Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

Gastroenteritis

PENYUSUN:
Muhammad Qori An Nabil (150100030)
Tommy Giovany Desky (150100170)

PEMBIMBING:
dr. Lili Rahmawati, Sp.A, IBCLC

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :

Nilai :

PIMPINAN SIDANG

dr. Lili Rahmawati, Sp.A, IBCLC

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Gastroenteritis”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I

BAB II
2.1
2.1.1
2.1.2
4
2.1.4 4
2.1.5 10
2.1.6 10
2.1.7 13
BAB III STATUS ORANG SAKIT
BAB IV FOLLOW-UP
BAB V DISKUSI KASUS
BAB VI KESIMPULAN
48

iii
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada
anakanak maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan
dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun
setengah cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain
dari konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang
air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang
berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan
peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering
menjadi penyebabnya adalah infeksi yaitu berupa virus, bakteri dan parasit . 1,2,3,4,5
Gastroenteritis akut masih menjadi salah satu penyumbang morbiditas tertinggi
hingga saat ini di berbagai negara di dunia dan khususnya di negara berkembang
dengan tingkat sanitasi yang masih tergolong kurang seperti Indonesia. 5 Menurut
data dari World Health Organization (WHO ) tahun 2003, terdapat 1,87 juta orang
meninggal akibat gastroenteritis di seluruh dunia.6 Penanganan dini yang cepat,
tepat dan adekuat harus dilakukan dalam mengatasi gastroenteritis akut agar
pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih parah. Mulai dari diagnosis, pemberian
terapi sampai nutrisi bagi penderita harus diberikan dengan tepat. Dalam
penegakan diagnosis gastroenteritis akut bisa dilihat langsung dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan penentuan diagnosis definitif bisa
menggunakan pemeriksaan laboratorium.3 Dalam pemberian terapi sangat penting
dalam penanganan gastroenteritis akut disamping pemberian obat spesifik
terhadap agen penyebab yang bisa diketahui dari manifestasi klinis hasil
laboratorium.3 Dari besarnya insiden gastroenteritis akut di negara – negara
berkembang seperti di Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik
gastroenteritis akut dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian
terapi yang adekuat sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang
dapat ditimbulkan.3

1
2

TUJUAN
Untuk menguraikan teori-teori, mulai dari definisi hingga diagnosis, serta
tatalaksana, dan melaporkan kasus mengenai Penyakit Gastroenteritis. Penyusunan
laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

MANFAAT
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
mengenai Penyakit Gastroenteritis pada anak terutama tentang penegakan
diagnosis dan tatalaksananya.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gastroenteritis
2.1.1 Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian
mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah. 7 Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200ml/24jam).8 Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan
berlangsung kurang dari 14 hari.3

2.1.2 Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada Negara
berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi
lebih baik.7 Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan UNICEF,
terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis setiap tahunnya di
seluruh dunia.6 Secara global, diperkirakan terdapat 179.000.000 insiden
gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya dengan angka pasien yang
dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000 pasien mengalami kematian. 3
Di amerika serikat setidaknya 8.000.000 dari pasien gastroenteritis akut yang
berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit menurut
data dari The American Journal of Gastroenterology. 3,9 Sedangkan menurut hasil
survey di Indonesia, insiden dari gastroenteritis akut akibat infeksi mencapai
96.278 insiden dan masih menjadi peringkat pertama sebagai penyakit rawat inap
di Indonesia, sedangkan angka kematian pada gastroenteritis akut (Case Fatality
Rate) sebesar 1,92%.5
2.1.3 Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa menyebabkan
terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 %
diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain
yaitu9 :
4

2.1.3.1 Faktor Infeksi


a. Virus
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari gastroenteritis akut
adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
1. Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di rumah
sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya, biasanya diare
akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada umumnya dan
menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak terdapat gejala dan umur 3 –
5 tahun adalah umur tersering dari infeksi virus ini.9

2.Human Caliciviruses (HuCVs)


Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-like
viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang disebut Norovirus
dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama terbanyak diare pada pasien
dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun. Norovirius merupakan
penyebab tersering gastroenteritis pada orang dewasa dan sering menimbulkan
wabah dan menginfeksi semua umur. Sapoviruses umumnya menginfeksi anak –
anak dan merupakan infeksi virus tersering kedua selain Rotavirus.9

3.Adenovirus
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada sistem
respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan merupakan virus
DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk icosahedral simetris. Ada 4 genus
yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, dan Siadenovirus.9

b. Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut bakteri
yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli, Shigella
5

species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan


gastroenteritis akut adalah9 :
1. Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling sering terdapat di
negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini tidak menimbulkan
bahaya jenis dari bakterinya adalah9 :
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

2. Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan
dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak matang
dan dapat menimbulkan gejala diare yang sangat cair dan menimbulkan disentri. 9

3. Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan tingkat
kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah9 :
- S. sonnei
- S. flexneri
- S. dysenteriae

4. Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen pada
manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat menyebabkan wabah
besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering adalah muntah tidak dengan
panas dan feses yang konsistensinya sangat berair. Bila pasien tidak terhidrasi
dengan baik bisa menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari
timbulnya gejala awal.9
6

5. Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Beberapa toksin
telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi aktif cairan dan
elektrolit mungkin dihasilkan. Pada onset akut gejalanya dapat berupa mual,
muntah dan diare berair dan terkadang disentri pada beberapa kasus. 9

c. Parasitic agents
Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, and Cyclospora
cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut sangatlah jarang terjadi
namun sering dihubungkan dengan traveler dan gejalanya sering tak tampak.
Dalam beberapa kasus juga dinyatakan infeksi dari cacing seperti Stongiloide
stecoralis, Angiostrongylus C., Schisotoma Mansoni, S. Japonicum juga bisa
menyebabkan gastroenteritis akut.9

2.1.3.1 Non –Infeksi


a. Malabsorpsi/ maldigesti
Kurangnya penyerapan seperti3 :
1. Karbohidrat : Monosakrida (glukosa), disakarida (sakarosa)
2. Lemak : Rantai panjang trigliserida
3. Asam amino
4. Protein
5. Vitamin dan mineral

b. Imunodefisiensi
Kondisi seseorang dengan imunodefisiensi yaitu hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi
IgA dan imunodefisiensi IgA heavycombination.3

c. Terapi Obat
7

Orang yang mengonsumsi obat- obatan antibiotic, antasida dan masih


kemoterapi juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.3
d. Lain-lain
Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom Zollinger-Ellison,
neuropati diabetes sampai kondisi psikis juga dapat menimbulkan gastroenteritis
akut.3

2.1.4 Patogenesis
Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi yang
berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor agent dan
faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna
antara lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan
mikroflora usus3,7. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:

A. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)


Diare jenis ini biasanya disebut juga sebagai diare tipe sekretorik dengan
konsistensi berair dengan volume yang banyak. Bakteri yang memproduksi
enterotoksin ini tidak merusak mukosa seperti V. cholerae Eltor, Eterotoxicgenic
E. coli (ETEC) dan C. Perfringens. V.cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang
terkait pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio.
Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin di
nukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’-5’-
siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation, natrium
dan kalium.3
8

B. Diare karena bakteri/parasite invasive (enterovasif)


Diare yang diakibatkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory.
Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfringens tipe C. diare disebabkan oleh
kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik
eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Kuman salmonella yang
sering menyebabkan diare yaitu S. paratyphi B, Styphimurium, S enterriditis, S
choleraesuis. Penyebab parasite yang sering yaitu E. histolitika dan G. lamblia. 3
Diare inflammatory ditandai dengan kerusakan dan kematian enterosit, dengan
peradangan minimal sampai berat, disertai gangguan absorbsi dan sekresi. Setelah
kolonisasi awal, kemudian terjadi perlekatan bakteri ke sel epitel dan selanjutnya
terjadi invasi bakteri kedalam sel epitel, atau pada IBD mulai terjadinya inflamasi.
Tahap berikutnya terjadi pelepasan sitokin antara lain interleukin 1 (IL-l), TNF-α,
dan kemokin seperti interleukin 8 (IL-8) dari epitel dan subepitel miofibroblas.
IL8 adalah molekul kemostatik yang akan mengaktifkan sistim fagositosis
setempat dan merangsang sel-sel fagositosis lainnya ke lamina propia. Apabila
substansi kemotaktik (IL-8) dilepas oleh sel epitel, atau oleh mikroorganisme
lumen usus (kemotaktik peptida) dalam konsentrasi yang cukup kedalam lumen
usus, maka neutrofil akan bergerak menembus epitel dan membentuk abses kripta,
dan melepaskan berbagai mediator seperti prostaglandin, leukotrin, platelet
actifating factor, dan hidrogen peroksida dari sel fagosit akan merangsang sekresi
usus oleh enterosit, dan aktifitas saraf usus.3
Terdapat 3 mekanisme diare inflamatori, kebanyakan disertai kerusakan brush
border dan beberapa kematian sel enterosit disertai ulserasi. Invasi
mikroorganisme atau parasit ke lumen usus secara langsung akan merusak atau
membunuh sel-sel enterosit. Infeksi cacing akan mengakibatkan enteritis
inflamatori yang ringan yang disertai pelepasan antibodi IgE dan IgG untuk
melawan cacing. Selama terjadinya infeksi atau reinfeksi, maka akibat reaksi
silang reseptor antibodi IgE atau IgG di sel mast, terjadi pelepasan mediator
inflamasi yang hebat seperti histamin, adenosin, prostaglandin, dan lekotrin.3
9

Mekanisme imunologi akibat pelepasan produk dari sel lekosit


polimorfonuklear, makrophage epithelial, limfosit-T akan mengakibatkan
kerusakan dan kematian sel-sel enterosit. Pada keadaan-keadaan di atas sel epitel,
makrofag, dan subepitel miofibroblas akan melepas kandungan (matriks)
metaloprotein dan akan menyerang membrane basalis dan kandungan molekul
interstitial, dengan akibat akan terjadi pengelupasan sel-sel epitel dan selanjutnya
terjadi remodeling matriks (isi sel epitel) yang mengakibatkan vili-vili menjadi
atropi, hiperplasi kripta-kripta di usus halus dan regenerasi hiperplasia yang tidak
teratur di usus besar (kolon).3
Pada akhirnya terjadi kerusakan atau sel-sel imatur yang rudimenter dimana
vili-vili yang tak berkembang pada usus halus dan kolon. Sel sel imatur ini akan
mengalami gangguan dalam fungsi absorbsi dan hanya mengandung sedikit
(defisiensi) disakaridase, hidrolase peptida, berkurangnya tidak terdapat
mekanisme Nacoupled sugar atau mekanisme transport asam amino, dan
berkurangnya atau tak terjadi sama sekali transport absorbsi NaCl. Sebaliknya
selsel kripta dan sel-sel baru vili yang imatur atau sel-sel permukaan
mempertahankan kemampuannya untuk mensekresi Cl- (mungkin HCO3- ). Pada
saat yang sama dengan dilepaskannya mediator inflamasi dari sel-sel inflamatori
di lamina propia akan merangsang sekresi kripta hiperplasi dan vili-vili atau sel-
sel permukaan yang imatur. Kerusakan immune mediated vascular mungkin
menyebabkan kebocoran protein dari kapiler. Apabila terjadi ulserasi yang berat,
maka eksudasi dari kapiler dan limfatik dapat berperan terhadap terjadinya diare.3

2.1.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah satu
hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%)
atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang
paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda
dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan
turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10% pada hasil
10

pemeriksaan. Gejala pernapasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan


rinorea, di laporkan sekitar 10%.10
Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea)
dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya
ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair.
Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau
minurnan yang terkontaminasi.3

Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa


penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan
cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung,
lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. 3 Sedangkan
kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang mengakibatkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul). Reaksi ini
adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat
kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat
dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah muka pucat ujung-ujung
ektremitas dingin dan kadang sianosis karena kehilangan kalium pada diare akut
juga dapat timbul aritmia jantung.3

2.1.6 Diagnosis
Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.3

2.1.6.1 Anamnesis
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan
perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir,
11

purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui dehidrasi,


termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan perubahan status mental.
Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti
racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah
demam, tenesmus, dan feses berdarah.2

Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk mengevaluasi potensi


paparan agent. Anak-anak di tempat penitipan, penghuni panti jompo, penyicip
makanan, dan pasien yang baru dirawat di rumah sakit berada pada risiko tinggi
penyakit diare menular. Wanita hamil memiliki 12 kali lipat peningkatan risiko
listeriosis, terutama yang mengkonsumsi olahan daging beku, keju lunak, dan
susu mentah. Riwayat sakit terdahulu dan penggunaan antibiotik dan obat lain
harus dicatat pada pasien dengan diare akut.2

2.1.6.2 Pemeriksaan Fisik


Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat dehidrasi
pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering, waktu pengisian
kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda vital lain yang
abnormal seperti penurunan tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat
membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih mengarah pada diare
dengan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut penting untuk menilai nyeri
dan proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam menilai adanya
darah, nyeri dubur, dan konsistensi feses.2
Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang,
suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.
Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh
dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis.3

2.1.6.3 Pemeriksaan Penunjang


Darah:
12

- Darah perifer lengkap - Serum elektrolit: Na+ , K+ , Cl-


- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam
basa (pernafasan Kusmaull)
- Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen
protozoa (Giardia, E. histolytica).
Feses:
- Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses pada
inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur)
- Biakan dan resistensi feses (colok dubur) Pemeriksaan penunjang diperlukan
dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi, karena dengan tata cara
pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif. 3
13

2.1.7 Diagnosis Banding12

Gambar 2.1. Diagnosis banding anak dengan diare


14

Gambar 2.2. Diagnosis banding anak dengan muntah

2.1 Tatalaksana

Langkah-langkah tatalaksana diare yang digalakkan oleh pemerintah


adalah dengan program LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare),
yaitu:15

1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti Natrium Klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl) dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
15

diutamakan oralit. Glukosa dan garam yang tercampur di dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Oralit dapat diberikan segera bila anak diare, sampai diare berhenti. Cara
pemberian oralit adalah dengan mencampurkan satu bungkus oralit dengan satu
gelas air matang (200 cc).

• Dosis :
- Anak < 1 tahun : 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
- Anak > 1 tahun : 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.

Terdapat perbedaan formula yang terkandung di dalam oralit lama dan


oralit formula baru. Perbedaan tersebut dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Perbedaan formula oralit lama dengan oralit baru

No Oralit lama Oralit formula baru


(WHO/UNICEF 1978) (WHO/UNICEF 2004)

Dengan Osmolaritas

1 Na+ : 90 mEq/l Na+ : 75 mEq/l

2 K+ : 20 mEq/l K+ : 20 mEq/l

3 HCO3 : 30 mEq/l HCO3 : 10 mEq/l

4 Cl- : 80 mEq/l Cl- : 65 mEq/l

5 Glucose : 111 mmol/l Glucose : 75 mmol/l

Osmolar. 331 mmol/l Osmolar. 245 mmol/l

Tabel 2.2. Lanjutan perbedaan formula oralit lama dengan oralit baru

No Oralit lama Oralit formula baru


(WHO/UNICEF 1978) (WHO/UNICEF 2004)

1 NaCl : 3.5 g NaCl : 2.6 g


16

2 NaHCO3 : 2.5 g NaHCO3 : 2.9 g

4 KCl : 1.5 g KCl : 1.5 g

5 Glucose : 20 g Glucose : 13.5 g

Osmolar. 331 mmol/l Osmolar. 245 mmol/l

2. Tablet Zinc
Suplementasi Zinc pada GEA telah terbukti mengurangi durasi dan
beratnya episode GEA, serta berhasil menurunkan insiden diare dalam
waktu 2 – 3 minggu ke depan. Oleh karena itu, semua pasien diare
sebaiknya diberi Zinc segera seketika anak mengalami diare. Pastikan
pemberian tablet Zinc dilakukan selama 10 hari berturut-turut.
• Dosis :
- Anak < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari.
- Anak > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.
• Cara Pemberian :
- Bayi : larutkan tablet dengan sedikit (5 mL) ASI perah, CRO atau air
minum bersih di sendok kecil.
- Anak: tablet dikunyah atau dilarutkan dengan sedikit air di sendok.
• Durasi : Orang tua harus diberi penjelasan perihal pentingnya untuk
memberikan Zinc selama 10-14 hari meski diare nya sudah sembuh
sebelum durasi tersebut. Terangkan pula bahwa Zinc akan memperbaiki
kesehatan secara menyeluruh, pertumbuhannya dan nafsu makannya

3. Teruskan ASI dan pemberian makan


ASI bukan penyebab diare, justru ASI dapat mencegah diare. Bayi
dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare
dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak masih
mendapatkan ASI, maka teruskan pemberian ASI sebanyak dia mau.
17

Apabila anak mau lebiih banyak dari biasanya maka akan lebih baik,
berikan sebanyak dan selama dia mau.
Anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering.
Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan batasi
makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan
akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah
malnutrisi.

4. Berikan antibiotik secara selektif


Tidak selalu kasus diare anak harus diberikan antibiotik. Antibiotik
akan diberikan apabila ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare
karena kolera, atau diare disertai penyakit lain. Pemberian antibiotik yang
tidak tepat dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan oleh
tubuh.

5. Berikan nasihat pada ibu/pengasuh


Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, tablet Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

- Buang air besar lebih sering


- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
18

Gambar 2.3. Manajemen dehidrasi akibat GEA11

Gambar 2.4. Manajemen diare tanpa dehidrasi


19

Gambar 2.5. Lanjutan manajemen diare tanpa dehidrasi

Gambar 2.6. Manajemen diare dengan dehidrasi ringan-sedang


20

Gambar 2.7. Lanjutan manajemen diare dengan dehidrasi ringan-sedang

Gambar 1.8. Manajemen diare dengan dehidrasi berat


21

Gambar 1.9. Lanjutan manajemen diare dengan dehidrasi berat

2.12 Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare secara benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah:16

A. Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
22

seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi
harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

2. Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa,
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran
untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:

a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat


teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur
9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak
berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x
sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.

b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.

c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi


anak dengan sendok yang bersih.
23

d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral


kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jarijari
tangan, makanan yang wadah atau tempat makanminum yang dicuci dengan
air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-
benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi
risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Ambil air dari sumber air yang bersih


b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting


dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47%).
24

1. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

2. Membuang Tinja Bayi Yang Benar


Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-
anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. 24 Yang
harus diperhatikan oleh keluarga:

a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban


b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di
jangkau olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di
dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun.

7. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah


agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
25

disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah


diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur
9 bulan.

B. Penyehatan Lingkungan

1. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.

2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah
dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan
estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak
dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk
mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan,
sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan
sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah
dengan cara ditimbun atau dibakar.

3. Sarana Pembuangan Air Limbah


26

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan
bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit
seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada
saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan,
agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang
tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
27

BAB III

STATUS ORANG SAKIT

No. RM : 76.26.16

ANAMNESIS PRIBADI

Nama : Adriell Dafarel Sitinjak


Umur : 1 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Rakyat Dusun I

ANAMNESIS PENYAKIT

Keluhan Utama : Mencret dan Muntah

Telaah :

 Mencret dijumpai pada hari ini sebelum masuk ke IGD. Frekuensi mencret
lebih dari 10 kali pada satu hari ini, dengan konsistensi air lebih banyak
daripada ampas, berwarna kuning. Tidak dijumpai lendir ataupun darah.
Pasien juga mengalami muntah dengan frekuensi kurang lebih 7-8 kali pada
satu hari ini, dengan volume seperempat aqua gelas per kali muntah,
berisikan apa yang dimakan dan diminum oleh pasien. Demam tidak
dijumpai. Batuk dan pilek tidak dijumpai. BAK dalam batas normal. Orang
tua pasien mengatakan bahwa pasien sering memakan jajanan pinggir jalan.
 Riwayat kehamilan: Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Usia
ibu saat hamil adalah 28 tahun. Ibu rutin memeriksakan kehamilan dengan
dokter kandungan selama masa kehamilan. Riwayat sakit hipertensi
selama hamil dijumpai dan riwayat mengonsumsi obat-obatan selama
kehamilan dijumpai.
28

 Riwayat kelahiran: Bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37


minggu. Bayi lahir secara operasi ditolong oleh dokter kandungan dengan
BBL: 3300 gr dan PBL: 49 cm. Saat lahir bayi segera menangis. Riwayat
biru disangkal.
 Riwayat perkembangan: Pasien usia 4 bulan sudah tengkurap, usia 8 bulan
sudah duduk, usia 10 bulan sudah merangkak, usia 12 bulan sudah berdiri.
 Riwayat nutrisi: Pasien mendapatkan ASI sampai usia 1 tahun 7 bulan.
Mendapatkan MPASI sejak usia 6 bulan.
 Pasien masuk ke IGD RS. HAM pada tanggal 2 Maret 2020 dengan
keluhan mencret dan muntah pada 1 hari ini. Pasien telah diberikan
tatalaksana yaitu IVFD RL 75 cc/kgBB, Zinc 1 x 20 mg, Domperidone
syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg), Oralit 50-100 cc per kali mencret.
 Riwayat imunisasi
RI Riwayat Imunisasi 1 2 33 44 99
0 1 3 4 9
H Hepatitis B √ √ √ √
√ √ √ √
Pp Polio √ √ √
√ √ √
B BCG √

D DPT √ √ √
√ √ √
Hi HiB √ √ √
√ √ √
C Campak √

RPT : BAB cair

RPO : Sirup Domperidone dan Metronidazole


29

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Sens : Compos mentis

BB : 10 kg

PB : 87 cm

BB/U : -2SD < z score < 0SD

PB/U : -2SD < z score < 0SD

BB/PB : -3SD < z score < -2SD

TD : 90/60 mmHg

HR : 94 kali/menit

RR : 26 kali/menit

Suhu : 36.8 oC

Keadaan penyakit

Pancaran wajah : biasa

Sikap paksa : (-)

Refleks fisiologis : (+)

Refleks patologis : (-)

Anemia (-), Ikterus (-), Dispnu (-)

Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)

Turgor kulit : < 2 detik

Status Lokalisata
30

Kepala : Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera


ikterik (-/-), pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+),

Telinga : dalam batas normal

Hidung : dalam batas normal

Mulut : dalam batas normal

Leher : Pembesaran KGB (-), trakea letak medial

Dada : Inspeksi : simetris fusiformis, tanpa retraksi

Auskultasi : suara pernapasan : vesikuler

suara tambahan : tidak dijumpai

suara jantung : reguler, murmur (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Abdomen : Soepel, bising peristaltik usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Hepar, Lien dan Renal tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Hasil Laboratorium

Darah lengkap Hasil Nilai rujukan Satuan


Hemoglobin (Hb) 7.9 10.8 - 15.6 g/dL
Eritrosit (RBC) 4.53 4.50 - 6.50 Juta/μL
Leukosit (WBC) 8,700 4,500 - 13,500 /μL
Hematokrit 27 33 – 45 %
Trombosit (PLT) 309 181 – 521 103/μL
MCV 60 69 – 93 fL
MCH 17.4 22 – 34 Pg

Hitung jenis
31

Neutrofil 65.40 25.00 - 60.00 %


Limfosit 22.90 25.00 - 50.00 %
Monosit 11.50 1.00 - 6.00 %
Eosinofil 0.10 1.00 - 5.00 %
Basofil 0.10 0.00 - 6.00 %

Elektrolit

Kalsium (Ca) 8.30 8.4 - 10.2 mg/dL


Natrium (Na) 136 135 – 155 mEq/L
Kalium (K) 3.7 3.6 - 5.5 mEq/L
Klorida (Cl) 104 96 – 106 mEq/L

Pemeriksaan tinja

Makroskopik

Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Darah Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Mikroskopik

Telur cacing Negatif LPB


Amoeba Negatif LPB
Eritrosit 0-1 LPB
Leukosit 0-1 LPB

Diagnosis banding

1. Diare akut
2. Diare persisten
3. Kolera
4. Disentri

Diagnosis kerja
32

Gastroenteritis akut dan dehidrasi ringan-sedang

Tatalaksana

 Tirah baring
 IVFD RL 75 cc/kgBB (harus habis dalam 4 jam)
 IVFD D5% NaCl 0,225% 20gtt/menit
 Zinc 1 x 20 mg selama 10 hari
 Domperidone syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg)
 Oralit 50-100 cc per kali mencret
 Diet makan lunak dan tinggi protein (dikarenakan Hb pasien dijumpai
rendah)

Rencana penjajakan

 Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, RFL


 Pemeriksaan KGD
 Pemeriksaan feses
33

BAB IV
FOLLOW UP

FOLLOW UP TANGGAL 2-3 MARET 2020


S Mencret dijumpai
O Sens: CM, TD: 9/60 mmHg, HR: 87 kali/menit, RR: 28 kali/menit,
Temp: 36,8oC
Kepala : Mata : konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+),
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : mukosa bibir kering

Leher : pembesaran KGB (-), trakea letak medial


Dada : Inspeksi : simetris fusiformis, tanpa retraksi.
Auskultasi : suara pernapasan : vesikuler
suara tambahan : -
suara jantung : reguler, murmur (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Abdomen : Soepel, normoperistaltik, nyeri tekan (-)
Hepar, Lien dan Renal tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, tekanan nadi cukup

A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang


P  IVFD RL 75 cc/kgBB (harus habis dalam 4 jam)
 IVFD D5% NaCl 0,225% 20gtt/menit
 Zinc 1 x 20 mg selama 10 hari
 Domperidone syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg)
34

FOLLOW UP TANGGAL 4-5 MARET 2020


S Mencret dijumpai
O Sens: CM, TD: 9/60 mmHg, HR: 87 kali/menit, RR: 28 kali/menit,
Temp: 36,8oC
Kepala : Mata : konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+),
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal

Leher : pembesaran KGB (-), trakea letak medial


Dada : Inspeksi : simetris fusiformis, tanpa retraksi.
Auskultasi : suara pernapasan : vesikuler
suara tambahan : -
suara jantung : reguler, murmur (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Abdomen : Soepel, normoperistaltik, nyeri tekan (-)
Hepar, Lien dan Renal tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, tekanan nadi cukup

A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang


P  IVFD D5% NaCl 0,225% 20gtt/menit
 Zinc 1 x 20 mg selama 10 hari
 Domperidone syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg)

FOLLOW UP TANGGAL 6-8 MARET 2020


S Mencret dijumpai berkurang
O Sens: CM, TD: 9/60 mmHg, HR: 87 kali/menit, RR: 28 kali/menit,
Temp: 36,7oC
Kepala : Mata : konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
35

sklera ikterik (-/-), pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+),
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal

Leher : pembesaran KGB (-), trakea letak medial


Dada : Inspeksi : simetris fusiformis, tanpa retraksi.
Auskultasi : suara pernapasan : vesikuler
suara tambahan : -
suara jantung : reguler, murmur (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Abdomen : Soepel, normoperistaltik, nyeri tekan (-)
Hepar, Lien dan Renal tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, tekanan nadi cukup

A Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang


P  IVFD D5% NaCl 0,225% 20gtt/menit
 Zinc 1 x 20 mg selama 10 hari
 Domperidone syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg)
36

BAB V
DISKUSI KASUS

TEORI PASIEN
Definisi
Pada anamnesis didapatkan
Gastroenteritis adalah suatu
keluhan pasien :
keadaan dimana terdapat inflamasi
- Mencret dengan frekuensi
pada mukosa dari saluran
lebih dari 10 kali dalam hari
gastointestinal yang ditandai
ini
dengan muntah dan diare. Diare
- Muntah dengan frekuensi 7-
dapat didefinisikan sebagai
8 kali dalam hari ini
bertambahnya frekuensi buang air
- Anak tampak gelisah dan
besar lebih dari 3 kali sehari,
haus
disertai dengan perubahan
konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa adanya darah
maupun lendir. Gastroenteritis akut
merupakan diare dengan onset
mendadak dengan frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan dapat disertai
muntah dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Apabila diare
berlangsung lebih dari 14 hari maka
sudah dikatakan sebagai diare
kronik.

Disertai dengan diagnosis dehidrasi


ringan-sedang yang ditandai dengan
dua atau lebih tanda berikut :
- Rewel, gelisah, cengeng
37

-Ubun-ubun besar, mata sedikit


cekung
-Tampak kehausan, minum lahap
-Cubitan perut/turgor kulit kembali
lambat
Dan memiliki faktor risiko :
- Memakan makanan pinggir
Faktor Resiko:
jalan yang belum terjamin
-Higiene perorangan yang rendah kebersihannya.
Seperti kebiasaan mencuci tangan
pada saat sebelum memasak makanan
atau sesudah buang air besar dan
kesadaran dalam beperilaku hidup
bersih dan sehat
-Pemberian ASI yang tidak terpenuhi
oleh ibu kepada anaknya
-Sanitasi lingkungan yang kumuh
-Penyediaan air bersih untuk warga
yang tidak memadai
-Pengolahan sampah dan saluran
limbah yang tidak memenuhi syarat
Ditemukan :
Diagnosis
1. Mencret dijumpai lebih dari 10
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
kali
Gastroenteritis dapat ditegakkan 2. Muntah dijumpai 7-8 kali
dengan menanyakan gejala klinis dan 3. Anak tampak gelisah dan haus
keluhan yang klasik didapati, seperti
mencret dengan frekuensi lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja
38

yang cair dan dapat disertai dengan


lender ataupun darah, serta dapat juga
disertai muntah.
Dehidrasi ringan-sedang dapat
ditegakkan setelah melihat gejala
klinis yang muncul saat pasien
datang. Tatalaksana pada pasien :
 Tirah baring
 IVFD RL 75 cc/kgBB (harus
habis dalam 4 jam)
Tatalaksana
 IVFD D5% NaCl 0,225%
1. Tirah baring 20gtt/menit
2. Rehidrasi cairan  Zinc 1 x 20 mg selama 10 hari
3. Pemberian oralit
 Domperidone syrup 3 x 2,5 cc
4. Pemberian tablet zinc
(2,5 mg)
5. Teruskan ASI dan pertahankan
 Oralit 50-100 cc per kali
intake nutrsi yang adekuat
mencret
6. Pemberian antibiotik sesuai
indikasi
7. Edukasi kepada orang tua
pasien
39

BAB VI

KESIMPULAN

Seorang pasien anak laki-laki dengan inisial AD, 1 tahun 11 bulan, berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didiagnosa dengan Gastroenteritis Akut dan
Dehidrasi Ringan-Sedang. Penatalaksanaan yang diberikan selama pasien dirawat yaitu
IVFD RL 75 cc/kgBB, IVFD D5% NaCl 0,225% 20gtt/menit, tablet Zinc 1 x 20 mg,
Domperidone syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg), Oralit 50-100 cc per kali mencret dan pasien
diperbolehkan berobat jalan oleh dokter Sp.A pada tanggal 9 Maret 2020 dengan kondisi
stabil.

.
40

DAFTAR PUSTAKA

1. Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline: Diagnosis,
Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults. The American
Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea in Adults
WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH, MD Lawrence Family Medicine
Residency, Lawrence, Massachusetts [Accessed 5 Mar. 2017].
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
4. Al-Thani, A., Baris, M., Al-Lawati, N. and Al-Dhahry, S. (2013). Characterising the
aetiology of severe acute gastroenteritis among patients visiting a hospital in Qatar
using real-time polymerase chain reaction. BMC Infectious Diseases, 13(1).
5. Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 5 Mar. 2017 ]
6. Anon, (2017). [online] Available at: (http://www.who.int/child-
adolescenthealth/Emergencies/Diarrhoea_guidelines.pdf) A manual for physicians and
other senior health workers [Accessed 9 Apr. 2017].
7. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and
Experimental Gastroenterology, p.97.
8. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016. Harrison's
Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia: McGraw Hill.
9. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology Organisation.
[online] Available at: http://www.worldgastroenterology.org /guidelines/global-
guidelines/acute-diarrhea/acute-diarrhea-english [Accessed 5 Mar. 2017]
10. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C., Eberhard, M., Hall,
A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The Etiology of Severe 50 Acute
Gastroenteritis Among Adults Visiting Emergency Departments in the United States.
Journal of Infectious Diseases, 205(9), pp.1374-1381.
11. . Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education. 2015;42(7):504-8.

12. Purnamawati SP. Gastroenteritis Akut pada Anak. InHealthGazette Edisi Desember
2014-Maret 2015
13. Tjay, T. H., Rahardja, K. Obat-obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek-efek
41

Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2010.


14. Venita, M. K. Kapita Selekta Kedokteran Essential Medicine. Jakarta: Media
Aesulapius. 2014.
15. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Departemen Kesehatan RI. 2011.
16. Buletin Diare. Kementerian Kesehatan RI. 2011.

Anda mungkin juga menyukai