Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PRINSIP DASAR PEMERINTAHAN, UNDANG-UNDANG HUKUM DAN


PEMERINTAHAN, WARGA NEGARA DAN WARGA MASYARAKAT

Disusun guna memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Konsep Dasar IPS

Dosen Pengampu:
Drs. Susilo, M.pd

Oleh Kelompok 4:
1. Alifia Shafa Maharani (1401418377)
2. Ufi Linal Khoyaroh (1401418368)
3. Valda Aprilia (1401418363)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah prinsip dasar pemerintahan, undang-undang hukum dan
pemerintahan, warga negara dan masyarakat.
Adapun makalah prinsip dasar pemerintahan, undang-undang hukum dan
pemerintahan, warga negara dan masyarakatini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini. 
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah konsep dasar IPS ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah prinsip dasar
pemerintahan, undang-undang hukum dan pemerintahan, warga negara dan
masyarakat dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
 
Semarang,12 September 2018 

Penyusun

  
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan pada
Pancasila,yangmempunyai kedudukan yang pasti dalam penyelenggara
pemerintahan Negara Indonesia.Pancasila adalah pandangan hidup dan jiwa
bangsa, kepribadian bangsa, tujuan dan  cita–cita hukum bangsa dan negara, serta
cita–cita moral bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai
kedudukan yang pasti dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia.
Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut
Undang-Undang NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan yangbersifat khusus atau istimewa yang
diatur dengan undang-undang.
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia, sebagaimana dimuat dalam penjelasan
Undang – Undang 1945 Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum
(Rechsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat). Pasal 1 Ayat (3)
Undang – Undang Dasar 1945 menyatakan “Negara Indonesia adalah negara
hukum”.
Beberapa prinsip dasar sistem pemerintahan Indonesia yang terdapat
dalam UUD 1945 adalah bahwa Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas
hukum (Rechtstaat), sistem konstitusi, kekuasaan negara yang tertinggi di tangan
MPR, Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis, Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR, Menteri negara ialah
pembantu Presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada DPR, dan
kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk prinsip dasar pemerintahan?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum?
3. Apa yang dimaksud Warga Negara dan Warga Masyarakat di dalam hukum?
C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dasar pemerintahan.
2. Mengetahui pengertian hukum.
3. Menjelaskan apa yang dimaksud Warga Negara dan Warga Masyarakat di dalam
hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Pemerintahan


Beberapa prinsip dasar sistem pemerintahan Indonesia yang terdapat dalam
UUD1945, adalah:
1. Negara yang berdasar atas hukum ( rechstaat)
Hal ini mengandung arti bahwa negara termasuk didalamnya pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara yang lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus
dilandasi oleh hukum atau dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Dalam pelaksanaan ketatanegaraan harus dilaksanakan berdasarkan pada ketenuan
dan peraturan perundang - undangan yang berlaku dan sudah ditetapkan sebagai
undang - undang di Indonesia.
2. Sistem konstitusional (hukum dasar)
Sistem ini memberikan ketegasan bahwa cara pengendalian pemerintah
oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, termasuk oleh ketentuan-ketentuan dan
hukum lain yang merupakan produk konstitusional, seperti garis-garis besar
haluan negara, undang-undang, dan sebagainya.
3. Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR
Hal ini karena MPR badan yang melaksanakan kedaulatan rakyat. MPR ini
merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat indonesia. Sebagai lembaga negara
tertinggi yang melaksanakan kedaulatan rakyat MPR bertugas untuk menetapkan
Undang-Undang Dasar, menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, dan
mengangkatpresiden dan wakil presiden.
Ingat, kekuasaan tertinggi tersebut terletak pada "lembaga" nya (MPR), bukan
pada anggota dewan MPR tersebut. Karena sangat banyak oknum anggota MPR/
DPR yg sok merasa berkuasa lebih. Selain itu, dalam UUD 1945 disebutkan
bahwa MPR tersebut merupakan wujud rakyat dan merupakan dewan Majelis
Permusyarawatan Rakyat. MPR sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam
Negara melaksanakan kedaulatan rakyat, memilih, dan mengangkat presiden /
mandataris dan wakil presiden untuk melaksanakan garis – garis Besar Haluan
Negara (GBHN) dan putusan – putusan MPR lainnya. MPR dapat pula
diberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir atas permintaan sendiri,
sesuai dengan pasal 8 UUD 1945.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Meskipun Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan negara yang
tertinggi, ia tetap ada dibawah MPR. Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR
serta diberi mandat (mandataris MPR)untuk melaksanakan garis-garis besar
haluan negara dan ketetapan-ketetapan MPR lainnya. Pada akhir masa jabatannya
Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Kedudukan Presiden dan DPR adalah sejajar. Presiden tidak dapat
membubarkan DPR. DPR juga tidak dapat menjatuhkan Presiden, karena memang
presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri negara adalah pembantu Presiden. Menteri-menteri tidak bertanggung
jawab kepada DPR.
Ketentuan ini menunjukan bahwa pemerintahan kita menganut sistem
presindentil bukan parlementer. Dalam penjelaDewan Perwakilan Rakyat.
Kedudukannya tidak tergantung dari Dewan, akan tetapi tergantung dari Presiden.
Mereka adalah pembantyu Presiden.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Didalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa meskipun Kepala
Negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia bukan
diktator. Presiden bertanggung jawab kepada MPR, selain itu ia pun harus
memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
B. UNDANG UNDANG HUKUM DAN PEMERINTAHAN
1. HUKUM
a. Pengertian Hukum
Hukum adalah keseluruhan norma yang oleh penguasa masyarakat yang
berwenang dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi
sebagian atau seluruh anggota masyarakat tertentu, dengan tujuan untuk
mengadakan suatu tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.
b. Ciri-Ciri Hukum
Hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. sengaja dibuat oleh badan perlengkapan masyarakat yang khusus untuk itu
2.adanya perintah atau larangan yang harus dipatuhi
3. adanya akibat
c. Sifat Hukum
1. Hukum yang Imperatif : bersifat mengikat dan memaksa, harus di taati
contoh : apabila seorang guru Sekolah Dasar akan mengadakan pungutan, maka ia
tidak boleh melanggar peraturan undang-undang yang mengatur tentang PNS,
pendidikan, korupsi dan sebagainya. Bila ia terbukti melakukan pelanggaran
hukum karena pungutan tersebut, maka ia dapat dilaporkan kepada pihak yang
berwenang
2. Hukum yang Fakultatif : bersifat sebagai pelengkap, tidak secara mengikat
contoh : Setiap warga negara berhak untuk mengemukakan pendapat. Apabila
seseorang berada di dalam forum, maka ia dapat mengeluarkan pendapatnya atau
tidak sama sekali
d. Sumber  Hukum :
1.  Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar tertulis
yang mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar ketentuan-ketentuan
lainnya
2. Ketetapan MPR
     Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan
Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Dengan istilah menetapkan tersebut maka produk hukum yang dibentuk oleh
MPR disebut Ketetapan MPR
3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Undang-undang mengandung 2  pengertian, yaitu :
a. undang-undang dalam arti materiel atau dalam arti luas : peraturan yang berlaku
umum dan dibuat oleh penguasa, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah
b. undang-undang dalam arti formal : keputusan tertulis yang dibentuk dalam arti
formal sebagai sumber hukum dapat dilihat pada Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20
ayat (1) UUD 1945.
4. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah berguna untuk melaksanakan undang-undang
sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi presiden
menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya, sebaliknya
suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk
peraturan perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959
berdasarkan surat presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni
sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh presiden untuk
melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian melalui Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966, KeputusanPresiden resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk
peraturan perundang-undangan menurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi
keputusan yang bersifat khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD
1945, Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan
Peraturan Pemerintah
6. Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah seperti Peraturan
Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas berdasarkan
dan bersumber pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
7. Convention (Konvensi Ketatanegaraan)
Konvensi Ketatanegaraan : perbuatan kehidupan ketatanegaraan yang
dilakukan berulang-ulang sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek
ketatanegaraan. Konvensi Ketatanegaraan mempunyai kekuatan hukum yang
sama dengan undang-undang, karena diterima dan dijalankan, bahkan sering
kebiasaan (konvensi) ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan hukum yang
tertulis
8. Traktat
Traktat/perjanjian : perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih
Kalau di amati praktek perjanjian internasional bebrapa negara ada yang
dilakukan 3 (tiga) tahapan, : perundingan (negotiation), penandatanganan
(signature), dan pengesahan (ratification). Disamping itu ada pula yang dilakukan
hanya dua tahapan, : perundingan (negotiation) dan penandatanganan (signature)
e. Pembagian Hukum
1.Hukum menurut bentuknya :
a. Hukum Tertulis     : hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan 
perundangan
b. Hukum Tak Tertulis : hukum yang masih hidup dalam keyakinan dalam
masyarakat tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan)
2. Hukum menurut isinya :
a. Hukum Privat (Hukum Sipil)  : hukum yang mengatur hubungan antara orang
yang satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan kepada kepentingan
perseorangan, misal Hukum Perdata.
b. Hukum Publik (Hukum Negara) : hukum yang mengatur hubungan antara negara
dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan
(warga negara).
a) Hukum Publik terdiri dari :
1.Hukum Tata Negara : hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintahan
suatu negara serta hubungan kekuasaan antara alat-alat perlengkapannya satu
sama lain, dan hubungan antara Negara (Pemerintah Pusat) dengan bagian-bagian
negara (daerah-daerah swantantra)
2.Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Tata
Pemerintahan) : hukum yang mengatur cara-cara menjalankan tugas (hak dan
kewajiban) dari kekuasaan alatalat perlengkapan negara
3. Hukum Pidana ( Pidana = hukuman) : hukum yang mengatur perbuatanperbuatan
apa yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta
mengatur bagaimana cara-cara mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan
4. Hukum Internasional : Hukum Perdata Internasional dan Hukum Publik
Internasional
5. Hukum Perdata Internasional : hukum yang mengatur hubungan-hukum antara
warga negara warga negara sesuatu bangsa dengan warga negara-warga negara
dari negara lain dalam hubungan internasional.
6. Hukum Publik Internasional (Hukum Antara Negara) : hukum yang mengatur
hubungan antara negara yang satu dengan negara-negara yang lain dalam
hubungan internasional.
2. PEMERINTAHAN
a. Pengertian
Pemerintahan dalam arti sempit :  wadah orang yang mempunyai kekuasaaan dan
lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyat
dan negara.
Pemerintahan dalam arti luas : segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara sendiri.
 Apakah Beda / Sama Pemerintah dengan Pemerintahan ?
Pengertian pemerintah dan pemerintahan mempunyai pengertian yang sedikit
berbeda.
Pengertian pemerintah merujuk kepada sosoknya, sedangkan pemerintahan
menunjukkan bidang tugas.
Pemerintah :  organisasi yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk membuat
dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu
dalam mengatur kehidupan sosial, ekonomi, politik suatu
negara/bagian – bagiannya
Pemerintahan :  wadah orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang
mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara sendiri.
C. WARGA MASYARAKAT DAN WARGA NEGARA
Individu- individu dan masyarakat memiliki hubungan yang erat yang
tidak dapt dipisahkan. Masyarakat terdiri dari individu-individu dan individu-
individu dipengaruhi oleh masyarakatnya. Individu itu dapat disebut sebagai
anggota atau sebagai warga masyarakat. Sebagai warga masyarakat maka ia
memiliki hak-hak yang diberikan oleh masyarakat lingkunganya dan juga
memiliki kewajiban atau tanggung jawab yang harus ia lakukan terhadap
masyarakatnya.Sebagai warga masyarakat yang baik ia harus melalui suatu proses
solialisasi, yakni proses belajar menerima nilai, moral, dan norma yang berlaku
dimasyarakatnya, sehingga ia bisa diterima oleh masyarakatnya sebagai
warganya. Dalam kaitannya dengan Negara maka seseorang dapat memliki
kedudukan hokum sebagai warga Negara. Warga Negara adalah anggota dari
negaranya.Setiap negaranya harus memiliki warga negaranya. Untuk menjadi
warga Negara suau Negara harus memiliki syarat-syaratnya. Tidak semua yang
tinggal dalam suatu Negara dapat disebut sebagai warga neagara dan tidak semua
warga Negara tinggal dinegaranya sendiri. Berdasarkan ketentuan pasal 26 UUD
1945 yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang Indonesia asli. Dalam
pasal 26 menyebutkan bahawa orang-orang bangsa lain yang bertempat tinggal di
Indonesia, mengaku Indonesia sbagai tanah airnya dan bersikap setia kepada
Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga Negara.
Dalam Undang-Undang no. 62 tahun 1958 pasal , bahwa warga negara
Republik Indonesia adalah:
a. orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian
dan/atau peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah
warganegara Republik Indonesia;
b. orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan
dengan ayahnya, seorang warganegara Republik Indonesia, dengan pengertian
bahwa kewarganegaraan Republik Indoaesia tersebut dimulai sejak adanya
hubungan hukum kekeluargaan termaksud, dan bahwa hubungan hukum
kekeluargaan ini diadakan sebelum orang itu berumur 18 tahun atau sebelum ia
kawin pada usia di bawah 18 tahun;
c. anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu
pada waktu meninggal dunia warganegara Republik Indonesia;
d. orang yang pada waktu lahirnya ibunya warganegara Republik Indonesia, apabila
ia pada waktu itu tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan
ayahnya;
e. orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara Republik Indonesia, jika
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan, atau selama tidak diketahui
kewarganegaraan ayahnya;
f. orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia selama kedua orang tuanya
tidak diketahui;
g. seorang anak yang diketemukan di dalam wilayah Republik Indonesia selama
tidak diketahui kedua orang tuanya;
h. orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia, jika kedua orang tuanya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau selama kewarganegaraan kedua orang
tuanya tidak diketahui;
i. orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia yang pada waktu lahirnya
tidak mendapat kewarganegaraan ayah atau ibunya, dan selama ia tidak mendapat
kewarganegaraan ayah atau ibunya itu;
j. orang yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia menurut aturan-
aturan Undang-undang ini.
UNDANG-UNDANG TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA UMUM
Undang-undang kewarganegaraan pada pokoknya mengatur:
I. Memperoleh kewarganegaraan.
II. Kehilangan kewarganegaraan.
Akan kami jelaskan sebagai berikut:
I. Memperoleh kewarganegaraan.
Menurut undang-undang ini Kewarganegaraan Republik Indonesia diperoleh:
a. Karena Kelahiran
Dalam undang-undang ini kewarganegaraan Republik Indonesia diperoleh
karena kelahiran berdasarkan keturunan dan berdasarkan kelahiran di dalam
wilayah Republik Indonesia untuk mencegah adanya orang yang tanpa
kewarganegaraan.
Bahwa keturunan dipakai sebagai suatu dasar adalah lazim. Sudah sewajarnya
suatu negara menganggap seorang anak sebagai warganegaranya dimanapun ia
dilahirkan, apabila orang tua anak itu warganegara dari negara itu.
Dalam pada itu tidak selalu kedua orang tua anak itu bersamaan
kewarganegaraan, dan tidak selalu anak itu mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan kedua orang tuanya. Oleh karena itu, maka salah seorang
dari orang tuanya itu harus didahulukan.
Dalam hal kewarganegaraan undang-undang ini menganggap selalu ada
hubungan hukum kekeluargaan antara anak dan ibu; hubungan hukum
kekeluargaan antara anak dan ayah hanya ada apabila anak itu lahir dalam atau
dari perkawinan sah atau apabila anak itu diakui secara sah oleh ayahnva.
Apabila ada hubungan hukum kekeluargaan antara anak dan ayah, maka
ayah itulah yang menentukan kewarganegaraan anak (lihat pasal 1 sub b dan c),
kecuali jika ayah itu tidak dapat menentukan kewarganegaraan anaknya karena ia
tidak mempunyai kewarganegaraan atau karena kerwarganeigaraannya tidak
diketahui, dalam hal mana ibunya yang menentukan (lihat pasal 1 Sub e).
Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan antara dengan ayah, maka yang
menentukan kewarganegaraan anak ialah ibunya (ihat pasal 1 sub (1).
Kelahiran di dalam wilayah Republik Indonesia sebagai dasar untuk memperoleh
kewarganegaran Republik Indoneia dalam undang-undang ini hanya dipakai untuk
menghindarkan adanya orang tanpa kewarganegaraan yang lahir di dalam wilayah
Repubik Indonesia dan hanya dipakai selama perlu untuk menghindarkan itu (lihat
pasal 1 sub f, g, dan h).
b. Karena pengangkatan
Pengangkatan anak adalah biasa di Indonesia. Sah atau tidak sahnya
pengangkatan anak itu ditentukan oleh hukum mengangkat anak. Adakalanya
anak yang diangkat itu anak asing, akan tetapi karena betul-betul diperlakukan
sebagai anaK sendiri, tidak diketahui atau dirasakan lagi asal orang itu. Maka
hendaknya kepada anak demikian itu diberikan status orang tua yang
mengangkatnva.
Sebagai jaminan bahwa pengangkatan itu sungguh-sungguh pengangkatan sebagai
digambarkan di atas dan supaya anak asing yang diangkat itu betul-betul masih
bisa merasa warganegara Indonesia, maka pemberian kewarganegaraan Republik
Indonesia kepada anak angkat itu hendaknya dibatasi pada anak yang masih muda
sekali (lihat pasal 2).
c. Karena permohonan
1. Ada kemungkinan seorang anak karena berlakunya suatu aturan turut
kewarganegaraan ayahnya, sedangkan sesungguhnya ia merasa lebih berdekatan
dengan ibunya, yang berkewarganegaraan Republik indonesia. Hendaknya kepada
anak itu diberi kesempatan untuk memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia, apabila ia dianggap sudah bisa menentukan kewarganegaraannya
sendiri. Pemberian kesempatan itu hendaknya dibatasi pada anak di luar
perkawinan, karena dalarn perkawinan orang tua dan anak pada prinsipnya
merupakan suatu kesatuan yang statusnya ditentukan oleh Bapaknya. Dalam pada
itu karena orang yang bersangkutan sekian lamanya orang asing, maka
kesempatan itu berupa suatu permohonan.
Tentang memperoleh kewarganegaraan dengan permohonan ini, lihat pasal 3.
2. Negara yang memperkenankan orang dari luar bertempat tinggal menetap di dalam
wilayahnya, pada suatu saat selayaknya menerima keturunan dari orang luar itu
dalam lingkungan kewargaannya. Sampai dimana dan dengan cara bagaimana
iussoli dilakukan terhadap orang-orang yang tidak tanpa kewarganegaraan ini
itulah tergantung pada keadaan negara masing-masing. Karena kewarganegaraan
itu janganlah dipaksakan kepada orang yang sudah mempunyai kewarganegaraan
lain, maka pemasukan dalam lingkungan kewarganegaraan Republik Indonesia itu
hendaknya datang dari keinginan orang itu sendiri. Karena alasan-alasan seperti di
atas (no. 1) maka kesempatan yang diberikan itu berupa permohonan. Orang-
orang yang diberi kesempatan itu, menurut undang-undang ini ialah mereka yang
lahir dari seorang penduduk atau yang kernudian menjadi penduduk, yang juga
lahir di Indonnesia.
Syarat selanjutnya ialah bahwa ia tidak menjadi berkelebihan kewarganegaraan
(lihat pasal 4).
d. Karena Pewarganegaraan
Kepada seorang asing yang sungguh ingin menjadi warganegarar Republik
Indonesia hendaknya diheri kesempatan untuk melaksanakan keinginan itu. Tentu
saja kepentingan Indonesia tidak boleh terganggu oleh pemberian
pewarganegaraan itu. Supaya pemberian pewarganegaraan tidak bertentangan
dengan maksud pemberian itu, maka diadakan syarat-syarat yang kesemuanya
bersifat objectief.
Karena pemberian kewarganegaraan itu termasuk kebijaksanaan kekuasaan
executief, maka yang memberikan pewarganegaraan itu ialah Pemerintah, dalam
hal ini Menteri Kehakiman dengan persetujuan Dewan Menteri.
Tentu saja Pemerintah dalam hal pemberian pewarganegaraan itu
bertanggung jawab kepada Parlemen, dan tidak boleh menyimpang dari syarat-
syarat yang ditentukan. Tentang hal ikhwal pewarganegaraan selanjutnya
dipersilahkan membaca pasal 5 yang kiranya sudah cukup jelas. Itu adalah
pewarganegaraan biasa atas permohonan orang yang ingin menjadi warganegara
Republik lndonesia.
Ada kemungkinan bahwa guna kepentingan Indonesia sendiri perlu seorang
diwarganegarakan, atau seorang asing, karena telah berjasa terhadap Republik
Indonesia selayaknva diwarganegarakan. Dalam hal ini syarat-syarat yang
ditentukan untuk permohonan pewarganegaraan biasa tentu saja tidak berlaku.
Lihat Pasal 6.

e. Karena atau sebagai akibat dari perkawinan


Undang-undang ini berpendirian bahwa dalam perkawinan kedua mempelai
sedapat-dapatnya mempunyai kewarganegaraan yang sama. Apabila hal itu akan
menimbulkan kelebihan kewarganegaraan atau tanpa kewarganecraraan atau
menghilangkan kewarganegaraan seorang yang dirasakan berat, maka azas
kesatuan kewarganegaraan itu dilepaskan.
Soal perkawinan yang juga ada hubungan dengan soal kehilangan
kewarganegaraan, akan diterangkan lebih lanjut di bawah.
f. Karena turut ayah atau ibunya
Pada dasarnya anak yang belum dewasa turut mernperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia dengan ayahnya atau ibunya, apabila tidak ada hubungan
hukum kekeluargaan dengan ayahnya.
Kedudukan anak akan ditentukan lebih lanjut di bawah.
g. Karena pernyataan
Selain dari kepada seorang perempuan asing yang kawin dengan seorang
warganegara Republik Indonesia untuk memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia lebih dulu dari satu tahun setelah perkawinannya berlangsung (pasal 7
ayat I) dan kepada orang-orang untuk memperoleh kembali kewarganegaraan
Republik Indonesia yang hilang karena turut orang, lain, Undang-undang ini
hanya memberi kemungkina untuk memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia dengan pernyataan kepada orang-orang, yang berhubung dengan
keadaaan peralihan dimana ada vacuum dalam peraturan kewarganegaraan
Republik Indonesia, tidak bisa menjadi warganegara Republik Indonesia (lihat
peraturan peralihan pasal-pasal III, IV, V, VI).
II. Kehilangan kewarganegaraan
Selain dari akibat dari perkawinan dan turut ayah/ibu, yang akan diterangkan
di bawah, hal-hal yang menyebabkan kehilangan kewarganegaraan Republik
Indonesia, dalam undang-undang ini dicantumkan dalam pasal 17.
Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia itu dapat disebabkan oleh
karena orang yang bersangkutan memperoleh kewarganegaraan baru dengan
kemauannya sendiri atau karena ia ingin mempunyai kewarganegaraan saja
sedangkan ia tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau karena perbuatan-
perbuatan yang dapat menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan tidak atau
kurang menghargakan kewarganegaraan Republik Indonesia.
Dalam pada itu memperoleh kewarganegaraan lain dengan kemauannya
sendiri tidak selalu dengan sendirinya mengakibatkan kehilangan
kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 17 huruf a). Kehilangan
kewarganeggaraan Republik Indonesia membebaskan orang yang bersangkutan
dari kewajiban-kewajiban warganegara, sebaliknva apabila kewarganegaraan
Republik lndonesia orang itu tidak hilang, maka ia tidak bisa diperlakukan sebagai
orang asing. Oleh karena itu maka hendaknya kewarganegaraan Republik
Indonesia itu baru hilang kalau ada pernyataan dari Pemerintah (dalam hal ini
Menteri Kehakiman dengan persetujuan Dewan Menteri). Menteri Kehakiman
menyatakan hilang itu atas kehendak sendiri atau atas permintaan orang yang
bersangkutan.

HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :


  Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga
negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
a. Hak Warga Negara Indonesia :
–   Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
–   Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
–   Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
–   Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang”
–   Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal
28C ayat 1)
–   Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
–   Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
–   Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
b. Kewajiban Warga Negara Indonesia  :
–   Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
–   Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
–   Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
–   Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal
28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
–   Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Jadi yang termasuk dalam prinsip dasar pemerintahan adalah Negara yang
berdasar atas hukum ( rechstaat), Sistem konstitusional (hukum dasar),
Kekuasaan negara tertinggi di tangan MPR, Presiden adalah penyelenggara
pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis, Presiden tidak
bertanggung jawab kepada DPR, Menteri negara adalah pembantu Presiden.
Menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR, Kekuasaan kepala
negara tidak tak terbatas.
2. Hukum adalah keseluruhan norma yang oleh penguasa masyarakat yang
berwenang dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi
sebagian atau seluruh anggota masyarakat tertentu, dengan tujuan untuk
mengadakan suatu tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.
3. Warga Masyarakat adalah masyarakat terdiri dari individu-individu dan
individu-individu dipengaruhi oleh masyarakatnya sedangkan Warga Negara
adalah anggota dari negaranya.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
untuk perbaikan ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Samlawi, faqih dan Drs. Bunyamin Maftuh, M.Pd.,MA. 2001. Konsep Dasar
IPS. Bandung:CV. MAULANA
http://millathanif.blogspot.com/2014/11/pemerintahan-negara-indonesia-
menurut.html(12/09/2018)
https://id.wikisource.org/wiki/Undang-
Undang_Republik_Indonesia_Nomor_62_Tahun_1958 (12/09/2018)
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20111019210750AAhWxtb
(12/09/2018)
https://sarungpreneur.com/contoh-penutup-makalah/ (12/09/2018

Anda mungkin juga menyukai