Anda di halaman 1dari 124

MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN


ANALISIS FRAUD TRIANGLE

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Muhammad Fakhri Anshori
NIM. 1111082000046

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Muhammad Fakhri Anshori


NIM. 1111082000046

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA


NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19740928 200801 2 004

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Jum’at, 13 Maret 2015 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Fakhri Anshori
2. NIM : 1111082000046
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Oleh
Auditor Spesialis Industri Dengan Analisis Fraud
Triangle
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Maret 2015

1. M. Nur Rianto al Arif, M.Si ( )


NIP. 19811013 200801 1 006 Penguji I

2. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA ( )


NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji II

3. Fitri Yani Jalil, SE.,M.Sc ( )


NIDN. 2004068701 Penguji III

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Selasa, 21 April 2015 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Fakhri Anshori
2. NIM : 1111082000046
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan oleh
Auditor Spesialis Industri dengan Analisis Fraud
Triangle
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skirpsi, maka diputuskan bahwa mahasiwa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,

1. Yulianti, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Ketua

2. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA ( )


NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris

3. Fitri Damayanti, SE.,M.Si ( )


NIP. 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli

4. Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP ( )


NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I

5. Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP. 19740928 200801 2 004 Pembimbing II

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Muhammad Fakhri Anshori
No. Induk Mahasiswa : 1111082000046
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar aturan diatas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.

Jakarta, 7 April 2015

Muhammad Fakhri Anshori

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Muhammad Fakhri Anshori
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Juli 1993
3. Alamat : Jl. Telaga 2 RT.013/009 No. 16, Pekayon,
Pasar Rebo, Jakarta Timur
4. Telepon : 08990717290
5. Email : fakhrianshori@outlook.com,
muhammad.fakhri@akuntanindonesia.or.id

II. PENDIDIKAN FORMAL


1. SDN Pekayon 15 Pagi Tahun 1999-2005
2. SLTPN 184 Jakarta Tahun 2005-2008
3. SMAN 106 Jakarta Tahun 2008-2011
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2015

III. PENDIDIKAN NON FORMAL


1. Company Visit (Forensic Audit) di PricewaterhouseCoopers (PwC)
Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2013.
2. National Audit Competition ATV 2013 di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia sebagai Semi-finalist tahun 2013.
3. Regional Accounting Competition (Accounting Fair) di FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai Koordinator Lomba tahun 2014.
4. Company Visit (Internal Audit) di Deloitte Indonesia dan Pertamina tahun
2014.
5. National Audit Competition ATV 2014 di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia sebagai Juara Ke-3 tahun 2014.
6. Workshop “Current Challenges For Auditor & How They Can
Demonstrate Their Value” di Graha Akuntan Ikatan Akuntan Indonesia
tahun 2014.

vi
7. Workshop Microsoft Excel (Training) oleh Microsoft (MUGI) di FAH
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
8. Training PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAK 66
Pengaturan Bersama di Deloitte Indonesia tahun 2015.

IV. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Akuntan Muda tahun 2013-
sekarang.
2. Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia (KJAI) sebagai Staf Sumber
Daya Manusia periode 2013-2014.
3. Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia (KJAI) sebagai Staf Penilaian
Kinerja SDM periode 2014-2015.

V. PENGALAMAN KERJA
1. Kantor Akutan Publik Achmad, Rasyid, Hisbullah, & Jerry sebagai
Junior Auditor periode Februari-Maret 2014

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Drs. Muhammad Lili Sanusi
2. Ibu : Rohana Sari
3. Alamat: : Jl. Telaga 2 RT.013/009 No.16, Pekayon,
Pasar Rebo, Jakarta Timur

vii
DETECTING MODEL FINANCIAL STATEMENT FRAUD BY
AUDITOR INDUSTRY SPECIALIZATION WITH
FRAUD TRIANGLE ANALYSIS

ABSTRACT

This research aims to create a model in detecting fraudulent financial


statements. This research examined fraud triangle variable and industry
specialist auditors with fraudulent financial statements variable. This research
also used the companies listing in Indonesia Stock Exchange (BEI) and cases
sanctioned by Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in 2011-2013 as its sample. The
sample is consisted from 30 companies with fraud and 30 companies without
fraud. The sampling method used in this research is purposive sampling by
judgment sampling, while data processing methods used the Whitney U test and
the discriminant analysis.
In the study there are only two of five variables that can be tested using the
discriminant analysis. Result of this research shows that financial targets can
detect fraudulent financial statements, while the financial stabililty can not detect
fraudulent financial statements.
Keyword: fraud triangle analysis, financial targets, financial stability, auditor
industry specialization, financial statement fraud.

viii
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN
ANALISIS FRAUD TRIANGLE

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dalam mendeteksi kecurangan


laporan keuangan. Penelitian ini menguji variabel fraud triangle dan auditor
spesialis industri dengan kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan listing Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terkena
sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2011-2013. Jumlah
perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah 30 perusahaan fraud dan 30
perusahaan non-fraud. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah purposive sampling dengan judgement sampling, sedangkan
metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah uji mann-whitney u dan
analisis diskriminan.
Dalam penelitian hanya terdapat dua dari lima variabel yang dapat diuji
menggunakan analisis diskriminan. Hasil penelitian ini menunjukkan financial
targets dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan, sedangkan financial
stabililty tidak dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

Kata kunci: analisis fraud triangle, financial targets, financial stability, auditor
industry specialization, kecurangan laporan keuangan.

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan oleh Auditor Spesialis
Industri dengan Analisis Fraud Triangle”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, doa dan hal lainnya
kepada diri penulis.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5. Ibu Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA, selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama
proses penulisan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
7. Teman-teman Akuntansi B 2011 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis, serta seluruh teman-teman Akuntasi 2011.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh

x
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak untuk menyempurkan skripsi ini.
Jakarta, 7 April 2015

Muhammad Fakhri Anshori

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................ iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..................................................... v

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vi

Abstract ............................................................................................................ viii

Abstrak ............................................................................................................. ix

Kata Pengantar ................................................................................................. x

Daftar Isi........................................................................................................... xii

Daftar Tabel ..................................................................................................... xv

Daftar Gambar .................................................................................................. xvi

Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9

A. Tinjauan Literatur ..................................................................... 9

1. Segitiga Kecurangan ............................................................ 9

xii
2. Kecurangan .......................................................................... 20

3. Kecurangan Laporan Keuangan .......................................... 28

4. Auditor Spesialis Industri .................................................... 33

5. Peraturan Bapepam-LK ....................................................... 34

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 36

C. Kerangka Pemikiran ................................................................. 40

D. Hipotesis ................................................................................... 41

1. Financial Stability dan Kecurangan Laporan Keuangan ..... 41

2. Financial Targets dan Kecurangan Laporan Keuangan ...... 42

3. Inneffecting Monitoring dan Kecurangan Laporan Keuangan 43

4. Rationalization dan Kecurangan Laporan Keuangan .......... 45

5. Auditor Industry Specialization dan Kecurangan Laporan

Keuangan ............................................................................. 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 49

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 49

B. Metode Pemilihan Sampel ........................................................ 49

C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 50

D. Metode Analisis Data ............................................................... 51

1. Uji Mann-Whitney U ........................................................... 51

2. Uji Analisis Diskriminan ..................................................... 52

E. Operasionalisasi Variabel ......................................................... 55

1. Variabel Dependen .............................................................. 55

2. Variabel Independen ............................................................ 56

xiii
a. Financial Stability ........................................................... 57

b. Financial Targets ............................................................ 57

c. Ineffective Monitoring ..................................................... 58

d. Rationalization ................................................................ 59

e. Auditor Industry Specialization ...................................... 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 62

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 62

1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................. 62

2. Deskripsi Sampel Penelitian ................................................ 63

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................. 64

1. Hasil Uji Mann-Whitney U Sampel Penelitian ................... 64

2. Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel Penelitian .................. 66

3. Hasil Uji Analisis Diskriminan ............................................ 70

C. Pembahasan .............................................................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 80

A. Kesimpulan ............................................................................... 80

B. Saran ......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

xiv
Daftar Tabel

No. Tabel Keterangan Halaman

1.1 Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun

2011-2013 .............................................................................. 1

2.1 Penelitian Sebelumnya ........................................................... 36

3.1 Operasionalisasi Variabel....................................................... 61

4.1 Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK

Tahun 2011-2013 ................................................................... 62

4.2 Perbandingan Assets dan Sales Perusahaan Fraud

dan Non-Fraud ....................................................................... 64

4.3 Uji Normalitas Sampel ........................................................... 65

4.4 Uji Mann-Whitney U Assets dan Sales .................................. 65

4.5 Uji Normalitas Variabel ......................................................... 66

4.6 Uji Mann-Whitney U Variabel Independen ........................... 67

4.7 Hasil Test of Equality of Group Means .................................. 70

4.8 Hasil Wilks’ Lambda .............................................................. 71

4.9 Hasil Elgenvalues ................................................................... 72

4.10 Hasil Function Coefficients .................................................... 73

4.11 Hasil Function at Group Centroids ....................................... 73

4.12 Hasil Klasifikasi ..................................................................... 74

xv
Daftar Gambar

No. Keterangan Halaman

2.1 Fraud Triangle ............................................................................ 10

2.2 Fraud Tree .................................................................................. 24

2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................... 40

xvi
Daftar Lampiran

No. Keterangan Halaman

1 Auditor Spesialis Industri ........................................................... 86


2 Kertas Kerja (Worksheet) Penelitian........................................... 88
3 Output Hasil Pengujian Data ...................................................... 90
4 Surat Penelitian ........................................................................... 100

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus pelanggaran emiten di pasar modal merupakan salah satu

permasalahan yang kerap dihadapi oleh badan regulator dibidang pasar modal

(Sukirman, 2013:1). Menurut Ketua Bapepam-LK atau saat ini Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), Sawega (2012:1) kasus dugaan pelanggaran pasar modal

yang ditangani merupakan kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten

dan perusahaan publik, perdagangan efek, dan pengelolaan investasi. Selain

itu, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK, Nurhaida (2014:1)

mengatakan pelanggaran yang sering terjadi dalam pasar modal ialah

keterlambatan laporan keuangan berkala dan ada juga kasus pelanggaran

ketentuan di sektor pasar modal.

Berdasarkan data yang dimiliki OJK, pada tahun 2011-2013 terdapat

beberapa perusahaan yang melakukan pelanggaran dan terkena kasus yang

berkaitan dengan laporan keuangan dan pelanggaran lainnya. Berikut

merupakan ringkasan dari data tersebut:

Tabel 1.1
Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
1 Agriculture 2
2 Mining 10
3 Basic Industry and Chemicals 13
4 Miscelleneous Industry 3
5 Consumer Goods Industry 1
6 Property, Real Estate and Building Construction 10
7 Infrasturcture, Utilities, and Transportation 8
Bersambung pada halaman selanjutnya

1
Tabel 1.1 (Lanjutan)
Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
8 Finance 2
9 Trade, Service, and Invesment 13
10 Securities 2
11 Private Company 10
Total 74
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan data diatas, ternyata masih banyak ditemukan pelanggaran

yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Jika melihat

kebelakang, kasus pelanggaran juga pernah terjadi di beberapa negara dan

merupakan kasus skandal akuntansi terbesar. Salah satu skandal akuntansi

terbesar yang pernah terjadi di dunia ialah kasus Satyam Computer Service

India tahun 2009. Satyam Computer Service India yang menyajikan laporan

keuangan yang salah dengan melebihkan laba selama beberapa tahun sekitar

US$1,04 miliar dengan memalsukan accrued interest, understated liability,

dan overstated debtors (Priantara, 2013: 85).

Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia kasus overstated terbesar juga

pernah terjadi yaitu dilakukan oleh PT KAI tahun 2005. PT KAI menyajikan

laporan keuangan yang salah dengan menyajikan laba sebesar Rp 6,9 miliar,

ketika perusahaan sedang mengalami kerugian sebesar Rp 63 miliar dimana

hal tersebut diungkapkan oleh komisaris PT KAI Manao (2006:1)

Melihat fenomena diatas, hal ini merupakan fakta yang tidak baik bagi

lingkungan industri, khususnya di Indonesia. Perilaku kecurangan dalam

penyajian laporan keuangan penting menjadi perhatian agar tindakan ini dapat

dideteksi dan dihilangkan, sehingga laporan keuangan akan dapat dipercaya

2
oleh pemegang kepentingan dan masyarakat (Kusumawardhani, 2012:2).

Karena, pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat

mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat

mempengaruhi berbagai pihak seperti pemilik, kreditur, karyawan, auditor

dan bahkan kompetitor (Anshar, 2012:2).

Untuk meminimalisasi terjadinya kecurangan tersebut, tentu dibutuhkan

peran yang lebih oleh auditor selaku pihak yang bertugas memastikan

kewajaran atas suatu laporan keuangan. Tentu kualitas dari auditor itu sendiri

turut menentukan kebenaran dari informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan.

Gul, Fung & Jaggi (2009:9) mengatakan bahwa auditor spesialis industri

memiliki kemungkinan yang lebih untuk mendeteksi kekeliruan dan

penyimpangan dibandingkan auditor non-spesialis industri, terutama ditahun-

tahun awal penugasan audit. Auditor spesialis biasanya juga menyusun secara

spesifik database best practices industri, kesalahan dan risiko suatu industri

secara spesifik, dan transaksi yang tidak biasa, yang semua itu bertujuan

untuk mengingkatkan efektivitas audit (Krishnan, 2003:2).

Sun dan Liu (2013:5) juga mengatakan auditor spesialis industri lebih

mudah melihat manajemen laba dan mendeteksi kesalahan penyajian

akuntansi atau fraud. Hal inilah yang diharapkan agar kecurangan akuntansi

dapat diminimalisir.

Wilopo (2006:1) menyatakan meski kecurangan akuntansi diduga sudah

menahun, namun di Indonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris

3
secara komprehensif. Lou dan Wang (2009:2) penelitian terbaru pada

penilaian risiko kecurangan pelaporan keuangan telah difokuskan terutama

pada memeriksa beberapa faktor risiko penipuan potensial atau bendera

merah. Faktor risiko tersebut dapat bermacam-macam dan menyesuaikan

dengan lingkungan bisnis perusahaan.

Menurut Anshar (2012:2), kecurangan pelaporan keuangan sering

digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang

dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Selain

itu, Skousen, Smith dan Wright (2008:5) juga menyatakan kecurangan atau

fraud berdasarkan teori fraud triangle Cressey (1953) dalam kenyataannya

dapat disebabkan oleh berbagai macam motif, diantaranya dapat disebabkan

oleh adanya kesempatan berbuat curang, selain itu karena adanya tekanan

finansial dan juga adanya rasionalisasi atau pembenaran terhadap tindakan

tersebut. Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan

karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya (Ratmono, Avrie, &

Purwanto, 2013:3).

Penelitian yang berkaitan dengan kecurangan laporan dalam beberapa

tahun belakang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti baik di Indonesia

maupun di luar negeri dan menjadi referensi peneliti dalam melakukan

penelitian. Penelitian kecurangan laporan keuangan yang berkaitan dengan

adanya financial stability diantaranya dilakukan oleh Skousen, Smith, &

Wright (2008:17), Kurniawati (2011:23), Kusumawardhani (2012:17),

Anshar (2012:19) dan Martantya (2013:9) yang hasil penelitiannya

4
menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Selanjutnya, penelitian kecurangan laporan keuangan yang menggunakan

faktor tekanan lainnya yaitu financial targets diantaranya dilakukan oleh Lou

dan Wang (2009:15), Anshar (2012:17), Martantya (2013:10), dan Firmanaya

(2014:8) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian kecurangan laporan keuangan lainnya menggunakan faktor

kecurangan ineffective monitoring yang diantaranya dilakukan oleh Skousen,

Smith, & Wright (2008:16), Antonia (2008:68) dan Sun dan Liu (2013:1)

yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan.

Selain itu, penelitian kecurangan laporan keuangan juga menggunakan

faktor terakhir dalam fraud triangle analysis yaitu rationalization yang

diantaranya dilakukan oleh Chen dan Elder (2007:21) dan Sukirman dan Sari

(2013:22) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan.

Penelitian kecurangan laporan keuangan juga dilakukan dari sisi auditor

yaitu yang berkaitan dengan auditor industry specialization berdasarkan

manajemen laba diantaranya dilakukan oleh Januarsi (2008:1), Gul, Fung &

Jaggi (2009:1), Ratmono (2010:19), Junius dan Fitriyani (2011:21), Sun dan

Liu (2013:1) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan.

5
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berkaitan dengan kecurangan laporan keuangan. Hal yang membuat

penelitian ini unik dan beda dari penelitian sebelumnya adalah:

1. Peneliti menggunakan variabel auditor spesialis industri untuk

mendeteksi kecurangan laporan keuangan secara langsung, yang dalam

penelitian sebelumnya diterapkan untuk mendeteksi manajemen laba.

2. Peneliti juga menggunakan sampel kasus terbaru di Indonesia yang

diperoleh langsung dari OJK yaitu tahun 2011-2013 yang pada penelitian

sebelumnya menggunakan sampel kasus di Amerika dari laporan SEC

Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) tahun 1992-

2001.

3. Penelti menggunakan alat uji mann-whitney u dan analisis diskriminan,

yang pada penelitian sebelumnya menggunakan wilcoxon test and logit

regression.

Penelitian ini penting untuk diteliti karena laporan keuangan menyajikan

informasi yang menggambarkan keadaan suatu entitas sehingga kebenaran

dari informasi tersebut harus dapat dipastikan. Jika kecurangan laporan

keuangan dapat diminimalisasi dan dideteksi sejak awal maka tingkat

terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan laporan

keuangan dapat lebih rendah keterjadiannya.

Selain itu, menurut Kurniawati dan Raharja (2011:5) supervisor

perusahaan dapat menerapkan penelitian ini untuk mengidentifikasi,

penyelidikan atau pemantauan perusahaan dengan tindak kecurangan dan

6
juga menghindari risiko kecurangan dan membantu dalam keputusan

investasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan

penelitian ini dengan judul “Model Pendeteksian Kecurangan Laporan

Keuangan oleh Auditor Spesialis Industri dengan Analisis Fraud

Triangle”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak

diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah variabel financial stability, financial target, ineffective monitoring,

rationalization, dan auditor industry specialization dapat mendeteksi

kecurangan laporan keuangan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Menguji secara empiris dan menganalisis variabel financial stability,

financial target, ineffective monitoring, rationalization, dan auditor industry

specialization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan?

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat dibidang

akademik maupun praktik, sebagai berikut:

7
1. Bagi Akademisi:

a. Memberikan pengetahuan tentang kecurangan laporan keuangan yang

berbasis fraud triangle.

b. Memberikan informasi sebagai sumber referensi penelitian dengan

variabel kecurangan.

c. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan

penelitian selanjutnya.

2. Bagi Praktisi:

a. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengaudit

suatu perusahaan.

b. Memberikan analisis yang dapat digunakan untuk menilai kewajaran

suatu laporan keuangan.

c. Memberikan informasi tentang faktor pembentuk kecurangan laporan

keuangan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)

Statement on Auditing Standards (SAS) No.99 (2002:8) menjelaskan

terdapat tiga kondisi umum yang hadir ketika kecurangan atau fraud terjadi.

Kondisi tersebut adalah:

a. Manajemen atau karyawan lainnya memiliki incentive atau dalam

tekanan, yang menyediakan mereka alasan untuk melakukan fraud.

b. Keadaan yang memungkinkan, seperti tidak adanya pengendalian,

pengawasan yang tidak efektif atau manajemen yang mengesampingkan

pengendalian.

c. Munculnya rasionalisasi saat melakukan fraud.

Konsep ini sejalan dengan teori fraud triangle Cressey (1953) dalam

Skousen et al. (2008:5) dimana ia membuat teori faktor kecurangan

berdasarkan wawancara secara langsung dengan orang yang dihukum karena

penggelapan. Dia menyimpulkan bahwa kecurangan disebabkan oleh tiga ciri

umum:

a. Pelaku penggelapan memiliki peluang untuk melakukan fraud.

b. Individu merasakan membutuhkan uang.

c. Munculnya rasionalisasi saat melakukan fraud.

9
Selanjutnya konsep faktor risiko kecurangan yang terdiri dari pressure,

opportunity, dan rationalization dikenal sebagai “fraud triangle”. Tiga faktor

tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1
Fraud Triangle

Opportunity

Pressure Rationalization

Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (Tuanakotta, 2014:207)

Pada penelitiannya Cressey tertarik pada embezzler yang disebutnya

“trust violator” atau pelanggar kepercayaan, ia secara khusus tertarik pada

hal-hal yang menyebabkan mereka menyerah kepada godaan dan

mengembangkan model tersebut yang sampai sekarang merupakan model

klasik untuk menjelaskan occuptional offender atau pelaku fraud ditempat

kerja (Tuanakotta, 2014:201). Berikut merupakan penjabaran dari konsep

fraud triangle:

a. Incentive/Pressure (Tekanan)

Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan

yang menghimpitnya (Tuanakotta, 2014:207). Pada umumnya tekanan

muncul karena kebutuhan atau masalah finansial tapi banyak juga yang hanya

terdorong oleh keserakahan (Priantara, 2013:44). Dalam SAS No.99

(2002:44) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA 240 (2013:44)

10
terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya pressure atau

tekanan dalam kecurangan laporan keuangan:

1) Financial stability or profitability (stabilitas dan profitabilitas keuangan)

terancam oleh kondisi ekonomi, industri atau keadaan operasi entitas,

seperti (atau seperti diindikasikan oleh):

a) Ketatnya kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan

penurunan margin.

b) Tingginya kerentanan terhadap perubahan yang pesat, seperti

perubahan dalam teknologi, keusangan produk, atau tingkat bunga.

c) Penurunan signifikan dalam permintaan pelanggan dan peningkatan

kegagalan bisnis, baik dalam industri maupun ekonomi secara

keseluruhan.

d) Kerugian operasi menjadi ancaman terjadinya kebangkrutan,

penyitaan, atau pengambilalihan dengan menggunakan tekanan

dalam waktu dekat.

e) Arus kas negatif operasi yang berulang atau ketidakmampuan untuk

menghasilkan arus kas dari operasi sementara entitas masih

melaporkan laba dan pertumbuhan laba.

f) Pertumbuhan profitabilitas yang pesat atau tidak biasa, terutama

ketika dibandingkan dengan entitas lain dalam industri yang sama.

g) Kebijakan akuntansi atau peraturan perundang-undangan yang baru.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya

tekanan financial stability lebih berkaitan dengan kondisi perusahaan dan

11
lingkungan bisnis disekitarnya, karena berkaitan dengan persaingan

bisnis dengan kompetitor untuk menunjukkan bahwa perusahaan mereka

memiliki kondisi yang bagus.

2) Excessive pressure (tekanan yang eksesif) terhadap managemen untuk

memenuhi ketentuan atau ekspektasi pihak ketiga yang disebabkan oleh

hal-hal berikut ini:

a) Ekspektasi tingkat profitabilitas atau tren dari analisis investasi,

investor institusional, kreditur signifikan, atau pihak eksternal

lainnya (terutama ekspektasi yang terlalu agresif atau tidak realistis),

termasuk ekspektasi yang diciptakan oleh manajemen dalam, sebagai

contoh, pesan yang disampaikan dalam siaran pers atau laporan

tahunan yang terlalu optimis.

b) Kebutuhan untuk memperoleh pembiayaan utang atau ekuitas

tambahan untuk tetap kompetitif, termasuk pembiayaan untuk riset

dan pengembangan atau pengeluaran modal yang besar.

c) Kemampuan marginal untuk memenuhi ketentuan di pasar modal

atau ketentuan pembayaran kembali utang atau ketentuan perjanjian

utang.

d) Efek yang terlihat atau nyata dari melaporkan kinerja keuangan yang

buruk atas transaksi yang belum terealisasikan yang signifikan,

seperti penggabungan bisnis atau penandatanganan kontrak.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya

tekanan financial targets lebih berkaitan dengan adanya tekanan dari

12
pihak yang memiliki kepemilikan akan perusahaan tersebut dan untuk

menarik agar investasi tetap berjalan.

3) Informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa situasi keuangan

personal manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola

terancam oleh kinerja keuangan entitas, yang disebabkan oleh adanya

hal-hal sebagai berikut:

a) Kepentingan keuangan yang signifikan dalam entitas.

b) Bagian yang signifikan dari kompensasi mereka (sebagai contoh,

bonus, opsi saham, dan pengaturan earn-out) tergantung dari

pencapaian target yang agresif atas harga saham, hasil operasi, posisi

keuangan, atau arus kas.

c) Jaminan personal atas utang entitas.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya

tekanan personal financial needs lebih berkaitan dengan kebutuhan

internal perusahaan terhadap motif keuangan, sehingga mereka akan

melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka.

4) Terdapat tekanan yang eksesif terhadap manajemen atau personel operasi

untuk memenuhi target keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang

bertanggung jawab atas tata kelola, termasuk target insentif penjual atau

profitabilitas.

Berdasarkan uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh

adanya tekanan yang berasal dari financial stability, external pressure,

13
personal financial needs, dan financial targets baik yang berasal dari dalam

maupun luar perusahaan.

b. Opportunities (Peluang)

Peluang menyebabkan para pelaku fraud percaya bahwa aktivitas mereka

tidak akan terdeteksi (Priantara, 2013:46). Cressey berpendapat peluang ini

terdiri dari dua komponen yaitu general information dan technical skill

sehingga memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan komponen

tersebut (Tuanakotta, 2014:211). Dalam SAS No.99 (2002:46) dan SPAP

(2013:46) terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya

opportunity atau peluang dalam kecurangan laporan keuangan:

1) Nature of industry (lingkungan industri) menyediakan peluang untuk

terlibat dalam penyusunan pelaporan keuangan yang mengandung

kecurangan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi yang tidak

dilakukan dalam kondisi dan ketentuan bisnis normal atau dengan

entitas yang berelasi yang tidak diaudit atau diaudit oleh KAP lain.

b) Kondisi atau kemampuan keuangan yang kuat untuk mendominasi

suatu sektor industri tertentu yang memungkinkan entitas untuk

mendikte kondisi atau ketentuan kepada pemasok atau pelanggan,

yang dapat mengakibatkan transaksi yang tidak semestinya atau

transaksi yang tidak dilakukan dengan pihak yang tidak berelasi.

14
c) Aset, liabilitas, pendapatan atau biaya yang didasarkan pada estimasi

signifikan yang melibatkan pertimbangan subjektif atau

ketidakpastian yang sulit untuk mendukung hasil yang disajikan.

d) Transaksi yang signifikan, tidak bisa atau mengandung kompleksitas

yang tinggi, terutama yang terjadi menjelang akhir periode

pelaporan, yang menimbulkan pertanyaan sulit tentang “substansi

melebihi bentuk”.

e) Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan di lintas batas

internasional dalam yurisdiksi yang memiliki perbedaan lingkungan

dan budaya bisnis.

f) Penggunaan perantara bisnis yang tampaknya tidak dilandasi oleh

justifikasi bisnis yang jelas.

g) Rekening bank, atau anak perusahaan atau kantor cabang yang

signifikan di yudiriksi yang merupakan tax-haven yang tampaknya

tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang

yang berasal dari nature of industry lebih berkaitan dengan faktor dari

lingkungan bisnis industri yang mendukung terjadinya permainan bagi

perusahaan untuk mengatur kondisi bisnis di industri tersebut.

2) Ineffective monitoring (pemantauan tidak efektif) oleh manajemen

sebagai akibat dari hal-hal berikut:

15
a) Dominasi manajemen oleh seseorang atau suatu kelompok kecil

(dalam bisnis yang tidak dikelola oleh pemilik) tanpa disertai oleh

pengendalian pengganti.

b) Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola

terhadap proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern tidak

efektif.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang

yang berasal dari ineffective monitoring lebih berkaitan dengan kurangnya

pengawasan yang seharusnya dilakukan sehingga adanya celah untuk

melakukan kecurangan.

3) Organizational structure (struktur organisasi) yang kompleks atau tidak

stabil, yang dibuktikan dengan adanya hal-hal sebagai berikut:

a) Kesulitan dalam menentukan organisasi atau individu yang memiliki

kepentingan pengendalian dalam entitas.

b) Stuktur organisasi yang terlalu kompleks yang melibatkan entitas

hukum atau garis wewenang manajerial yang tidak biasa.

c) Tingkat perputaran yang tinggi dari manajemen senior, penasihat

hukum, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang

yang berasal dari organizational structure lebih berkaitan dengan

ketidakstabilan struktur organisasi perusahaan yang disebabkan karena

pergantian posisi strategis, sehingga tugas pengendalian tidak berjalan dengan

baik.

16
4) Internal control (pengendalian internal) yang kurang baik yang

diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Pemantauan pengendalian yang tidak memadai, termasuk

pengendalian otomatis dan pengendalian terhadap pelaporan

keuangan interim (jika pelaporan eksternal disyaratkan).

b) Tingkat perputaran yang tinggi atau pengaryaan yang tidak efektif

dari staf akuntansi, audit internal, atau teknologi informasi.

c) Sistem akuntansi dan sistem informasi yang tidak efektif, termasuk

situasi yang melibatkan defisiensi pengendalian internal yang

signifikan.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang

yang berasal dari internal control lebih berkaitan dengan tidak efektifnya

sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga tidak

bisa mencegah terjadinya kecurangan. Berdasarkan uraian diatas maka

kecurangan dapat disebabkan oleh adanya peluang yang berasal dari nature of

industry, ineffective monitoring, organizational structure, dan internal

control baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan.

c. Rationalization (Rasionalisasi)

Rasionalisasi atau mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan

merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan

merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan (Tuanakotta,

2014:212). Faktor risiko yang merefleksikan attitude/ rasionalisasi dewan

direksi, manajemen atau karyawan yang membiarkan kesalahan penyajian

17
laporan keuangan yang mungkin tidak dapat ditemukan oleh auditor (SAS

No.99, 2002:47). Meskipun demikian, auditor menjadi lebih berhati-hati

terhadap informasi tersebut dan dapat mengidentifikasi kesalahan material

dari laporan keuangan tersebut. Auditor mungkin menjadi sadar dengan

informasi yang ada dalam keadaan sebagai berikut:

1) Komunikasi, implementasi, dukungan atau penegakan nilai atau standar

etika entitas oleh manajemen, atau komunikasi nilai atau standar etika

yang tidak semestinya, yang tidak efektif.

2) Partisipasi atau campur tangan yang eksesif dari manajemen yang tidak

membawahi aspek keuangan dalam pemilihan kebijakan akuntansi atau

penentuan estimasi signifikan.

3) Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran terhadap peraturan

perundangan-undangan tentang pasar modal, atau tuntutan terhadap

entitas, manajemen senior, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata

kelola yang dicurigai terlibat dalam kecurangan atau pelanggaran

terhadap peraturan perundangan-undangan.

4) Kepentingan manajemen yang eksesif dalam menjaga atau meningkatkan

harga saham atau tren laba entitas.

5) Praktik manajemen dalam memberikan komitmen kepada analisis,

kreditur, dan pihak ketiga lainnya untuk mencapai perkiraan yang agresif

atau tidak realistis.

6) Kegagalan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat untuk

meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan.

18
7) Kepentingan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat

untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan.

8) Usaha yang berulang dari manajemen untuk membenarkan suatu

transaksi atau perlakuan akuntansi yang tidak signifikan atau tidak tepat

dengan menggunakan alasan materialitas.

9) Hubungan yang tegang atau canggung antara manajemen dengan auditor

pengganti atau auditor pendahulu, seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal

sebagai berikut:

a) Seringnya terjadi perbedaan pendapat dengan auditor pengganti atau

auditor pendahulu atas aspek akuntansi, ausit, atau pelaporan

b) Permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, seperti

pembatasan waktu yang tidak realistis mengenai penyelesaian audit

atau penerbitan laporan auditor.

c) Pembatasan akses auditor secara tidak tepat terhadap pihak atau

informasi atau kemampuan untuk berkomuniksi secara efektif

kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

d) Perilaku manajemen yang dominan dalam berhubungan dengan

auditor, terutama yang melibatkan usaha untuk memengaruhi ruang

lingkup pekerjaan auditor, atau pemilihan atau keberlanjutan

personel yang ditugaskan atau yang diajak berkonsultasi dalam

perikatan audit.

Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya

rationalization yang berasal dari hubungan auditor lebih berkaitan dengan

19
hubungan antara perusahaan dan auditor yang kurang baik. Berdasarkan

uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh adanya rasionalisasi

berkaitan dengan adanya pengetahuan menajemen tentang tindakan

kecurangan tersebut yang dapat berasal dari pengalaman dimasa lalu ataupun

hubungan yang tidak baik dengan auditor.

Ketiga faktor diatas merupakan elemen pembentuk dari perilaku

kecurangan yang terjadi dalam suatu kasus fraud. Menurut Priantara

(2013:46) dari ketiga elemen fraud triangle diatas, kesempatan

mengendalikan fraud terbesar adalah opportunity. Ini berarti kecurangan

terjadi tidak hanya karena adanya keinginan oleh individu tersebut, tetapi

karena adanya tekanan dan kesempatan melakukan hal tersebut.

2. Kecurangan (Fraud)

Fraud menurut the Institute of Internal Auditor tahun 2013, yaitu:

Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust.


These acts are not dependent upon the threat of violence or physical force.
Frauds are perpetrated by parties and organizations to obtain: money,
property, or services; to avoid payment or loss of services; or to secure
personal or business advantage.

Yang dapat diartikan sebagai perbuatan yang dicirikan dengan

pangelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset,

jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin

keuntungan / manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada

ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain (Priantara, 2013:4).

20
Selain itu menurut Black Law Dictionary (8th Ed), definisi fraud yaitu:

The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to deprive

another of his money, property or lega right, either as a cause of action or as

fatal element in the action it self..

Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai suatu perbuatan sengaja

untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak

jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik

orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan

itu sendiri (Priantara, 2013:5).

Pengertian tersebut sejalan dengan penjelasan fraud yang terkandung

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 372 tentang

penggelapan (Priantara, 2013:78) yang kutipannya adalah sebagai berikut:

“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu

seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam

kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan…”

Berdasarkan definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa fraud itu adalah

tindakan yang dapat berupa kebohongan atau tindakan melawan hukum yang

dilakukan dengan sengaja, dan dampaknya dapat merugikan orang lain.

Untuk mengetahui apakah suatu tindakan fraud itu sudah terjadi atau belum,

berikut ini terdapat uraian yang berisi unsur-unsur dari suatu tindakan fraud:

(Priantara, 2013:6)

21
a. Terdapat penyataan yang dibuat salah atau menyesatkan

(misrepresentation) yang dapat berupa suatu laporan, data atau informasi,

ataupun bukti transaksi.

b. Bukan hanya pembuatan pernyataan yang salah, tetapi fraud adalah

perbuatan melanggar peraturan, standar, ketentuan dan dalam situasi

tertentu melanggar hukum;

c. Terdapat penyalahgunaan atau pemanfaatan kedudukan, pekerjaan, dan

jabatan untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya

d. Meliputi masa lampau atau sekarang karena perhitungan kerugian yang

diderita korban umumnya dihubungkan dengan perbuatan yang sudah

dan sedang terjadi;

e. Didukung fakta bersifat material (material fact), artinya mesti didukung

oleh bukti objektif dan sesuai dengan hukum;

f. Kesengajaan perbuatan atau ceroboh yang disengaja (make-knowingly or

recklessly); apabila kesengajaan itu dilakukan terhadap suatu data atau

informasi atau laporan atau bukti transaksi, hal itu dengan maksud

(intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi atau terpengaruh atau

salah atau tertipu dalam membaca dan memahami data;

g. Pihak yang dirugikan mengandalkan dan tertipu oleh pernyataan yang

dibuat salah (misrepresentation) yang merugikan (detriment). Artinya

ada pihak yang menderita kerugian, dan sebaliknya ada pihak yang

mendapat manfaat atau keuntungan secara tidak sah baik dalam bentuk

uang atau harta maupun keuntungan ekonomis lainnya.

22
Ketika unsur-unsur yang diuraikan pada paragraf diatas ditemui dalam

kondisi suatu perusahaan, maka dapat disimpulkan kondisi tersebut

merupakan tindakan fraud. Karena jika tidak maka kondisi tersebut masih

berada pada tahap kesalahan atau kelalaian, karena fraud itu dilakukan

dengan sengaja (Priantara, 2013:7)

Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik di

Amerika Serikat (Association of Certified Fraud Examiner, disingkat ACFE)

menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud tree atau pohon

kecurangan dan pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam

hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya (Tuanakotta, 2014:195).

Berikut merupakan gambar fraud tree (ACFE, 2014:1.202):

23
Gambar 2.2
Fraud Tree

24
Gambar fraud tree diatas terdiri dari tiga cabang utama, yakni

corupption, asset misappropriation, dan fradulent statements. Masing-masing

induk cabang akan dibahas dibawah ini:

a. Corruption

Istilah corruption disini serupa tetapi tidak sama dengan istilah korupsi

yang ada dalam perundang-undangan Indonesia, UU No. 31 tahun 1999

meliputi 30 tindak pidana korupsi dan bukan empat bentuk seperti yang

digambarkan dalam ranting-ranting: conflict of interest, bribery, illegal

gratuities, economic extortion (Tuanakotta, 2014:196).

Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam

berbagai bentuk diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa)

dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan

lembaga-lembaga pemerintah dan didunia bisnis sekalipun (Tuanakotta,

2014: 196).

Dari tindakan tersebut maka muncul istilah Bribery atau penyuapan

untuk memuluskan rencana mereka agar proses berjalan lancar. Tidak hanya

itu terkadang muncul juga illegal gratuities atau pemberian hadiah

terselubung untuk si individu dan tidak jarang individu tersebut mendapat

ancaman atau economic extortion jika tidak melaksanakan perintah yang

diamanatkan. Keempat elemen corruption itu saling berkaitan dalam tindak

pidana korupsi, karena semua pihak ingin merasa aman dan lancar dalam

mencapai tujuannya.

25
b. Asset Misappropriation

Asset misappropriation atau pengambilan aset secara ilegal dalam bahasa

sehari-hari disebut mencuri, namun dalam istilah hukum, mengambil aset

secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan seseorang yang

diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut

menggelapkan (Tuanakotta, 2014:199).

Dalam cabang asset misappropriation dikenal dua bentuk fraud yaitu

cash dan non-cash (ACFE, 2014:1.202 ). Asset misappropriation dalam

bentuk penjarahan cash atau cash misappropriation dilakukan dalam tiga

bentuk yaitu skimming, larceny, dan fraudulent disbusrsement, sedangkan

dalam bentuk non-cash dilakukan dalam bentuk misuse dan larceny

(Tuanakotta, 2014:199).

Pada cash misappropriation tindakan fraud bisa dilakukan pada saat

uang tersebut belum masuk ke perusahaan (skimming). Selain itu, jika uang

tersebut sudah masuk, fraud yang bisa dilakukan ialah dengan mencuri atau

pencurian (larceny). Arus uang yang masuk sudah terekam oleh sistem

akuntansi perusahaan, maka penjarahan uang melalui pengeluaran yang tidak

sah disebut (fraudulent disbursements) (Tuanakotta, 2014:199).

Dalam fraud fraudulent disbursements terdapat beberapa tindakan yang

melingkupi fraud tersebut diantaranya melalui pembebanan tagihan atau

pembuatan supplier fiktif (billing schemes), melalui pembayaran gaji dengan

26
membuat karyawan fiktif (payroll schemes), atau bisa juga melalui

pembayaran kembali biaya-biaya yang sudah keluar (expense reimbursement

schemes). Selain itu ada juga yang melalui pemalsuan cek untuk pembayaran

(check tampering) dan penggelapan uang pengembalian atau refund dari

pelanggan (register disbursement) (Tuanakotta, 2014:200).

Selanjutnya pada non-cash misappropriation tindakan yang dapat terjadi

adalah pencurian inventory (larceny) dan penyalahgunaan jabatan

menggunakan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi (misuse)

(Tuanakotta, 2014:203).

Untuk melakukan tindakan fraud diatas tentu si pelaku telah memiliki

kemampuan untuk melakukan tindakan tersebut, karena tanpa kemampuan

atau jabatan yang dimiliki sulit untuk pelaku melakukan fraud karena harus

melakukan kontak fisik langsung dengan proses bisnis perusahaan.

c. Fraudulent Statements

Fraudulent statement sangat dikenal para auditor dalam melakukan

general audit karena berkenaan dengan penyajian laporan keuangan yang

sangat menjadi perhatian auditor, masyarakat atau para LSM (Tuanakotta,

2014:203).

Fraud ini berupa salah saji (missatement baik overstatements maupun

understatements) yang terdiri dari dua ranting cabang yaitu financial dan non-

financial. Pada financial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyajian

aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset / revenue

overstatements) atau penyajian yang lebih rendah dari yang sebenarnya (Asset

27
/ revenue understatements). Sedangkan untuk non-finacial fraud tindakan

yang terjadi dapat berupa penyampaian laporan non-keuangan yang

menyesatkan, laporan yang lebih bagus dari yang sebenarnya atau pemalsuan

atau pemutarbalikan keadaan yang biasanya laporan tersebut digunakan untuk

keperluan intern maupun ekstern perusahaan (Tuanakotta, 2014:203).

Tindakan fraud jenis ini tentu sangat merugikan jika informasi tersebut

salah karena bisa menyesatkan pengguna laporan yang harus mengambil

keputusan berdasarkan informasi yang ada pada laporan tersebut.

3. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statements)

Definisi kecurangan laporan keuangan menurut ACFE (2014:1.203) adalah:

Financial statement fraud is the deliberate misrepresentation of the financial


condition of an enterprise accomplished through the intentional misstatement
or omission of amounts on disclosures in the financial statements to deceive
financial statement users.

Yang dapat diartikan sebagai penggambaran atau penyajian kondisi

finansial suatu organisasi yang disengaja salah yang dapat tercapai melalui

salah saji yang disengaja atau penghilangan suatu nilai/jumlah atau

pengungkapan di laporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui

pengguna laporan keuangan.

Selain itu, menurut Black Law Dictionary, definisi fraudulent

misstatement ialah:

1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact


to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some
cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime, 2. A
misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another
person to act, 3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment
of material fact, or reckless misrepresentation made to induce another to act
to his or her detriment.

28
Yang dapat diartikan sebagai 1. salah penyajian yang disadari terhadap

suatu kebenaran atau penyembunyian fakta material untuk mempengaruhi

orang lain melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya

merupakan kesalahan, namun dalam beberapa kasus khususnya yang

dilakukan secara disengaja mungkin merupakan suatu kejahatan; 2. Penyajian

yang salah/keliru yang dibuat secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa

dapat dipercaya kebenarannya untuk mempengaruhi atau menyebabkan orang

lain bertindak atau berbuat; 3. Suatu kerugian yang timbul akibat salah

penyajian yang disadari, penyembunyian fakta material, atau penyajian yang

ceroboh/tanpa perhitungan agar orang lain berbuat atau bertindak yang

merugikannya. (Priantara, 2013:4).

Definisi diatas sejalan dengan Kitab KUHP Indonesia yang mengatur

pula tentang tindak pidana yang berkaitan dengan perbuatan membuat laporan

atau laporan keuangan yaitu dalam pasal 392 yang kutipannya adalah sebagai

berikut: (Priantara, 2013:79)

“Seorang pengusaha, seorang pengurus atau komisaris persero terbatas,

maskapai andil Indonesia atau koperasi, yang sengaja mengumumkan daftar

atau neraca yang tidak benar diancam pidana…”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan laporan

keuangan adalah tindakan salah yang disengaja dengan menghilangkan

informasi penting dalam suatu laporan keuangan yang tujuannya untuk

menyesatkan pengguna laporan keuangan. Karena, menurut Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) Indonesia, kesalahan penyajian dalam

29
laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau kesalahan, dan faktor

yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan

yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan penyajian dalam

laporan keuangan adalah tindakan yang disengaja atau tidak disengaja (SPAP

SA 240, 2013:1).

Menurut Priantara (2013:91) fraudulent financial reporting yang

bertujuan untuk mengelabui investor dan kreditur dilakukan dengan cara

meninggikan nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta sebaliknya

merendahkan nilai liabilitas dan pembebanan ongkos operasional dan biaya

produksi. Sedangkan untuk mengelabui pemerintah, misal untuk Pajak

Penghasilan, perlakuan sebaliknya dengan cara merendahkan nilai aset dan

pengakuan pendapatan, serta sebaliknya meninggikan nilai liabilitas dan

pembebanan ongkos operasional dan bisa produksi.

Selain itu menurut ACFE (2014:1.204) terdapat beberapa alasan umum

mengapa seseorang melakukan kecurangan laporan keuangan diantaranya:

a. Mendorong investasi melalui pelepasan saham.

b. Menunjukkan peningkatan laba per saham atau laba dari persekutuan

yang pada akhirnya meningkatkan bonus atau dividen.

c. Menutupi ketidakmampuan menghasilkan arus kas.

d. Menghilangkan persepsi negatif publik terhadap kinerja organisasi.

e. Mendapatkan pembiayaan atau mendapatkan syarat pembiayaan yang

lebih menguntungkan.

f. Mendapatkan harga yang tinggi untuk akuisisi.

30
g. Menunjukkan kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan.

h. Untuk mencapai tujuan perusahaan.

i. Mendapatkan kinerja yang baik untuk tujuan bonus.

Dari uraian diatas dapat dilihat motivasi dalam melakukan kecurangan

laporan keuangan lebih kepada kepentingan individu pelaku yang dilain pihak

sekaligus untuk mencapai tujuan lainnya yaitu bagi perusahaan. Untuk

mencapai tujuan mereka tentu mereka akan berusaha membuat laporan

keuangan mereka menjadi terlihat lebih menarik. Mulford dan Comiskey

dalam Priantara (2013:90) menjelaskan teknik financial number game yang

biasa digunakan oleh manajemen untuk memperindah laporan keuangan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Aggressive Accounting: Pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang

bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi (higher current earnings),

terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum atau tidak.

b. Earnings Management: Manipulasi laba secara aktif untuk suatu target

yang sudah ditentukan sebelumnya untuk suatu proyeksi keuangan yang

sudah dibuat, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten

dengan arus kas dan trend laba yang tidak fluktuatif dan lebih

berkelanjutan (smoother, more sustainable earnings stream).

c. Income Smoothing: Suatu bentuk earnings management yang didesain

untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara

untuk mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan

31
sedang membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja

keuangan sedang menurun.

d. Fraudulent Financial Reporting: Penyajian keliru (misstatement) yang

disengaja atau penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau

pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk

memperdayai pengguna laporan keuangan.

e. Creative Accounting: Setiap langkah yang digunakan untuk memainkan

angka-angka laporan keuangan, yang mencakup aggressive accounting,

fraudulent financial reporting, income smoothing, dan earnings

management.

Dari kelima jenis financial number game diatas kelimanya dekat sekali

dengan kategori fraud karena didalamnya terdapat permainan yang dilakukan

oleh manajemen, sehingga laporan keuangan tidak terlihat seperti yang

seharusnya.

Priantara (2013:90) menyebutkan tindakan yang dilakukan oleh

manajemen dalam melakukan fraud diantaranya:

a. Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau

pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.

b. Kesengajaan dalam penyajian atau sengaja menghilangkan (intentional

omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan

keuangna.

c. Salah penerapan secara sengaja mengenai prinsip akuntansi (jumlah,

klasifikasi, penyajian, pengungkapan).

32
Selain itu, untuk melakukan kecurangan laporan keuangan terdapat

beberapa skema yang biasa dilakukan. Rezaee (2002:4) menyebutkan bahwa

kecurangan laporan keuangan dapat berkaitan dengan beberapa skema

berikut, yaitu:

a. Pemalsuan, pengubahan atau manipulasi dari catatan keuangan, dokumen

pendukung atau transaksi bisnis;

b. Kesalahan pencatatan material yang disengaja, penghapusan, atau

kesalahan presentasi dari kejadian, transaksi, akun, atau informasi

signifikan lainnya yang merupakan sumber informasi pembuatan laporan

keuangan;

c. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan,

dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan

dan mengungkapkan kejadian ekonomis dan transaksi bisnis;

d. Penghilangan secara sengaja dari pengungkapan atau penyajian

pengungkapan yang tidak memadai berkaitan dengan standar, prinsip,

praktek akuntansi dan informasi keuangan yang berhubungan;

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa kecurangan

laporan keuangan itu merupakan tindakan yang secara garis besar dapat

dicirikan diantaranya manipulasi informasi akuntansi, kesalahan penggunaan

prinsip akuntansi dan penghilangan suatu informasi akuntansi yang disengaja.

4. Auditor Spesialis Industri (Auditor Industry Specialization)

Definisi Auditor spesialis menurut SAS 73 (AU Section 336) (2011:1) yaitu:

“an individual or organization possesing expertise in a field other than


accounting or auditing, whose work in that field is used by auditor to assist

33
the auditor in obtaining sufficient appropriate audit evidence. An auditor's
specialist may be either an auditor's internal specialist (i.e., a partner or
staff, including temporary staff, of the auditor's firm or a network firm) or an
auditor's external specialist”.
Definisi diatas dapat diartikan sebagai individu atau organisasi yang

memiliki keahlian selain dibidang akuntansi dan audit, yang bekerja pada

bidang tersebut dan berguna bagi auditor untuk membantu auditor

mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat. Auditor spesialis tersebut

dapat berupa auditor spesialis internal (yaitu partner atau staf, termasuk staf

temporer dari kantor auditor atau sebuah kantor rekanan) atau auditor

spesialis eksternal.

Neal dan Riley (2004:2) menjelaskan bahwa auditor spesialis industri

dapat diukur menggunakan pendekatan pangsa pasar (market share

approach), yaitu dimana auditor tersebut memiliki pangsa pasar yang berbeda

dengan kompetitorya. Selanjutnya, Gul et al., (2009:12) mengukur auditor

spesialis industri menggunakan market share atau pangsa pasar berdasarkan

persentase tertinggi dari total aset perusahaan yang diaudit dalam suatu

industri.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam hal ini auditor spesialis industri

dapat berarti auditor yang memiliki kemampuan khusus menangani suatu

industri tertentu karena pengalaman dan menguasai pangsa pasar audit dalam

suatu industri tertentu.

5. Peraturan Bapepam (saat ini OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan regulator pemerintah yang

bertugas mengawasi lembaga keuangan dan pasar modal (UU OJK, 2011).

34
Dalam menjalankan tugasnya OJK memiliki peraturan yang sebelumnya

dibuat oleh Bapepam-LK (Bapan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan) yang saat ini menjadi OJK. Berikut adalah Peraturan yang

dimiliki oleh OJK yang mengatur tentang pelanggaran yang berkaitan dengan

penyajian laporan keuangan dan transaksi material entitas yang peneliti

gunakan dalam dalam penentuan sampel penelitian;

a. IX.E.2: Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama

b. VIII.G.7: Pedoman Penyajian Laporan Keuangan

Peraturan diatas berkaitan dengan teori kecurangan yang dikeluarkan

oleh ACFE dimana salah satu hal yang menyebabkan terjadinya kecurangan

ialah kesalahan dalam penyajian laporan keuangan.

35
36
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam penelitian ini:

Tabel 2.1

Metode Penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Muchammad Analisis Faktor-Faktor  Variabel kecurangan  Proksi LEV, Profitabilitas berpengaruh
Syafruddin yang Mempengaruhi laporan keuangan, SALTA, signifikan sedangkan
Fira Firmanaya Kecurangan Laporan financial stability, RPTRANS, INVTA, leverage, rasio perputaran
(2014) Keuangan financial targets, CPA, GC, dan modal, transaksi pihak
dan rationalization LnASSETS istimewa, ukuran
 Proksi ROA dan  Populasi perusahaan perusahaan audit, rasio
audit report publik non keuangan persediaan, perantian
 Penelitian kuantitatif tahun 2008-2011 auditor, opini audit, dan
 Sumber data laporan  Regresi logistk kemampuan going concern
keuangan di tidak berpengaruh
Indonesia signifikan terhadap
kecurangan laporan
keuangan.
2 Puspatrisnanty Analisis Hubungan  Variabel kecurangan  Variabel aggregated Aggregated prior
dan Fitriyani Manajemen Laba dan laporan keuangan prior discretionary dicretionary accruals dan
(2014) Fraud dalam Laporan  Proksi ROA accruals, abnormal unexpected revenue
Keuangan  Penelitian kuantitatif book-tax differences, memiliki hubungan positif
 Sumber data laporan unexpected revenue dan abnormal book-tax
Bersambung pada halaman selanjutnya

37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Sebelumnya
Metode Penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
keuangan di per employee, differences memiliki
Indonesia capital productivity, hubungan negatif yang
pertumbuhan signifikan sedangkan
penjualan pertumbuhan penjualan
 Populasi perusahaan dan ROA tidak
publik non keuangan berpengaruh signifikan
tahun 2002-2012 terhadap kecurangan
 Regresi logistik laporan keuangan
3 Jerry Sun dan Auditor Industry  Variabel auditor  Variabel earning Auditor spesialis industri
Gouping Liu Specialization, Board industry management dan komite audit
(2013) Governance, and specialization  Proksi FSIZE, LEV, independen berpengaruh
Earnings Management  Proksi IND, AISPE MB, ICLAIM, negatif terhadap
atau SPEC NOA, LITI, dan manajemen laba.
 Penelitian kuantitatif LOSS
 Sumber data laporan  Populasi perusahaan
keuangan di tahun 1996-2010 di
Amerika Serikat Amerika Serikat
 Regresi berganda
4 Dwi Ratmono Manajemen Laba Riil  Variabel auditor  Variabel manajemen Auditor yang mempunyai
(2010) dan Berbasis Akrual: industry laba akrual dan spesialisasi industri dapat
Dapatkah Auditor yang specialization manajemen laba riil mendeteksi besarnya
Berkualitas  Proksi IMS atau  Proksi abnormal manajemen laba akrual
Mendeteksinya? SPEC CFO, abnormal dibandingkan manajemen
Bersambung pada halaman selanjutnya

38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Sebelumnya
Metode Penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
 Penelitian kuantitatif discretionary laba riil
 Sumber data laporan expenses, abnormal
keuangan di production costs dan
Indonesia discresionary
accruals
 Populasi perusahaan
perbankan publik
tahun 2001-2008
 Regresi berganda,
analisis sensitivitas
5 Christopher J. Detecting and  Variabel financial  Variabel external ACHANGE, 5%OWN,
Skousen, Predicting Financial stability, financial pressure, personal CEO berhubungan positif
Kevin R. Statement Fraud: The targets, ineffective financial need, sedangkan FINANCE,
Smith, dan Effectiveness Of The monitoring, nature of industry, OSHIP, FREEC dan IND
Charlotte J. Fraud Triangle and rationalization, dan dan organizational berhubungan negatif
Wright SAS No. 99 kecurangan laporan structure dengan kemungkinan
(2008) keuangan  Proksi GPM, terjadinya kecurangan
 Proxy ROA, SCHANGE, CATA, laporan keuangan.
ACHANGE, IND, SALAR, SALTA,
dan audit report INVSAL, LEV,
 Jenis penelitian FINANCE, FREEC,
kuantitatif OSHIP, 5%OWN,
 Sumber data laporan RECEIVABLE,
Bersambung pada halaman selanjutnya

39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Sebelumnya
Metode Penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
keuangan di INVENTORY,
Amerika Serikat FOPS, BDOUT,
AUDCOMM,
AUDSIZE,
EXPERT, CEO,
TOTALTURN,
AUDCHANG, dan
Tacc
 Populasi perusahaan
publik tahun 1992-
2001 di Amerika
Serikat
 Logit regression,
wilcoxon test,
sensitivity analysis
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Penelitian Sebelumnya

40
C. Kerangka Pemikiran

Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

Fraud yang terjadi Perusahaan listing


pada perusahaan patuh pada peraturan
listing BEI OJK

Basis Teori:
Fraud Triangle

Variabel Independen Variabel Dependen

Financial stability

Financial targets
Kecurangan
Ineffective monitoring
Laporan Keuangan
Rationalization

Auditor Industry
Specialization

Metode Analisis:
Mann-Whitney U
Analisis Diskriminan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


41
D. Hipotesis

1. Financial Stability dan Kecurangan Laporan Keuangan

Financial Stability atau keuangan yang stabil merupakan keadaan dimana

kondisi keuangan suatu perusahaan berada dalam titik aman. Setiap tahun

tentu manajamen perusahaan akan selalu ditekan untuk berusaha mencapai

pendapatan dan laba yang telah ditargetkan agar kondisi perusahaan terlihat

stabil. Selain itu, bonus akhir tahun akan menjadi sumber penghasilan yang

besar sehingga manajemen akan sengaja untuk memanipulasi labanya demi

mendapatkan pendapatan (Ratmono et al., 2013:4). Hal ini terjadi karena

dalam (SAS No. 99, 2002:4) ketika stabilitas keuangan atau profitabilitas

terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi

maka kecurangan dapat terjadi.

Untuk dapat membuat laporan keuangan terlihat bagus, maka manajemen

mungkin akan memanipulasi agar pertumbuhannya terlihat stabil (Skousen et

al., 2008:8). Dia menggunakan change in assets atau ACHANGE sebagai

proxi untuk financial stability (Beasley, 2000 dalam Skousen et al., 2008:9)

Penelitian tentang kecurangan yang menganalisisi kecurangan

berdasarkan financial stability sudah dilakukan oleh beberapa peneliti

diantaranya dilakukan oleh Kusumawardhani (2012:17) yang menemukan

financial stability berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan. Selain itu Skousen et al., (2008:15) juga menemukan financial

stability yang diproksikan dengan growth in assets berpengaruh positif

terhadap kecurangan laporan keuangan.

42
Hasil yang berbeda ditemukan oleh Ratmono et al., (2013:13), dimana

dalam penelitiannya ia menemukan financial stability tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sukirman

dan Sari (2013:23) juga menemukan bahwa financial stability tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan

perbedaan dalam penelitian financial stability, maka berdasarkan hal tersebut

peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Financial Stability dapat mendeteksi kecurangan laporan

keuangan.

2. Financial Targets dan Kecurangan Laporan Keuangan

Financial Targets dapat dikatakan sebagai target keuangan yang

ditetapkan oleh dewan komisaris atau pemilik yang harus dicapai manajemen.

Target tersebut biasanya berkaitan dengan target profitabilitas. Profitabilitas

itu sendiri adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam

hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Anshar,

2012:12). ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Skousen et al., 2008:9).

Tentu dengan adanya target profitabilitas akan memberikan tekanan

tersendiri bagi manajemen yang membuat mereka harus bekerja keras untuk

merealisasikannya. Dalam SAS No. 99 (2002:44) salah satu indikasi adanya

tekanan kepada manajemen adalah adanya target profitabilitas dari investor.

43
Hal tersebut dapat menyebabkan manajemen melakukan kecurangan

dalam membuat laporan keuangannya, karena menurut Martantya (2013:5)

untuk mencapai target keuangan yang ditetapkan sebelumnya manajemen

akan berupaya untuk melakukan manipulasi, misalnya dengan manipulasi

laba.

Penelitian tentang kecurangan yang berhubungan dengan financial

targets sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Anshar

(2012:20) yang menemukan hubungan yang signifikan antara financial

targets dengan kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:10) juga

melakukan penelitian tentang financial targets yang hasilnya berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.

Hasil berbeda ditemukan oleh Skousen et at., (2008:16) yang tidak

menemukan pengaruh antara financial targets yang diproksikan dengan

return on assets dengan kecurangan laporan keuangan. Sukirman dan Sari

(2013:24) juga tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara financial

targets perusahaan fraud dengan non-fraud.

Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan

perbedaan dalam penelitian financial targets, maka berdasarkan hal tersebut

peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H2 : Financial Targets dapat mendeteksi kecurangan laporan

keuangan.

3. Ineffective Monitoring dan Kecurangan Laporan Keuangan

44
Monitoring atau pengawasan merupakan hal yang penting bagi

perusahaan untuk memastikan semua rencana yang ditargetkan berjalan

lancar. Pengawasan tersebut dilakukan oleh komite audit yang ditunjuk oleh

dewan komisaris. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris

dan bertugas untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dalam perusahaan

(Antonia, 2008:21).

Ketika pengawasan terhadap laporan keuangan tidak berjalan baik tentu

hal ini akan menimbulkan efek negatif terhadap proses pembuatan laporan

keuangan. Menurut Martantya (2013:5) meluasnya skandal akuntansi dan

praktik kecurangan merupakan salah satu dampak lemahnya pengawasan

yang dilakukan oleh perusahaan yang telah memberikan peluang kepada

seseorang untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pribadinya. Hal ini

sejalan dengan uraian dalam SAS No.99 (2002:46) dimana kecurangan terjadi

karena adanya peluang dari tidak efektifnya pengawasan. Selanjutnya,

Skousen et al., (2008:11) menyatakan bahwa percentage of independent audit

committee member merupakan proksi dari ineffective monitoring.

Penelitian tentang kecurangan yang berkaitan dengan ineffective

monitoring sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Antonia

(2008:68) yang menemukan hubungan negatif ineffective monitoring terhadap

manajemen laba. Selain itu, Skousen et al., (2008:18) juga melakukan

penelitian tentang kecurangan menggunakan variabel ineffective monitoring

dengan menggunakan proksi percentage of independent audit committee

45
member dan menemukan pengaruh negatif terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Hasil berbeda ditemukan oleh Martantya (2013:11) yang melakukan

penelitian ineffective monitoring juga dan tidak menemukan pengaruh yang

signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Ratmono et al., (2013:12)

juga melakukan penelitian tersebut dan tidak menemukan pengaruh yang

signifikan diantara ineffective monitoring dengan kecurangan laporan

keuangan.

Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan

perbedaan dalam penelitian ineffective monitoring, maka berdasarkan hal

tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H3: Ineffective Monitoring dapat mendeteksi kecurangan laporan

keuangan.

4. Rationalization dan Kecurangan Laporan Keuangan

Rasionalisasi merupakan tindakan pembenaran atas suatu tindakan yang

dilakukan (Sukirman dan Sari, 2013:9). Tindakan pembenaran ini bisa saja

terjadi dalam sebuah perusahaan dimana tindakan tersebut dianggap biasa

saja dan sering terjadi dalam perusahaan tersebut, salah satunya adalah

tindakan curang. Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang menimbulkan

pola pikir dimana orang tersebut merasa dirinya benar saat melakukan

kecurangan (Ratmono et al., 2013:5).

SAS No.99 (2002:47) menjelaskan salah satu tindakan kecurangan yang

disebabkan oleh rasionalisasi adalah kepentingan manajemen dalam menjaga

46
atau meningkatkan tren laba. Manajemen laba yang dilakukan menggunakan

diskresionari akrual mungkin menyebabkan perusahaan tersebut mendapatkan

qualified audit opinions atau wajar dengan pengecualian (Skousen et al.,

2008:16).

Penelitian tentang kecurangan yang berkaitan dengan rationalization

sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Sukirman dan Sari

(2013:22) yang menemukan perbedaan rationalization yang signifikan antara

perusahaan fraud dan non-fraud. Chen dan Elder (2007:21) yang melakukan

penelitian tentang kecurangan laporan keuangan juga menemukan

rationalization berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Hasil berbeda ditemukan oleh Ratmono et al., (2013:16) juga tidak

menemukan pengaruh yang signifikan antara variabel rationalization dengan

kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh

Fimanaya (2014:9) juga tidak menemukan pengaruh yang signifikan.

Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan

perbedaan dalam penelitian rationalization, maka berdasarkan hal tersebut

peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H4: Rationalization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

5. Auditor Industry Specialization dan Kecurangan Laporan Keuangan

Auditor Industry Specialization atau Auditor spesialis industri memiliki

peran penting dalam peningkatan kebenaran laporan keuangan. Pengetahuan

tentang suatu industri yang dimiliki auditor spesialis dapat memberikan

47
kemampuan untuk mendeteksi manajemen laba dan meminimalisasi

kesalahan (Balsam, Krishnan, dan Yong, 2003:3). Sun dan Liu (2013:5) juga

mengatakan auditor spesialis industri lebih mudah melihat manajemen laba

dan mendeteksi kesalahan penyajian akuntansi atau fraud.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gul et al.,

(2009:23) yang menemukan bahwa perusahaan besar, perusahaan yang

berada dalam lingkungan industri yang rentan berperkara, dan perusahaan

yang memiliki rasio solvabilitas tinggi lebih sering menggunakan jasa auditor

spesialis. Selain itu Krishnan (2003:2) mengatakan auditor spesialis biasanya

juga mengembangkan database tentang industry specific best practice, risiko

industri dan eror juga transaksi yang tidak biasa, yang semuanya bertujuan

untuk menciptakan efektivitas audit.

Penelitian tentang auditor spesialis industri sudah dilakukan oleh

beberapa peneliti diantaranya Januarsi (2008:17) yang menemukan auditor

spesialis industri berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba akrual.

Dimana dengan adanya auditor spesialis maka manajemen laba akrual dapat

berkurang yang berarti kecurangan berkurang. Karena Puspatrisnanti dan

Fitriany (2014:17) menemukan menemukan hubungan positif antara

manajemen laba dengan kecurangan. Selanjutnya penelitian juga dilakukan

oleh Ratmono (2010:19) menemukan auditor spesialis industri berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

Hasil berbeda ditemukan oleh Nuryaman (2008:18), ia tidak menemukan

pengaruh yang signifikan antara auditor spesialis industri dengan manajemen

48
laba. Aditya (2013:14) juga menemukan auditor spesialis industri tidak

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan

perbedaan dalam penelitian auditor spesialis industri, maka berdasarkan hal

tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H5: Auditor Industry Specialization dapat mendeteksi kecurangan

laporan keuangan.

49
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu tipe penelitian dengan

dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua

variabel atau lebih dan bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya

korelasi antar variabel atau membuat prediksi berdasarkan korelasi antar

variabel (Indriantoro dan Supomo, 2002:27). Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh auditor

spesialis industri dengan analisis fraud triangle. Populasi penelitian ini adalah

perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

terkena sanksi dan kasus oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tahun 2011-

2013.

B. Metode Pemilihan Sampel

Sampel merupakan perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2011-2013. Data tersebut merupakan data sekunder

yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau

www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode yang

digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan

sampel bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan

pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel

51
secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan

pertimbangan tertentu (Sekaran, 2006:136) dengan kriteria sebagai berikut:

52
1. Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang terdaftar (listing)

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terkena kasus dan sanksi OJK tahun

2011-2013.

2. Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang melanggar

peraturan Bapepam nomor IX.E.2 dan VIII.G.7.

3. Sampel perusahaan non-fraud merupakan perusahaan yang tidak

memiliki indikasi adanya fraud dan jumlah aset dan penjualan yang

sebanding atau hampir sama dengan perusahaan fraud pada tahun 2011-

2013 pada sektor industri yang sama.

4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan audited selama

periode 2011-2013.

5. Adanya akses untuk mengunduh laporan keuangan perusahaan audited.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari perusahaan yang diteliti

atau data yang dipublikasikan untuk umum (Indriantoro dan Supomo,

2002:149) Berikut merupakan metode pengumpulan data dalam penelitian

ini:

1. Data Internal

Data internal merupakan dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang

dikumpulkan, dicatat dan disimpan di dalam suatu organisasi (Indriantoro dan

Supomo, 2002:149). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan

50
perusahaan yang terkena sanksi dan kasus dengan meminta data tersebut

dengan mendatangi kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data tersebut

didapat dari data internal Direktorat Penetapan Sanksi dan Keberatan Pasar

Modal OJK.

2. Data Eksternal

Data sekunder eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain

peneliti dari organisasi yang bersangkutan (Indriantoro dan Supomo,

2002:149). Peneliti memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti melalui buku dan majalah, publikasi pemerintah,

ikhtisar statistik, basis data, media, laporan tahunan perusahaan dan

sebagainya (Sekaran, 2006:65). Data yang digunakan oleh peneliti merupakan

data yang dapat diakses oleh siapa saja di situs BEI dan perusahaan yang

bersangkutan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian

yaitu salah satunya dengan mengolah data menggunakan statistik

nonparametrik. Salah satu syarat untuk menggunakan statistik nonparametrik

adalah data terdistribusi normal ataupun tidak normal dan tipe data adalah

nominal, ordinal, interval maupun rasio pada data berjumlah seratus ataupun

sepuluh (Santoso, 2014:3). Berikut metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini:

1. Uji Mann-Whitney U

51
Mann-Whitney U adalah uji dua sampel bebas pada statistik

nonparametrik mempunyai tujuan yang sama dengan uji t pada statistik

parametrik, yakni ingin mengetahui apakah dua buah sampel yang bebas

berasal dari populasi yang sama (Santoso, 2014:104). Data tersebut bertipe

nominal atau ordinal. Syarat untuk menggunakan statistik nonparametrik

ialah data tidak terdistribusi normal, oleh karena itu peneliti menggunakan

uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji statistik kolmogorov-

smirnov. Jika hasil signifikansi dibawah 0,05 maka hipotesis nol ditolak atau

data tidak terdistribusi normal (Ghazali, 2013:34). Setelah itu uji mann-

whitney u digunakan untuk menguji ukuran perusahaan fraud dengan non-

fraud, dan yang kedua untuk menguji variabel independen. Variabel yang

lolos uji adalah yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05.

2. Analisis Diskriminan

Analisis Diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat

berbentuk non-metrik atau kategori. Analisis ini membantu mengidentifikasi

variabel bebas yang membedakan variabel terikat berskala nominal (Sekaran,

2006:302). Tujuan dari analisis diskriminan ini adalah untuk; (Ghazali,

2013:290)

a) Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan antara dua

kelompok.

b) Menggunakan variabel-variabel yang telah teridentifikasi untuk

menyusun persamaan atau fungsi untuk menghitung variabel baru atau

indek yang dapat menjelaskan perbedaan antara kedua kelompok.

52
c) Menggunakan variabel yang telah teridentifikasi atau indek untuk

mengembangkan aturan atau cara mengelompokkan observasi di masa

datang kedalam satu dari kedua kelompok.

Variabel yang dapat diuji pada analisis diskriminan adalah variabel yang

lolos uji beda mann-whitney u. Karena jika variabel dapat membedakan

kedua kelompok, maka variabel ini akan digunakan untuk membentuk fungsi

diskriminan (Ghazali, 2013:292). Selanjutnya, dalam analisis diskriminan ini

terdapat beberapa analisis untuk menjelaskan hasil pengujian tersebut

diantaranya:

a) Test of Equality of Group Means

Tes ini digunakan untuk melihat apakah secara univariate ada perbedaan

pendekatan variabel dependen dilihat dari variabel independen, dan variabel

independen mampu membedakan variabel dependen (Ghazali, 2013:305).

Variabel dikatakan dapat membedakan jika nilai signifikansi dibawah 0,05.

Hasil ini akan menjawab hipotesis dalam penelitian ini.

b) Wilks’ Lambda

Dalam pengambilan keputusan terdapat dua cara yaitu melihat nilai

wilks’ lambda dan nilai F tes atau signifikansi (Santoso, 2014:176). Dalam

hal ini, nilai wilk’s lambda akan dilihat apakah mendukung nilai signifikansi

yang ada pada test of equality of group means dengan menguji variabel secara

bersama-sama dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Karena hal ini dapat

menyimpulkan bahwa fungsi diskriminan signifikan secara statistik yang

53
berarti nilai means atau rata-rata score diskriminan untuk kedua kelompok

perusahaan berbeda secara signifikan.

c) Elgenvalues

Canonical correlation dalam tabel elgenvalues mengukur keeratan

hubungan antara discriminant score dengan grup (Santoso, 2014:187). Selain

itu, nilai tersebut juga untuk mengukur variasi antara kedua kelompok

perusahaan yang dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan. (Ghazali,

2013:296). Nilai tersebut akan dikuadratkan untuk mendapatkan nilai

persentase.

d) Canonical discriminant function coefficients

Dalam hasil uji analisis diskriminan terdapat suatu persamaan atau fungsi

yang dihasilkan dari analisis tersebut. Kegunaan fungsi ini untuk mengetahui

sebuah case masuk pada grup yang satu, ataukah tergolong pada grup yang

lainnya (Santoso, 2014:189).

e) Function at group centroids

Dalam hasil ini terdapat nilai dari masing-masing kelompok variabel

dependen. Pada analisis ini, hasil dari tabel function at group centroids adalah

nilai cut off, yang dipilih pada nilai yang meminimumkan jumlah incorrect

classification atau kesalahan misklasifikasi (Ghazali, 2013:299). Rumus cut

off adalah sebagai berikut (Santoso, 2013:193): Z =

54
f) Classification result

Setelah fungsi diskriminan dibuat, kemudian dilakukan klasifikasi untuk

melihat seberapa jauh klasifikasi tersebut sudah tepat atau seberapa persen

terjadi misklasifikasi pada proses klasifikasi tersebut. (Santoso, 2014:195).

Berdasarkan hasil analisis diatas maka akan didapat suatu nilai yang

dapat menjawab hipotesis penelitian ini. Sebelumnya, berikut adalah model

penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini:

FRAUD = ß0 + ß1ACHANGE + ß2ROA + ß3IND + ß4AUDREPORT +

ß5SPEC + εi

Keterangan:

ß0 = koefisien regresi konstanta

ß1,2,3,4,5 = koefisien regresi masing-masing proksi

ACHANGE = persentase perubahan total aset selama 2 tahun

ROA = rasio tingkat pengembalian aset

IND = rasio komite audit independen

AUDREPORT = opini audit laporan keuangan

SPEC = auditor spesialis industri

εi = error

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Dependen (Kecurangan Laporan Keuangan)

Kecurangan laporan keuangan merupakan variabel dependen dalam

penelitian ini. Kecurangan laporan keuangan merupakan salah satu cabang

55
dan ranting yang menggambarkan fraud dalam label fraudulent statement

dalam fraud tree yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan

(Tuankotta, 2014:203). Definisi dari kecurangan laporan keuangan itu sendiri

salah satunya adalah salah penyajian yang disadari terhadap suatu kebenaran

atau penyembunyian fakta material yang mempengaruhi orang lain

melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan

kesalahan, namun dalam beberapa kasus khususnya yang dilakukan secara

sengaja mungkin merupakan kejahatan (Priantara, 2013:4).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kecurangan. Pendekatan yang

dilakukan oleh peneliti dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan

adalah menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terkena sanksi

dan kasus OJK tahun 2011-2013. Peneliti menggunakan dummy variabel

dalam penelitian ini yaitu angka 1 untuk perusahaan fraud dan angka 0 untuk

perusahaan non-fraud (Martantya, 2013: 6). Karena data tersebut berbentuk

kategorik, maka variabel dinyatakan sebagai dummy variabel (Ghazali, 2013:

178).

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah fraud triangle dan

auditor spesialis industri. Varibel fraud triangle terdiri dari tiga bagian yaitu

pressure, opportunity, dan rationalization. Selanjutnya dari tiga bagian

tersebut terdapat beberapa bagian lagi diantaranya sebagai berikut:

56
a. Financial Stability

Salah satu sisi dari teori fraud triangle adalah tekanan. Dalam SAS No.

99 (2002:44) financial stability adalah kecurangan yang disebabkan oleh

tekanan salah satu jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas keuangan yang

terancam oleh kondisi ekonomi, industri, atau operasi entitas. Salah satu

indikasi adanya tekanan yang disebabkan oleh terancamnya stabilitas

keuangan suatu perusahaan adalah kerugian operasi yang menjadi ancaman

terjadinya kebangkrutan, penyitaan, atau pengambilalihan dengan

menggunakan tekanan dalam waktu dekat (SPAP, 2013:44).

Skousen et al., (2008:7) dalam penelitiannya menggunakan change in

assets sebagai proksi dari variabel financial stability dan hasil penelitiannya

menunjukkan adanya hubungan positif antara financial stability dengan

kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:6) juga menggunakan proksi

pertumbuhan aset untuk variabel stabilitas keuangan atau financial stability.

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proksi pertumbuhan

aset karena jika pertumbuhan aset terlihat stabil maka ini berarti tingkat laba

perusahaan juga stabil. Selanjutnya, untuk menghitung growth in assets atau

ACHANGE dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al.,

2008:7 dan Martantya, 2013:6)

ACHANGE =

b. Financial Targets

Dalam SAS No. 99 (2002:45) financial targets adalah kecurangan yang

disebabkan oleh tekanan salah satu jenisnya adalah tekanan yang eksesif

57
terhadap manajemen atau personel operasi. Salah satu indikasi adanya

tekanan yang disebabkan oleh tekanan yang eksesif terhadap manajemen

adalah adanya target keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang

bertanggungjawab atas kelola, termasuk target insentif penjual atau

profitabilitas (SPAP, 2013:45).

Skousen et al., (2008:7) dalam penelitiannya menggunakan return on

assets sebagai proksi dari variabel financial targets dan hasil penelitiannya

menunjukkan adanya hubungan negatif antara financial targets dengan

kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:7) juga menggunakan proksi

tingkat laba terhadap aset atau ROA untuk variabel target keuangan atau

financial targets. Anshar (2012:15) juga menggunakan proksi yang sama

untuk variabel financial targets

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proksi return on assets

karena itu merupakan rasio yang sering digunakan untuk melihat profitabilitas

suatu perusahaan. Selanjutnya, untuk menghitung return on assets atau ROA

dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al., 2008:9).

ROA =

c. Ineffective Monitoring

Dalam SAS No. 99 (2002:46) ineffective monitoring adalah kecurangan

yang disebabkan oleh peluang salah satu jenisnya adalah pemantauan

manajemen yang tidak efektif . Salah satu indikasi adanya peluang yang

disebabkan oleh adanya pemantauan yang tidak efektif adalah pengawasan

oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terhadap proses pelaporan

58
keuangan dan pengendalian intern yang tidak efektif (SPAP, 2013:47). Dalam

hal ini adalah dewan direksi dan komite audit (SAS No. 99, 2002:46).

Skousen et al., (2008:11) dalam penelitiannya menggunakan percentage

of independent audit committe atau IND sebagai proksi dari variabel

ineffective monitoring dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan

negatif antara ineffective monitoring dengan kecurangan laporan keuangan.

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proporsi komite audit

independen karena mereka merupakan orang diluar perusahaan dan tidak

memiliki kepentingan apapun terhadap keuntungan perusahaan. Selanjutnya,

untuk menghitung percentage of independent audit committe atau IND dapat

menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al., 2008:11)

IND =

d. Rationalization

Dalam SPAP (2013:47) rationalization adalah kecurangan yang

disebabkan oleh adanya indikasi manajemen memiliki kepentingan yang

eksesif dalam menjaga atau meningkatkan harga saham atau tren laba entitas.

Untuk menjaga laba yang dimiliki stabil atau meningkat tentu manajemen

memerlukan treatment atau perlakuan tertentu agar laba perusahaan menjadi

terlihat bagus, salah satunya menggunakan diskesionari akrual dalam

manajemen laba. Penggunaan diskresionari akrual menyebabkan suatu

perusahaan mungkin mendapatkan opini quailified audit opinions atau wajar

dengan pengecualian (Skousen et al., (2008:13).

59
Skousen et al., (2008:13) menggunakan opini audit atau audit report

sebagai proksi dari variabel rasionalisasi. Sukirman dan Sari (2013:10) juga

menggunakan opini audit sebagai proksi dari variabel rasionalisasi dan

menemukan terdapat perbedaan yang signifikan pembentuk rasionalisasi

antara perusahaan fraud dan non-fraud. Dalam penelitian ini, peneliti juga

menggunakan opini audit sebagai proksi berdasarkan penelitian sebelumnya

diatas.

Selanjutnya, untuk mengitung opini audit, karena ini merupakan data

kualitatif maka peneliti menggunakan dummy variabel yaitu angka 1 untuk

perusahaan yang mendapatkan opini tanpa modifikasi atau unqualified

opinion (wajar tanpa pengecualian) dan angka 0 untuk perusahaan yang

mendapatkan opini modifikasi lainnya.

e. Auditor Industry Specialization

Auditor spesialis industri adalah auditor yang telah memenuhi syarat

tertentu yaitu menguasi pangsa pasar audit dalam suatu industri tersebut.

Untuk mengukur auditor spesialis industri Balsam et al., (2003:5)

menggunakan industry market share (menggunakan sales klien). Gul et al.,

(2009:12) juga menggunakan volume industri bisnis untuk mengukur auditor

spesialis industri.

Selain itu, ada juga penelitian yang menggunakan aset klien dalam

pengukuran auditor spesialis industri yaitu oleh Sun dan Liu (2013:3).

Siregar, Fitriany, Wibowo dan Anggraita (2011:9) juga menggunakan pangsa

pasar berdasarkan total aset klien dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini

60
peneliti menggunakan perbandingan aset klien untuk mengukur auditor

spesialis industri yang dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

(Setiawan dan Fitriany, 2011:8)

SPEC = x

Suatu KAP dikatakan spesialis jika KAP tersebut menguasai 20% atau

lebih industry market share (Rusmin, 2010:7). Karena data merupakan data

kualitatif maka peneliti menggunakan dummy variabel yaitu angka 1 untuk

perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri dan angka 0 untuk

perusahaan yang diaudit oleh bukan auditor spesialis industri.

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Jenis Variabel Indikator Skala
1 Kecurangan Laporan Dependen Variabel dummy, nilai 1 Nominal
Keuangan untuk perusahaan fraud,
(Martantya, 2013) dan 0 untuk perusahaan
tidak fraud.
2 Financial Stability Independen ACHANGE = (Total Rasio
(Skousen et al.,2008) Asset t – Total Asset t-1 )
/ Total Asset t
3 Financial Targets Independen ROA = Net Income Rasio
(Skousen et al.,2008) before extraordinary
item t-1 / Total Asset t
4 Ineffective Independen IND = Jumlah anggota Rasio
Monitoring komite audit independen
(Skousen et al.,2008) / Jumlah total komite
audit
5 Rationalization Independen Variabel dummy, nilai 1 Nominal
(Skousen et al.,2008) untuk opini unqualified
opinion, dan 0 untuk
opini modifikasi lainnya.
6 Auditor Industry Independen Variabel dummy, nilai 1 Nominal
Specialization untuk perusahaan yang
(Setiawan dan diaudit oleh auditor
Fitriyani, 2011) spesialis industri, dan 0
untuk perusahaan yang
diaudit oleh bukan
auditor spesialis industri
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan listing Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Perusahaan tersebut merupakan entitas yang terkategori dalam

pengelompokkan seluruh industri di BEI. Dalam penelitian ini, laporan

keuangan perusahaan tersebut digunakan sebagai bahan untuk dianalisis oleh

peneliti.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui permohonan permintaan data

kepada OJK secara langsung dengan mendatangi Direktorat Penetapan Sanksi

dan Keberatan Pasar Modal OJK. Perolehan data tersebut dilaksanakan pada

tanggal 15 Oktober 2014. Selajutnya data tersebut dikirim kepada peneliti

melalui email. Data yang peneliti peroleh ialah daftar perusahaan listing BEI

yang terkena sanksi dan kasus tahun 2011-2013. Tabel 4.1 berikut ini

menyajikan data yang diperoleh peneliti dalam pengumpulan data tersebut:

Tabel 4.1
Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
1 Agriculture 2
2 Mining 10
3 Basic Industry and Chemicals 13
4 Miscelleneous Industry 3
5 Consumer Goods Industry 1
6 Property, Real Estate and Building Construction 10
Bersambung pada halaman selanjutnya

62
Tabel 4.1
Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
7 Infrasturcture, Utilities, and Transportation 8
8 Finance 2
9 Trade, Service, and Invesment 13
10 Securities Company 2
11 Private Company 10
Total Perusahaan 74
Perusahaan non sekuritas 72
Perusahaan listing equity atau modal 61
Perusahaan sanksi VIII.G.7 dan IX.E.2 37
Perusahaan memiliki laporan keuangan audited 30
Sumber: Data sekunder yang diolah

Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 perusahaan dari total 74

perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK yang tersebar di semua

industri. Dari total tersebut, 72 perusahaan merupakan perusahaan non-

sekuritas dan 61 diantaranya merupakan perusahaan yang terdaftar atau

listing BEI berdasarkan modal atau saham. Selanjutnya peneliti menyeleksi

kembali jumlah tersebut dengan kriteria perusahaan yang melanggar

peraturan Bapepam-LK No. VIII.G.7 dan IX.E.2 didapatkan 37 perusahaan.

Dari jumlah tersebut, terdapat 30 perusahaan yang menerbitkan laporan

keuangan dan tahunannya di situs BEI atau situs resmi perusahaan. Dengan

demikian, sampel 30 perusahaan fraud itulah yang digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini.

2. Deskripsi Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling

dengan judgement sampling. Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan sampel pembanding perusahaan fraud

diatas dengan perusahaan non-fraud. Pemilihan perusahaan pembanding


63
tersebut dilakukan dengan cara memilih perusahaan yang berada pada industri

atau core-business yang sama berdasarkan jumlah aset dan penjualan yang

hampir sama. Berikut adalah data pembanding kedua perusahaan:

Tabel 4.2
Perbandingan Asset dan Sales Perusahaan Fraud dan Non-Fraud
N Fraud Non-Fraud
Industry
o Asset Sales Asset Sales
1 Agriculture 1213 25 2241 682
2 Mining 19924 11890 23831 19850
3 Basic Industry and Chemicals 17590 20726 4002 4509
4 Miscellaneous Industry 1874 1004 2377 2270
Property, Real Estate and Building
5 Construction 2865 467 2503 430
6 Infrastructure, Utilities, and Transportation 2273 658 3081 2906
7 Finance 2442 210 3382 1124
8 Trade, Service, and Invesment 24845 2940 24869 20857
Total 73026 37920 66286 52628
Sumber: data sekunder yang diolah

Data diatas terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud

sebagai data pembanding agar penelitian ini bisa dilakukan. Peneliti akan

menguji sampel tersebut, untuk melihat apakah kedua sampel memiliki

ukuran yang sama. Karena jika ukuran berbeda, maka sampel tersebut tidak

dapat digunakan dalam penelitian ini.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Mann-Whitney U Sampel Penelitian

Analisis yang pertama sebelum menguji variabel penelitian adalah

menguji sampel. Peneliti menguji sampel dengan uji mann-whitney u tetapi

64
sebelum itu peneliti akan melakukan uji normalitas terlebih dahulu dan

hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3
Uji Normalitas Sampel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual

N 60
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation ,49905374
Most Extreme Differences Absolute ,302
Positive ,262
Negative -,302
Test Statistic ,302
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Sumber: output SPSS

Tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000.

Ini berarti data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada

dibawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-parametrik dapat digunakan

untuk menguji sampel.

Selanjutnya, peneliti menggunakan sampel penelitian yang sama yaitu

terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud di uji dengan

menggunakan uji beda non-parametrik atau Mann-Whitney U untuk melihat

karakteristik perusahaan berdasarkan jumlah assets dan sales. Berikut

merupakan tabel dari hasil pengujian tersebut:

Tabel 4.4
Uji Mann- Whitney U
Asset dan a
Test Statistics Sales
Asset Sales

65
Mann Whitney U 418,000 378,500
Wilcoxon W 883,000 843,500
Z -,473 -1,057
Asymp. Sig. (2-tailed) ,636 ,290
Sumber: output SPSS

Tabel 4.4 menunjukkan nilai signifikansi pada asset dan sales masing-

masing adalah 0,636 dan 0,290. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang

signifikan diantara sampel fraud dan non-fraud yang mengacu pada ukuran

perusahaan berdasarkan jumlah asset dan sales karena memiliki nilai

signifikansi diatas 0,05 atau > 0,05.

Berdasarkan hasil diatas, ini juga dapat berarti bahwa perusahaan yang

menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki karakteristik assets dan sales

yang sama, tidak terjadi perbedaan jarak yang signifikan diantara kedua

sampel perusahaan tersebut, sehingga dapat disimpulkan perusahaan dapat

dibandingkan dan digunakan dalam penelitian ini.

2. Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel Penelitian

Berikutnya, peneliti menguji variabel independen dengan uji mann-

whitney u tetapi sebelum itu peneliti akan melakukan uji normalitas terlebih

dahulu dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5
Uji Normalitas Variabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual

N 60
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation ,47954291
Most Extreme Differences Absolute ,246
66
Positive ,246
Negative -,230
Test Statistic ,246
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Sumber: output SPSS

Tabel 4.5 diatas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000.

Ini berarti data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada

dibawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-parametrik dapat digunakan

untuk menguji variabel independen.

Selanjutnya, penelitian menggunakan sampel yang sama yang peneliti

miliki yaitu 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud dan

melakukan uji beda non-parametrik atau mann-whitney u untuk melihat

apakah ada perbedaan yang signifikan diantara kedua sampel dari variabel

tersebut. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian tersebut:

Tabel 4.6
Uji Mann-Whitney U Variabel Independen
Test Statisticsa
ACHANGE ROA IND AUDREPORT SPEC

Mann-Whitney U 296,500 5,500 434,000 405,000 450,000


Wilcoxon W 761,500 700,500 899,000 870,000 915,000
Z -2,270 -3,171 -,626 -1,076 ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,531 ,282 1,000
Sumber: output SPSS

Tabel 4.6 menunjukkan signifikansi pada variabel independen dengan

proksi ACHANGE (0,023), ROA (0,002), IND (0,531), AUDREPORT

(0,282), dan SPEC (1,000). Hal ini berarti bahwa ACHANGE dan ROA

perusahaan fraud memiliki perbedaan yang signifikan dengan ACHANGE

dan ROA perusahaan non-fraud, karena memiliki nilai signifikansi dibawah

67
0,05 atau < 0,05. Sedangkan IND, AUDREPORT, dan SPEC perusahaan

fraud tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan IND, AUDREPORT,

dan SPEC perusahaan non-fraud, karena memiliki nilai signifikansi diatas

0,05 atau > 0,05.

Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil pengujian diatas akan dijelaskan

dengan uraikan sebagai berikut:

a. Nilai ACHANGE atau persentase perubahan aset berdasarkan hasil

pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang berbeda antara

perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti terdapat

perbedaan pertumbuhan aset, karena perusahaan fraud cenderung

memiliki ACHANGE yang lebih rendah dibandingkan perusahaan non-

fraud yang menunjukkan kestabilan pada perusahaan fraud tidak terjaga

dan rentan terjadinya kecurangan. Karena nilai ACHANGE yang

merupakan proksi dari variabel financial stability memiliki nilai

perbedaan yang signifikan, maka proksi ini dapat di uji lebih lanjut

dengan menggunakan uji analisis diskriminan.

b. Nilai ROA atau rasio laba terhadap aset berdasarkan hasil pengujian

diatas cenderung memiliki nilai yang berbeda antara perusahaan fraud

dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti terdapat kebijakan

akuntansi yang berbeda atau perbedaan kemampuan antara perusahaan

fraud dan non-fraud, karena perusahaan fraud cenderung memiliki ROA

yang lebih kecil dibandingkan perusahaan non-fraud. Karena nilai ROA

yang merupakan proksi dari variabel financial targets memiliki

68
perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini dapat di uji lebih lanjut

dengan menggunakan uji analisis diskriminan.

c. Nilai IND atau persentase komite audit independen berdasarkan hasil

pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara perusahaan

fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap perusahaan

telah mematuhi peraturan tentang komposisi komite audit yang salah satu

syaratnya diwajibkan memiliki komite audit independen. Karena nilai

IND yang merupakan proksi dari variabel ineffective monitoring tidak

memiliki perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini tidak dapat di

uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan dan

hipotesis 3 tidak dapat dijawab atau disimpulkan.

d. Nilai AUDREPORT atau laporan auditor independen yang mendapatkan

opini wajar tanpa pengecualian atau unqualified opinion berdasarkan

hasil pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara

perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap

perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian tidak

selalu dikategorikan sebagai perusahaan yang bersih, karena opini

tersebut hanya sebatas wajar dalam hal penyajiannya bukan memiliki

kebenaran yang absolut. Karena nilai AUDREPORT yang merupakan

proksi dari variabel rationalization tidak memiliki perbedaan nilai yang

signifikan, maka proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan

menggunakan uji analisis diskriminan dan hipotesis 4 tidak dapat dijawab

atau disimpulkan.

69
e. Nilai SPEC atau auditor spesialis industri berdasarkan hasil pengujian

diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara perusahaan fraud

dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap auditor memiliki

kemampuan yang sama walaupun auditor tersebut bukan auditor spesialis

industri. Karena perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri

tetap tergolong perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK.

Karena nilai SPEC yang merupakan proksi dari variabel auditor industry

specialization tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan, maka

proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis

diskriminan dan hipotesis 5 tidak dapat dijawab atau disimpulkan.

3. Hasil Uji Analisis Diskriminan

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel yang

dapat diuji dengan analisis diskriminan yaitu variabel yang telah lolos uji

mann-whitney u. Terdapat beberapa tahapan dalam pengujian dengan

menggunakan analisis diskriminan ini yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tests of Equality of Group Means

Ini adalah tahap awal pengujian variabel yang menggunakan analisis

diskriminan. Tahap ini akan menguji apakah means diantara kedua variabel

independen memiliki perbedaan yang signifikan dan hasilnya akan menjawab

hipotesis penelitian. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut:

Tabel 4.7
Hasil Test of Equality of Group Means
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
ACHANGE ,958 2,569 1 58 ,114

70
Sumber: output SPSS
ROA ,908 5,892 1 58 ,018

Tabel 4.7 diatas menunjukkan nilai signifikansi ACHANGE dan ROA

masing-masing sebesar 0,114 dan 0,018. Hal ini berarti ACHANGE tidak

nilai perbedaan yang signifikan karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05

atau > 0,05. Sedangkan ROA memiliki perbedaaan yang signifikan karena

memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05 atau < 0,05. Penjelasan lebih lanjut

mengenai hasil pengujian diatas akan dijelaskan pada sub bab pembahasan

diakhir bab iv (empat) ini.

b. Wilks’ Lambda

Hasil uji beda diatas juga dapat dibuktikan dengan melihat nilai wilk’s

lambda dan menentukan ada tidaknya perbedaan mean dicriminants score

diantara kedua sampel yang mendukung uji test of equality of group means.

Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut:

Tabel 4.8
Hasil Wilks’ Lambda
Wilks' Lambda
Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square Df Sig.

1 ,908 5,563 1 ,018


Sumber: ouput SPSS

Tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,018 yang dapat

berarti nilai mean score diskriminan diantara kedua kelompok memiliki

perbedaan yang signifikan. Nilai diatas dapat juga berarti ROA dapat

mengindentifikasi perusahaan fraud dan non-fraud karena nilai ROA kedua

perusahaan tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Dan hal ini juga

menjelaskan bahwa, hasil pengujian hipotesis pada uji test of equality of


71
group means hasilnya benar signifikan, karena hasil uji wilks’ Lambda

mendukung hasil signifikansi tersebut. Karena hanya ada satu variabel yang

signifikan, maka nilai signifikansi pada uji ini sama dengan test of equality of

group means.

c. Elgenvalues

Hasil berikut akan menunjukkan seberapa besar variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variabel independen. Berikut merupakan dari hasil pengujian

tersebut:

Tabel 4.9
Hasil Elgenvalues
Eigenvalues
Canonical
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Correlation
a
1 ,102 100,0 100,0 ,304
Sumber: output SPSS

Tabel 4.9 menunjukkan nilai canonical correlation sebesar 0,304 atau

besarnya square canonical correlation (CR2) = (0,304)2 atau sama dengan

0,0924. Hal ini berarti, dapat disimpulkan bahwa 9% variasi antara kelompok

perusahaan fraud dan non-fraud dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan

rasio ROA. Sedangkan sisanya 91% dijelaskan oleh variabel lain diluar

model ini. Karena diluar model ini masih terdapat variabel yang memiliki

kemungkinan dapat mengidentifikasi sampel seperti financial stability.

d. Canonical Discriminant Function Coefficients

72
Selajutnya, analisis diskriminan ini akan menghasilkan suatu koefisien

yang membentuk fungsi diskriminan. Berikut merupakan dari hasil pengujian

tersebut:

Tabel 4.10
Hasil Function Coefficients
Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function

ROA 7,271
(Constant) -,153
Sumber: output SPSS

Tabel 4.10 menyajikan persamaan estimasi fungsi diskrimninan

unstandarized yang dapat dilihat dari output canonical discriminant function

coefficients dengan persamaan sebagai berikut:

Z = -0,153 + 7,271 ROA

Hasil ini dapat digunakan untuk mendapatkan nilai diskriminan yang

akan menentukan sampel akan masuk kedalam kelompok perusahaan fraud

atau perusahaan non-fraud dengan memasukkan nilai ROA perusahaan

dengan melihat hasil casewise result.

e. Functions at Group Centroids

73
Hasil dari analisis diskriminan ini juga akan menghasilkan suatu fungsi

untuk menentukan score cut off atau batas sampel masuk kedalam kelompok

fraud atau non-fraud. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut:

Tabel 4.11
Hasil Function at Group Centroids
Functions at Group Centroids
Function

Perusahaan 1

Non-Fraud ,313
Fraud -,313
Sumber: output SPSS

Tabel 4.11 menunjukkan nilai fungsi perusahan non-fraud dan fraud

masing-masing sebesar 0,313 dan -0,313. Selanjutnya nilai score cut off dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

( ) ( )
score cut off = =0
Maka, berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan, Jika:

a. nilai > 0, maka perusahaan masuk kelompok perusahaan fraud.

b. nilai < 0, maka perusahaan masuk kelompok persahaan non-fraud.

f. Classification Result

Bagian terakhir dari analisis diskriminan adalah pengklasifikasian

kelompok. Hasil ini akan menunjukkan seberapa tepat pengklasifikasian

kelompok tersebut berdasarkan variabel independen. Berikut merupakan dari

hasil pengujian tersebut:

Tabel 4.12
Hasil klasifikasi
Classification Resultsa
Perusahaan Predicted Group Membership Total

74
Non-Fraud Fraud

Original Count Non-Fraud 24 6 30

Fraud 11 19 30

% Non-Fraud 80,0 20,0 100,0

Fraud 36,7 63,3 100,0


Sumber: output SPSS

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa analisis diskriminan mampu menentukan

sampel sebesar 24 perusahaan masuk kategori non-fraud dan 19 perusahaan

masuk kategori fraud. Klasifikasi tersebut dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

( )
Percentage classification = x 100% = 71,66%

Hal ini menunjukkan bahwa model dapat mengidentifikasi sampel dan dapat

mengklasifikasikannya dengan ketetapan yang tinggi yaitu sebesar 71,66%.

C. Pembahasan

1. Financial stability dengan kecurangan laporan keuangan

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskriminan

menunjukkan variabel financial stability yang diproksikan dengan change in

assets atau ACHANGE memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,114.

Meskipun pada tahap awal pengujian beda antar variabel menunjukkan

perbedaan yang signifikan tetapi ternyata ketika di uji dengan variabel

dependen untuk membedakan perusahaan fraud dan non-fraud dengan

analisis diskriminan variabel tidak mampu membedakan kedua perusahaan

tersebut. Hal ini menunjukkan setiap perusahaan memiliki kecenderungan

pertumbuhan aset yang sama, walaupun perusahaan fraud memiliki nilai yang
75
lebih rendah tapi tetap variabel tersebut tidak dapat membedakan antara

perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud.

Melihat hasil pengujian dalam penelitian ini, nilai perubahan aset yang

dimiliki oleh perusahaan fraud dan perusahaan non-fraud cenderung sama.

Tinggi rendahnya stabilitas keuangan perusahaan dalam hal ini tidak

menyebabkan manajemen otomatis akan melakukan kecurangan untuk

meningkatkan stabilitas perusahaan. Rasio perubahan aset merupakan analisis

yang biasa digunakan untuk melihat stabilitas keuangan perusahaan apakah

disetiap tahunnya perusahaan dapat meningkatkan aset yang dimilikinya, dan

dalam hal ini mencerminkan kinerja yang bagus dari perusahaan dan dengan

kata lain perusahaan memiliki kondisi yang bagus dan stabil. Nilai dari rasio

tersebut ternyata dalam penelitian ini tidak dapat menjadi acuan suatu

perusahaan melakukan fraud atau tidak. Karena ada faktor lain yang dapat

mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan selain faktor yang berasal dari

dalam perusahaan. Faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti

lingkungan bisnis juga dapat mempengaruhi stabilitas keuangan. Karena

lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor diluar perusahaan yang dapat

menimbulkan peluang atau ancaman bagi perusahaan (Wispandono, 2010:3).

Bisa saja saat perusahaan memiliki stabilitas keuangan yang rendah, ternyata

perusahaan sejenis di industri yang sama juga memiliki stabilitas yang

rendah. Sehingga hal ini tidak menjadi kekhawatiran manajemen akan

kehilangan investor mereka karena kondisi ini dialami juga oleh pesaing

mereka.

76
Dari hasil pengujian diatas juga, dapat dikatakan variabel financial

stability yang diproksikan dengan ACHANGE tidak mampu mengidentifikasi

mana perusahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan mana perusahaan

yang termasuk kategori non-fraud. Sehingga variabel financial stability

dalam penelitian ini disimpulkan tidak dapat mendeteksi kecurangan laporan

keuangan dan hipotesis 1 atau H1 ditolak.

Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ratmono et al.,

(2013:13), dimana ia menemukan financial stability yang diproksikan dengan

ACHANGE tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Skousen et al., (2008:22) dan Kusumawardhani (2012:17)

yang menemukan bahwa financial stability yang diproksikan dengan

ACHANGE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

2. Financial targets dengan kecurangan laporan keuangan

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskriminan

menunjukkan variabel financial targets yang diproksikan dengan return on

assets atau ROA memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,018. Hal ini berarti

terdapat motif yang berbeda diantara kedua perusahaan tersebut, karena

perusahaan fraud cenderung memiliki ROA yang lebih rendah dibandingkan

perusahaan non-fraud. Kondisi demikian akan memberikan tuntutan kepada

manajemen untuk mencapai target laba yang setidaknya sama dengan yang

77
diperoleh tahun sebelumnya sehingga menjadikan manajemen terpacu untuk

melakukan suatu tindak kecurangan laporan keuangan (Daljono, 2013:10).

Selanjutnya, menurut Anshar (2012:2) kecurangan pelaporan keuangan

sering digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang

dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Dapat

kita pahami bahwa kecurangan muncul karena adanya krisis yang dialami

oleh suatu perusahaan.

Melihat hasil pengujian dalam penelitian ini, perusahan fraud memiliki

nilai ROA yang rendah diakibatkan oleh rendahnya laba yang dapat

dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan manajemen harus

bekerja lebih keras agar dapat memperbaiki kondisi keuangan perusahaan

yang sedang tidak sehat. Karena salah satu indikator dalam menilai kinerja

suatu perusahaan adalah dari nilai rasio profitabilitasnya atau ROA (Antari

dan Dana, 2012:4). Motif-motif seperti inilah yang dapat menyebabkan

adanya tekanan yang dihadapi manajemen dalam menjalankan tugasnya.

Disatu sisi manajemen harus membuat perusahaan berada dalam kondisi

keuangan yang bagus, dan disisi lain manajemen juga tetap pada koridor

peraturan yang ada agar terciptanya good corporate governance (GCG). Oleh

karena itu, disini manajemen akan mulai melakukan manipulasi terhadap

kebijakan akuntansi dan laporan keuangan dan membuat seminimal mungkin

manipulasi tersebut dapat disembunyikan dan tidak terdeteksi oleh auditor.

Dari hasil pengujian diatas juga, dapat dikatakan variabel financial

targets yang diproksikan dengan ROA mampu mengidentifikasi mana

78
perusahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan mana perusahaan yang

termasuk kategori non-fraud. Sehingga variabel financial targets dalam

penelitian disimpulkan dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan dan

hipotesis 2 atau H2 diterima.

Temuan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Martantya (2013:10)

dimana ia menemukan perusahaan yang melakukan kecurangan cenderung

memiliki ROA lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

melakukan kecurangan. Dalam penelitian lain, Anshar (2012:20) juga

menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan.

Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Skousen et al., (2008:20) dan Sukirman (2013:24) karena

dalam penelitian mereka variabel financial targets yang diproksikan oleh

ROA ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

79
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial targets, financial

stability, ineffective monitoring, rationalization, dan auditor industry

specialization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sampel dalam

penelitian ini berjumlah 60 perusahaan yang terdiri dari 30 perusahaan fraud

dan 30 perusahaan non-fraud. Sampel perusahaan fraud ialah perusahaan

yang terkena sanksi dan kasus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2011-

2013 berdasarkan pelanggaran peraturan Bapepam-LK No. IX.E.2 dan

VIII.G.7. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang

telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan analisis

diskriminan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis diskriminan, financial stability pada

perusahaan fraud tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan

perusahaan non-fraud. Hal ini berarti financial stability tidak dapat

mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian Ratmono et al., (2013:13) dan Sukirman dan Sari

(2013:23) yang tidak menemukan pengaruh signifikan antara financial

stability terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi hasil ini tidak

mendukung hasil penelitian Kusumawardhani (2012:17) dan Skousen et

al., (2008:17).

81
2. Berdasarkan hasil analisis diskriminan, financial targets pada perusahaan

fraud memiliki perbedaan yang signifikan dengan perusahaan non-fraud.

82
Hal ini berarti financial targets dapat mendeteksi kecurangan laporan

keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Anshar (2012:17) dan Martantya (2013:10) yang menemukan pengaruh

yang signifikan financial targets terhadap kecurangan laporan keuangan.

Tetapi hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Skousen et al.,

(2008:31) dan Sukirman dan Sari (2013:24).

B. Saran

Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai

beberapa hal diantaranya:

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel

penelitian perusahaan fraud menjadi lebih banyak dan tahun pengamatan

penelitian yang lebih lama antara 5 sampai 10 tahun.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi internal

kontrol sebagai proksi dari variabel opportunity karena belum banyak

penelitian yang menggunakan proksi internal kontrol untuk data sekunder

dan mencari proksi lain untuk variabel rationalization.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data perusahaan

yang terkena kasus setiap tahun minimal 2 tahun untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik.

81
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Naufal. “Pengaruh Kualitas Auditor, Debt to Asset dan Ukuran


Perusahaan terhadap Manajemen Laba” (Studi Empiris Pada Perusahaan
Sector Aneka Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-
2012). 2013.
American Institue of Certified Public Accountants (AICPA). “Statement of
Auditing Standard No. 99”. 2002.
American Institue of Certified Public Accountants (AICPA). “Statement of
Auditing Standard No. 73 (AU Section 336)”. 2011.
Amina, Zaidatul. “Kajian Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia:
Melihat dari Pengalaman di Negara Lain”. 2012.
Antari dan Dana. “Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan Manajerial, dan
Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan”. 2012.
Antonia, Edgina. “Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi
Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba”. 2008.
Anshar, Muhammad. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan
Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia”. 2012.
Association of Certified Public Accountans (ACFE). “Fraud Examiners Manual
(International Edition)”. New York. 2014.
Balsam, Krishnan, & Yang. “Auditor Industry Specialization and Earnings
Quality”. Auditing: A Journal of Practice & Theory. 2003.
Chen dan Elder. “Fraud Risk Factors and the Likelohood of Fraudulent Financial
Reporting: Evidence from Statement on Auditing Standards No. 43 in
Taiwan”. 2007.
Fimanaya. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan
Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)”. 2014
Ghazali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update
PLS Regresi Edisi 7”. Semarang: Badan Penerbit Unvinersitas Dipenogoro.
2013.
Gul, Fung, & Jaggi. “Earnings Quality: Some Evidence on the Role of Auditor
Tenure and Auditors’ Industry Expertise”. 2009.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). “Standar Profesional Akuntan Publik”.
Jakarta: Salemba Empat. 2013.
Indriantoro dan Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen Edisi Pertama”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2002.
82
Januarsi, Yeni. “Peran Auditor Spesialis Industri dalam Mengurangi Manajemen
Laba Akrual dan Manajemen Laba Real pada Perioda Sebelum dan Setelah
Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002”. 2008.
Junius dan Fitriyani. “Pengaruh Audit Capacity Stress, Pendidikan Profesi
Lanjutan (PPL), Ukuran KAP, Spesialisasi, terhadap Manajemen Laba
Akrual dan Manipulasi Aktivitas Riil”. 2011.
Krishnan, Gopal V. “Does Big 6 Auditor Industry Expertise Constrain Earnings
Management?”. 2003.
Kurniawati dan Raharja. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial
Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle”. 2011.
Kusumawardhani, Prisca. “Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis
Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”. 2012.
Lou dan Wang. “Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle Assessing the
Likelihood of Fraudulent Financial Reporting”. 2009
Martantya, Daljono. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang
Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002-2006)”. 2013.
Manao, Hekinus. “Laporan Keuangan Kereta Api Diduga Salah” artikel diakses
tanggal 1 April 2015, pukul 14.39 dari http : / /www. tempo. co / read /news
/2006 /08/07/05681332/Laporan-Keuangan-Kereta-Api-Diduga-Salah
Mubarok dan Dewi. “Analisis Kinerja Keuangan dan Perusahaan dengan Metode
Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus Perusahaan Otomotif Go
Publik“. 2010.
Neal dan Riley. “Auditor Industry Specialist Research Design”. Auditing: A
Journal of Practice & Theory. 2004.
Nurhaida. “OJK Sudah Periksa 75 Emiten Pasar Modal” artikel diakses tanggal
25 Maret 2015, pukul 11.34 dari http : // economy.okezone.com / read / 2014
/ 08 /14/278/1024496/ojk-sudah-periksa-75-emiten-pasar-modal.
Nuryaman. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. 2008.
Otoritas Jasa Keuangan. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan”. 2011.
Priantara, Diaz. “Fraud Auditing & Investigation”. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2013.
Puspatrisnanti dan Fitriyani. “Analisis Hubungan Manajemen Laba dan Fraud
dalam Laporan Keuangan”. 2014.

83
Ratmono, Dwi. “Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor
yang Berkualitas Mendeteksinya?”. 2010.
Ratmono, Avrie, & Purwanto. “Dapatkan Teori Fraud Triangle Menjelaskan
Kecurangan dalam Laporan Keuangan”. 2013.
Rezaee, Zabihollah. “Financial Statement Fraud. Prevention and Detection”.
New York: John Wiley & Sons, Inc. 2002.
Rusmin, Rusmin. “Auditor Quality And Earnings Management: Singaporean
Evidence”. 2010.
Santoso, Singgih. “Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS Edisi
Revisi”. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2014.
Santoso, Singgih. “Statistik NonParametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS
Edisi Revisi”. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2014.
Sawega, Ngalim. “85 Perusahaan Efek Kena Kartu Kuning selama 2012” artikel
diakses tanggal 25 Maret 2015, pukul 11.34 dari http : // bisnis.liputan6.com /
read/476820/85-perusahaan-efek-kena-kartu-kuning-selama-2012
Sekaran, Uma. “Research Methods for Business Metodologi Penelitian untuk
Bisnis Edisi 4 Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat. 2006.
Setiawan dan Fitriany. “Pengaruh Workload dan Spesialisasi Auditor terhadap
Kualitas Audit dengan Kualitas Komite Audit sebagai Variabel Moderasi”.
2011.
Siregar, Fitriany, Wibowo, dan Anggraita. “Rotasi dan Kualitas Audit: Evaluasi
atas Kebijakan Menteri Keuangan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa
Akuntan Publik”. 2011.
Skousen dan Wright. “Contemporaneous Risk Factors and the Prediction of
Financial Statement Fraud”. 2006.
Skousen, Smith, & Wright. “Detecting and Predicting Financial Statement
Fraud: the Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No. 99”. 2008.
Sun dan Liu. “Auditor Industry Specialization, Board Governance and Earnings
Management”. 2013.
Tuanakotta, Theodorus M. “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”. Jakarta:
Salemba Empat. 2014.
Wilopo. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha
Milik Negara Di Indonesia ”. 2006.
Wispandono. “Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin Industri
Batik di Kabupaten Bangkalan”. 2010.

84
LAMPIRAN PENELITIAN

Lampiran Auditor Spesialis Industri

1 Agriculture Auditor Spesialis Industri:


85
 2011: EY, Moorestephens
 2012: EY, Moorestephens
 2013: EY, Moorestephens
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,380162 0,354118 0,358496
2 Mining
2 PwC 0,107031 0,101953 0,098251
No KAP 2013 2012 2011
3 BDO 0,159233 0,157649 0,181636
1 EY 0,088290 0,137824 0,124221
4 Moorestephens 0,220263 0,229665 0,231888
2 PwC 0,493417 0,475565 0,531781
3 Mazars 0,265762 0,272033 0,306223

3 Basic Industry and Chemicals Auditor Spesialis Industri:


No KAP 2013 2012 2011  2011: PwC, Mazars
1 EY 0,255744 0,300429 0,361131  2012: PwC, Mazars
2 Deloitte 0,254369 0,169517 0,178707  2013: PwC, Mazars
3 RSM 0,023334 0,097837 0,017002
4 Mazars 0,306185 0,293913 0,303496
Auditor Spesialis Industri:
4 Miscelleneous Industry  2011: EY, Mazars
No KAP 2013 2012 2011  2012: EY, Mazars
1 EY 0,128289 0,109208 0,099600  2013: EY, Mazars, Deloitte
2 PwC 0,674678 0,696276 0,697465
3 Deloitte 0,105764 0,103884 0,132798
4 PKF 0,013081 0,004279 0,007955
Auditor Spesialis Industri:
5 Consumer Goods Industry  2011: PwC
No KAP 2013 2012 2011  2012: PwC
1 EY 0,439254 0,419470 0,427700  2013: PwC
2 PwC 0,201416 0,218613 0,197063
3 KPMG 0,195834 0,195063 0,218589

Auditor Spesialis Industri:


 2011: EY, KPMG
 2012: EY, PwC
 2013: EY, PwC

6 Property, Real Estate, & Building Construction


No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,164899 0,155304 0,196857
2 RSM 0,202032 0,215795 0,167286

86
3 Deloitte 0,113808 0,112980 0,123405 Auditor Spesialis Industri:
4 Moorestephens 0,148352 0,151382 0,172736
 2011: tidak ada
 2012: RSM
7 Infrastructure, Utilities, & Transportation
 2013: RSM
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,510295 0,682827 0,248476
2 Deloitte 0,174873 0,199904 0,186739
3 PwC 0,079678 0,084071 0,342149 Auditor Spesialis Industri:
4 RSM 0,079345 0,074887 0,023260
 2011: EY, PwC
 2012: EY
8 Finance
 2013: EY
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,347146 0,348849 0,492584
2 PwC 0,371952 0,373607 0,277555
3 Deloitte 0,043670 0,044687 0,003702 Auditor Spesialis Industri:
4 KPMG 0,162666 0,172200 0,115872
 2011: EY, PwC
 2012: EY, PwC
9 Trade, Services & Investment
 2013: EY, PwC
No KAP 2013 2012 2011
1 EY 0,256324 0,232874 0,229811
2 PwC 0,149225 0,175300 0,191449
3 Deloitte 0,182168 0,213665 0,172574 Auditor Spesialis Industri:
4 RSM 0,100906 0,093968 0,113590
 2011: EY
 2012: EY, Deloitte
 2013: EY

87
Lampiran Kertas Kerja (Worksheet) Penelitian

Fraud ACHANGE ROA IND AUDRPT SPEC


1 0,089 0,027 1,000 1 0
2 0,196 0,127 0,714 1 0
3 -0,040 0,123 1,000 1 0
4 -0,074 0,023 1,000 1 0
5 0,656 0,002 1,000 1 0
6 0,072 0,074 1,000 1 0
7 -1,577 -0,869 0,667 0 0
8 -0,112 0,192 1,000 1 0
9 0,332 -0,002 1,000 0 0
10 0,010 0,007 1,000 1 0
11 -0,015 0,036 1,000 1 0
12 0,026 -0,003 1,000 1 0
13 0,086 0,029 1,000 1 0
14 0,055 -0,066 1,000 1 0
15 0,188 0,012 1,000 1 0
16 -0,096 -0,085 1,000 0 0
17 0,007 0,013 1,000 1 1
18 -0,146 -0,023 1,000 1 0
19 0,131 0,111 1,000 1 0
20 -0,186 -0,105 1,000 0 1
21 -0,252 -0,214 1,000 1 0
22 -0,025 0,014 1,000 1 0
23 0,886 -0,004 1,000 1 0
24 0,899 0,009 1,000 1 0
25 0,089 0,029 1,000 1 1
26 0,078 0,038 1,000 1 1
27 -0,167 -0,026 1,000 1 1
28 -1,031 -0,067 1,000 0 0
29 0,023 0,012 1,000 1 0
30 -0,053 -0,077 1,000 0 0

88
Non-Fraud ACHANGE ROA IND AUDRPT SPECC
1 0,182 0,100 1,000 1 0
2 0,979 0,136 1,000 1 0
3 -0,021 0,093 1,000 1 0
4 0,828 0,120 1,000 1 0
5 0,275 0,030 1,000 1 0
6 0,014 0,084 1,000 1 0
7 -0,127 0,041 1,000 0 1
8 0,023 -0,107 1,000 0 0
9 0,100 0,121 1,000 1 0
10 0,055 0,019 1,000 1 0
11 0,162 0,025 1,000 1 0
12 0,133 0,069 1,000 1 0
13 0,139 0,022 0,800 1 1
14 -0,025 -0,070 1,000 1 0
15 0,077 0,104 1,000 1 1
16 0,023 0,004 1,000 1 0
17 0,068 -0,013 1,000 1 0
18 0,076 -0,094 1,000 1 1
19 0,057 0,300 1,000 1 0
20 0,110 0,066 1,000 1 0
21 0,153 0,198 1,000 1 0
22 0,289 0,054 1,000 1 0
23 -0,071 0,059 1,000 1 0
24 0,161 0,111 1,000 1 0
25 -0,007 0,081 1,000 0 0
26 0,136 0,107 1,000 1 1
27 0,023 0,077 1,000 1 0
28 0,125 0,030 1,000 1 0
29 0,283 0,075 1,000 1 0
30 0,304 0,081 1,000 1 0

Lampiran Output Hasil Pengujian Data


89
Hasil Uji Normalitas Sampel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual

N 60
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation ,49905374
Most Extreme Differences Absolute ,302
Positive ,262
Negative -,302
Test Statistic ,302
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Hasil Uji Mann-Whitney U Asset dan Sales

Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks

Asset Non-Fraud 30 31,57 947,00

Fraud 30 29,43 883,00

Total 60
Sales Non-Fraud 30 32,88 986,50

Fraud 30 28,12 843,50

Total 60

Test Statisticsa
Asset Sales

Mann-Whitney U 418,000 378,500


Wilcoxon W 883,000 843,500
Z -,473 -1,057
Asymp. Sig. (2-tailed) ,636 ,290

a. Grouping Variable: Perusahaan

Hasil Uji Normalitas Variabel


90
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual

N 60
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. Deviation ,47954291
Most Extreme Differences Absolute ,246
Positive ,246
Negative -,230
Test Statistic ,246
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel

Ranks
Perusahaan N Mean Rank Sum of Ranks

ACHANGE Non-Fraud 30 35,62 1068,50

Fraud 30 25,38 761,50

Total 60
ROA Non-Fraud 30 37,65 1129,50
Fraud 30 23,35 700,50
Total 60
IND Non-Fraud 30 31,03 931,00
Fraud 30 29,97 899,00
Total 60
AUDREPORT Non-Fraud 30 32,00 960,00
Fraud 30 29,00 870,00
Total 60
SPEC Non-Fraud 30 30,50 915,00

Fraud 30 30,50 915,00

Total 60

Test Statisticsa
ACHANGE ROA IND AUDREPORT SPEC

91
Mann-Whitney U 296,500 235,500 434,000 405,000 450,000
Wilcoxon W 761,500 700,500 899,000 870,000 915,000
Z -2,270 -3,171 -,626 -1,076 ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,531 ,282 1,000

a. Grouping Variable: Perusahaan

Hasil Uji Analisis Diskriminan

Analysis Case Processing Summary


Unweighted Cases N Percent

Valid 60 100,0
Excluded Missing or out-of-range group
0 ,0
codes
At least one missing
0 ,0
discriminating variable
Both missing or out-of-range
group codes and at least one 0 ,0
missing discriminating variable
Total 0 ,0
Total 60 100,0

Group Statistics
Valid N (listwise)

Perusahaan Unweighted Weighted


Non-Fraud ACHANGE 30 30,000

ROA 30 30,000
Fraud ACHANGE 30 30,000
ROA 30 30,000
Total ACHANGE 60 60,000

ROA 60 60,000

Tests of Equality of Group Means


Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.

ACHANGE ,958 2,569 1 58 ,114


ROA ,908 5,892 1 58 ,018

Variables Entered/Removeda,b,c,d

92
Wilks' Lambda

Exact F

Step Entered Statistic df1 df2 df3 Statistic df1 df2 Sig.

1 ROA ,908 1 1 58,000 5,892 1 58,000 ,018

At each step, the variable that minimizes the overall Wilks' Lambda is entered.
a. Maximum number of steps is 4.
b. Maximum significance of F to enter is .05.
c. Minimum significance of F to remove is .10.
d. F level, tolerance, or VIN insufficient for further computation.

Variables in the Analysis


Sig. of F to
Step Tolerance Remove

1 ROA 1,000 ,018

Variables Not in the Analysis


Step Tolerance Min. Tolerance Sig. of F to Enter Wilks' Lambda

0 ACHANGE 1,000 1,000 ,114 ,958

ROA 1,000 1,000 ,018 ,908


1 ACHANGE ,648 ,648 ,849 ,907

Wilks' Lambda

Number of Exact F

Step Variables Lambda df1 df2 df3 Statistic df1 df2 Sig.

1 1 ,908 1 1 58 5,892 1 58,000 ,018

Eigenvalues
Canonical
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Correlation

1 ,102a 100,0 100,0 ,304

a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.

Wilks' Lambda

93
Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.

1 ,908 5,563 1 ,018

Standardized
Canonical
Discriminant
Function Coefficients
Function

ROA 1,000

Structure Matrix
Function

ROA 1,000
ACHANGEa ,593

Pooled within-groups
correlations between
discriminating variables and
standardized canonical
discriminant functions
Variables ordered by absolute
size of correlation within
function.
a. This variable not used in the
analysis.

Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function

ROA 7,271
(Constant) -,153

Unstandardized coefficients

Functions at Group
Centroids
94
Function

Perusahaan 1

Non-Fraud ,313
Fraud -,313

Unstandardized canonical
discriminant functions
evaluated at group means

Classification Processing Summary


Processed 60
Excluded Missing or out-of-range group
0
codes
At least one missing
0
discriminating variable
Used in Output 60

Prior Probabilities for Groups


Cases Used in Analysis

Perusahaan Prior Unweighted Weighted

Non-Fraud ,500 30 30,000


Fraud ,500 30 30,000
Total 1,000 60 60,000

95
Casewise Statistics
Discriminant
Highest Group Second Highest Group Scores

P(D>d | G=g) Squared Squared


Mahalanobis Mahalanobis
Case Distance to Distance to
Number Actual Group Predicted Group p Df P(G=g | D=d) Centroid Group P(G=g | D=d) Centroid Function 1

Original 1 1 0** ,787 1 ,507 ,073 1 ,493 ,127 ,044


**
2 1 0 ,647 1 ,618 ,209 1 ,382 1,175 ,771

3 1 0** ,668 1 ,614 ,183 1 ,386 1,113 ,742


**
4 1 0 ,765 1 ,502 ,089 1 ,498 ,108 ,015

5 1 1 ,861 1 ,522 ,031 0 ,478 ,204 -,138


**
6 1 0 ,943 1 ,560 ,005 1 ,440 ,488 ,385
7 1 1 ,000 1 ,983 37,914 0 ,017 46,024 -6,471
**
8 1 0 ,352 1 ,686 ,865 1 ,314 2,423 1,243

9 1 1 ,884 1 ,526 ,021 0 ,474 ,231 -,167

10 1 1 ,832 1 ,516 ,045 0 ,484 ,172 -,102

11 1 0** ,838 1 ,517 ,042 1 ,483 ,178 ,109

12 1 1 ,890 1 ,527 ,019 0 ,473 ,238 -,174

13 1 0** ,799 1 ,509 ,065 1 ,491 ,138 ,058

14 1 1 ,750 1 ,598 ,102 0 ,402 ,895 -,633

96
15 1 1 ,804 1 ,510 ,061 0 ,490 ,143 -,065

16 1 1 ,647 1 ,618 ,209 0 ,382 1,175 -,771

17 1 1 ,799 1 ,509 ,065 0 ,491 ,138 -,058

18 1 1 ,995 1 ,550 ,000 0 ,450 ,401 -,320

19 1 0** ,733 1 ,601 ,116 1 ,399 ,936 ,654

20 1 1 ,547 1 ,640 ,363 0 ,360 1,512 -,916

21 1 1 ,163 1 ,745 1,947 0 ,255 4,088 -1,709

22 1 1 ,793 1 ,508 ,069 0 ,492 ,133 -,051

23 1 1 ,895 1 ,528 ,017 0 ,472 ,245 -,182

24 1 1 ,821 1 ,514 ,051 0 ,486 ,160 -,087

25 1 0** ,799 1 ,509 ,065 1 ,491 ,138 ,058


**
26 1 0 ,849 1 ,519 ,036 1 ,481 ,191 ,124

27 1 1 ,977 1 ,553 ,001 0 ,447 ,429 -,342

28 1 1 ,744 1 ,599 ,107 0 ,401 ,909 -,640


29 1 1 ,804 1 ,510 ,061 0 ,490 ,143 -,065

30 1 1 ,690 1 ,610 ,159 0 ,390 1,052 -,713

31 0 0 ,794 1 ,589 ,068 1 ,411 ,788 ,574

32 0 0 ,601 1 ,628 ,273 1 ,372 1,321 ,836

33 0 0 ,834 1 ,581 ,044 1 ,419 ,700 ,523

34 0 0 ,684 1 ,611 ,165 1 ,389 1,067 ,720

35 0 0 ,804 1 ,510 ,061 1 ,490 ,143 ,065

97
36 0 0 ,885 1 ,571 ,021 1 ,429 ,595 ,458

37 0 0 ,867 1 ,523 ,028 1 ,477 ,210 ,145

38 0 1** ,537 1 ,642 ,381 0 ,358 1,548 -,931

39 0 0 ,679 1 ,612 ,171 1 ,388 1,082 ,727

40 0 1** ,765 1 ,502 ,089 0 ,498 ,108 -,015

41 0 0 ,776 1 ,505 ,081 1 ,495 ,117 ,029

42 0 0 ,972 1 ,554 ,001 1 ,446 ,439 ,349

43 0 0 ,760 1 ,501 ,094 1 ,499 ,103 ,007

44 0 1** ,728 1 ,602 ,121 0 ,398 ,951 -,662

45 0 0 ,772 1 ,593 ,084 1 ,407 ,841 ,603

46 0 1** ,849 1 ,519 ,036 0 ,481 ,191 -,124


**
47 0 1 ,947 1 ,539 ,004 0 ,461 ,314 -,247

48 0 1** ,601 1 ,628 ,273 0 ,372 1,321 -,836

49 0 0 ,086 1 ,781 2,942 1 ,219 5,484 2,028


50 0 0 ,989 1 ,551 ,000 1 ,449 ,410 ,327

51 0 0 ,330 1 ,691 ,948 1 ,309 2,561 1,287

52 0 0 ,941 1 ,538 ,005 1 ,462 ,306 ,240

53 0 0 ,970 1 ,543 ,001 1 ,457 ,348 ,276

54 0 0 ,733 1 ,601 ,116 1 ,399 ,936 ,654

55 0 0 ,902 1 ,568 ,015 1 ,432 ,562 ,436

56 0 0 ,755 1 ,597 ,097 1 ,403 ,881 ,625

98
57 0 0 ,925 1 ,563 ,009 1 ,437 ,519 ,407

58 0 0 ,804 1 ,510 ,061 1 ,490 ,143 ,065

59 0 0 ,937 1 ,561 ,006 1 ,439 ,498 ,393

60 0 0 ,902 1 ,568 ,015 1 ,432 ,562 ,436

**. Misclassified case

99
Lampiran Surat Penelitian

100
Surat Penelitian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

101
102

Anda mungkin juga menyukai