ACARA 2 :
Pengaruh Perbedaan Kedalaman Muka Air Tanah
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung
Dosen Pengampu :
Subhan Arif Budiman, S.P., M.P
Dr. Ir. T. Sutikto
Oleh :
Kelompok 2 / Golongan L
Desi Febiola 171510301032
Sisi Novilia Dwi S 171510301061
Siti Aisyah 171510301022
Arizona Rambi 171510301023
Vega Kintaghea 1715103010
3.2.1 Bahan
1. Sampel tanah
2. Air
3. Benih jagung
Rata-rata
Acara Tinggi Rata-rata
Diameter Jumlah Panjang
Kapilarita Ulangan Tanaman Lebar
Batang Daun Daun
s (cm) Daun
(cm)
(cm)
Kel. 1 U1 22 0,3 3 1,46 11,03
20 cm U2 8,3 0,2 2 0,95 4,3
Kel. 2 U1 16,7 0,3 3 1,3 8,83
20 cm U2 17,2 0,4 3 1.3 8,73
Kel. 3 U1 17,7 1 3 1,16 8,5
30 cm U2 15,5 1,3 3 1,2 7,5
Kel. 4 U1 19 0,4 3 1,03 10,9
30 cm U2 12 0,5 3 0,73 6,66
Kel. 5 U1 - - - - -
40 cm U2 - - - - -
Kel. 6 U1 4,2 0,2 2 0,8 3,5
40 cm U2 3,6 0,2 2 0,7 3,0
Rata-rata
Acara Tinggi Rata-rata
Diameter Jumlah Panjang
Kapilarita Ulangan Tanaman Lebar
Batang Daun Daun
s (cm) Daun
(cm)
(cm)
Kel. 1 U1 43,3 0,7 6 1,3 21,5
20 cm U2 32,1 0,4 5 1,06 12,38
Kel. 2 U1 41,4 0,7 6 1,58 17,01
20 cm U2 36,4 0,5 5 1,6 17,22
Kel. 3 U1 41 1,8 5 1,8 31
30 cm U2 39 1,6 5 1,5 30
Kel. 4 U1 42,5 0,7 5 1,72 20,7
30 cm U2 35 0,9 5 1,46 16,4
Kel. 5 U1 13,4 0,3 10 1,26 7,24
40 cm U1 31,5 0,6 5 1,16 14
Kel. 6 U2 30,5 0,5 5 1,34 13,36
40 cm U1 43,3 0,7 6 1,3 21,5
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pengaruh kapilaritas atau muka air tanah yang
berbeda terhadap pertumbuhan jagung terlihat pada tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang daun, diameter daun, diameter batang dan panjang akar seperti pada tabel
4.1.1 sampai 4.1.3. Pada ketinggian muka air tanah 20 cm dari permukaan paralon
yang tingginya 50 cm rata rata tinggi tanaman jagung 7 hst kelompok 1 dan 2
adalah 16,05 cm, rata rata jumlah daun yaitu 3 helai, rata rata diameter batang 0,3
cm, rata rata panjang daun 8,22 cm, dan rata rata lebar daun 1,25 cm. Pada
kapilaritas 20 cm dari permukaan paralon tanaman jagung tumbuh normal.
Tanaman jagung dapat tumbuh normal pada kapilaritas atau muka air
tanah dengan ketinggian 20-30 cm dari permukaan karena mendapatkan banyak
suplai air terlihat pada morfologi tanaman jagung yang tumbuh lebih sehat
dibanding muka ir tanah 40 cm. Menurut penelitian Imanudin, dan Prayitno
(2015) Metode pemberian air dengan cara kapilaritas lebih efisien dibandingan
dengan memberi secara langsung dari atas tanah atau tanaman. Pemberian air
sdengan metode kapiler akan mneghemat air karena air akan mengenai akar secara
langsung. metode kaplier juga dapat mengurangi evapotrasnpirasi yang
berlebihan, namun metode ini hanya dapat digunakan pada tanaman tanaman
tertentu. Irigasi bawah tanah dengan sistem kapiler memiliki beberapa keuntungan
yaitu dalam hal penghematan air. Sistem ini memiliki efisiensi pengairan 100%
yaitu air sepenuhnya digunakan untuk kenaikan air kapiler yang akan membasahi
seluruh permukaan tanah di sekitar perakaran tanaman. Selain itu dapat
mneghemat waktu dan tenaga petani.
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman lahan kering yang tidak terlalu
membutuhkan banyak air karena penanaman jagung pada praktikum hanya
sampai fase awal vegetatif sehingga tidak memerlukan banyak air. Kebutuhan air
yang terbanyak pada tanaman jagung adalah pada fase pembungaan dan fase
pengisian biji. Sehingga distribusi curah hujan lebih penting daripada total curah
hujan, karena kebutuhan air meningkat secara cepat dengan meningkatnya
perkembangan daun selama pertumbuhan vegetatif, (Muhadjir, 1988).
Menurut penelitian Imanudin, dan Prayitno (2015) tekstur tanah sangat
mempengaruhi pergerakan air kapiler. pada praktikum yang dilaksanakan tanah
yang digunakan bertekstur loamy sehingga pori pori mikro lebih bnayak
dibanding makro. Tanaman menggunakan aksi kapiler untuk membawa air akar
dan sampai batang ke seluruh tanaman. molekul-molekul air (cairan) tertarik ke
molekul bagian dalam batang (padat). Terdapat tiga gaya yang terlibat dengan
proses kapilaritas yaitu gaya adehi, kohesi dan tegangan permukaan kapilaritas
dimana air bergerak ke atas melalui ruang kapiler melawan gaya gravitasi, air
bergerak di antara ruang di antara partikel tanah atau ke atas melalui pori-pori
tanah. Ketinggian air yang naik ini tergantung pada ukuran pori semakin kecil
pori-pori tanah, semakin tinggi kenaikan air kapiler. Tanah bertekstur
halus biasanya memiliki pori-pori lebih kecil daripada tanah bertekstur kasar.
Oleh karena itu, tanah-tanah bertekstur halus memiliki kemampuan lebih besar
untuk menahan dan menyimpan air tanah di dalam ruang pori di antara partikel-
partikel.
Berdasarkan data yang diperoleh pada praktikum kapilaritas air, dapat
diketahui bahwa tanaman jagung dapat tumbuh dengan lebih baik pada kedalaman
muka air 20 cm dibawah permukaan tanah. Kondisi ini dapat dilihat pada diameter
batang tanaman jagung dimana pada kedalaman air 20 cm dibawah permukaan
tanah, tanaman jagung memiliki diameter batang yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan tanaman jagung perlakuan lainnya. Menurut Arini (2019),
kapilaritas merupakan proses penghisapan air dan unsur hara oleh tumbuhan
melalui jaringan kapiler. Air beserta unsur hara yang terdapat dalam tanah masuk
ke dalam jaringan tumbuhan melalui penyerapan oleh akar. Sel-sel akar
meneruskan dan mendistribusikan serapan air dan unsur hara ke seluruh organ
tubuh tanaman melalui jaringan kapiler.
Menurut Darwis (2015), air kapiler merupakan air yang dapat bergerak
secara horizontal dan ke atas karena adanya gaya kapiler. Gerakan air kapiler
merupakan pengisian lengas tanah melalui bagian bawah menuju bagian atas
tanah akibat adanya tekanan pF. Tekanan pF merupakan logaritma dari cm air.
Tegangan air diukur dalam satuan bar atau atm atau cm air. Tegangan air ini
menentukan besarnya kandungan kelengasan tanah. Perlakuan kedalaman air 40
cm di bawah permukaan tanah menunjukkan hasil yang berbeda jika
dibandingkan dengan kedua perlakuan yang lain, yaitu pada kedalaman air 20 cm
dan 30 cm di bawah permukaan tanah. Air pada kedalaman 40 cm di bawah
permukaan tanah mengalami kapilaritas yang lebih lama untuk dapat mencapai
zona perakaran, hal ini dikarenakan oleh rendahnya volume dan tinggi air.
Tanaman jagung usia 7 hari setelah tanam pada perlakuan kedalaman air 40 cm
dibawah permukaan tanah mengalami pertumbuhan yang lebih lambat
dibandingkan dengan kedua perlakuan lain. Kondisi ini diakibatkan karena
tanaman jagung memperoleh air dan unsur hara yang terbatas dan tidak dapat
memenuhi kebutuhannya.
Tanaman jagung pada usia 14 hari setelah tanam mengalami pertumbuhan
yang pesat dan setara dengan kedua perlakuan lainnya. Hasil yang diperoleh dari
pengamatan menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan
kedalaman air 20 cm dan 30 cm dibawah permukaan tanah. Kondisi ini
disebabkan oleh air dan unsur hara yang telah mampu mencapai zona perakaran
tanaman jagung melalui kapilaritas. Air dan unsur hara tersebut dapat diserap oleh
akar tanaman jagung untuk mendukung pertumbuhannya, selain itu tanaman
jagung pada usia 14 hari setelah tanam memiliki akar yang telah tumbuh menjadi
lebih panjang dibandingkan pada usia 7 hari setelah tanam, sehingga akar tanaman
lebih mampu untuk mengambil air dan unsur hara pada kedalaman tanah.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanaman jagung tumbuh normal pada ketinggian air muka tanah 20 -30
cm sedangkan pada ketinggian air 40 cm tanaman jagung sulit tumbuh. Pada
ketinggian 20 -30 cm dari permukaan paralon air dapat mencapai akar tanaman
jagung sehingga terjadi gaya kapilaritas. Pada ketinggian air 40 cm dari
permukaan paralon air sulit mencapai akar. Tekstur tanah mempengaruhi
kapilaritas air. Tekstur tanah halus dengan pori mikro lebih kuat memgikat air
dibandingkan dengan pori makro. Penanaman dengan sistem irigasi kapilaritas
lebih efisien dibandingkan cara manual dimana air dapat membahasi seluruh tanah
disekitar akar dan mengurangi evapotranspirasi yang terjadi.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya harus lebih terjadwal dan disertai petunjuk jelas
seperti dalam bentuk modul sehingga dapat menjadi bahan bacaan serta pedoman
tertulis bagi rekan-rekan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arini, W. 2019. Tingkat Daya Kapilaritas Jenis Sumbu Pada Hidroponik Sistem
Wick Terhadap Tanaman Cabai Merah (Capsium Annum L.). Perspektif
Pendidikan, 13(1): 23-34.
Castilo., Castelli, F., dan Entekhabi, D. 2015. Grvitation and capillary soil
moisture dynamics for distributed hydrologis model. Hydrol, Earth Syst Sci.
19(5):1857-1869.
Darwis. 2016. Fenomena Kejut Kapiler Air Tanah Pada Lahan Pengguna Irigasi
Air Tanah di Takalar. JOM Faperta. 2(1): 22-28.
Darwis. 2015. Fenomena Kejut Kapiler Air Tanah Pada Lahan Pengguna Irigasi
Air Tanah di Takalar. Geotachnical Engineering, 1(1): 10.
Gisland, G., Alam., B, Y,C,S., Nur., A,A. 2017. Potensi Akuifer Air Tanah Pada
Batuan Sedimen Tersier Berdasarkan Analisis Data Geolistrik di Distrik
Waisai Kota Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Bulletin of
Scientific Contribution. 15(2). 181-192
Handayanto, E., Muddarisna, N., dan Fiqri, A. 2005. Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Jakarta. Gramedia.
Imanudin, M,S, dan Prayitno. 2015. Pengembangan Irigasi Bawah Tanah Untuk
Irigasi Mikro Melalui Metoda Kapilaritas Tanah. Prosiding Seminar
Nasional Swasembada. 2(1). 29 April Pangan. Politeknik Negeri Lampung:
376-381
Jatnika, D., Baskoro, D, P, T., Tarigan, S, D. 2017. Pemanfaatan Water
Absorbeny Untuk Meningkatkan Retensi Air dan Pertumbuhan Tanaman
Jagung (Zea mays L.). Buletin Tanah dan Lahan. 1(1): 23-29.
Manurung, Y, C., Hanafiah, A, S., dan Marbun, P. 2015. Pengaruh Berbagai
Kadar Air Tanah Pada Efektifitas Mikroriza Arbuskular Terhadap
Pertumbuhan dan Serapan Hara Bibit Karet (Havea brassiliensis Muell.
Arg) di rumah Kasa. Agroekoteknologi. 3(2): 465-475.
Muhadjir, Fathan. 1998. Karakteristik Tanaman Jagung . Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor.
Nugis, E., Velykis, A., dan Satkus, A. 2016. Estimation of Soil Structure and
Physical State In The Seedbed Under Different Tillage And Environmental
Conditions. Zemdirbyste Agriculture. 103(3): 243-250.
Perdana, S., dan Wawan. 2015. Pengaruh Pemadatan Tanah Gambut Terhadap
Sifat Fisik Pada Lokasi Yang Berbeda. JOM faperta. 2(2): 1-12
Ritchie, J.T. 1998. Soil Water Balance and Plant Water Stress. Homer Nowlin
Cjaor, Departement of crop and Soil Science, Michgan State University,
Michigan. 1(1): 1-9.
Sahputra,R ., Wawan .,Anom, E. 2016. Pengaruh Kedalaman Muka Air Tanah
dan Bahan Organik Terhadap Ketersediaan Hara dan Pertumbuhan
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Lahan Gambut. JOM
Faperta . 3(1): 1-15
Suartini, K. 2010. Rangkuman Fisika. Jakarta.Gagas Media
Supriyadi., Khumaedi., Qosiim, A., dan Qudus, N. 2014. Analisis Penurunan
Muka Air Tanah di Sekitar dan Sekitarnya Berdasakan Data Anomali Gaya
Berat Mikro Antar Waktu Periode 2013. Sinteknol. 12(1): 49-58.
Syahza, A., Suwondo., Baharuddin., dan Damarki. 2017. Prosding Seminar
Nasional; Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu. Riau.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Riau.
DOKUMENTASI
Tanaman jagung pada 7 Tanaman jagung pada 14 Pengukuran panjang akar
HST HST tanaman jagung 14 HST
LAMPIRAN
Arini, W. 2019. Tingkat Daya Kapilaritas Jenis Sumbu Pada Hidroponik Sistem
Wick Terhadap Tanaman Cabai Merah (Capsium Annum L.). Perspektif
Pendidikan, 13(1): 23-34.