok sbb:
1. Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dan mengadakan komunikasi
langsung.
2. Interaksi antara klien dan konselor berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
3. Tujuan hubungan konseling adalah terjadinya perubahan tingkah laku klien.
4. Model interaksi terbatas pada interaksi verbal antara klien dan konselor.
5. Merupakan proses yang dinamis
6. Didasari atas penghargaaan harkat dan martabat manusia.
Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa konseling adalah suatu proses memberi
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bertujuan mengatasi masalah yang
dihadapi klien.
Pada dasarnya tujuan Bimbingan Konseling secara umum adalahuntuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi
yang dimilikinya (seperti kemempuan dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada
(keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta dengan tuntutan positif lingkungannya.
1. Tujuan khusus
Tujuan khusus Bimbingan Konseling merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan sengan
masalah individu yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang dialami
individu tersebut.
Hubungan antara bimbingan dan knselling adalah bahwa bimbingan dan koonseling mempunyai
peran untuk membantu individu, dalam hal ini bimbingan membantu individu atau kelompok
daalam prses perkembangannya, sedangkan konseling merupakan bantuan melaluai wawancara
konseling oleh konselor yang bertujuan mengatasi masalah-masalah klien, masalah yang
dihadapi seorang klien tersebut juga tentunya berpengaruh terhadap perkembangannya. Dengan
deemikian maka dapat dilihat hubungan antara Bimbingan dan Konseling.
1. Perbedaan
Dari segi isi bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan
pengumpulan data siswa dan lebih menekankan pada pencegahan. Sedangkan Konseling lebih
kepada upaya untuk mengatasi masalah klien dengan cara tatap muka dengan konselor, yang
hanya dapat dilakukan orang-orang yang terdidik saja.
Daftar Pustaka
Mugiarso, Heru. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK UNNES
http://www.Wikipedia.com
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam
bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi
individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam
lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu,
yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan
produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk
mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan,
membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru
pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1
ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan
yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor,
memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung
keunikan dan perbedaan.
ke menu utama
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada
para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out,
dan pergaulan bebas (free sex).
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-
fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau
bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan
karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi
ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa).
Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor
dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih
dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran,
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang
lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang
diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-
pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan
adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar
peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan
tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu
mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran layanan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan
serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran
layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam
kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa
lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,
tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara
guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh,
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan
norma tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah
tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan
dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-
lain.
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima
dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan
peserta didik (klien).
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan
penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan,
magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi
pribadinya.
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran
yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing
dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-ama pokok
bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk pemahaman dan
kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik
sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dan/atau tindakan tertentu.
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik
dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan denagn berbagai
cara melalui instrumen baik tes maupun nontes.
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan
data perlu dielenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan
sifatnya tertutup.
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang
dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai
pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen
bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi kasus
bersifat terbatas dan tertutup.
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keteranang,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui
kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua
dan anggota keluarga klien yang lainnya.
5. Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang
lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan
penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama
yang erat dan amntap antara berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas
penanganan masalah tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu
dialihtangankan).
Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling ini, kesemuanya saling terkait
dan saling menunjang baik langsung maupun tidak langsung. Saling keterkaitan dan tunjang
menunjang antara layanan dan pendukung itu menyangkut pula fungsi-fungi yang diemban oleh
masing-masing layanan/kegiatan pendukung .
Fungsi Bimbingan Konseling
Posted by: marhenyantoz on: 21/03/2012
In: Pendidikan
Komentar Dimatikan
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri
dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
3. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan
obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
4. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi
lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial,
diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
5. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat
dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial
teaching.
6. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai
dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor
perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
7. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf,
konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam
memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
8. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
9. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan
intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan
memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
10. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
11. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas
diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif
(pilihan) sesuai dengan minat konseling
Top of Form
Bottom of Form
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-
prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan
bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan
diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik
pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih
diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama
lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya
tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi
yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi.
Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan
yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung
jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran
masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling.Bimbingan
diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan
mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan
bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan
kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian
pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan
pekerjaan.
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-
asas berikut.
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan
keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini
guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang
menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan
keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan
adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat
terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi
sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan.
Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan
konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya
mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian konseli.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan
kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap
sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.
9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang
dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian
pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-prinsip-dan-asas-bimbingan-
dan-konseling/
Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Posted on 14 Maret 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
T ujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3)
menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1)
mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal
dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan
tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan
mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan
keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan
yang dimilikinya secara optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik),
dan karir.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli
adalah:
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman
sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu
meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait
dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya.
Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau
kewajibannya.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri
sendiri) maupun dengan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai
hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin
dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua
kegiatan belajar yang diprogramkan.
Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti
membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam
pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.
Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah
Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan
kompetensi karir.
Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan
apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan
persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa
depan.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan,
prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan
sosial ekonomi.
Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli
bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada
kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu
karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap
orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu,
dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
==========
*)) Materi di atas merupakan salah satu bagian dari makalah yang disajikan oleh Dr. Uman
Suherman, M.Pd. pada acara seminar sehari Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan
oleh Universitas Kuningan bekerja sama dengan ABKIN Cabang Kabupaten Kuningan pada
tanggal 11 Maret 2008 bertempat di Aula Student Center UNIKU.
Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan suatu cara
tertentu melahirkan hal-hal lain , yang keberadaanya tergantung dari pemula itu, prinsip ini
merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.( Halaen. 2002,: 63 )
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok – pokok dasar pemikiran yang
dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan
program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis
atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupaka hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil
– hasil teori dan praktik yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi
penyelenggaraan pelayanan.
Dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut dikelompokan menjadi :
a. Sikap dan tingkah laku seseorang merupakan refleksi dari kepribadian seseorang,
b. Layanan Bimbingan dan Konseling yang berhasil diawali dengan telaah kebutuhan dan
kesulitan individu,
c. Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang pada akhirnya klien dapat memecahkan
masalahnya sendiri dengan kemampuaannya sendiri,
d. Dalam proses Bimbingan dan Konseling, klien harus aktif, dinamis, banyak ide, sehingga
proses Bimbingan dan Konseling berpusat pada klien,
e. Apabila permasalahan individu tidak dapat ditangani oleh petugas Bimbingan dan
Konseling, maka diperlukan reveral,
f. Program Bimbingan dan Konseling tidak boleh bertentangan dengan program pendidikan,
g. Petugas Bimbingan dan Konseling hendaknya memiliki kemampuan professional sebagai
konselor,
h. Dalam program Bimbingan dan Konseling hendaknya dilakukan evaluasi secara
terprogram untuk mengetahui keberhasilannya.
Sasaran layanan Bimbingan dan Konseling adalah klien. Agar berhasil, layanan Bimbingan dan
Konseling perlu memperhatikan beberapa prinsip, antara lain :
a. Bimbingan dan Konseling melayani semua siswa tanpa pandang bulu,
e. Dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling harus dipahami mengenai
kesamaan dan perbedaan setiap individu.
b. Petugas Bimbingan dan Konseling dipilih berdasar kualifikasi kemampuan dan minat,
c. Petugas Bimbingan dan Konseling pada dasarnya perlu mendapat kesempatan untuk
meningkatkan dan mengembangkan diri,
d. Petugas Bimbingan dan Konseling perlu mendasarkan diri atas data-data yang valid dari
klien,
e. Petugas Bimbingan dan Konseling harus menjaga kerahasiaan pribadi kliennya,
f. Petugas Bimbingan dan Konseling perlu memperhatikan hasil-hasil penelitian bimbingan
dalam rangka pengembangan kurikulum di sekolah.
a. Konseling merupakan alat yang sangat penting dalam keseluruhan program bimbingan,
f. Konseling terjadi dalam suatu jalinan hubungan khas antara konselor dan klien,
g. Konseling dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi professional tertentu,
Beberapa ahli mengatakan adanya perbedaan antara pengertian sifat dan fungsi, namun tak
sedikit ahli yang mengatakan bahwa sifat dan fungsi tidak ada perbedaan yang tajam.
Pengertian sifat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2003: 1062),
disebutkan antara lain :
Peri keadilan yang menurut kodratnya ada pada sesuatu (benda, orang, dsb.).
Ciri khas yang ada pada sesuatu (untuk membedakan dari yang lain).
Dasar watak (dibawa sejak lahir), tabiat.
Sedangkan fungsi merupakan bagian utama dari cabang kerja yang selanjutnya terbagi menjadi
aktivitas. (Marbun. 2003: 79). Menurut Nurihsan A. J. dan Sudianto A. (2004: 13-15) sifat dan
fungsi dalam Bimbingan dan Konseling selalu berurutan atau bersanding, berikut pendapat dari
Nurihsan A. J. dan Sudianto A. Ada 5 macam sifat Bimbingan dan Konseling antara lain: (1)
pencegahan, (2) penyembuhan, (3) perbaikan, (4) pemeliharaan, dan (5) pengembangan.
Sedangkan fungsi Bimbingan dan Konseling ada 4 macam, yaitu (1) fungsi pemahaman, (2)
fungsi penyaluran, (3) fungsi adaptasi, (4) fungsi penyesuaian.
Adapun tokoh-tokoh lain yang menyatakan bahwa sifat dan fungsi Bimbingan dan Konseling itu
sama, namun kami lebih condong terhadap pendapat dari Nurihsan A. J. dan Sudianto A. yang
sudah disebutkan di atas. Secara singkat berikut adalah penjabaran dari 5 macam sifat Bimbingan
dan Konseling
1. Pencegahan.
Bimbingan dan Konseling berusaha mencegah siswa dari berbagai masalah yang mungkin
timbul, yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
2. Penyembuhan.
Bimbingan dan Konseling diusahakan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dialami
oleh siswa.
3. Perbaikan.
Bimbingan dan Konseling hendaknya memperbaiki kondisi siswa dari permasalahan yang
dihadapinya sehingga dapat berkembang secara optimal.
4. Pemeliharaan.
Bimbingan dan Konseling bersifat memelihara kondisi individu yang sudah baik agar tetap baik.
5. Pengembangan.
Bimbingan dan Konseling bersifat mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif individu
dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Sebagaimana diuraikan di muka bahwa fungsi merupakan bagian utama dari cabang kerja yang
selanjutnya terbagi menjadi aktivitas. Dengan demikian yang dimaksud dengan fungsi
Bimbingan Konseling adalah hal-hal yang terkait dengan aktivitas yang dilakukan dalam
pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Menurut para ahli Bimbingan dan Konseling itu diungkapkan sebagai berikut.
1. Menurut Priyatno dan Amati E. (2004: 194) menyebutkan bahwa fungsi Bimbingan dan
Konseling di sekolah adalah :
2. Menurut Nurihsan A.J. (2006: 8-9) menyebutkan bahwa Bimbingan Konseling minimal
mempunyai 4 fungsi :
Berikut penjelasan secara singkat tentang fungsi Bimbingan dan Konseling di sekolah dari
pendapat Nurihsan A.J.
Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-
pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa.
Adalah dapat membantu siswa dalam memilih jurusan, jenis sekolah, ataupun pekerjaan yang
sesuai dengan minat, bakat, dan ciri kepribadian lainnya.
Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah
khususnya guru untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan minat kemampuan,
kebutuhan peserta didik.
Yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling dalam rangka membantu siswa untuk memperoleh
kemajuan dan berkembang secara optimal.
Bimbingan dan Konseling diarahkan pada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan
bantuan dalam hal pendekatan, informasi dan orientasi, konsultasi dan komunikasi kepada siswa
dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Marbun (2003: 376), tujuan merupakan hasil akhir yang ditentukan agar dicapai dalam
waktu tertentu oleh perusahaan, organisasi atau orang yang dibebani tanggung jawab untuk itu.
Demikian pula, dalam Bimbingan dan Konseling di sekolah, khususnya sekolah dasar (SD) juga
memiliki tujuan yang akan dicapai. Di bawah ini disampaikan beberapa pendapat ahli berkaitan
dengan tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah sebagai berikut.
1. Menurut Nurihsan A.J. (2006) membedakan antara tujuan Bimbingan dan tujuan
Konseling. Tujuan layanan bimbingan dijelaskan Nurihsan (2006: 8) agar individu dapat :
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupan pada
masa yang akan datang,
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin,
d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat ataupun lingkungan kerja,
Adapun tujuan konseling pada umumnya dan di sekolah pada khususnya menurut Shertzer dan
Stone (dalam Nurihsan, 2006: 12), sebagai berikut:
a. Mengadakan perubahan perilaku pada klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih
produktif dan memuaskan,
e. Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.
2. Menurut Fakih A.R. (2004: 36-37), tujuan Bimbingan dan Konseling Islami adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan umum : membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Menurut Nurihsan A.J. dan Sudianto A. (2005: 10), tujuan Bimbingan dan Konseling
adalah membantu idividu dalam mencapai :
Selanjutnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapat kesempatan untuk :
1. Mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan rencana hidup yang
didasarkan atas tujuan itu,
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum
dalam kehidupan bersama,
7. Mengembangkan segala yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas
perkembangannya sampai batas optimal.
Kemudian apabila ditinjau dari pihak peserta didik, tujuan Bimbingan dan Konseling ialah agar
mereka dapat :
3. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya yang meliputi lingkungan sekolah,
khususnya SD, keluarga, pekerjaan, sosial ekonomi dan kebudayaan,
6. Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar SD untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di SD tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Rubino Rubiyanto, dkk. 2008. Bimbingan Konseling SD. Surakarta: Badan Penerbit-FKIP
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong
terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan
membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang
lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus
berfikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada
saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi, terjadinya keresahan hidup di
kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress,
kecemasan, dan frustasi.Dengan demikian, kita harus sadar bahwa hidup dan
kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang dari diri kita sendiri
maupun masalah yang datang dari luar. Namun, dengan niat yang kuat serta
pemberian bantuan dari konselor dalam lingkup bimbingan konseling maka akan
berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bimbingan?
2. Apa pengertian konseling?
3. Apa pengertian bimbingan konseling?
4. Apa tujuan dan fungsi bimbingan konseling dalam kehidupan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah bimbingan konseling sebagai berikut:
1.Mengetahui pengertian bimbingan.
2.Mengetahui pengertian konseling.
3.Mengetahui dan mengkaji pengertian bimbingan konseling.
4.Mengetahui tujuan dan fungsi dari bimbingan konseling dalam kehidupan sehari-hari.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan
kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Menurut Sertzer dan
Stone, bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya
sendiri dan lingkungan hidupnya. Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin “Consilum”
yang berarti “dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau “memegang”. Maka dapat
dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.’
Pada bimbingan dan konseling di Indonesia, pelayanan konseling dalam sistem pendidikan
Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut
Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi
Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan
di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak
diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan
memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001
dan sampai saat ini terus berkembang
Pada bimbingan dan konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad ke-20 belum ada
konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan
keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B.
Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan
pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya;
Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan
membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut
bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar
tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi
seorang pekerja yang produktif.
Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan Penyuluhan
(Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan.
Sebagai sebuah sistem, kehadirannya diperlukan dalam upaya pembimbingan sikap perilaku
siswa terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan dirinya dari anak-anak menuju jenjang
usia yang lebih dewasa.
Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling ini menjadi sebuah simbol yang sering
tidak berfungsi secara optimal. Pada hampir semua sekolah, fungsi bimbingan dan konseling
hanya muncul jika seorang siswa menghadapi permasalahan yang memang krusial, seperti
perkelahian, penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan-kenakalan di luar batas, serta hal-hal lain
yang berada di luar batas kewajaran. Akibatnya, bimbingan dan konseling dalam pandangan
siswa menjadi semacam ”polisi sekolah” yang akan bertindak jika siswa melanggar tata tertib
sekolah. Di sisi lain, warga sekolah lainnya seperti kepala sekolah, guru-guru, dan para staf
sekolah lain selalu menunjuk guru bimbingan dan konseling jika didapati adanya siswa yang
memiliki permasalahan atau terlibat kasus tertentu.
Terlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling, pada dasarnya guru adalah jabatan
profesional yang harus dipertanggungjawabkan secara profesional pula. Guru adalah jabatan
yang memerlukan keahlian khusus. Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus tercermin
dalam idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan guru penting artinya dalam rangka
mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa dan negara. Jenis pekerjaan ini seharusnya tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar lingkup pendidikan. Demikian pula halnya dengan
jabatan fungsional guru bimbingan dan konseling yang sesungguhnya hanya dapat dilaksanakan
secara optimal oleh mereka yang memang memiliki latar belakang kependidikan seperti itu. Jika
suatu jabatan fungsional dilakukan oleh orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan
keprofesian yang benar, maka sangat besar kemungkinannya terjadi penyimpangan peri-laku,
penyimpangan kegiatan, dan penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya.
Itulah yang terjadi dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar pada
dewasa ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan
merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer &
Stone (1966:3) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct,
pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).
Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan: (1) suatu usaha untuk melengkapi
individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara
untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara
efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis
pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan
dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri
dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu proses pemberian
bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan
pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun
rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.
I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self
understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk
mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self
realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungan, baik keluarga,
sekolah dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “;;Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya
sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep
dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34)
mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam
usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha
membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung
jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Pada uraian definisi bimbingan yang telah dikemukakan selintas tentang aspek tujuan.
Tujuan umum dari pelayanan dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan
tujuan pendidikan sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No 20 Tahun 2003 Sisdiknas yaitu,
terwujudnya manusia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
b. Asas-asas Bimbingan
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan
baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik
dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor)
terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini
bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan
bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta
didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri
mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan
memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada
saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun
pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama
dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan
konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama,
hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang
berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini,
para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya
tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-
tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat
menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian
pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus
kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah
maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan
dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan
rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta
didik (klien) untuk maju.
c. Prinsip-prisip Bimbingan
Bimbingan dipandang sebagai salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
komponen-komponen lainnya. Di Indonesia perkembangan bimbingan dimulai dalam
bidang pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah. Tujuan inti dari pendidikan
adalah perkembangan secara optimal dari setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan
demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi
yang berkembang maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh.
a. Bimbingan belajar
b. Bimbingan pribadi
c. Bimbingan sosial
Bimbingan social diarahkan kepada upaya membantu siswa mengembangkan
keterampilan social atau keterampilan berinteraksi di dalam kelompok. Dilihat dari
sudut bimbingan, proses pembelajaran merupakan wahana bagi pengembangan
keterampilan social, kesadaran saling bergantung, dan kemampuan menerima dan
mengikuti aturan kelompok.
d. Bimbingan karier
Upaya bantuan bagi siswa yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut ini,
b. Kegiatan pengayaan.
A. PENGERTIAN STRES
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu
itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang
melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol
secara sehat. (Wikipedia).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa stress adalah perasaan tidak
enak, tidak nyaman, atau tertekan baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi
individu terhadap stressor yang mengancam, menganggu, membebani, atau membahayakan
keselamatan, kepentingan, atau kesejahteraan hidupnya.
Situasi stress yang umumnya dialami oleh bayi merupakan pengaruh lingkungan yang
tidak ramah, dan adanya keharusan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan atau
peraturan orang tua. Dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan tersebut, dia harus
mengendalikan dorongan-dorongan alamiah. Kemampuan penyesuaian diri bayi tersebut
memerlukan suatu proses. Dalam proses inilah bayi sering mengalami stress. Faktor lain
yaitu sikap penolakan atau ketidaksenangan ibu seperti marah-marah.
Stress pada masa anak-anak biasanya bersumber dari keluarga, sekolah, atau teman
mainnya. Stress yang bersumber dari keluarga, seperti kurang curahan kasih sayang dari
orang tua, dan perubahan status keluarga. Dan sumber stress pada masa anak bisa terjadi di
lingkungan sekolahnya.
Yang menjadi sumber utama stress pada masa ini adalah konflik atau pertentangan
dominasi, peraturan atau tuntutan orang tua dengan kebutuhan remaja untuk bebas, atau
independen dari peraturan tersebut.
Stress pada masa dewasa umumnya bersumber dari faktor-faktor; kegagalan perkawinan,
ketidakharmonisan, masalah nafkah dalam keluarga, dan lain-lain.
C. GEJALA STRES
1. Gejala Fisik, di antaranya sakit kepala, sakit lambung, hipertensi, sakit jantung, insomnia,
mudah lelah, kurang selera makan.
2. Gejala Psikis, di antaranya; gelisah atau cemas, sikap apatis, hilang rasa humor, sering
melamun, sering marah-marah atau bersikap agresif.
2. Stressor Psikologik
3. Stressor Sosial
Keterkaitan antara stressor, respond an dampak stress bisa dilihat dalam bagan berikut,
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress berasal dari dalam maupun luar. Faktor
yang berasal dari dalam orgasme adalah biologis dan psikologis. Sedangkan dari luar
adalah faktor lingkungan.
1. Faktor Dalam
a. Faktor biologis
1) Genetika
2) Pengalaman hidup
3) Tidur
4) Diet
5) Postur tubuh
6) Kelelahan
7) Penyakit
b. Faktor psikologis
1) Persepsi
3) Situasi
4) Pengalaman hidup
2. Faktor Luar
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan biotic
c. Lingkungan social
Pengelolaan stress disebut juga dengan istilah coping. Menurut R.S. Lazarus dan
Folkman (Taylor, 2003:219), coping adalah proses mengelola tuntutan yang ditaksir
sebagai beban karena di luar kemampuan individu. Copin terdiri atas upaya-upaya yang
berorientasi kegiatan dan intrapsikis untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal atau
konflik di antaranya.
1. Dukungan Sosial
2. Kepribadian
a. Hardiness (ketabahan)
b. Optimisme
c. Humoris
Carver, Scheier, dan Weintraub (Weiten dan Lloyd, 1984; Shelly E. Taylor, 2003)
mengembangkan instrumen pengukuran yang disebut “the Cope” yang mengidentifikasi
14 strategi, respon atau kategori coping (dengan alternatif jawaban: Tidak Pernah, Jarang,
Sering, dan Selalu).
Pendapat Carver tersebut menunjukkan bahwa coping terhadap stres itu ada yang
positif atau konstruktif dan ada juga yang negatif. Menurut Weiten dan Lloyd di antara
coping yang negatif itu adalah
1. Giving up (withdraw), melarikan diri dari kenyataan atau situasi stres, yang
bentuknya seperti sikap apatis, kehilangan semangat atau perasaan tak berdaya,
dan meminum minuman keras atau mengonsumsi obat-obat terlarang;
2. Agresif, yaitu berbagai perilaku yang ditunjukkan untuk menyakiti orang lain, baik
secara verbal maupun non-verbal;
4. Mencela diri sendiri (blaming your self), yaitu mencela atau menilai negatif
terhadap diri sendiri, sebagai respon terhadap frustasi atau kegagalan dalam
memperoleh sesuatu yang diinginkan;
a) menolak kenyataan dengan cara melindungi diri dari suatu kenyataan yang
tidak menyenangkan (seorang perokok mengatakan bahwa rokok merusak
kesehatan hanya teori belaka),
b) berfantasi,
d) overcompensation.
(a) menghadapi masalah secara langsung, mengevaluasi alternatif secara rasional dalam
upaya memecahkan masalah tersebut;
(b) menilai atau mempersepsi situasi stres didasarkan kepada pertimbangan yang
rasional; dan
(c) mengendalikan diri (self-control) dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Coping yang konstruktif dapat diatasi dengan beberapa pendekatan, seperti: terapi
rasional emosi, meditasi, relaksasi dan mengamalkan ajaran agama. Orang yang sedang
terkena stres biasanya tidak dapat berpikir rasional. Oleh karena itu, melalui terapi
rasional, klien akan terbimbing agar dapat berpikir lebih rasional. Melalui meditasi,
energi, kesehatan, dan hubungan interpersonal seseorang dapat ditingkatkan. Kekalutan
pikiran dan menurunnya gangguan fisik dapat diatasi dengan relaksasi. Tidak kalah
penting pula bahwa sifat pasrah dan tawakal juga dapat mengurangi stres. Sifat pasrah
dan tawakal ini dapat diperoleh dari pengamalan terhadap ajaran agama.
Terkait dengan upaya mencegah atau mengatasi stres dengan shalat (tetapi bukan berarti
shalat sebagai obat stres), dalam Alquran surat Al-Ma’arij: 19-22 difirmankan: “Innal
insaana khuliqa haluu’aa, idzaa massahusysyarru jazuu’aa, waidzaa massahul khairu
manuu’aa, illall mushallin” (Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah,
apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila mendapatkan kebaikan ia amat
kikir, kecuali orang-orang yang menegakkan shalat).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling ditujukan
untuk membimbing dan mengarahkan individu melalui usahanya sendiri untuk menentukan
dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kegahagiaan pribadi serta
bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optima/sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ditujukan agar peserta didik
mampu mempertimbangkan dan mengabil keputusan tentang masa depan dirinya, baik
yang menyangkkut bidang pendidikan, bidnag karir, maupun bidnag budaya, keluarga dan
masyarakat.
Bimbingan disini suatu proses membantu individu melalui usaha sendiri untuk
menentukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial, makadari itu peran dari sekola, orang tua murid, dan juga guru
haruslah sinergi dalam membantu masalah-masalah yang timbul dalam rangka upaya agar
siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
B. Saran
Dalam proses pembelajaran seorang guru bertidak sebagai pembimbing dan sebagai
konselor yang membimbing peserta didik dalam perkembangannya. Sehingga terciptalah
tujuan bimbingan konseling yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertera
dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
Website.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-prinsip-dan-asas-bimbingan-dan-
konseling/
http://baehaqi.blogspot.com/2010/12/bimbingan-konseling-dan-peran-guru.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/13/peranan-kepala-sekolah-guru-dan-wali-kelas-
dalam-bimbingan-dan-konseling/
http://makalah-di.blogspot.com/2009/11/makalah-peran-guru-kelas-dalam.html
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/ruang-lingkup-bimbingan-konseling.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/21/mengelola-stres/
http://suhadianto.blogspot.com/2009/05/pengelolaan-stres-kerja-pada-guru.html
BAHAN PENGAYAAN DARI INTERNET
c.
d. Pengertian bimbingan konseling adalah Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, sosial, belajar, karir; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas
dasar norma-norma yang berlaku. Dengan demikian, setiap bimbingan itu pasti konseling
dan setiap konseling belum tentu bimbingan.
e.
f. 1. Paradigma
g. Paradigma Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam
bingkai budaya. Artinya, pelayanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan kaidah-kaidah
keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan
pelayanan Bimbingan dan Konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta
didik.
h. 2. Visi
i. Visi pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan
yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan
perkembangan dan pengetasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal,
mandiri, dan bahagia.
j.
k. 3. Misi
l. Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan
perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan. Misi
pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensial dan kompetensi peserta
didik di dalam lingkungan sekolah/ madrasah, keluarga dan masyarakat. Misi
pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu
pada kehidupan efektif sehari-hari.
m.
o.
ee.
ff.
gg.
hh.
jj.
kk. Ditinjau dari segi sifatnya, layanan Bimbingan dan Konseling dapat berfungsi sebagai :
xx.
aaa. Prayitno dan Amti dalam bukunya Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (2004)
orientasi bimbingan dan konseling ada tiga yaitu orientasi perseorangan, perkembangan,
dan permasalahan. Berikut diuraikan ketiga orientasi tersebut :
bbb.
jjj. Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelas; di dalam kelas itu ada sejumlah
orang siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangan berkenaan dengan sasaran
layanan, yaitu siswa-siswa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan
konseling. “Orientasi perseorangan” bimbingan dan konseling menghendaki agar
konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa
perlu mendapat perhatian.
kkk.
lll. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam
kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditunjukkan kepada
masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan(kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi
(bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara
individual harus diperhitungkan. Berkenaan dengan isu”kelompok” dan
“individu”,konselor memilih individu sebagai titk berat pandangannya. Dalam hal ini
individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan
pengaruh tertentu terhadap individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kepentingan dan kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya. Pemusatan
perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan
kelompok; dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya dengan
hubungan timbal balik yang wajar antarindividu dan kelompoknya. Kepentingan
kelompok dalam arti misalnya keharuman nama dan citra kelompok, kesetiaan kepada
kelompok, kesejahteraan kelompok, dan lain-lain, tidak akan terganggu oleh pemusatan
pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadi anggota kelompok itu.
mmm.
ooo.
ppp. Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada individu
dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien menghilangkan problem yang
menjadkan laju perkembangan klien. Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah
fungsi tersebut adalah pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam
bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang
terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling
memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
qqq.
rrr. Perkembangan sendiri dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan
kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian
lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik(jasmaniah)
maupun psikis.
sss.
ttt. Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan
dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren
individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
uuu.
vvv.
xxx.
yyy. Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak
mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling,
sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan
dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu
tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya
adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka
risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai.
Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep
orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
zzz.
aaaa. Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah
dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi
pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu
dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan
fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah
dapat terentaskan masalahnya. Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan
konseling dimaksudkan mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka
terhindar dari bernagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangannyA.
bbbb.
cccc. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan
merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat
menghambat perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah
sosial, dan sebagainya dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat
diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan kegiatan
kelompok.
dddd.
eeee.
gggg.
hhhh. Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno,
1997:219).
iiii. Bimbingan dan konseling harus didasarkan pada prinsip nondiskrimatif, kontektualitas,
intregalitas dan kemandirian. Keempat prinsip ini harus menjadi landasan bagi gerak
langkah penyelenggaraan kegitan bimbingan dan konseling di sekolah. Prinsip-prinsip ini
berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegitan pendukung, serta
berbagai aspek oprasionalisasi pelanan bimbingan dan konseling.
llll. (a) melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku,agama, dan
status social;
oooo.
b. Prinsip Integralitas, meliputi:
pppp. (a) bimbingan dan konseling meliputi integral dari pendidikan dan pengembangan
individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselarakan dengan program
pendidikan dan pengembangan diri peserta didik;
qqqq. (b) program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungannya;
rrrr. (c) program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya
tahap perkembangan individu;
ssss. (d) program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan penolaan hasil
layanan.
tttt.
c. Prinsip Kontektualitas, prinsip yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang
dialami individu.
vvvv. (a) pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuain pengaruh
lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar,
wwww. (b) timbulnya masalah pada individu oleh karena adanya kesenjangan
social, ekonomi dan budaya.
xxxx.
zzzz. (a) BK diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara
mandiri membimbing diri sendiri;
aaaaa. (b) pengambilan keputusan yang diambil oleh klien hendaknya atas
kemauan diri sendiri;
bbbbb. (c) permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli atau profesional yang relevan
dengan permasalahan individu;
ccccc. (d) Perlu adany a kerjasama dengan personil sekolah dan orang tua dan bila perlu
dengan pihak lain yang berkewenangan dengan permasalahan individu; dan
ddddd. (e) proses pelyanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah
memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.
eeeee.
ggggg.
hhhhh. Para ahli bimbingan dan konseling, seperti telah bersepakat bahwa asas
bimbingan dan konseling itu ada dua belas. Keduabelas asas tersebut sebagai berikut:
iiiii. a. Asas kerahasiaan, Segala hal yang dibicarakan dalam proses bimbingan dan
konseling harus dijaga kerahasiaannya, terutama masalah yang dihadapi klien.
jjjjj. b. Asas kesukarelaan, kedua belah pihak melakukan proses bimbingan dengan
tidak merasa dipaksa atau ditekan. Klien menyampaikan semua masalah dengan senang
hati, begitu pula konselor dengan iklash memberi bantuan.
kkkkk. c. Asas keterbukaan, kedua belah pihak bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah. Klien dengan jujur membuka segala masalah yang
dihadapi atau perasaan yang dirasakan. Konselor dengan terbuka menjawab pertanyaan
klien, atau tidak ada hal- hal yang disembunyikan.
lllll. d. Asas kekinian, masalah yang ditangani adalah masalah yang sedang dialami
klien, bukan masalah masa lampau. Selain itu konselor tidak boleh menunda pemberian
bantuan.
mmmmm. e. Asas kemandirian, Klien tidak tergantung kepada orang lain atau konselor.
Proses bimbingan dan konseling diharapkan menjadikan klien lebih mandiri dengan ciri
pokok seperti mengenal diri dan lingkungannya, mau menerima diri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan yang tepat, mengarahkan diri sesuai keoutusannya dan
mempu menggali potensi diri seoptimal mungkin.
nnnnn. f. Asas kegiatan, bimbingan dan konseling hendaknya memotivasi klien untuk
melakukan sesuatu yang berarti untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Sebab
bimbingan dan konseling tidak ada maknanya tanpa kesungguhan klien untuk melakukan
hal-hal yang diyakini dapat menyelesaikan masalahnya.
ooooo. g. Asas kedinamisan, bimbingan dan konseling menghendaki adanya perubahan
yang lebih baik pada diri klien.
ppppp. h. Asas keterpaduan, bimbingan dan konseling diupayakan untuk memadukan
segala aspek yang dimilik klien, agar serasi, seimbang dan saling menunjang.
qqqqq. i. Asas kenormatifan, Keseluruhan proses bimbingan dan konseling harus
sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adat, norma ilmu,
norma hukum, maupun kebiasaan sehari-hari.
rrrrr. j. Asas keahlian, bimbingan dan konseling dilakukan secara teratur, sistematik
dengan menggunakan prosedur, teknik dan instrumen yang memadai.
sssss. k. Asas alih Tangan, Jika pelaksanaan bimbingan dan konseling sudah
dilaksanakan secara maksimal akan tetapi klien belum terbantu, maka konselor dapat
mengirim / merujuk klien tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.
ttttt. l. Asas tut wuri handayani, pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya
dapat dirasakan klien tidak hanya ketika meminta bantuan kepada konselor, namun diluar
proses bimbingan dan konselingpun manfaatnya dapat dirasakan.
uuuuu.
wwwww.
xxxxx. Kode etik adalah pola ketentuan / aturan / tata cra yang menjadi pedoman
menjalani tugas dan aktivitas suatu profesi.
Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Pembimbing yang memegang jabatan harus memegang teguh prinsip-prinsip
bimbingan dan kinseling.
2. pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik.
3. pekerjaan pembimbing harus harus berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang
maka seorang pembimbing harus:
a. Dapat menyimpan rahasia klien
b. Menunjukkan penghargaan yang sama pada berbagai macam klien.
c. Pembimbing tidak diperkjenan menggunakan tena pembantu yang tidak ahli.
d. Menunjukkan sikap hormat kepada klien
e. Meminta bantuan alhi diluar kemampuan stafnya.
2. Tuntutan profesi, yang mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai denagn
norma-norma yang berlaku
zzzzz.
bbbbbb.
cccccc. Pada langkah ini yang perlu diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal
dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah,
karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala
yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya di evaluasi.
dddddd. Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno. dkk telah
mengembangkan instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan apa yang
disebut dengan alat ungkap masalah (AUM). Instrument ini sangat membantu untuk
menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar
aspek :
llllll.
nnnnnn.
oooooo. Alih tangan siswa bermasalah adalah upaya bantuan agar klien mendapatkan
layanan yang optimal dari ahli lain yang benar-benar handal. Bimbingan dan konseling
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli
(konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli
lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru
mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
pppppp. Asas : Asas Kesukarelaan untuk dipindah ke ahli lain, keterbukaan terhadap
segala yang dirasakan kepada ahli lain dan kerahasiaan.
qqqqqq.
ssssss. Pertimbangan:
tttttt. karena masalah yang ada bukan lagi wewenang Konselor
uuuuuu. Hubungan antara ko dan ki sudah dekat
vvvvvv. Kontak
wwwwww. Konselor melakukan kontak awal dengan ahli lain, melalui cara yang
cepat dan tepat. Jika ditanggapi positif oleh ahli lain yang dihubungi, maka klien
bertemu dengan ahli lain tersebut dengan membawa surat pengantar jika diperlukan.
xxxxxx. Evaluasi
yyyyyy. Evaluasi dilakukan setelah ki menghubungi pihak lainnya.
zzzzzz.
aaaaaaa. Operasionalisasi
bbbbbbb. Perencanaan
ccccccc. Menetapkan kasus yang akan di ATK, meyakinkan klien akan ATK, menghubung
ahli lain yang menjadi arah ATK, menyiapkan materi ATK dan kelengkapan
administratif.
ddddddd. Pelaksanaan
fffffff. Evaluasi
ggggggg. Membahas hasil ATK melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan analisis hasil
ATK kemudian mengkaji hasil ATK terhadap pengentasan masalah klien.
iiiiiii. Melakukan analisis terhadap efektifitas ATK terhadap pengentsan masalah klien
secara menyeluruh.
kkkkkkk. Menyelenggarakan layanan lanjutan oleh konselor jika diperlukan atau klien
memerlukan ATK ke ahli lain lagi.
lllllll. Pelaporan
ooooooo.
qqqqqqq.
rrrrrrr. Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan
konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu
keterlibatan pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan.
Melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli) dilakukan tidak
hanya mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara
kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap kompeten dan memiliki
kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli).
sssssss.
ttttttt. Kendati demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Artinya, tidak semua pihak bisa disertakan dalam konferensi kasus, hanya mereka yang
dianggap memiliki pengaruh dan kepentingan langsung dengan permasalahan siswa
(konseli) yang boleh dilibatkan dalam konferensi kasus. Begitu juga, setiap pembicaraan
yang muncul dalam konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh para
peserta konferensi.
uuuuuuu.
vvvvvvv. Konferensi kasus bukanlah sejenis “sidang pengadilan” yang akan menentukan
hukuman bagi siswa. Misalkan, konferensi kasus untuk membahas kasus narkoba yang
dialami siswa X. Keputusan yang diambil dalam konferensi bukan bersifat “mengadili”
siswa yang bersangkutan, yang ujung-ujungnya siswa dipaksa harus dikeluarkan dari
sekolah, akan tetapi konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan bagaimana cara
terbaik agar siswa tersebut bisa sembuh dari ketergantungan narkoba.
wwwwwww.
xxxxxxx. Secara umum, tujuan diadakan konferensi kasus yaitu untuk mengusahakan cara
yang terbaik bagi pemecahan masalah yang dialami siswa (konseli) dan secara khusus
konferensi kasus bertujuan untuk:
zzzzzzz. 2. mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam menafsirkan data
yang cukup komprehensif dan pelik yang menyangkut diri siswa (konseli) guna
memudahkan pengambilan keputusan
aaaaaaaa. 3. mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan dari komitmen peran dari
para peserta konferensi tentang permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta
upaya pengentasannya.
bbbbbbbb.
dddddddd. 1. Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta
konferensi kasus, baik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri. Mereka yang
diundang adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi
siswa (konseli) dan mereka yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah,
guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah siswa (konseli), wali kelas, dan
bila perlu dapat menghadirkan ahli dari luar yang berkepentingan dengan masalah siswa
(konseli), seperti: psikolog, dokter, polisi, dan ahli lain yang terkait.
eeeeeeee. 2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor
membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan
konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para peserta untuk membantu
mengentaskan masalah yang dihadapi siswa (konseli), serta menyampaikan pentingnya
pemenuhan asas–asas dalam bimbingan dan konseling, khususnya asas kerahasiaan.
ffffffff. 3. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan yang
dihadapi siswa (konseli). Dalam mendekripsikan masalah siswa (konseli), seyogyanya
terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa (konseli), misalkan tentang
potensi, sikap, dan perilaku positif yang dimiliki siswa (konseli), sehingga para peserta
bisa melihat hal-hal positif dari siswa (konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya,
disampaikan berbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan data/informasi
lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah terindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-
upaya pengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.
gggggggg. 4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnya para peserta lain
mendiskusikan dan dimintai tanggapan, masukan, dan konstribusi persetujuan atau
penerimaan tugas dan peran masing-masing dalam rangka pengentasan/remedial atas
masalah yang dihadapi siswa (konseli)
hhhhhhhh. 5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya konferensi
menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa alternatif-alternatif untuk
dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa (konseli) yang bersangkutan,
untuk mengambil langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan
masalah siswa (konseli).
iiiiiiii.
kkkkkkkk. 1. Diusahakan sedapat mungkin kegiatan konferensi kasus yang hendak
dilaksanakan mendapat persetujuan dari kasus atau siswa (konseli) yang bersangkutan
llllllll. 2. Siswa (konseli) yang bersangkutan boleh dihadirkan kalau dipandang perlu,
boleh juga tidak, bergantung pada permasalahan dan kondisinya.
mmmmmmmm. 3. Diusahakan sedapat mungkin pada saat mendeskripsikan dan
mendikusikan masalah siswa (konseli) tidak menyebut nama siswa (konseli) yang
bersangkutan, tetapi dengan menggunakan kode yang dipahami bersama.
nnnnnnnn. 4. Dalam kondisi apa pun, kepentingan siswa (konseli) harus diletakkan di
atas segala kepentingan lainnya.
oooooooo. 5. Peserta konferensi kasus menyadari akan tugas dan peran serta batas-batas
kewenangan profesionalnya.
pppppppp. 6. Keputusan yang diambil dalam konferensi kasus berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan rasional, dengan tetap tidak melupakan aspek-aspek
emosional, terutama hal-hal yang berkenaan dengan orang tua siswa (konseli) yang
bersangkutan.
qqqqqqqq. 7. Setiap proses dan hasil konferensi kasus dicatat dan diadminsitrasikan
secara tertib.
Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan
konseling dapat dicatat sebagai berikut:
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang
menjadi sasaran lainnya.
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan bekenaan dengan individu
untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya, dan kemampuan-
kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar
dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu kearah pengembangannya
yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c. Setiap Klien harus diterima sebagai individu dan harus di tangani secara individual
(Rogers, dalam McDaniel, 1956)
d. Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan
perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan
klien secepat mungkin.
Thompson & Rudolp menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah
menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.
Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney
(dalam Prayitno, 1987) mengidentifikasi 330 masalah yang digolongkan kedalam sebelas
kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan:
a. Perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)
b. Keuangan,leadaan lingkungan, dan pekerjaan dan (KLP)
c. Kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
d. Hubungan muda-mudi, pacaran dan perkembangan (HPP)
e. Hubungan sosial dan kejiwaan (HSK)
f. Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
g. Moral dan agama (MDK)
h. Keadaan rumah dan keluarga (KRK)
i. Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
j. Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
k. Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)
2. Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi
berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk
kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan,
pengadaan dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
3. Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang
mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta
didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta
tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bdang pelayanan bimbingan
dan konseling.
Tenaga inti (dan ahli) dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling ialah konselor.
Konselor inilah yang mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat, yaitu bahwa konselor:
a. Mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyimpanan-penyimpanan
yang merugikan siswa;
b. Memberi tahu pihak-pihak yang bertanggung jawab apabila ada sesuatu yang dapat
meghambat atau merusak misi sekolah, personal sekolah, ataupun kekayaan sekolah;
c. Mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan dan konseling
untuk memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsur sekolah dan masyarakat;
d. Meembantu pengembangan:
Kondisi kurikulum da lingkungan yang baik untuk kepentingan sekolah dan
masyarakat;
Program dan prosedur pendidikan demi pemenuhan kebutuhan siswa dan
masyarakat;
Proses evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah pada umumnya
e. Bekerjasma dengan lembaga, organisasi, dan perorangan baik sekolah maupun di
masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat, tanpa pamrih.
uuuuuuuu.
wwwwwwww.
2.Orientasi perkembangan
Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah pemeliharaan
dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih
menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya
diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada
keseluruhan proses perkembangan itu.
Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif dan
kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian
lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik(jasmaniah)
maupun psikis
Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan
dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren
individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
3.Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak
mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling,
sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan
dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu
tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya
adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka
risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai.
Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep
orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan,
orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi
pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari
masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan
menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah dapat terentaskan
masalahnya. Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan konseling dimaksudkan
mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari bernagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya.
Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan
program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat
perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan
sebagainya dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan
berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan kegiatan kelompok.
xxxxxxxx.
yyyyyyyy. Apa yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatian konselor terhadap
kliennya, itulah orientasi bimbingan konseling. Rahasia tampil oke