PERCOBAAN 3.1
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU DENGAN
METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
Disusun oleh:
Kelompok 2/E
Childa (10060316187)
Agpirahma Cindera B. A (10060316189)
Irman Maryawan (10060316190)
Nandianti Nurlita Sari (10060316191)
Friska Aulia Hidayat (10060316192)
Putri Nosa Dwiawanda (10060316193)
I. Tujuan Percobaan
I.1 Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi.
I.2 Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi.
I.3 Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil
penetapan kadar.
1. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom.
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure)
dan pemindahan konstan (constant displacement) (Putra, 2004).
2. Injektor (Injector)
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan:
a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir,
sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan
karena difusi di dalam cairan kecil dan resolusi tidak dipengaruhi.
b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang
digunakan pada Kromatografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada
kinerja sampai 60 -70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan
semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Partikel kecil dari septum yang
terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi
volume lebih besar dari 10 μL dan dilakukan dengan cara otomatis
(dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil
dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi load, sampel diisi
kedalam loop pada kinerja atmosfer, bila valve difungsikan, maka sampel
akan masuk ke dalam kolom (Putra, 2004).
3. Kolom (Column)
Kolom dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Kolom analitik: Diameter dalam 2 - 6 mm. Panjang kolom tergantung
pada jenis material pengisi kolom.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar
dan panjang kolom 25 -100 cm (Putra, 2004).
4. Detektor
Detektor dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
1) Detektor spektrofotometri UV-Vis
2) Detektor Indeks Bias
3) Detektor Elektrokimia
4) Detektor Photodiode-Array (PDA) (Gandjar dan Rohman, 2007).
III.2 Paracetamol
Parasetamol (C8H9NO2) atau asetaminofen berupa serbuk hablur, putih,
tidak berbau, rasa sedikit pahit. Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Kelarutannya larut
dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N serta mudah larut dalam
etanol. BM parasetamol adalah 151,16. Parasetamol memiliki khasiat sebagai
analgetikum dan antipiretikum (Depkes RI, 1995).
Alat Bahan
Alat HPLC Aqua Pro Injeksi
Jarum Sunti Mikroliter Metanol Pro HPLC
Labu Erlenmeyer 20 mL Tablet Parasetamol
Labu Takar 50 mL dan 10 mL
Pipet Tetes
Pipet Volume
Saringan Membran Filter PTFE
Vial
V.2 Metanol
pH :7
Titik beku : 0 C
VI. Prosedur
VI.1 Uji Kesesuaian Sistem
2. Larutan Uji
2. Larutan Uji
VII.2 Perhitungan
VII.2.1 Fase gerak
Metanol Pro HPLC
1
×200 mL=50 mL
4
Aqua pro injeksi
3
×200 mL=150 mL
4
VII.2.2 Uji Kesesuai
Sistem
Nilai SBR = 1,74804
%
Uji kesesuai sistem dinyatakan memenuhi syarat karena SBR < 2,0 %
VII.2.3 Analisis Kualitatif ( Larutan Standar)
25 mg 1000 mL
× = 500 mg/L = 500 ppm
50 mg 1L
Pengenceran
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 1mL x 500 ppm
N1 = 50 ppm
VII.2.4 Analisis Kualitatif ( Larutan Uji)
25 mg 1000 mL
× = 500 mg/L = 500 ppm
50 mg 1L
Pengenceran
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 1 mL x 500 ppm
N1 = 50 ppm
VII.2.5 Analisis Kuantitatif ( Larutan Standar)
25 mg 1000 mL
× = 500 mg/L = 500 ppm
50 mg 1L
Pengenceran 1
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 0,2 mL x 500 ppm
N1 = 10 ppm
Pengenceran 2
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 0,4 mL x 500 ppm
N1 = 20 ppm
Pengenceran 3
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 0,6 mL x 500 ppm
N1 = 30 ppm
Pengenceran 4
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 0,8 mL x 500 ppm
N1 = 40 ppm
Pengenceran 5
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 1 mL x 500 ppm
N1 = 50 ppm
Pengenceran 6
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 1,2 mL x 500 ppm
N1 = 60 ppm
VII.2.6 Analisis Kuantitatif ( Larutan Uji)
25 mg 1000 mL
× = 500 mg/L = 500 ppm
50 mg 1L
Pengenceran
V1 x N1 = V2 x N2
100 mL x N1 = 1 mL x 500 ppm
N1 = 50 ppm
VIII. Pembahasan
Y = bx +a
41633632 = 733615,0171x + 2623463,733
= 53,17525863 ppm
45000000
40000000
35000000
30000000
Luas area
25000000
20000000
15000000
10000000
5000000
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Dari semua larutan standar yang diukur diperoleh persamaan regresi,
sehingga dapat dihitung persen kadar parasetamol didalamnya. Didapati hasil
sebesar 106,3505175%. Lalu dilakukan perhitungan persen kadar parasetamol
dengan menggunakan One Point Methode, didapati hasil sebesar 102,0419577%.
Dapat dikatakan bahwa kadar yang diperoleh dari hasil praktikum yang telah
dilakukan tidak memenuhi syarat ketetapan kadar karena dimana kadar
parasetamol yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia adalah tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 101% (Dirjen POM, 1995).
IX. Kesimpulan