Lapkas Ger Tommy Qori
Lapkas Ger Tommy Qori
Gastroenteritis
PENYUSUN:
Muhammad Qori An Nabil (150100030)
Tommy Giovany Desky (150100170)
PEMBIMBING:
dr. Lili Rahmawati, Sp.A, IBCLC
Nilai :
PIMPINAN SIDANG
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Gastroenteritis”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
2.1
2.1.1
2.1.2
4
2.1.4 4
2.1.5 10
2.1.6 10
2.1.7 13
BAB III STATUS ORANG SAKIT
BAB IV FOLLOW-UP
BAB V DISKUSI KASUS
BAB VI KESIMPULAN
48
iii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada
anakanak maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan
dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun
setengah cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain
dari konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang
air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang
berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan
peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering
menjadi penyebabnya adalah infeksi yaitu berupa virus, bakteri dan parasit . 1,2,3,4,5
Gastroenteritis akut masih menjadi salah satu penyumbang morbiditas tertinggi
hingga saat ini di berbagai negara di dunia dan khususnya di negara berkembang
dengan tingkat sanitasi yang masih tergolong kurang seperti Indonesia. 5 Menurut
data dari World Health Organization (WHO ) tahun 2003, terdapat 1,87 juta orang
meninggal akibat gastroenteritis di seluruh dunia.6 Penanganan dini yang cepat,
tepat dan adekuat harus dilakukan dalam mengatasi gastroenteritis akut agar
pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih parah. Mulai dari diagnosis, pemberian
terapi sampai nutrisi bagi penderita harus diberikan dengan tepat. Dalam
penegakan diagnosis gastroenteritis akut bisa dilihat langsung dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan penentuan diagnosis definitif bisa
menggunakan pemeriksaan laboratorium.3 Dalam pemberian terapi sangat penting
dalam penanganan gastroenteritis akut disamping pemberian obat spesifik
terhadap agen penyebab yang bisa diketahui dari manifestasi klinis hasil
laboratorium.3 Dari besarnya insiden gastroenteritis akut di negara – negara
berkembang seperti di Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik
gastroenteritis akut dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian
terapi yang adekuat sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang
dapat ditimbulkan.3
1
2
TUJUAN
Untuk menguraikan teori-teori, mulai dari definisi hingga diagnosis, serta
tatalaksana, dan melaporkan kasus mengenai Penyakit Gastroenteritis. Penyusunan
laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
MANFAAT
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
mengenai Penyakit Gastroenteritis pada anak terutama tentang penegakan
diagnosis dan tatalaksananya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastroenteritis
2.1.1 Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian
mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah. 7 Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200ml/24jam).8 Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan
berlangsung kurang dari 14 hari.3
2.1.2 Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada Negara
berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi
lebih baik.7 Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan UNICEF,
terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis setiap tahunnya di
seluruh dunia.6 Secara global, diperkirakan terdapat 179.000.000 insiden
gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya dengan angka pasien yang
dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000 pasien mengalami kematian. 3
Di amerika serikat setidaknya 8.000.000 dari pasien gastroenteritis akut yang
berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit menurut
data dari The American Journal of Gastroenterology. 3,9 Sedangkan menurut hasil
survey di Indonesia, insiden dari gastroenteritis akut akibat infeksi mencapai
96.278 insiden dan masih menjadi peringkat pertama sebagai penyakit rawat inap
di Indonesia, sedangkan angka kematian pada gastroenteritis akut (Case Fatality
Rate) sebesar 1,92%.5
2.1.3 Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa menyebabkan
terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 %
diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain
yaitu9 :
4
3.Adenovirus
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada sistem
respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan merupakan virus
DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk icosahedral simetris. Ada 4 genus
yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, dan Siadenovirus.9
b. Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut bakteri
yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli, Shigella
5
2. Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan
dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak matang
dan dapat menimbulkan gejala diare yang sangat cair dan menimbulkan disentri. 9
3. Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan tingkat
kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah9 :
- S. sonnei
- S. flexneri
- S. dysenteriae
4. Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen pada
manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat menyebabkan wabah
besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering adalah muntah tidak dengan
panas dan feses yang konsistensinya sangat berair. Bila pasien tidak terhidrasi
dengan baik bisa menyebabkan syok hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari
timbulnya gejala awal.9
6
5. Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Beberapa toksin
telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi aktif cairan dan
elektrolit mungkin dihasilkan. Pada onset akut gejalanya dapat berupa mual,
muntah dan diare berair dan terkadang disentri pada beberapa kasus. 9
c. Parasitic agents
Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, and Cyclospora
cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut sangatlah jarang terjadi
namun sering dihubungkan dengan traveler dan gejalanya sering tak tampak.
Dalam beberapa kasus juga dinyatakan infeksi dari cacing seperti Stongiloide
stecoralis, Angiostrongylus C., Schisotoma Mansoni, S. Japonicum juga bisa
menyebabkan gastroenteritis akut.9
b. Imunodefisiensi
Kondisi seseorang dengan imunodefisiensi yaitu hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi
IgA dan imunodefisiensi IgA heavycombination.3
c. Terapi Obat
7
2.1.4 Patogenesis
Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi yang
berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor agent dan
faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus
serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna
antara lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan
mikroflora usus3,7. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.3
2.1.6.1 Anamnesis
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan
perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir,
11
2.1 Tatalaksana
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti Natrium Klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl) dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
15
diutamakan oralit. Glukosa dan garam yang tercampur di dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Oralit dapat diberikan segera bila anak diare, sampai diare berhenti. Cara
pemberian oralit adalah dengan mencampurkan satu bungkus oralit dengan satu
gelas air matang (200 cc).
• Dosis :
- Anak < 1 tahun : 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
- Anak > 1 tahun : 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
Dengan Osmolaritas
2 K+ : 20 mEq/l K+ : 20 mEq/l
Tabel 2.2. Lanjutan perbedaan formula oralit lama dengan oralit baru
2. Tablet Zinc
Suplementasi Zinc pada GEA telah terbukti mengurangi durasi dan
beratnya episode GEA, serta berhasil menurunkan insiden diare dalam
waktu 2 – 3 minggu ke depan. Oleh karena itu, semua pasien diare
sebaiknya diberi Zinc segera seketika anak mengalami diare. Pastikan
pemberian tablet Zinc dilakukan selama 10 hari berturut-turut.
• Dosis :
- Anak < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari.
- Anak > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.
• Cara Pemberian :
- Bayi : larutkan tablet dengan sedikit (5 mL) ASI perah, CRO atau air
minum bersih di sendok kecil.
- Anak: tablet dikunyah atau dilarutkan dengan sedikit air di sendok.
• Durasi : Orang tua harus diberi penjelasan perihal pentingnya untuk
memberikan Zinc selama 10-14 hari meski diare nya sudah sembuh
sebelum durasi tersebut. Terangkan pula bahwa Zinc akan memperbaiki
kesehatan secara menyeluruh, pertumbuhannya dan nafsu makannya
Apabila anak mau lebiih banyak dari biasanya maka akan lebih baik,
berikan sebanyak dan selama dia mau.
Anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering.
Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan batasi
makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan
akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah
malnutrisi.
2.12 Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit diare secara benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah:16
A. Perilaku Sehat
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
22
seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi
harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi
yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu
botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging,
kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam
makanannya.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
1. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
B. Penyehatan Lingkungan
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
2. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah
dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan
estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak
dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk
mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan,
sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan
sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah
dengan cara ditimbun atau dibakar.
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan
bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit
seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada
saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan,
agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang
tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
27
BAB III
No. RM : 76.26.16
ANAMNESIS PRIBADI
ANAMNESIS PENYAKIT
Telaah :
Mencret dijumpai pada hari ini sebelum masuk ke IGD. Frekuensi mencret
lebih dari 10 kali pada satu hari ini, dengan konsistensi air lebih banyak
daripada ampas, berwarna kuning. Tidak dijumpai lendir ataupun darah.
Pasien juga mengalami muntah dengan frekuensi kurang lebih 7-8 kali pada
satu hari ini, dengan volume seperempat aqua gelas per kali muntah,
berisikan apa yang dimakan dan diminum oleh pasien. Demam tidak
dijumpai. Batuk dan pilek tidak dijumpai. BAK dalam batas normal. Orang
tua pasien mengatakan bahwa pasien sering memakan jajanan pinggir jalan.
Riwayat kehamilan: Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Usia
ibu saat hamil adalah 28 tahun. Ibu rutin memeriksakan kehamilan dengan
dokter kandungan selama masa kehamilan. Riwayat sakit hipertensi
selama hamil dijumpai dan riwayat mengonsumsi obat-obatan selama
kehamilan dijumpai.
28
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
BB : 10 kg
PB : 87 cm
TD : 90/60 mmHg
HR : 94 kali/menit
RR : 26 kali/menit
Suhu : 36.8 oC
Keadaan penyakit
Status Lokalisata
30
Abdomen : Soepel, bising peristaltik usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Hasil Laboratorium
Hitung jenis
31
Elektrolit
Pemeriksaan tinja
Makroskopik
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Darah Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Mikroskopik
Diagnosis banding
1. Diare akut
2. Diare persisten
3. Kolera
4. Disentri
Diagnosis kerja
32
Tatalaksana
Tirah baring
IVFD RL 75 cc/kgBB (harus habis dalam 4 jam)
IVFD D5% NaCl 0,225% 20gtt/menit
Zinc 1 x 20 mg selama 10 hari
Domperidone syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg)
Oralit 50-100 cc per kali mencret
Diet makan lunak dan tinggi protein (dikarenakan Hb pasien dijumpai
rendah)
Rencana penjajakan
BAB IV
FOLLOW UP
sklera ikterik (-/-), pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+),
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
Definisi
Pada anamnesis didapatkan
Gastroenteritis adalah suatu
keluhan pasien :
keadaan dimana terdapat inflamasi
- Mencret dengan frekuensi
pada mukosa dari saluran
lebih dari 10 kali dalam hari
gastointestinal yang ditandai
ini
dengan muntah dan diare. Diare
- Muntah dengan frekuensi 7-
dapat didefinisikan sebagai
8 kali dalam hari ini
bertambahnya frekuensi buang air
- Anak tampak gelisah dan
besar lebih dari 3 kali sehari,
haus
disertai dengan perubahan
konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa adanya darah
maupun lendir. Gastroenteritis akut
merupakan diare dengan onset
mendadak dengan frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan dapat disertai
muntah dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Apabila diare
berlangsung lebih dari 14 hari maka
sudah dikatakan sebagai diare
kronik.
BAB VI
KESIMPULAN
Seorang pasien anak laki-laki dengan inisial AD, 1 tahun 11 bulan, berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didiagnosa dengan Gastroenteritis Akut dan
Dehidrasi Ringan-Sedang. Penatalaksanaan yang diberikan selama pasien dirawat yaitu
IVFD RL 75 cc/kgBB, IVFD D5% NaCl 0,225% 20gtt/menit, tablet Zinc 1 x 20 mg,
Domperidone syrup 3 x 2,5 cc (2,5 mg), Oralit 50-100 cc per kali mencret dan pasien
diperbolehkan berobat jalan oleh dokter Sp.A pada tanggal 9 Maret 2020 dengan kondisi
stabil.
.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline: Diagnosis,
Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults. The American
Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea in Adults
WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH, MD Lawrence Family Medicine
Residency, Lawrence, Massachusetts [Accessed 5 Mar. 2017].
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
4. Al-Thani, A., Baris, M., Al-Lawati, N. and Al-Dhahry, S. (2013). Characterising the
aetiology of severe acute gastroenteritis among patients visiting a hospital in Qatar
using real-time polymerase chain reaction. BMC Infectious Diseases, 13(1).
5. Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 5 Mar. 2017 ]
6. Anon, (2017). [online] Available at: (http://www.who.int/child-
adolescenthealth/Emergencies/Diarrhoea_guidelines.pdf) A manual for physicians and
other senior health workers [Accessed 9 Apr. 2017].
7. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and
Experimental Gastroenterology, p.97.
8. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016. Harrison's
Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia: McGraw Hill.
9. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology Organisation.
[online] Available at: http://www.worldgastroenterology.org /guidelines/global-
guidelines/acute-diarrhea/acute-diarrhea-english [Accessed 5 Mar. 2017]
10. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C., Eberhard, M., Hall,
A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The Etiology of Severe 50 Acute
Gastroenteritis Among Adults Visiting Emergency Departments in the United States.
Journal of Infectious Diseases, 205(9), pp.1374-1381.
11. . Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education. 2015;42(7):504-8.
12. Purnamawati SP. Gastroenteritis Akut pada Anak. InHealthGazette Edisi Desember
2014-Maret 2015
13. Tjay, T. H., Rahardja, K. Obat-obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek-efek
41