Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

HUBUNGAN TANAH, AIR DAN TANAMAN

ACARA 2 :
Pengaruh Perbedaan Kedalaman Muka Air Tanah
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung

Dosen Pengampu :
Subhan Arif Budiman, S.P., M.P
Dr. Ir. T. Sutikto

Oleh :
Kelompok 2 / Golongan L
Desi Febiola 171510301032
Sisi Novilia Dwi S 171510301061
Siti Aisyah 171510301022
Arizona Rambi 171510301023
Vega Kintaghea 1715103010

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS JEMBER
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Usaha mepertahankan kedalaman muka air tanah didukung oleh tekstur
tanah yang dapat memegang air dengan baik. Fraksi liat menjadi pemegang air
yang baik sedangkan fraksi debu mendukung air tersedia dan pembebasan unsur-
unsur hara untuk diserap oleh tanaman. Fraksi pasir menyokong tanah di
sekelilingnya yang terdiri dari partikel liat dan debu. kedalaman muka air tanah
yang sesuai dapat meningkatakan respirasi akar tanaman, maka terjadi kenaikan
kapiler yang dapat menjaga kelembaban lapisan permukaan tanah, sehingga air
dan udara tanah seimbang. Dengan kelembaban yang sesuai, maka dapat
berlansungnya dekomposisi dan mineralisasi limbah organik kelapa sawit yang
ditambahkan. Dekomposisi dan mineralisasi limbah organik tentu saja disertai
dengan pelepasan unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan
tanaman yuang berlangsung dengan baik.
Kedalaman muka air tanah juga dipengaruhi oleh tingkat pelapukan
gambut, tingkat pelapukan gambut yang berbeda akan mempengaruhi kenaikan air
kapiler, yang berhubungan pada tinggi muka air yang berbeda pula. Akibat
perbedaan tersebut maka akan mempengaruhi kelembapan tanah. Kelembapan
tanah juga akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan tingkat pelapukan
tanah gambut terhadap ketersediaan sifat fisik dan kimia. pengaruh kedalaman
muka air tanah dan bahan organik serta mendapatkan kombinasi kedalaman muka
air tanah dengan jenis bahan organik yang terbaik terhadap ketersediaan hara dan
pertumbuhan tanaman jagung (sahputra dkk, 2016)
Pengaturan kedalaman muka air tanah yang sesuai dapat meningkatkan
respirasi akar tanaman, maka terjadi kenaikan kapiler yang dapat melembabkan
lapisan permukaan tanah, sehingga air dan udara tanah seimbang. Kelembaban
yang sesuai, maka dapat berlangsungnya dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme terhadap mulsa organik yang ditambahkan. Dekomposisi dan
mineralisasi mulsa organik tentu saja disertai dengan pelepasan unsur hara yang
dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang berlangsung dengan baik,
sehingga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah gambut.
1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui perbedaaan muka air tanah pada tanaman jagung
1.3. Manfaat
mempelajari dan memahami perbedaan muka air tanah pada tanaman jagung

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Tanah merupakan hasil perubahan wujud dari zat-zat mineral dan organik,
yang dimana tanah ini merupakan media penting bagi tumbuhan untuk hidup
dikarenakan didalam tanah menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan
tanaman untuk keberlanjutan hidupnya. Tanah juga berperan sebagai penompang
tegakan tubuh tumbuhan dan juga mensuplai hampir semua nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman. Selain tanah air juga merupakan suatu komponen yang
penting dikarenakan air menjadi pelarut dan media reaksi kimia dalam tanah
(Handayanto., dkk, 2005).
Jagung adalah salah satu komoditas pertanian yang responsif terhadap
kondisi lingkungan. Pertumbuhan tanaman jagung ini di pengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan tumbuhnya, sepertihalnya ketersediaan hara dalam tanah,
ketersediaan air tanah, dan intensitas cahaya. Faktor tersebut dapat
memepengaruhi produktivitas hasil tanaman jagung ini. Respon hasil produksi
yang rendah terjadi pada pertanaman jagung dikarenakan besarnya kompetisi yang
terjadi dengan tanaman pokok terutama dalam perebutan unsur hara dan air.
Air tanah merupakan air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap kedalam tanah dan berkumpul bersama
membentuk lapisan tanah yang disebut dengan akuifer. Terdapat tiga lapisan yaitu
permeable, impermeable dan akuifer. Permeable adalah suatu lapisan yang dimana
mudah dilalui oleh air tanah yang dimana lapisan ini biasanya terdapat pada pasir
atau kerikil, dan lapisan impermeable adalah suatu lapisan yang sulit dilalui air
tanah seperti halnya lapisan lempung. Sedangkan lapisan akuifer adalah lapisan
yang dapat menangkap dan meloloskan air (Syahza., dkk, 2017).
Akuifer adalah suatu lapisan tanah yang dimana mengandung air, air ini
bergera di dalam tanah dikarenakan adanya ruang antar butir-butir tanah. Hal yang
mampu membuat mengalirkan air dikarenakan lapisan tersebut bersifat permeable
yang dimana mampu mengalirkna air baik karenaya adanya pori-pori pada lapisan
tersebut ataupun dikarenakan sifat dari lapisan batuan tertentu. karakteristik
akuater sendiri dipengaruhi oleh 3 (tiga) parameter yaitu tebal akuifer,
permeabilitas, dan hasil jenis. Permeabilitas sendiri merupakan kemampuan suatu
akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang yang dimana
nilai dari permeabilitas akuifer ini sangat ditentukan oleh tekstur dan struktue
mineral. Sehingga semakin kasar tekstur dengan struktur lepas amaka semakin
tinggi pula batuan akan meloloskan sejumlah air tanah dan sebaliknya (Gislan.,
dkk, 2017).
Air bergerak naik dari akar menuju batang dan daun pada tanaman. Air
tersebut dapat naik ketas dikarenakan terjadi gerakan kapilaritas. Menurut
Castilo., et al (2015) Kapilaritas merupakan suatu gerakan air dari daerah yang
berkadar tinggi ke daerah yang berkadar air rendah akibat kenaikan ebergi
retensinya. Pengaruh kapilaritas air pad atanah ini di pengaruhi oleh struktur
tanah. Struktur tanah sendiri merupakan salah satu sifat fisik tanah yang
menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang dimana bergabung
satu dengan yang lainnya membentuk suatu agregat (Nugis, et al 2016).
Air kapiler adalaha air yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dana dhesi
yang lebih kuat dibandingkan dengan gaya gravitasi. Air bergerak ke samping
atau ke atas dikarenakan gaya kapiler. Air kapiler ini bisanya menempati pori
mikro dan dinding pori makro yang ditahan pada tegangan antara 1/3 -15 atm (pF
2,52 – 4,20). Air kapiker ini melapisi butiran tanah, dan dapat dilepaskan oleh
perakaran serta dapat diserap oleh akar. Tekanan kapiler dapat mengakibatkan air
tanah tertarik ke atas melebihi permukannya dan mengisi pori tanah (Perdana,
2015).
Suatu proses pengisian lengas tanah yang bersumber dari tanah bagian
bawahnya adalah gerakan air kapiler. Gerakan air kapiler ini dapat beruapa suatu
hubungan langsung dengan air tanah. Penyebab terjadinya gerakan air kapiler,
dikarenakan adanya pembentukan tekanan pF akibat penguapan dan absopsi air
oleh tanaman dan apabila tidak ada penambahan air oleh hujan atau irigasi maka
lapisan tanah bagian atas atau permukaan tanah akan memiliki kandungan air
yang begitu kecil dari kandungan air dibawahnya sehingga terdapat perbedaan
tekanan. Terjadinya pergerakan air kapiler ini terjadi dari lapisan tanah yang
memiliki pF rendah ke lapisan tanah yang memiliki pF tinggi (Darwis, 2016).
Menurut Ritche (1998) Air memiliki fungsi yang sangat penting di dalam
tanah, bahwasanya air yang terdapat dalam tanah hasil dari serapan oleh massa
tanah yang tertahan oleh lapisan kedap air atau disebabkan oleh keadaan drainase
yang kurang baik. Air sendiri dapat mereseap atau ditahan oleh tanah karena
disana terdapat gaya adhesi, kohesi dan gravitasi. Menurut Suarti (2010) Adhesi
adalah gaya antara molekul yang jenisnya berbeda, gaya adhesi ini akan membuat
dua zat akan saling melekat bila di campurkan sedangkan kohesi merupakan gaya
tarik menarik antar partikel yang sejenis. Kohesi ini dipengaruhi oleh kerapatan
dan jarak antarpartikel dalam zat dan gaya kohesi ini tidak bida membuat dua zat
saling melekat apabila tercampur. Besarnya kekuatan gaya adhesi dan kohesi ini
sangat tergantung dengan tegangan permukaan.
Permukaan air tanah ini bisa mengalami penurunan tergantung dengan
iklim yang berada di wilayah tersebut. Perubahan muka air tanah sendiri
merupakan perubahan kedalaman air tanah yang dimana dipengaruhi oleh musim
hujan dan musim kemarau. Perubahan ini merupakan selisih antara tinggi
oermukaan air tanah yang semakin lama semakin dalam dikarenakannya
eksploitasi yang berlebihan atau terjadinya musim kemarau yang ekstrim.
Penuruanan air tanah ini terjadi karena tanaman memerlukan air yang berlebihan.
Pengambilan air yang berlebihan ini merupakan pengambilan air tanah yang
melebihi pengimbuhan secara alamiah (Supriyadi, 2014).
Pergerakan air tanah relatif lambat yang dimana gerakaan ini didorong
oleh gaya berat yang ditahan oleh gesekan pada medium yang poreus. Kemiringan
antar dua lokasi dalam lapisan tanah juga akan mengakibatkan pergerakan air
dalam tanah. Terdapat 2 (dua) aliran air tanah yang dimana dilihat dari kondisi
kadar airnya antara lain, aliran air tanah dalam kondisi jenuh dan aliran dalam
kondisi tidak jenuh, yang berbeda dari kedua aliran in adalah pada nilai
permeabilitasnya yang dimana dalam keadaan nilai permeabilitas tanahnya
homogen dan hal lain terjadi aliran tidak jenuh yang dimana konduktivitas
hidrolisnya tergantung dengan kadar air (Simaremare, 2015).
Kadar air tanah yang optimum bagi pertumbuhan tanaman adalah kondisi
air dimana tanaman dengan mudah dapat menyerap air. Air yang dengan mudah
dapat diambil oleh tanaman berada dalam pori-pori yang berukuran sedang. Air
digunakan tumbuhan, air yang tersisa berada di dalam pori-pori yang lebih halus
atau lapisan yang tipis. Tidak semuanya air yang ditahan tanah tersedia bagi
tanaman namun sebagian air tetap tertinggal di tanah, yang dimana lambat laun
tanaman akan layu dan akhirnya dikarenakan kekurangan air.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman acara Kepadatan Tanah
(BV) dilaksanakan pada hari Kamis, 7 November 2019 di greenhouse Fakultas
Pertanian Universitas Jember dimulai pukul 15.00 WIB-selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Timba
2. Nampan
3. Pipa paralon berdiameter 15cm dan panjang 25cm
4. Karet ban
5. Timbangan
6. Spray
7. Spidol
8. Kain kassa
9. Gunting
10. Penggaris

3.2.1 Bahan
1. Sampel tanah
2. Air
3. Benih jagung

3.3 Langkah Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan, memotong pipa paralon berdiameter 15 cm dengan
panjang 25 cm
2. Mengukur dengan penggaris sepanjang 3 cm dari permukaan paralon, mendai
dengan spidol
3. Mengukur 20 cm dari permukaan atas paralon sebagai batas pemberian air,
menendai dengan spidol.
4. Menutup bagian bawah paralon dengan kain kasa dan mengikat dengan karet
ban
5. Memasukkan paralon kedalam timba, Menambahkan tanah sebanyak 11,2 Kg
kedalam paralon
6. Menggenangi paralon didalam timba dengan memberikan air sebanyak batas
yang sudah ditentukan
7. Memasukkan benih jagung ke dalam pipa sedalam 2 cm
8. Melakukan pengamatan setiap minggunya

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Pengamatan 7 HST Tanaman Jagung

Rata-rata
Acara Tinggi Rata-rata
Diameter Jumlah Panjang
Kapilarita Ulangan Tanaman Lebar
Batang Daun Daun
s (cm) Daun
(cm)
(cm)
Kel. 1 U1 22 0,3 3 1,46 11,03
20 cm U2 8,3 0,2 2 0,95 4,3
Kel. 2 U1 16,7 0,3 3 1,3 8,83
20 cm U2 17,2 0,4 3 1.3 8,73
Kel. 3 U1 17,7 1 3 1,16 8,5
30 cm U2 15,5 1,3 3 1,2 7,5
Kel. 4 U1 19 0,4 3 1,03 10,9
30 cm U2 12 0,5 3 0,73 6,66
Kel. 5 U1 - - - - -
40 cm U2 - - - - -
Kel. 6 U1 4,2 0,2 2 0,8 3,5
40 cm U2 3,6 0,2 2 0,7 3,0

Pengamatan 7 hari setelah tanam dilakukan pada 6 kelompok dengan 3


perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu pada kedalaman air sebesar 20
cm dibawah permukaan tanah, perlakuan kedua kedalaman air 30 cm dibawah
permukaan tanah dan perlakuan ketiga sebesar 40 cm di bawah permukaan tanah.
Pengamatan dilakukan berdasar 5 parameter yaitu tinggi tanaman, diameter
batang, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun. Setiap perlakuan
menggunakan 2 ulangan, sehingga terdapat 12 tanaman jagung yang diamati.
Perlakuan kedalaman air sebesar 20 cm di bawah permukaan tanah
menghasilkan tanaman jagung yang tumbuh lebih optimal dibandingkan
perlakuan yang lain. Kondisi ini terlihat dari tinggi tanaman jagung pada
perlakuan tersebut memiliki nilai tertinggi daripada perlakuan lainnya., serta lebar
daun yang lebih besar. Perlakuan 30 cm dibawah permukaan tanah memiliki hasil
yang tidak berbeda jauh dengan perlakuan 20 cm dibawah permukaan tanah,
namun perlakuan 40 cm dibawah permukaan tanah memiliki perbedaan hasil yang
terlihat jelas dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya dimana tanaman
jagung tidak dapat tumbuh dengan optimal.

4.1.2 Pengamatan 14 HST Tanaman Jagung

Rata-rata
Acara Tinggi Rata-rata
Diameter Jumlah Panjang
Kapilarita Ulangan Tanaman Lebar
Batang Daun Daun
s (cm) Daun
(cm)
(cm)
Kel. 1 U1 43,3 0,7 6 1,3 21,5
20 cm U2 32,1 0,4 5 1,06 12,38
Kel. 2 U1 41,4 0,7 6 1,58 17,01
20 cm U2 36,4 0,5 5 1,6 17,22
Kel. 3 U1 41 1,8 5 1,8 31
30 cm U2 39 1,6 5 1,5 30
Kel. 4 U1 42,5 0,7 5 1,72 20,7
30 cm U2 35 0,9 5 1,46 16,4
Kel. 5 U1 13,4 0,3 10 1,26 7,24
40 cm U1 31,5 0,6 5 1,16 14
Kel. 6 U2 30,5 0,5 5 1,34 13,36
40 cm U1 43,3 0,7 6 1,3 21,5

Hasil pengamatan pada 14 hari setelah tanam menunjukkan bahwa


perlakuan pemberian air sebesar 20 cm dibawah permukaan tanah menghasilkan
tanaman jagung dapat tumbuh dengan optimal dan memiliki nilai tertinggi pada
pengukuran parameter-parameternya. Kondisi ini diikuti oleh perlakuan 30 cm
dibawah permukaan tanah yang mampu menghasilkan tanaman jagung dapat
tumbuh dengan baik dengan hasil pengukuran yang tidak jauh berbeda dengan
perlakuan pertama. Tanaman jagung pada perlakuan 40 cm dibawah permukaan
tanah juga memiliki nilai hasil pengukuran yang setara dengan kedua perlakuan
lainnya, kecuali hasil yang terdapat pada kelompok 5.
4.1.3 Pengamatan 15 HST Tanaman Jagung (Panen)
Acara Kapilaritas Ulangan Diameter batang (mm) Panjang akar (cm)
Kel. 1 U1 7 37,7
20 cm U2 4 32,8
Kel. 2 U1 8 27
20 cm U2 6 31
Kel. 3 U1 0,6 46,2
30 cm U2 0,3 8,2
Kel. 4 U1 0,8 17,5
30 cm U2 0,6 30
Kel. 5 U1 0,3 6,37
40 cm U1 0,6 29,5
Kel. 6 U2 0,5 24,5
40 cm U1 7 37,7

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman jagung usia 15 hari setelah


tanam, dapat diketahui bahwa diameter batang dan panjang akar tanaman jagung
bervariasi. Panjang akar tanaman jagung pada kedalaman air 20 cm, 30 cm dan 40
cm rata-rata tidak memiliki perbedaan yang jauh. Diameter batang pada tanaman
jagung dengan perlakuan pemberian air 20 cm dibawah permukaan tanah
memiliki nilai yang paling besar diantara ketiga perlakuan yang berbeda,
sedangkan pada pemberian air sedalam 30 cm dan 40 cm di bawah permukaan
tanah memiliki nilai yang lebih kecil.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pengaruh kapilaritas atau muka air tanah yang
berbeda terhadap pertumbuhan jagung terlihat pada tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang daun, diameter daun, diameter batang dan panjang akar seperti pada tabel
4.1.1 sampai 4.1.3. Pada ketinggian muka air tanah 20 cm dari permukaan paralon
yang tingginya 50 cm rata rata tinggi tanaman jagung 7 hst kelompok 1 dan 2
adalah 16,05 cm, rata rata jumlah daun yaitu 3 helai, rata rata diameter batang 0,3
cm, rata rata panjang daun 8,22 cm, dan rata rata lebar daun 1,25 cm. Pada
kapilaritas 20 cm dari permukaan paralon tanaman jagung tumbuh normal.
Tanaman jagung dapat tumbuh normal pada kapilaritas atau muka air
tanah dengan ketinggian 20-30 cm dari permukaan karena mendapatkan banyak
suplai air terlihat pada morfologi tanaman jagung yang tumbuh lebih sehat
dibanding muka ir tanah 40 cm. Menurut penelitian Imanudin, dan Prayitno
(2015) Metode pemberian air dengan cara kapilaritas lebih efisien dibandingan
dengan memberi secara langsung dari atas tanah atau tanaman. Pemberian air
sdengan metode kapiler akan mneghemat air karena air akan mengenai akar secara
langsung. metode kaplier juga dapat mengurangi evapotrasnpirasi yang
berlebihan, namun metode ini hanya dapat digunakan pada tanaman tanaman
tertentu. Irigasi bawah tanah dengan sistem kapiler memiliki beberapa keuntungan
yaitu dalam hal penghematan air. Sistem ini memiliki efisiensi pengairan 100%
yaitu air sepenuhnya digunakan untuk kenaikan air kapiler yang akan membasahi
seluruh permukaan tanah di sekitar perakaran tanaman. Selain itu dapat
mneghemat waktu dan tenaga petani.
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman lahan kering yang tidak terlalu
membutuhkan banyak air karena penanaman jagung pada praktikum hanya
sampai fase awal vegetatif sehingga tidak memerlukan banyak air. Kebutuhan air
yang terbanyak pada tanaman jagung adalah pada fase pembungaan dan fase
pengisian biji. Sehingga distribusi curah hujan lebih penting daripada total curah
hujan, karena kebutuhan air meningkat secara cepat dengan meningkatnya
perkembangan daun selama pertumbuhan vegetatif, (Muhadjir, 1988).
Menurut penelitian Imanudin, dan Prayitno (2015) tekstur tanah sangat
mempengaruhi pergerakan air kapiler. pada praktikum yang dilaksanakan tanah
yang digunakan bertekstur loamy sehingga pori pori mikro lebih bnayak
dibanding makro. Tanaman menggunakan aksi kapiler untuk membawa air akar
dan sampai batang ke seluruh tanaman. molekul-molekul air (cairan) tertarik ke
molekul bagian dalam batang (padat). Terdapat tiga gaya yang terlibat dengan
proses kapilaritas yaitu gaya adehi, kohesi dan tegangan permukaan kapilaritas
dimana air bergerak ke atas melalui ruang kapiler melawan gaya gravitasi, air
bergerak di antara ruang di antara partikel tanah atau ke atas melalui pori-pori
tanah. Ketinggian air yang naik ini tergantung pada ukuran pori semakin kecil
pori-pori tanah, semakin tinggi kenaikan air kapiler. Tanah bertekstur
halus  biasanya memiliki pori-pori lebih kecil daripada tanah bertekstur kasar.
Oleh karena itu, tanah-tanah bertekstur halus memiliki kemampuan lebih besar
untuk menahan dan menyimpan air tanah di dalam ruang pori di antara partikel-
partikel.
Berdasarkan data yang diperoleh pada praktikum kapilaritas air, dapat
diketahui bahwa tanaman jagung dapat tumbuh dengan lebih baik pada kedalaman
muka air 20 cm dibawah permukaan tanah. Kondisi ini dapat dilihat pada diameter
batang tanaman jagung dimana pada kedalaman air 20 cm dibawah permukaan
tanah, tanaman jagung memiliki diameter batang yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan tanaman jagung perlakuan lainnya. Menurut Arini (2019),
kapilaritas merupakan proses penghisapan air dan unsur hara oleh tumbuhan
melalui jaringan kapiler. Air beserta unsur hara yang terdapat dalam tanah masuk
ke dalam jaringan tumbuhan melalui penyerapan oleh akar. Sel-sel akar
meneruskan dan mendistribusikan serapan air dan unsur hara ke seluruh organ
tubuh tanaman melalui jaringan kapiler.
Menurut Darwis (2015), air kapiler merupakan air yang dapat bergerak
secara horizontal dan ke atas karena adanya gaya kapiler. Gerakan air kapiler
merupakan pengisian lengas tanah melalui bagian bawah menuju bagian atas
tanah akibat adanya tekanan pF. Tekanan pF merupakan logaritma dari cm air.
Tegangan air diukur dalam satuan bar atau atm atau cm air. Tegangan air ini
menentukan besarnya kandungan kelengasan tanah. Perlakuan kedalaman air 40
cm di bawah permukaan tanah menunjukkan hasil yang berbeda jika
dibandingkan dengan kedua perlakuan yang lain, yaitu pada kedalaman air 20 cm
dan 30 cm di bawah permukaan tanah. Air pada kedalaman 40 cm di bawah
permukaan tanah mengalami kapilaritas yang lebih lama untuk dapat mencapai
zona perakaran, hal ini dikarenakan oleh rendahnya volume dan tinggi air.
Tanaman jagung usia 7 hari setelah tanam pada perlakuan kedalaman air 40 cm
dibawah permukaan tanah mengalami pertumbuhan yang lebih lambat
dibandingkan dengan kedua perlakuan lain. Kondisi ini diakibatkan karena
tanaman jagung memperoleh air dan unsur hara yang terbatas dan tidak dapat
memenuhi kebutuhannya.
Tanaman jagung pada usia 14 hari setelah tanam mengalami pertumbuhan
yang pesat dan setara dengan kedua perlakuan lainnya. Hasil yang diperoleh dari
pengamatan menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan
kedalaman air 20 cm dan 30 cm dibawah permukaan tanah. Kondisi ini
disebabkan oleh air dan unsur hara yang telah mampu mencapai zona perakaran
tanaman jagung melalui kapilaritas. Air dan unsur hara tersebut dapat diserap oleh
akar tanaman jagung untuk mendukung pertumbuhannya, selain itu tanaman
jagung pada usia 14 hari setelah tanam memiliki akar yang telah tumbuh menjadi
lebih panjang dibandingkan pada usia 7 hari setelah tanam, sehingga akar tanaman
lebih mampu untuk mengambil air dan unsur hara pada kedalaman tanah.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tanaman jagung tumbuh normal pada ketinggian air muka tanah 20 -30
cm sedangkan pada ketinggian air 40 cm tanaman jagung sulit tumbuh. Pada
ketinggian 20 -30 cm dari permukaan paralon air dapat mencapai akar tanaman
jagung sehingga terjadi gaya kapilaritas. Pada ketinggian air 40 cm dari
permukaan paralon air sulit mencapai akar. Tekstur tanah mempengaruhi
kapilaritas air. Tekstur tanah halus dengan pori mikro lebih kuat memgikat air
dibandingkan dengan pori makro. Penanaman dengan sistem irigasi kapilaritas
lebih efisien dibandingkan cara manual dimana air dapat membahasi seluruh tanah
disekitar akar dan mengurangi evapotranspirasi yang terjadi.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya harus lebih terjadwal dan disertai petunjuk jelas
seperti dalam bentuk modul sehingga dapat menjadi bahan bacaan serta pedoman
tertulis bagi rekan-rekan praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arini, W. 2019. Tingkat Daya Kapilaritas Jenis Sumbu Pada Hidroponik Sistem
Wick Terhadap Tanaman Cabai Merah (Capsium Annum L.). Perspektif
Pendidikan, 13(1): 23-34.
Castilo., Castelli, F., dan Entekhabi, D. 2015. Grvitation and capillary soil
moisture dynamics for distributed hydrologis model. Hydrol, Earth Syst Sci.
19(5):1857-1869.
Darwis. 2016. Fenomena Kejut Kapiler Air Tanah Pada Lahan Pengguna Irigasi
Air Tanah di Takalar. JOM Faperta. 2(1): 22-28.
Darwis. 2015. Fenomena Kejut Kapiler Air Tanah Pada Lahan Pengguna Irigasi
Air Tanah di Takalar. Geotachnical Engineering, 1(1): 10.
Gisland, G., Alam., B, Y,C,S., Nur., A,A. 2017. Potensi Akuifer Air Tanah Pada
Batuan Sedimen Tersier Berdasarkan Analisis Data Geolistrik di Distrik
Waisai Kota Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Bulletin of
Scientific Contribution. 15(2). 181-192
Handayanto, E., Muddarisna, N., dan Fiqri, A. 2005. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Jakarta. Gramedia.
Imanudin, M,S, dan Prayitno. 2015. Pengembangan Irigasi Bawah Tanah Untuk
Irigasi Mikro Melalui Metoda Kapilaritas Tanah. Prosiding Seminar
Nasional Swasembada. 2(1). 29 April Pangan. Politeknik Negeri Lampung:
376-381
Jatnika, D., Baskoro, D, P, T., Tarigan, S, D. 2017. Pemanfaatan Water
Absorbeny Untuk Meningkatkan Retensi Air dan Pertumbuhan Tanaman
Jagung (Zea mays L.). Buletin Tanah dan Lahan. 1(1): 23-29.
Manurung, Y, C., Hanafiah, A, S., dan Marbun, P. 2015. Pengaruh Berbagai
Kadar Air Tanah Pada Efektifitas Mikroriza Arbuskular Terhadap
Pertumbuhan dan Serapan Hara Bibit Karet (Havea brassiliensis Muell.
Arg) di rumah Kasa. Agroekoteknologi. 3(2): 465-475.
Muhadjir, Fathan. 1998. Karakteristik Tanaman Jagung . Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.
Nugis, E., Velykis, A., dan Satkus, A. 2016. Estimation of Soil Structure and
Physical State In The Seedbed Under Different Tillage And Environmental
Conditions. Zemdirbyste Agriculture. 103(3): 243-250.
Perdana, S., dan Wawan. 2015. Pengaruh Pemadatan Tanah Gambut Terhadap
Sifat Fisik Pada Lokasi Yang Berbeda. JOM faperta. 2(2): 1-12
Ritchie, J.T. 1998. Soil Water Balance and Plant Water Stress. Homer Nowlin
Cjaor, Departement of crop and Soil Science, Michgan State University,
Michigan. 1(1): 1-9.
Sahputra,R ., Wawan .,Anom, E. 2016. Pengaruh Kedalaman Muka Air Tanah
dan Bahan Organik Terhadap Ketersediaan Hara dan Pertumbuhan
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Lahan Gambut. JOM
Faperta . 3(1): 1-15
Suartini, K. 2010. Rangkuman Fisika. Jakarta.Gagas Media
Supriyadi., Khumaedi., Qosiim, A., dan Qudus, N. 2014. Analisis Penurunan
Muka Air Tanah di Sekitar dan Sekitarnya Berdasakan Data Anomali Gaya
Berat Mikro Antar Waktu Periode 2013. Sinteknol. 12(1): 49-58.
Syahza, A., Suwondo., Baharuddin., dan Damarki. 2017. Prosding Seminar
Nasional; Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu. Riau.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Riau.

DOKUMENTASI
Tanaman jagung pada 7 Tanaman jagung pada 14 Pengukuran panjang akar
HST HST tanaman jagung 14 HST

LAMPIRAN
Arini, W. 2019. Tingkat Daya Kapilaritas Jenis Sumbu Pada Hidroponik Sistem
Wick Terhadap Tanaman Cabai Merah (Capsium Annum L.). Perspektif
Pendidikan, 13(1): 23-34.

Anda mungkin juga menyukai