Kitab Hadits Uin Syarif PDF
Kitab Hadits Uin Syarif PDF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh
Algifri Muqsit Jabar
NIM: 1110034000037
A. Padanan Aksara
ب b Be
ت t Te
ج j Je
خ kh ka dan ha
د d De
ر r Er
ز z Zet
س s Es
ش sy es dan ye
v
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
غ g ge
ف f Ef
ق q Ki
ك k Ka
ل l El
م m Em
ن n En
و w We
هـ h Ha
ء ’ Apostrof
ي y Ye
B. Tanda Vokal
ﹷ A fatḥah
ﹻ I kasrah
ﹹ U ḍammah
ﹷ ي Ai a dan i
ﹷ و Au a dan u
vi
Tanda Vokal Arab (Panjang) Tanda Vokal Latin Keterangan
C. Penulisan Ta’Marbūṭah
1. Huruf ta’marbūṭah dialihaksarakan menjadi /h/, jika terdapat pada kata yang
berdiri sendiri.
Kata Arab Alih Aksara
2. Huruf ta’marbūṭah dialihaksarakan menjadi /h/, jika diikuti oleh kata sifat
(na‘at).
Kata Arab Alih Aksara
3. Huruf ta’marbūṭah dialihaksarakan menjadi /t/, jika diikuti kata benda (ism).
Kata Arab Alih Aksara
الو ُجود
ُ َوح َدة
waḥdat al-wujūd
vii
ABSTRAK
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur senantiasa penulis haturkan pada Żāt Ilāhi
tersucikan, lembaran yang sangat interpretatif dengan lafal dan makna sebagai
sumber pengetahuan yang senantiasa perlu kita jamah. Ṣalawat dan salamsemoga
menyita waktu dan materi, serta desakan berbagai h. Namun, karena sadar akan
berkat kontribusi dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis
finansial melalui skema DIPA dan BLU UIN Jakarta, dalam bentuk
beasiswa pendidikan.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
dan Filsafat. Khususnya, Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. selaku ketua
ix
jurusan Tafsir Hadis, Dra. Banun Binaningrum, M. Pd. selaku
sekretaris jurusan Tafsir Hadis, Prof. Dr. Said Agil Husin al-
Fakultas Ushuluddin.
ini.
pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian skripsi ini. Sebagai penutup,
semoga studi ini bermanfaat.Penulis memohon ampun kepada Allāh yang Maha
Pengampun.Ṣadaqa Allāhu al-‘Aẓīm, percaya pada janji Tuhan itu niscaya (semua
Penulis
x
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
KARAKTERISTIKNYA
xi
BAB III. MEMBAHAS KITAB HADIS (KITAB ṢAḤIḤ BUKHARI DAN
ṣaḥiḥ……………………………………………………………………........ 42
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 63
B. Saran-Saran .......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 65
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Ṣaḥiḥ al-Bukhari dan ṣaḥiḥ Muslim yang penulis tahu bahwa kitab ẖadits
yang paling ṣaḥiḥ bahkan kebenarannya paling benar setelah al-Qur’ān al-Karīm,
karena itu banyak para ulama ẖadits dan fuqoha menerapkan suatu hukum dan
tuntunan sunnah yang di ambil dari kitab ṣaḥiḥ al-Bukhari dan ṣaḥiḥ Muslim (Al-
Jam’u al-Ṣaḥiḥ), karena ulama sepakat bahwa kedua itu mengangkat mayoritas
ṣaḥiḥ sebenarnya apa yang membuat al-Bukhari dan Muslim menjadi tingkatan
nomor satu dan dua dalam ẖadits yang enam (kutub as-sittah) sedangkan at-
Turumdzi, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majjah, dan sama demikian bahwa beliau
menulis kitab dan sebagian ulama pun mengakui bahwa ẖadist yang di riwayatkan
at-Turumdzi, Abu Daud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majjah (al-jam’u al-Ṣaḥiḥ). lalu
kenapa beliau-beliau berubah yang tadinya sama seperti hal nya al-Bukhari dan
muslim dalam al-jam’u al-Ṣaḥiḥ tidak berubah tetap sampai sekarang pun Ṣaḥiḥ
Bukhari, dan Muslim, lalu kenapa Imam yang empat selain Bukhari dan Muslim
Pasti ada sebab kenapa Bukhari dan Muslim tetap ṣaẖiẖ apa yang
membuat kualitas ẖadits yang di riwayatkan Bukhari dan Muslim tetap ṣaẖiẖ
padahal di kitab mereka tertera ẖadits yang tidak ṣaẖiẖ, dan kenapa Abu Dawud,
al-Turmudzi , An-Nasa’i dan Ibnu Majjah menjadi sunan?, pasti semua ini ada
1
2
faktor. Dari sini penulis ingin membahas apa yang membedakan ṣaḥiḥ dan sunan,
perbandingan ṣaḥiḥ dan sunan, susunan ṣaḥiḥ dan sunan, yang membahas antara
dari kata al-jam`u al-Ṣaḥiḥ mempunyai defnisi, al-jam`u menurut istilah al-jam`u
gabungan dua hadits atau lebih yang di tulis menjadi satu buku1. Sedangkan ṣaḥiḥ
dan sunan al-Turmudzi bagaimana cara kedua periwayat hadits ini menjadi
berbeda ada yang ṣaḥiḥ dan sunan, dari mana julukan atau lakob ṣaḥiḥ dan sunan,
lalu apa yang mendasari al-Bukhari tidak langsung membahas masalah fikih
seperti hal nya al-Turmudzi , lalu kenapa al-Bukhari memulai kitabnya dengan
thaharah dan di akhiri dengan kitab manaqib dalam kitab sunan al-Turmudzi .4
antara ṣaḥiḥ al-Bukhari dan sunan al-Turmudzi , kenapa penulis mengambil antara
ṣaḥiḥ al-Bukhari dan sunan al-Turmudzi ? Karena yang penulis tahu dan tertarik,
1
Abdul Majiid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: AMZAH, 2011), h. 58.
2
http://najmadanzahra.blogspot.co.id
3
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughir bin Bardazabah,
Ṣaḥiḥ Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr).
4
Muhammad bin Surah bin Dahak Abu Musa, Sunan TurmudziWa Huwa al-Jam’u al-
Ṣahih (Beirut: Dar al-Fikr).
3
tingkatan Bukhari sebagai ẖadits yang paling banyak ṣaḥiḥnya dan sunan al-
Turmudzi ẖadits yang langsung membahas tentang fikih.Maka dari itu ada
beberapa ulama yang menyebut sunan al-Turmudzi ini adalah ahli fikih,
sedangkan Bukhari juga ahli fikih akan tetapi ulama sepakat bahwa Bukhari lebih
ṣaḥiḥ. Kebanyakan ulama hadits telah sepakat menetapkan bahwa ṣaḥiḥ bukhari
itu adalah seṣaḥiḥ-ṣaḥiḥ kitab sesudah Al-Quran. Kitab mukhtasar ini telah oleh
Al’Allamah Hasan khan dan oleh Abdullah Asy Syarqawy.6 Al-Bukhari yang
nama aslinya Abu Abdillah Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin al-Mughirah
bin Bardizbah al-Ja’fi al-Bukhari7 ini membukukan ẖadits karena hafalannya yang
kuat, beliau ini telah menghafal hadits 100.000 hadits ṣaẖiẖ dan 200,000 hadits
yang tidak ṣaẖiẖ dan beliau pun menguasai beberapa ilmu terutama ilmu hadits.8
Dan penyusunan beliau menulis hadits dalam kitab ṣaḥiḥ Al-Bukhari di mulai dari
kitab ini melainkan ẖadits ini sekurang-kurangnya telah di amalkan oleh sebagian
fuqaha.9 Sebagai salah satu buku Hadits yang termasuk dalam enam buku Hadits
5
Maulana Hasanudin, Kitab Hadis Ṣaẖiẖ Yang Enam (Jakarta : Litera Antarnusa,1991),
h.99 dan 52.
6
Hasby Ashiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1991). h.105.
7
Marzuki, Kritik Terhadap Kitab Ṣaẖiẖ Al-Bukhary dan Ṣaẖiẖ Muslim.h 28.
8
Marzuki, Kritik Terhadap Kitab Ṣaẖiẖ Al-Bukhary Dan Ṣaẖiẖ Muslim.h 1.
9
Hasb Ashiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1991). h.110.
4
berbeda dari buku-buku Hadis utama lainnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kualitas valuing dari hadis yang ditulis dalam buku yang jarang dilakukan oleh
penulis lain dari buku Hadis. Selain itu, keberadaan klasifikasi hadis menjadi tiga
klasifikasi, yaitu ṣaḥiḥ, hasan dan da'if yang belum diketahui10, nama asli sunan
At- Turmudzi adalah Abu Isa Muhammad bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahhak
al-Zulami al-Bughi at-Tirmizi 11. Dan beliau menulis haditsnya dalam kitab ṣaḥiḥ
sunan Al-Turmudzi yang di mulai dari bab thaharah dan di akhiri dengan bab
manaqib.12 Beliau juga menulis ẖadits karena kekuatan hafalan beliau sangatlah
kuat, di akui oleh para ulama salah satunya adalah ulama yang bernama al-Hafiz
persambungan sanad antara guru dengan murid atau antara periwayat satu dengan
14
periwayat yang lainnya saling bertemu ada alasan lain karena ṣaḥiḥ Bukhari
ḥadits yang di tulisnya di akui oleh 1080 guru hadits di antaranya Ahmad bin
Hambal, Yahya bin Ma‟in, Muhammad bin Yusuf al-Faryabi, Makki bin Ibrahim
yang paling terkenal adalah Muslim bin al-Hajjaj, al-Turmudzi, al-Nasa‟i, Ibnu
Khuzaimah, Ibn Abi Daud, Muhammad bin Yusuf al-Firabri, Ibrahim bin Ma’qal
10
Hasan sua’di, Mengenal Kitab Sunan At-Turmudzi( Hadsit Hasan).
11
http://www.academia.edu/3791474/Sunan_Abi_Daud_Tirmizi
12
Sheikh Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ṣaẖiẖ Sunan At-Turmudzy, ( Kampong
Sunah,2009)
13
Maulana Hasanudin, Kitab Hadis Ṣaẖiẖ Yang Enam( Jakarta : Litera Antarnusa,1991).
h.94.
14
Marzuki, Kritik Terhadap Kitab Ṣaẖiẖ Al-Bukhary dan Ṣaẖiẖ Muslim.h 31.
5
al-Nasafi, Hammad bin Syakir al-Nasawi, dan Manshur bin Muhammad al-
Bazdawi. Empat murid terakhir ini termasuk perawi ṣaḥiḥ yang termasyhur dari
al-Bukhari.15 Dalam menghimpun hadits ṣaḥiḥ dalam kitabnya banyak yang beliau
beliau memilih dan membandingkan hadits yang satu dengan hadits yang lainnya
dan menyaringnya mana ẖadits yang paling ṣaḥiḥ, penegasan beliau adalah “aku
susun kitab Al-Jam’i ini yang di pilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun,16
selain memakai kaidah ilmiah Al-Bukhari juga menghimpun kitab ẖaditsnya tidak
lupa juga dengan aspek rohani dalam penulisnnya, karena sejarah beliau itu di
Isma’il al-Bukhori berkata : “aku susun kitab al-jam’I as-ṣaẖiẖ ini di Masjidil
haram, dan tidak aku masukan kedalamnya sebuah hadits pun kecuali aku
aku yakini betul hadits tersebut benar-benar ṣaḥiḥ.17 Selama 16 tahun beliau
Adapun alesan susunan atau sistematika ṣaḥiḥ Bukhari Bukhari menulis kitabnya
yang di mulai dari bab permulaan wahyu dan di akhiri dengan bab manaqin
anshar, mengapa di awali dengan permulaan wahyu? Karena dasar utama bagi
syariat islam. Kemudian di susul dengan kitab iman, kitab ilmi, selanjutnya
15
Marzuki, Kritik Terhadap Kitab Ṣaẖiẖ Al-Bukhary dan Ṣaẖiẖ Muslim, h. 30
16
Maulana Hasanudin, Kitab Hadis Ṣaẖiẖ Yang Enam( Jakarta : Litera Antarnusa,1991).
h 47.
17
Maulana Hasanudin, Kitab Hadis Ṣaẖiẖ Yang Enam( Jakarta : Litera Antarnusa,1991).
h 47.
6
sulh, siyyah, waqof itu semua yang membahas tentang fikih, dan manqin anshar di
akhir karena ẖadits itu diluar fikih atau ẖadits yang tidak membahas fiqih.18
Ketika Al-Bukhari itu menulis ẖadits dan hadits-haditsnya itu mayoritas ṣaḥiḥ,
banyak ulama yang tertarik untuk membahas ṣaḥiḥ Al-Bukhari, ada beberapa
kitab yang membahas ṣaẖiẖ Bukhari yang di jelaskan dalam buku kitab ṣaḥiḥ yang
Fatḥ al-Bari bi Syarḥi al-Ṣaḥiḥi al-Bukhari yang di tulis oleh al-Imam al-
Hafiz al-Asqalani,al-Misri.
Irsyadus syar’I ila Ṣaẖiẖil Bukhari yang di tulis oleh al-Allamah Syaikh
sebutan al-Qastallani.
Imam al-Turmudzī nama asli beliau adalah Abu Musa Muhammad Ibn Isa Ibn
Sebagaimana ulama hadits imam al-Turmudzī sejak kecil bergelut dengan hadits,
18
Maulana Hasanudin, Kitab Hadis Ṣaẖiẖ Yang Enam( Jakarta : Litera Antarnusa,1991).
h 52.
19
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf. Penerjemah: Masturi Ilham Lc. Dan
Asmu’i Taman, Lc. (Jakarta: al-Kautsar 2006) Cet I h. 550
7
Ibn Sa`id al-Madāni lamanya imam al-Turmudzī belajar hadits diperkirakan lebih
dari 35 tahun20.
a. Al-Bukhāri
b. Imam Muslim
f. Ibn Badār
Itulah beberapa guru dari Imam Turmudzī, ada beberapa buku yang beliau tulis
menghimpun 3956 buah hadits.22 Di dalam kitab ṣaḥiḥ Imam al-Turmudzī beliau
mengklarifikasikan kualitas hadits menjadi ṣaḥiḥ, hasan, dan ḍaif.buku inilah yang
Maka dari itu penulis tertarik membandingkan kedua kitab al-jam`u al-Ṣaḥiḥ al-
20
Ibnu Ahmad ‘Alimi, Tokoh Dan Ulama Hadits (Sidoarjo: Mumtaz, 2008) , h. 216.
21
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf. Penerjemah: Masturi Ilham Lc. Dan
Asmu’i Taman, Lc. (Jakarta: al-Kautsar 2006), Cet, I h. 536.
22
M. Natsir Arsyad, Seputar al-Quran Hadis dan Ilmu (Bandung : al-Bayan, 1995), h.82.
23
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. (Jakarta: Amzah, 2008) h.263
8
contoh hadits hadits yang al-Bukhari dan imam al-Turmudzi . Yang penulis akan
bahas dalam skripsi yang berjudul:Membahas kitab Hadis (Ṣahih Bukhāri dan
Sunan Turmudzi).
Identifikasi masalah
a. Identifikasi masalah
b. Pembatasan masalah
c. Rumusan masalah
Turmudzi.
Hidayatullah Jakarta
D. Tinjauan Pustaka
Turmudzī skripsi ini adalah salah satu yang membahas tentang imam Turmudzī
Al-Bukhāri skripsi ini membahas tentang Syi’ah dalam kitab Ṣaḥiḥ Bukhāri.
periwayat bid’ah (dalam hal ini sekte syiah) sebagai mana ungkapan Jalaludin
Boolean Pada Aplikasi Hadist ṣaḥiḥ Bukhāri Berbasis Java Me. Skripsi ini
10
Dalan Kitab Ṣaḥiḥ Bukhari Dan Muslim.skripsi ini membahas tentang hadis
etika binatang yang terdapat dalam kitab bukhari dan muslim, jauh berbeda
dengan pembhasan yang penulis bahas yakni Pergeseran Pola Penulisan Kitab
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
yang akan diteliti yaitu buku yang meembahas tentang kitab ṣaḥiḥ bukhāri
2. Sumber data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
ẖadits dan juga penulis akan merujuk pada kitab-kitab ẖadits yang lain,
terutama buku yang membahas tentang imam bukāri dan imam Turmudzi.
ẖadits lainnya.
datanya.
3. Keabsahan Data
4. Metode Pembahasan
kesimpulan.
5. Metode penulisan
penulisan skripsi.24
F. Sistematika penulisan
Bab II, berisi tetang sejaarah, defnisi dankatgori kitab al-Jam`u al-
Ṣaḥiḥ
Turmudzi).
24
Hamid Nasuhi, dkk. “Pedoman Penulisan Skripsi” dalam Pedoman Akademik
2010/2011, (Jakarta: Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010),
h. 350-404.
BAB II
DAN KARAKTERISTIKNYA
Hadis sebagai sumber pedoman hidup setelah al-Qur’an menjadi pustaka yang
sumber ilmu pengetahuan yang universal. Maka tidaklah mengherankan jika umat
Islam sangat memberikan perhatian husus terhadap hadis terutama dalam usaha
Namun dalam catatan sejarah, praktek dusta atau pemalsuan hadis terjadi
terjadi sejak zaman Rasulullah2 dan pada masa fitnah al-kubra.3Para pendusta
terjadi masa transisi hadits dari tradisi oral ke tradisi teks. Setelah Rasulullah
wafat, hadits dan segala hal yang berkaitan dengan beliau menjadi objek
penelitian intensif dari para sahabat, tabi’in, sampai ulama hadis untuk dikoleksi
1
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi (Jakarta: Insang
Cemerlang),h. 63
2
Hal ini diketahui dari munculnya hadis Rasulullah SAW yang mengecam para pendusta
ِّ َّي ُمتَعَ ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْقعَدَهُ مِّ نَ الن
atas nama Rasulullah. Sebagaian redaksi hadis tersebut adalah: ار َّ َعل َ ََم ْن َكذ
َ ب
3
Fitnah al-kubra merupakan peristiwa yang terjadi sejak adanya pertentangan antara
Ali R.A. dan Muawiyah.
4
Masa itu disebut oleh Dr. Mustafa al-Siba’i sebagai masa pemisah antara kemurnian dan
kebebasan hadis dari kebohongan di satu fihak dan adanya praktik kedustaan seperti penambahan,
pengurangan, penggantian serta penciptaan hadis palsu untuk kepentingan politik dan perpecahan
Islam di pihak lain. Lihat. Daud Rasyid, Sunnah di Bawah Ancaman, (Bandung : Syamil, 2006),
h.100.
14
15
kodifikasi hadis secara resmi dilakukan pada masa khalifah Umar bin ‘Abdul
‘Aziz.5
Sebagaimana halnya dengan ilmu hadits, penulisan kitab-kitab hadis juga selalu
untuk kepentingan disiplin ilmu lain seperti tafsir, fikih, kalam, hukum dan lain
sebagainya. Sedangkan sebagian lagi melakukan penelitian hadis untuk disiplin keilmuan
hadis sendiri. Oleh karena itu, keberadaan hadis-hadis Nabi tersebar secara luas, baik di
dalam bidang hadis sendiri, maupun di dalam bidang disiplin ilmu lain.
Perbedaan kebutuhan dan background dari para ahli hadis tersebut, menjadi motif
serta mendorong munculnya penyusunan kitab-kitab hadis yang lebih sistematis dan
kritis. Para ahli hadis mulai menyusun kitab-kitab hadis sesuai dengan klasifikasi bidang
pembahasan tertentu dengan berbagai cara dan corak yang berbeda-beda, terutama dalam
sistematikanya.
Kitab hadis terdiri dari dua kata yakni kitab dan hadis. Secara etimologi, kitab
artinya buku atau bacaan.6 Dalam bahasa arab kata kitab merupakan bentuk
masdar dari kata kataba (menulis)yang artinya sesuatu yang ditulis atau
5
Masa ini terjadi pada abad 2 H, namun hadis yang terhimpun belum dipisahkan antara
hadis marfu', mauquf maupun maqthu'. Lihat.Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, (Bandung:
Cita Pustaka Media, 2011), h. 68.
6
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Penerbit
Arloka, 1994), h. 339. Lihat pula. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.573.
7
كتب يكتب كتابة وكتابا, dengan bentuk jamaknya kutbun atau kutubun. Lihat. Al Munjid,
(Beirut: Dar al Masyriq, 2002), h.671.
16
Jadi definisi dari kitab hadis adalah kumpulan dari beberapa hadis yang
terkumpul jadi satu kitab atau buku. Hadits sebagai kitab berisi berita tentang
sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut
didapat dari para sahabat pada saat bergaul dengan Nabi yang selanjutnya
Akan tetapi istilah kitab dalam beberapa kitab hadis memiliki makna lain.
Selain bermakna kitab sebagai kumpulan tulisan atau buku, istilah kitab juga
digunakan untuk memberi nama sebuah bab. Misalnya dalam daftar isi beberapa
kitab hadis dijumpai judul kitab as Ṣalah, kitab al-Zakah, dan sebagainya. Kata
kitab dari kalimat kitab al-Ṣalah disitu menunjukkan bahwa itu merupakan judul
sebuah bab yang husus membahas hadis-hadis tentang shalat. Namun pembahasan
kitab dalam makalah ini fokus pada masalah kitab hadis sebagai kumpulan hadis
Sebagaimana telah sebutkan oleh Imam Syafī’ī bahwa fungsi hadits adalah
penguat serta penjelas dari teks atau hukum yang masih global dan belum dibahas
8
Kamus Al Munjid, h. 671.
9
Fungsi hadis sebagai bayan tafshil (penjelas untuk menerangkan ayat mujmal atau hal
yang ringkas petunjuknya), bayan takhshish (penjelas untuk menentukan dari ayat yang bersifat
umum), bayan ta’yin (penjelasan untuk menentukan mana yang dimaksud dari dua atau lebih
dalam suatu perkara), bayan tasyri’ (penjelasan yang bersifat menetapkan suatu hukum yang tidak
ada dalam al-Qur’an) dan bayan naskh (penjelasan tentang penggantian ayat atau masalah yang
17
menjadi referensi penting bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sesuai
Dengan adanya kitab-kitab hadis, umat Islam lebih mudah untuk menemukan
teks atau rujukan sumber yang dibutuhkan. Efisien waktu, praktis dan efektif.
Karena hadis-hadis sudah diklasifikasi sesuai dengan bidang dan metode yang
tidak hanya dalam bentuk buku tebal, tetapi ada ribuan kitab yang tersimpan
dalam bentuk soft copy baik berupa CD, DVD, maupun Software Maktabah
Hadis yang disusun oleh ulama-ulama hadis sangat beragam, dari masa awal
kualitas hadisnya maupun kandungan pembahasan hadis itu sendiri. Oleh karena
aspek yang mendasarinya, dari masa kemunculan dan tehnik penulisan sampai
a. Kitab Al Muṣannaf
Beberapa kitab Muṣannaf yang terkenal pada abad ini antara lain:
tampak berlawanan), bayan isyarah (qiyas atau analogi). Lihat. M. Syuhudi Isma’il, Pengantar
Ilmu Hadis, (Bandung : Penerbit Angkasa, 2009), h. 58-59.
18
8. Al-Muṣannaf li Al-Ḥumaidi.
b. Kitab Al-Musnad
Beberapa kitab Musnad yang terkenal pada abad ini antara lain:
a. Kitab Shahih
b. Kitab As Sunan
c. KitabAl Musnad
a. Kitab Al Mu’jam
b. Kitab Al Mustadrak
16
Nama aslinya Abū al-Husain Muslim bin al Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, ia hidup
pada tahun 204-261 H / 820-875 M.
17
Namanya Abū Al-Qāsim Sulaiman bin Ahmad Al-Ṫabrani, ia hidup pada tahun 260-340
H / 873-952 M.
20
Selain dua jenis kitab tersebut, pada masa ini juga terdapat beberapa
kitab diantaranya:
2. Al-Jami’ Baina al-Ṡahih ‘Aini karya imam Ismā ‘il bin Ahmad.
3. Al-Jami’ Baina al-Ṡahih ‘Aini karya Muhammad bin Abī Naṣr al-Ḥumaidi.
18
Al Hakim al-Naisaburi hidup pada tahun 321-405 H.
19
Hidup pada tahun 306-385 H. Lihat. Nawir Yuslem, Sembilan Kitab Induk Hadis,
Biografi Penulisnya dan Sistematika Penulisannya, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006), h. 105.
20
Lihat. Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Ulumul
Hadis jilid 1, (Jakarta: t.p., 2002), h. 167-168.
21
a. Kutub Al-Zawa’id
b. Kutub Al-Aṭraf
al-‘Asqalanī.
c. Kitab Takhrij
al-Rahman al-Sakhawy.
Ahmad Al-Kholili.
Tarhib oleh Al Munẓiri, dan Riyaḍu al- Ṣalihin oleh Imam Nawawi.
Ulama sepakat ada lima buah kitab hadis yang dinyatakan sebagai kitab
standar atau kitab yang lima (Kutub al- Khamsah) adalah: Kitab Shahih Bukhari,
kitab Shahih Muslim, kitab Sunan Abi Daud, kitab Sunan Turmudzi, dan kitab
Sunan an Nasa’i.21
Al Kutub al-Sittah merupakan enam kitab standar yang terdiri dari Kutub al-
Khamsah ditambah satu kitab yang dimasukkan dalam standar enam ini. Namun
para ulama berbeda pendapat dalam menentukan kitab keenam yang dinyatakan
sebagai kitab standar atau kitab yang enam (Kutub al-Ṣittah), diantaranya:
Bukhāri, Ṣahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Turmudzī, Sunan al-Nasa’i dan
21
M. Syuhudi Isma’il, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: angkasa, 2009) , h.116.
22
M. Syuhudi Isma’il, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: angkasa, 2009) , h.116.
23
Kitab hadis mu’tabarah adalah beberapa kitab yang memuat beberapa kumpulan hadis-
hadis yang diterima (maqbul) sehingga dapat digunakan hujjah atau dalil bagi orang Islam.Lihat.
Ulumul Hadis jilid 1, ., h. 31.
24
Keenam kitab tersebut termasuk kitab hadis Mu’tamidah atau Mu’tabarah yang
masyhur.Lihat pula. Mahmud Thahan, Intisari Ilmu Hadis, diterjemahkan oleh Muhtadi Ridwan,
dari Taisir Musthalah al-Hadis, (Malang: UIN Malang Press, 2007),h. 188.
24
Dalam kitab-kitab ulama terdahulu jenis ini disebut dengan al Aṣnaf. Karakter
dari penyusunan kitab ini adalah tematik. Hadis-hadis yang memiliki tema sama
dikumpulkan dalam satu judul umum yang mencakupnya, seperti Kitab al- Ṣalah,
menjadi beberapa bab. Masing-masing bab mencakup satu atau beberapa hadis
yang berisi masalah juz’iyyah. Setiap bab diberi judul yang menunjukkan
judul bab itu dengan tarjamah.25 Adapun dalam menyusun kitab-kitab tersebut
(a) Al Jawami’
istilah para ahli hadis, kitab al Jawami’ adalah kitab hadis yang disusun
berdasarkan bab dan mencakup hadis-hadis berbagai sendi ajaran Islam dan sub-
muamalah, perjalanan hidup Nabi SAW, perbudakan, fitnah, dan berita hari
Bukhari, al Jami’ al-Ṣahih karya imam Muslim, al Jami’ al-Ṣahih karya Imam
25
Nuruddin ‘Itr, Ulum al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995), h.181.
26
Ramli Abdul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu Hadis,
(Medan: Perdana Publising, 2011), h. 92.
27
Mahmud Thahan, ., h. 188.
25
(b) Al-Sunan
marfu’ dan disusun berdasarkan bab-bab fikih. Kitab jenis ini hanya memuat
hadis-hadis tertentu bukan semua aspek ajaran Islam. Kitab sunan memuat hadis
sahih, hasan dan ḍa’if. Kitab-kitab sunan yang masyhur adalah sunan Abī Dawud,
(c) Al-Muṣannafat
kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fikih akan tetapi mencakup hadis
mauquf, maqthu’ yang disatukan dengan hadis marfu’. Karena kitab-kitab jenis
ini umumnya disusun pada awal pembukuan hadis.30 Kitab muṣannaf yang
terkenal adalah muṣannaf Abdu al-Razzaq bin Hammām al-Sahani dan muṣannaf
(d) Al-Mustadrakāt
Mustadrakat merupakan kitab hadis yang memuat hadis-hadis yang tidak dimuat
28
. Nuruddin ‘Itr, Ulum al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995), h.181.
29
. Nuruddin ‘Itr, Ulum al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995), h.181.
30
Ramli Abdul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, ,h.159.
26
yang dipegangi oleh penulis kitab tersebut.31 Kitab al Mustadrakat yang terkenal
adalah kitab al Mustadrak ‘alā al-Ṣahih ‘Aini karya al Hakim an Naisaburi (321-
(e) Al-Mustakhrajāt
Mustakhrajāt merupakan kitab hadis yang memuat hadis-hadis yang diambil dari
kitab hadits lain, lalu diriwayatkan oleh penulisnya dengan sanad sendiri, bukan
dengan sanad yang serupa dengan sanad kitab semula. Kitab al-Mustakhraj yang
masyhur dan paling banyak ialah kitab mustkharaj dari Ṣahih Bukhari dan Ṣahih
Muslim.33
mengetahui jumlah dan jenis hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat dari Nabi
saw. dan mempermudah untuk diteliti, lebih-lebih keberadaan kitab seperti ini
merupakan kitab yang sangat berfaidah bagi pencarian sumber hadis yang telah
31
Wahid dan Husnel, h. 164.
32
Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis ( Jakarta: Hijir Pustaka Utama, 2006), h. 105.
33
Hasbi Ash Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)
h.139.
27
(a)Al-Musnad
Kitab musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan nama
sahabat. Urutan sahabat itu ada kalanya disusun berdasarkan urutan huruf
nasabnya. Jumlah kitab musnad ini sangat banyak, yang paling masyhur dan
paling tinggi martabatnya adalah al-Musnad karya Imam Ahmad bin Hambal,
(b)Al-Aṭraf
Kata Aṭraf adalah bentuk jama’ dari ṭarf yang berarti bagian dari sesuatu.34
ṭarf hadiṣ adalah bagian hadits yang dapat menunjukkan hadis itu sendiri, atau
Kata al-ma ‘ajim adalah bentuk jamak dari kata al mu’jam. Kitab Mu’jam
menurut istilah para muhaddisin adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan
alfabetis atau hija’iyyah. Beberapa kitab mu’jam yang terkenal adalah tiga buah
kitab mu’jam karya Abu Al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani (W.360 H).
dan al Mu’jam al-Kabīr.37 Dua mu’jam pertama disusun berdasarkan urutan nama
Kitab-kitab hadis yang menyebutkan beberapa kata awal setiap hadis yang
disusun berdasarkan urutan huruf hija’iyyah. Jadi dimulai dengan hadis yang
diawali dengan huruf alif, lalu hadis yang diawali dengan huruf ba’, dan
seterusnya. Kitab seperti ini memberikan banyak kemudahan bagi orang yang
menelaahnya. Akan tetapi, terlebih dahulu harus diketahui dengan pasti huruf
awal setiap hadis yang dicari sumbernya itu. Bila tidak, maka akan sulit
pencariannya.38 Kitab-kitab hadis yang disusun dengan cara seperti ini antara
antara lain:
Kitab ini mencakup banyak hadis yang sering diucapkan oleh umat pada
umumnya, dan kebanyakan hadisnya tidak terdapat dalam kitab lain yang
sejenis.
37
Mahmud Thahan, Taisir Musthalah al-Hadis, (Beirut: Dar al-Fikr. ), h. 188.
38
Nuruddin ‘Itr, Ulum al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta,1995), h. 203.
29
sumber hadis.39 Biasanya kitab jenis ini memiliki dua karakter, ada kalanya
penyusunan yang runtut berdasarkan urutan huruf hija’iyyah. Diantara kitab jenis
a). Jami’ al-Uṣul min ahādiṣ ar Rasul karya Ibnu Aṣir al Mubārak yang ditulis
tanpa disertai sanad. Setiap hadis diberi penjelasan ringkas tentang lafal-lafal yang
asing. Namun tidak disertai dengan penjelasan tentang derajat hadis-hadis sunan,
b). Kanz al ‘Ummal fī Sunan al-aqwāl wa al ‘Af’al karya Ali bin Hisyam al
Muttaqi al Hindi (W.975 H). Kitab ini terdiri dari sembilan puluh tiga buah jilid
menurut hasil perhitungan, sehingga ia tampil sebagai kitab hadis yang komplit.
Di antara kitab jenis ini yang terpenting adalah: a) Al-Jami’ al-Kabīr atau
Jam’ul Jawami’ karya as-Suyuṭi. Kitab ini merupakan cikal bakal kitab Kanzul
39
Nuruddin Ltr, Ulum al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995), h. 205
30
c. Al-Zawā’id
menghimpun hadis-hadis yang tidak terdapat pada kitab hadis yang lain, yakni
itu.Sangat banyak ulama yang telah menyusun kitab al-Zawāid ini, diantara yang
Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalany. Kitab ini menghimpun hadis-hadis yang
d. Al-Takhrij
antara kitab takhrij yang penting adalah: 1) Nashbu al-Rayah lī Ahadiṣ al-
Ḥanafi. Kitab ini merupakan takhrij hadis-hadis kitab Hidayah, sebuah kitab fikih
mazhab Hanafi, yang disusun oleh Ali bin Abu Bakar al Maghinani. 2) Al-Mugni
‘an Ḥaml al-Asfar fī al-Asfar fī Takhrij Ma fī al Ihya’ min al-Akhbar karya Imam
Abdurrahim bin Ḥusain al-‘Iraqy. Kitab ini merupakan kitab takhrij hadis-hadis
e. Al -Ajza’
Al-ajza’ merupakan jamak dari al juz’, yang artinya kitab yang disusun untuk
40
Nuruddin ltr, Ulum al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995), h. 206-207.
41
Nuruddin ltr, Ulum- al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995),h. 208. Lihat
Pula.Mahmud Thahan, ,h. 188.
31
kalangan sahabat maupun generasi setelahnya.42 seperti Juz’ Hadis Abi Bakār dan
f. Al-Masyikāt
guru penyusunnya, hadis atau kitab yang mereka terima beserta sanadnya, berikut
para penyusunnya. Diantara kitab semacam ini yang paling masyhur adalah
agenda pengajian hadis yang ditulis oleh al Ra’aini yang diberi judul al-Nubẓat al
g. Al-‘Ilal
yang memiliki cacat, disertai penjelasan tentang cacatnya itu. Penyusunan kitab
sejenis ini merupakan puncak prestasi kerja penyusunnya, karena pekerjaan ini
membutuhkan ketekunan, kerja keras dan waktu yang panjang untuk meneliti
Kitab yang disusun dengan menggunakan kejelian dan metode kritis atas
keṣahih an sebuah hadis, baik dari segi matan44, sanad45 serta rawinya. Sehingga
42
Ramli Abdul Wahid, h. 87.
43
Ramli Abdul Wahid, h. 87. Lihat pula. Mahmud Thahan, h. 188.
44
Adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang disampaikan oleh sanad yang
terakhir.Lihat. Mahmud Thahan, Taisir Mushthalah al Hadist, (t.k: Dar al Fikr, tt.), h. 15.
Singkatnya matan merupakan redaksi hadis, baik pembicaraan itu merupakan sabda Rasulullah,
sahabat, maupun tabi’in tentang perbuatan Rasulullah, ataupun perbuatan sahabat yang tidak
disanggah oleh beliau.Lihat. Abdur Rahman Assegaf, Studi Islam Kontekstual, (Yogyakarta :
Gama Media, 2005), h. 107.
45
Secara bahasa artinya sandaran.Secara istilah adalah silsilah penyampai atau rawi yang
menghubungkan sampai matan.Lihat. Mahmud Thahan, h. 15. Maksudnya jalan yang dapat
menghubungkan matan hadis kepada Rasulullah. Dalam sanad ada tiga istilah : 1. Isnad yaitu
usaha seorang ahli hadis dalam menerangkan suatu hadis yang diikutinya dengan penjelasan
kepada siapa hadis itu disandarkan, usaha itu disebut meng-isnad-kan. 2.Musnid yaitu orang
32
mereka membuat kaidah dan syarat untuk menentukan suatu hadis ṣahih atau
tidak. Hadis jenis ini yang masyhur adalah dua karya besar imam Bukhari dan
Muslim yang kemudian disebut dengan kitab ṣahih . Untuk lebih jelas penulis
akan mencoba memaparkan sedikit gambaran karakter kedua kitab ṣahih tersebut.
- Memasukkan fatwa sahabat dan tabi’in sebagai penjelas terhadap hadis yang
dikemukakan.
- Menghilangkan sanad pada hadis yang sudah disebut pada bab lain.
meng-isnad-kan. 3.Musnad adalah hadis yang telah di-isnad-kan oleh musnid tadi. Lihat. Abdur
Rahman Assegaf, ,h. 107.
BAB III
Ibrahim bin al-Mughirah al-Ju’fi. Beliau dilahirkan hari Jum’at, 13 Syawal 194 H
di Bukhara. Ayahnya, Isma’il, adalah seorang ulama hadits pula yang berguru
pada sejumlah ulama termasyhur, seperti Malik bin Anas, Hammad bin Zaid dan
Ibn Mubarak. Ia meninggal ketika Bukhari masih kecil. Riwayat hidupnya ditulis
oleh Ibn Ḥibban dalam kitab al-Ṡiqah dan oleh putranya, Imam Bukhari dalam
anak dari seorang ulama yang disegani, secara ekonomis beliau juga tergolong
anak orang kaya.Namun saat Bukhari remaja orang tuanya meninggal dunia.
Imam Bukhari mulai belajar hadits pada saat beliau masih sangat
remaja, bahkan belum mencapai usia sepuluh tahun. Sebelum mencapai usia 16
tahun, Bukhari telah berhasil menghafalkan beberapa buah buku ulama, seperti
Ibn Mubārak, Waqi’ dan lain-lain. Beliau tidak hanya menghafal matan hadits
atau buku ulama terdahulu, tetapi juga mengenal betul biografi para perawi yang
mengambil bagian dan penukilan sejumlah hadits, baik data tanggal dan tempat
lahir, tanggal dan tempat meninggal dan sebagainya. Beliau menetap di Hijaz
1
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Shihhah al-
Sittah, (Kairo: Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah, 1981), h. 37.
33
34
sebanyak delapan kali.Suatu saat ulama Baghdad menguji kekuatan daya hafalan
Imam Bukhari, yang konon pada waktu itu kemasyhuran hafalan beliau
hafalan Bukhari. Setiap ulama tersebut mengganti sanad hadits satu dan
menempatkannya pada hadits lain secara acak pada matan yang berbeda. Satu
sistematis menerangkan kepada mereka sanad mana yang tepat untuk matan hadits
dan dipaksa oleh pemerintah untuk meninggalkan negara-nya.Dan pada tahun 256
keharibaan Allah SWT. Beliau wafat di daerah Khirtand, yaitu suatu daerah tidak
Imam Bukhari belajar dan mengambil hadits dari sejumlah ulama dari
berbagai daerah, seperti guru beliau di Makkah adalah Abū al-Walid Ahmad bin
Muhammad al-Azraqi, Abdullah bin Yazid al-Muqri, Ismāil bin Salim al-Ṣaig dan
berguru pada Ibrahim bin al-Mundzīr al-Hazāmi, Muṭraf bin Abdullah bin
Hamzah, Abu Tsabit Muhammad bin Abdillah, Abdul Aziz bin Abdillah dan
Muhammad bin Sabiq, Suraih dan Ahmad bin Hambal dan lain-lain. Dan masih
35
banyak lagi guru-guru Imam Bukhari di berbagai kota, seperti Bashrah, Kufah,
Mesir, Bukhara, dan kota-kota lainnya. Karena itu, Imam al-Hakim menyebutkan
bahwa Imam Bukhari setiap kali singgah di sebuah kota menyempatkan belajar
Imam Bukhari menulis banyak kitab dalam berbagai disiplin ilmu, namun
yang terbanyak adalah kitab-kitab yang terkait dengan kajian hadits. Karya beliau
yang paling masyhur adalah Ṣahih Bukhari. Judul lengkap kitab ini adalah al-
Ayyamihi.
Kabīr, Tarīkh Ṣaghir, Tarīkh Ausaṭ, Tarīkh Kabīr, al-Adāb al-Mufrad, Birr al-
tersebut menghimpun hadits dari berbagai bidang, seperti aqidah, hukum, tafsir,
2
Al-Husaini Abdul Majid Hasyim, al-Imam al-Bukhari Muhadditsan wa Faqihan, (Kairo:
al-Dar al-Quumiyyah, t.t), h. 32-36.
3
Mahrus Ridwan Abd Aziz, Dirasat fi Manāhij al-Muhadditsin, (Kairo: al-Fajr al-Jadīd,
1992), h. 127.
36
Akhbar masa lalu dan masa yang akan dating dan sebagainya.4
tersebut adalah bahwa Bukhari tidak memasukkan ke dalam kitabnya selain dari
Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan maupun taqrir. Sedangkan selain itu
ia jadikan sebagai pendukung (mutabi’) dan pembanding, bukan prinsip (aṣl) dan
terdapat pada al-Jami’ al-Ṣahih adalah muttaṣil kepada Nabi SAW, dan
penulisan kitab ini memakan waktu 16 tahun. Dan untuk setiap hadits yang beliau
seleksi dan masukkan ke dalam kitab ṣahih nya, Imam Bukhari selalu mandi dan
Allah, karena obsesi Bukhari terhadap kitabnya sebagai hujjah antara dirinya
4
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1989, 1989), h. 313.
5
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits…., Ibid.
37
pendapat, terdapat 9082 buah hadits, disertai pengulangan, yang terseleksi dari
sekitar 600000 hadits.7 Adapun jika tidak diulang, menurut Ibn Hajar al-
kitab al-Jami’ terdapat 7275 hadits disertai pengulangan, dan jika tanpa
‘Ajjaj al-Khathib, perhitungan paling akurat terhadap hadits ṣahih Bukhari adalah
selain ta’liq, muttabi’, mauquf dan munqaṭi’. Sedangkan jika tanpa pengulangan
6
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadis ‘Ulumuhu Wa Musthalahuhu, (Beirut:
Dar al-fikr, 1989), h. 312.
7
Ibn shalah, Muqaddimah Ibn Shalah, (Mesir: 1326 H), h.4.
8
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, al-Khathib, Ushul al-Hadis ’Ulumuhu Wa Musthalahuhu,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 314.
38
Ibn Hajar, dalam kitabnya al-Nukāt ‘ala Kitāb Ibn al-Ṣalah, memberikan
kuat dan lemahnya sanad hadits.Mahmud Ṫahhan, misalnya, membagi hadits dari
segi kuat dan lemahnya sanad hadits kepada dua bagian; hadits maqbul dan
hadits ṣahih dengan tingkat kriteria sanad yang tinggi. Beliau tidak begitu mudah
menerima sebuah hadits tanpa melakukan kroscek dan penelitian yang mendalam
9
Ibn Hajar, al-Nukat ‘ala Kitab Ibn al-Shalah,(Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiyah, 1993),
Lihat juga Muhammad Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, h. 313.
39
maupun matannya.
mengutip keterangan Ibn Hajar, menjelaskan bahwa maksud dari ittiṣal adalah
bahwa seorang perawi tidak saja harus sezaman (mu’aṣarah) dengan marwi
‘anhu (orang yang diriwayatkan haditsnya oleh perawi), tetapi harus juga bertemu
(liqa’) meskipun hanya sekali.10 Oleh karena itu, maka ulama mengatakan bahwa
1. Tingkatan pertama adalah para perawi yang terkenal‘adil, ḍabith, dan lama
bersama gurunya.
2. Tingkatan kedua adalah para perawi yang terkenal ‘adil, ḍabith, tetapi
10
Al-Husaini Abdul Majid Hasyim, al-Imam al-Bukhari, Muhadditsan wa
Faqihan, (Kairo: Dar al-Qaumiyyah, ttp), h. 28-29.
11
Hammam Abdurrahim, al-Fikr al-Manhaji ‘Inda al-Muhadditsin, (Qathar: Kitab al-
Ummat, 1408), h. 119.
40
3. Tingkatan ketiga adalah para perawi yang lama bersama gurunya, tetapi
kurang keḍabithannya.
5. Tingkatan kelima adalah para perawi yang terdapat cacat atau cela pada
dirinya.
mengambil tingkatan pertama dari para perawi hadits untuk diambil hadits
kesimpulan para ulama, Bukhari dalam kitab ṣahih nya selalu berpegang pada
tingkat keṣahih an yang paling tinggi, kecuali bagi beberapa hadits yang
Para perawi itu berbeda-beda dalam menerima hadits dari para guru-
gurunya.Ada yang kuat hafalannya dan ada yang lemah, ada yang lama belajarnya
dan ada pula yang hanya sebentar.Mereka juga berbeda-beda sifat ‘adil dan
kejujurannya. Dalam hal ini, Bukhari hanya berpegang pada perawi yang paling
tinggi derajatnya. Sebagai contoh murid al-Zuhri dapat digolongkan menjadi lima
12
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Shihhah al-
Sittah, (Kairo: Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah, 1981), h. 48.
41
hafalan, teliti, jujur dan lama mengikuti al-Zuhri, seperti Imam Malik dan Sufyan
bin ‘Uyainah.Perawi inilah yang dipakai oleh Bukhari dalam kitab ṣahih
menerima riwayat hadits yang jelas keṣiqahan perawinya hingga sahabat yang
sahabat terdapat dua perawi atau lebih maka ia dinilai hasan, tapi jika hanya
terdapat satu perawi namun ṣahih sanadnya, maka Bukhari tetap mengambilnya.
Namun demikian, ketika status perawi itu tidak jelas (syubhat), maka Bukhari
nya.13 Seperti Hammad bin Salamah, Suhail bin Abi Shalih, Daud bin Abi Hind,
Abi al-Zubair dan al-‘ala bin Abdurrahman, mereka dinilai oleh Bukhari sebagai
kalangan, maka Bukhari tetap meninggalkan hadits mereka, meskipun mereka adil
dan tsiqah.14 Bukhari mencontohkan bahwa Suhail bin Abi Shalih adalah perawi
yang tsiqah, tetapi diragukan periwayatannya (sima’) dari orang tuanya. Oleh
13
Imam Muslim tetap mengambil hadits yang ditinggalkan oleh Bukhari sete;ah ia
menghilangkan subhat yang ada pada perawi hadits tersebut. Seperti, menurut Imam Muslim,
Suhail bin Abi Shalih meriwayatkan hadits tidak hanya dari ayahnya, ia juga meriwayatkan dari
Abdullah bin Dinar dari ayahnya, saat lain dari al-A’masy dari ayahnya, dan pada saat lain pula ia
meriwayatkan dari saudaranya dari ayahnya. dengan demikian kesyubhatan riwayat dari ayahnya
dapat dihilangkan dengan adanya jalur periwayatan selain dari ayahnya. demikian pula dengan
Hammad bin Salamah, Imam Muslim mengambil haditsnya karena alas an bahwa semua riwayat
haditsnya hampir diriwayatkan oleh kalangan yang masyhur, seperti Tsabit al-Bannani dan Ayub
al-Sijistani.
14
Muhammad bin Thahir al-Muqaddasi, Syuruth al-A’immah al-Sittah, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1984), h. 17-18.
42
karena itu, Bukhari hanya mengambil haditsnya, dari jalur selain ayahnya.
demikian pula hammad bin Salamah, ketika banyak kalangan mengatkan bahwa
dalam hadits Hammad terdapat sisipan yang bukan hadits dari para pendusta,
sanad hadits tersebut benar-benar ṣahih dan tidak ada kemungkinan cacat,
Imam Al-Bukhari
yang dikenal saat ini.Usaha kerasnya ini tergambar dalam sebuah pernyataannya
“Aku menyusun kitab al-Jami’ al-Musnad al-Sahih ini adalah hasil seleksi dari
meninggalkan non fisik. Dari informasi yang disampaikan salah seorang muridnya
15
Menurut al-Dzahabi, sebenarnya Bukhari juga meriwayatkan hadits-hadits mereka,
tetapi itu sebatas keperluan sebagai penguat (istisyhad), di samping Bukhari juga ingin
menunjukkan bahwa pada dasarnya mereka adalahtsiqah.Langkah meninggalkan yang dilakukan
oleh Bukhari terhadap hadits mereka lebih pada latar belakang keraguan tentang periwayatan
hadits mereka. Lihat catatan kak Muhammad bin thahir al-Muqaddisi, Syuruth al-A’immah al-
Sittah, , (Beirut: Dar al-Fikr, 1984), h. 61.
16
Abu Bakar Muhammad bin Musa al-Hazimi, Syuruth al-A’immah al-Khamsah, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1984), h. 61
17
Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihhah al-Sittah, ttp: Majma’ al-Buhuts
al-Islamiyyah, 1969.
43
yang bernama al-Firbari bahwa ia pernah mendengar Muhammad bin Isma’il al-
Bukhari berkata: “Aku menyusun al-Jami’ al-Musnad al-ṣahih ini di Masjid al-
Haram, aku tidak memasukkan sebuah hadits pun ke dalam kitab itu sebelum aku
shalat istikharah dua rakaat setelah itu aku baru betul-betul merasa yakin bahwa
Dalam hal penulisan sebuah kitab hadits dikenal ada empat macam
sistematika, pertama adalah sistematika kitab ṣahih dan sunan, yaitu sebuah kitab
yang disusun dengan cara membagi menjadi beberapa kitab dan tiap-tiap kitab
dibagi menjadi babarapa bab. Kedua, Sistem Musnad, yaitu sebuah kitab hadits
yang disusun menurut nama periwayat pertama yang menerima dari Rasul SAW,
seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar diletakkan di bawah
nama Abu Bakar.19 Ketiga, sebuah kitab hadits yang disusun berdasarkan lima
bagian-bagian tertentu yaitu bagian hadits yang berisi perintah, berisi larangan,
berisi khabar, berisi ibadah dan bagian yang berisi tentang af’al secara umum.
pertama, yaitu dengan membagi menjadi beberapa judul tertentu dengan istilah
Kitab berjumlah 97 Kitab. Istilah Kitab dibagi menjadi beberapa sub judul dengan
18
Yang dimaksud dengan disusun di Masjid al-Haram adalah Bukhari mulai menyusun
draft kitab tersebut di Masjid al-Haram kemudian menulis pendahuluan di Raudlah, setelah itu ia
mengumpulkan dan menyeleksi hadits serta menempatkannya di bawah bab-bab atau topik-topik
tertentu,Syuruth al- A’imah al-sittah, ( Beirut: Dar Al-fikr, 1984), h 58-59.
19
Untuk mencari sebuah hadits dalam kitab ini sangat sulit, tetapi dapat dipermudah
dengan adanya buku Miftah Kunuz al-Sunnah yang memuat 12 buah kitab hadits dan al-Mu’jam
al-Mufahras memuat 9 buah kitab hadits.
20
Hasbi ash-shiddiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
44
istilah Bab berjumlah 4550 bab,21 dimulai dengan bab Bad’u al-Wahy kemudian
disusul kitab al-Iman, kitab al-‘Ilm, Kitab Wudlu’ dan seterusnya dengan jumlah
hadits secara keseluruhan 7275 buah hadits termasuk yang terulang atau sebanyak
Imam al-Turmudzi memiliki nama lengkap Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa
ibn Tsaurah ibn Musa ibn al-Ḍahak al-Sulami al-Bugi al-Turmudzī. Namun beliau
lebih popular dengan nama Abu ‘Isa. Bahkan dalam kitab al–Jami’ al–Shahih -
nya, ia selalu memakai nama Abu ‘Isa. Sebagian ulama sangat membenci sebutan
Abu ‘Isa, mereka menyandarkan argumennya dari hadis Abu Syaibah yang
menerangkan bahwa seorang pria tidak diperkenankan memakai nama Abu ‘Isa,
karena Isa tidak mempunyai ayah. Sabda Nabi Muhammad: “Sesungguhnya ‘Isa
tidak mempunyai ayah”. Al-Qari menjelaskan lebih detail, bahwa yang dilarang
adalah apabila nama Abu ‘Isa sebagai nama depan atau nama asli,
bukan kunyah atau julukan. Dalam hal ini, penyebutan Abu ‘Isa adalah untuk
membedakan al-Turmudzi dengan ulama yang lain. Sebab, ada beberapa ulama
21
Menurut Hasbi ash-Shiddiqi bab-babnya berjumlah 3521. Pokok-pokok Ilmu Dirayah
Hadits, Jilid I. (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), 208-211.
22
Menurut perhitungan Ibn Shalah, dikutip oleh ‘Abd al-Muhsin bin Hammad al-
‘Abbad, ‘Isyruna Haditsan min Shahih al-Bukhari, (Madinah: al-Salafiyah, 1980), 15.
45
2. Abu al-Hasan Ahmad bin al-Hasan, yang popular dengan sebutan al-
Turmudzi al-Kabīr.
Basyar. Ia seorang uhud, hafiẓ, mu’azin, pengarang kitab dan popular dengan
sebutan al-Hakim al-Turmudzi.23 (w. 285 H) seorang penulis besar dan sufi.24
dibangsakan dengan Bani Sulaim, dari Kabilah Ailan. Sementara al-Bugi adalah
nama tempat di mana al-Turmudzi wafat dan dimakamkan. Sedangkan kata al-
Turmudzi sendiri dibangsakan kepada kota Tirmidz, sebuah kota di tepi selatan
50), tempat al-Turmudzi dilahirkan. Tokoh besar al-Turmudzi lahir pada tahun
209 H dan wafat pada malam Senin tangga 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug
dekat kota Tirmidz dalam keadaan buta. Itulah sebabnya Ahmad Muhammad
Di antara ulama yang menjadi gurunya adalah; Qutaibah bin Sa’id al-
Madanī (lama belajar al-Turmudzi diperkirakan lebih dari 35 tahun), Ishaq bin
23
Suryadi, Kitab Sunan al–Turmudzidalam “Studi Kitab Hadis” (Yogyakarta: Teras,
2003), h. 104-105.
24
Ahmad Sutarmadi, al–Imam al–Turmudzi: Peranannya dalamPengembangan Hadits
dan Fiqih (Jakarta: Logos, 1998), h. 50.
25
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam Studi Kitab Hadis, ( Yogyakarta: Teras,
2003), h. 104-105
46
Naysabur), Muhammad Ibn Gilan (di Merw, w. 39 H)26, Ismā’il bin Musa al-
Fazari, Abū Mus’ab al-Zuhri, Bisyri bin Mu’az al-‘Aqādi, al-Hasan bin Ahmad
bin Abī Syu’aib, ‘Alī bin Hujr, Hannad, Yusuf bin Isa, Muhammad bin Yahya
Khallad bin Aslam, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin Ismā’il, dan masih banyak
lagi yang lainnya. Adapun di antara muridnya yang masyhur adalah Abu Bakar
Ahmad bin Ismā’il Ibn Amir al-Samarkandi, Abu Hamid Ahmad Ibn Abdullah
Ibn Dawud a-Marwazi al-Tajir, Ahmad Ibn Yusuf al-Nasafi, Ahmad Ibn ‘Ali al-
Turmudzi tidak diragukan lagi. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan mereka
sebagai berikut:
Al-Hakim Abu Ahmad berkata, aku mendengar ‘Imran bin ‘Alan berkata,
26
Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Turmudzi: peranannya dalam pengembangan Hadis dan
Fiqih ( Jakarta: Logos, 1998) h. 59-60.
27
Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Turmudzi: Peranannya dalam Pengembangan Hadis dan
fiqih ( Jakarta: Logos, 1998), h. 63.
47
kitab Jami’ dan Tafsirnya, dia juga ulama yang paling berpengetahuan.28
Turmudzi sebagai ulama hadis, namun Muhammad Ibn Hazm mengatakan bahwa
2. Ibn Hajar dengan pernyataan yang cukup pedas, mengkritik pendapat Ibn
“Suatu sikap bodoh Ibn Hazm yang memandang rendah Abu ‘Isa al-
28
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam Studi Kitab Hadis, ( Yogyakarta: Teras, 2003)
h. 107.
29
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam Studi Kitab Hadis, ( Yogyakarta: Teras,
2003), h. 108.
48
Bantahan yang muncul dari para ulama terhadap penilaian Ibn Hazm di
atas menunjukkan bahwa para ulama masih tetap mengakui kredibilitas pribadi al-
2. Kitab al–‘Ilal al–Shaghir, kitab ini terdapat pada akhir kitab al–Jami’ al–
Turmudzi.
3. Kitab al–‘Ilal al–Mufrad atau al–‘Ilal Kabir yang mendapat bahan dari al-
Bukhari.
4. Kitab al–Tarikh.
masyarakat umum.
30
Ahmad Sutarmadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam “ Studi kitab hadis “, ( Yogyakarta
Teras 2003) h. 77-78.
49
Muhammad ibn Muhammad yang terkenal dengan Ibn Sayyid al-Nas al-
Syafi’i.
Rahman Ibn Syihabuddin Ahmad Ibn Hasan Ibn Rajab al-Baghdadi al-
Hanbali.
6. Al-‘Urf al–Syazi’ ala Jami’ al–Timidzi oleh al-Hafiz ‘Umar ibn Ruslan al-
Bulqini.
13. Tuhfat al–Ahwazi oleh Abu ‘Ali Muhammad Abd al-Rahman Ibn ‘Abd al-
Rahim al-Mubarakfuri.
50
Muhammad Syakir.
15. Al-‘Urf al–Syazi ‘ala Jami’ al–Turmudzi oleh Muhammad Anwar Syah al-
Kasymiri.31
hukum), al–riqaq (tentang budi luhur), adab (tentang etika), al–tafsir (tentang
tafsir al-Qur’an), al–tarikh wa al–siyar (tentang sejarah dan sejarah jihad Nabi
diamalkan ulama’ Hijaz, Iraq, Khurasan dan daerah lain (dalam kitab Tarikh-nya,
Ibnu Katsir meriwayatkan dari al-Turmudzi, dia berkata: “Aku telah menyusun
kitab Musnad yang shahih ini dan telah aku tunjukkan kepada para ulama Hijaz,
31
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam “ Studi Kitab Hadis “ ( Yogyakarta Teras
2003), h. 109-110.
32
Ahmad Sutarmadi, al- Imam al- Turmudzi, Perannya Dalam Perkembangan Hadis dan
Fiqih ( Jakarta: Logos, 1998 ) h. 57.
51
kecuali dua hadis (yang telah dibahas dimuka). Hadis ini diperselisihkan ulama
baik segi sanad maupun dari segi matan, sehingga sebagian ulama ada yang
menerima dan ada yang menolak dengan alasan-alasan yang berdasarkan naql
maupun akal.
Al-Turmudzi adalah pakar hadis yang msyhur pada abad ke-3 Hijriyyah.
disiplin ilmu pengetahuan, di antaranya : hadis, fiqih, filsafat, ilmu kalam dan
tasawuf.
ta’dil, persambungan sanad dan kritik matan. Di samping itu, pemisahan hadis
Nabi dan fatwa sahabat juga dilakukan ulama pada periode ini.
kitab-kitab hadis dengan corak baru, yaitu kitab shahih yang hanya memuat
hadis-hadis shahih yaitu kitab al–Jami’al–Shahih oleh Bukhari (w. 256 H),
kitab al–Jami’ al–Shahih oleh Muslim (w. 261 H), dan kitab-kitab Sunan yang
memuat seluruh hadis kecuali hadis yang sangat dha’if dan munkar, seperti
kitab sunan yang disusun oleh Abu Dawud (w. 273 H), al-Turmudzi (w. 279 H),
menangkal pemalsuan hadis dari golongan para pendusta dan mazhab teolog yang
Ulama pada abad itu juga berupaya menata hukum Islam berdasarkan
sumber al–Qur’an dan al–Hadis, sehingga semua kitab hadis yang lahir pada abad
ini berorientasi pada fiqih.Hal ini dapat dicermati dari metode penyusunan kitab-
mengatakan “Tidaklah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini kecuali yang
ia ingin menjaga keutuhan hadis sebagai dasar syari’at Islam. Ia lebih memilih
tidak menghalangi pengamalannya) dari pada hukum qiyas dan ijma’. Itulah
bawah hadis shahih dan di atas hadis dha’if, namun dapat dipakai sebagai
hujjah .33
kitab tersebut populer dengan kitab hadis hasan itu. Namun para ulama berbeda
pendapat mengenai hadis hasan itu, termasuk guru-guru maupun murid-murid al-
Turmudzi, karena al-Turmudzi tidak memberi definisi yang pasti, terlebih al-
seperti: hadis hasan shahih , hasan gharib, dan hasan shahih gharib.
Namun, satu hal yang tetap perlu dicatat, adalah kerja besar al-Turmudzi
dalam mengukir sejarah tentang pembagian hadis menjadi hadis shahih , hasan,
dan dha’if, yang sebelumnya adalah hadis shahih dan dha’if. Imam al-Nawawi
33
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi Dalam “ Studi Kitab Hadis “ ( Yogyakarta Teras,
2003) h. 110-111.
53
dalam kitab Taqrib yang disyaratkan oleh al-Suyuti mengatakan: “Kitab al–
menjelaskan: “Abu Isa al-Turmudzi dikenal sebagai orang pertama yang membagi
hadis menjadi shahih , hasan dan dha’if, yang tidak diketahui oleh seorang pun
tentang pembagian itu sebelumnya. Abu Isa telah menjelaskan yang dimaksud
dengan hadis hasan itu ialah hadis yang banyak jalannya, perawinya tidak
Dilihat dari segi kuantitatif dan kualitatif nilai hadis dari kitab al–
Jami’ al–Shahih yang berjumlah 3956 buah hadis itu sebagai berikut:34
Hasan 705Buah
Dha’if 73 buah
34
Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Turmudzi : Peranannya Dalam Pengembangan Hadis dan
Fiqih ( Jakarta: Logos, 1998), h. 164.
54
Kedua,Sunan yang empat (Sunan Abu Dawud, Sunan al–Nasa’I, Sunan al–
bercampur baur, ada yang shahih , ada yang hasan, ada yang dha’if, bahkan ada
Terlepas dari kebesaran dan kontribusi yang telah diberikan oleh al-
yang memuji dan mengkritik karya tersebut. Di antaranya adalah al-Hafiz al-
‘Alim al-Idrisi, yang menyatakan bahwa al-Turmudzi adalah seorang dari para
35
Teungku Muhamad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 101. Lihat juga Fachrur Razi Amir, Peringkat
Kitab-kitab Hadis: Analisis Kualitatif dalam “Ulumul Hadis” (Yogyakarta: Teras, 2010), h. 214-
215.
55
mengarang al–Jami’, Tarikh, ‘Ilal, sebagai seorang penulis yang ‘alim yang
Lain halnya dengan al-Hafiz Ibn Asihr (w. 524 H), yang menyatakan
bahwa kitab al-Turmudzi adalah kitab shahih , juga sebaik-baiknya kitab, banyak
menjelaskan kualitas hadis, yaitu shahih , saqim dan gharib. Dalam kitab tersebut
hadis. Ilmu tersebut sangat berguna untuk mengetahui keadaan perawi hadis yang
bahwa kitab al–Turmudzi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim, sebab hadis yang termuat dalam kitab al–Jami’ al–
sebab kelemahannya, sehingga orang dapat lebih mudah mengambil faedah kitab
bahwa kumpulan hadis itu adalah al–Fiqh atau al–Tarikh, tetapi masih diragukan.
36
Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Turmudzi : Peranannya Dalam Pengembangan Hadis dan
Fiqih ( Jakarta: Logos, 1998), h. 78.
56
kitab al-Jami’ al-Shahih dengan memberikan penjelasan bahwa kitab ini terdapat
rinci, tetapi hanya garis besarnya. Di samping itu, di dalam kitab al–Jami’ al–
berarti kemudian luput dari kritikan. Al–Hafiz Ibn al–Jauzi (w. 751 H)
30 hadis maudu’ (palsu), meskipun pada akhirnya pendapat tersebut dibantah oleh
dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu, sebagaimana yang terjadi dalam
kitab Shahih Muslim yang telah dinilainya palsu, namun ternyata bukan palsu. Di
kalangan ulama hadis, al-Jauzi memang dikenal terlalu tasahul (mudah) dalam
didukung oleh pengakuan mayoritas ulama hadis seperti telah dikemukakan, maka
penilaian Ibn al-Jauzi tersebut tidak merendahkan al-Turmudzi dan kitab al–
Jami’al–Shahihnya.37
37
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi Dalam “ Studi Kitab Hadis “ ( Yogyakarta Teras,
2003 h. 121-123.
38
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi Dalam “ Studi Kitab Hadis “ ( Yogyakarta Teras,
2003 h. 111-114.
57
wa al-Ma’lul wa Ma’ ‘alaihi al-‘Amal.39 Meski demikian kitab ini lebih popular
menjadi pokok perselisihan adalah ketika kata-kata shahih melekat dengan nama
kitab. Al-Hakim (w. 405 H) dan al-Khatib al-Baghdadi (w. 483 H) tidak keberatan
Berbeda dengan Ibn Katsir (w. 774 H) yang menyatakan pemberian nama
itu tidak tepat dan terlalu gegabah, sebab di dalam kitab al–Jami’ al–
Turmudzi tidak hanya memuat hadis shahih saja, akan tetapi memuat pula hadis-
berbeda dengan ulama-ulama lain. Berikut metode-metode yang ditempuh oleh al-
Turmudzi:
أن النبى صلى هللا عليه وسلم جمع بين الظهر والعصر بالمدينة والمغرب والعشاء من غير
40
خوف وال سفر وال مطر
Maghrib dengan Isya’, tanpa adanya sebab takut, dalam perjalanan, dan
41
إذا شرب الخمر فاجلدوه فإن ماد فى الرابعة فاقتلوه
kembali minum khamar pada yang keempat kalinya maka bunuhlah ia”.
dihapus oleh ijma’ ulama. Dengan demikian dapat dipahami maksud al-Turmudzi
yaitu telah di-mansukh dengan hadis riwayat al-Zuhri dari Qabisah bin Zawaib
dari Nabi, yang menerangkan bahwa peminum khamar tersebut dibawa kepada
hadis yang ia tulis. Hal itu berdasarkan hasil diskusinya dengan para ulama
Turmudzimengungkapkan :
“Dan apa yang telahdisebutkan dalam kitab ini mengenai ‘ilal hadis, rawi
ataupun sejarah adalah hasil dari apa yang aku takhrij dari kitab-kitab tarikh, dan
41
Al-Turmudzi, al-Jami’ as-Shahih, juz V, 392.
59
kebanyakan yang demikian itu adah hasil diskusi saya dengan Muhammad bin
Isma’il (al-Bukhari)”.
bersangkutan. Menurut al-Hafiz Abu Fadhil bin Tahir al-Maqdisi (w. 507 H) ada
hadis, yaitu:
Muslim.
2. Hadis-hadis yang shahih menurut standar keshahih an Abu Awud dan al-
tidak mursal.
sebab-sebab kelemahannya.
atau tidak. Tentu saja ketidak-shahih annya tidak sampai pada tingkat
dha’if matruk.
60
Kitab al–Jami’ al–Shahih ini disusun berdasarkan urutan bab fiqih, dari
bab thaharah seterusnya sampai dengan bab akhlaq, do’a, tafsir, fadha’il dan
mengklasifikasi sistematikanya dengan model juz, kitab, bab dan sub bab. Kitab
ini ditahqiq dan dita’liq oleh tiga ulama kenamaan pada generasi sekarang
Fu’ad Abdul Baqi’ (sebagai penulis dan pengarang terkenal), dan Ibrahim ‘Adwah
berikut:
Juz I terdiri dari 2 kitab, tentang Thaharah dan Shalat yang meliputi 184
Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu’ah, Idayn dan Safar, meliputi 260 bab
Juz III terdiri dari kitab Zakat, Shiyam, Haji, Janazah, Nikah, Rada’,
Thalaq dan Li’an, Buyu’ dan al–Ahkam, meliputi 516 bab dan 781 hadis.
Juz IV terdiri darikitab Diyat, Hudud, Sa’id, Dzaba’ih, Ahkam dan Sa’id,
Juz V terdiri dari 10 pembahasan, tentang Iman, ‘Ilm, Isti’dzan, Adab, al–
yang meliputi 474 bab dan 773 hadis, di tambah tentang pembahasan
‘Ilal.42
42
Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Turmudzi : Peranannya Dalam Pengembangan Hadis dan
Fiqih ( Jakarta: Logos, 1998) h. 160.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
penulisan skripsi ini.Kitab hadits karya Imam Bukhari disusun dengan pembagian
beberapa judul. Judul-judul tersebut dikenal dengan istilah “Kitāb”. Jumlah judul
(kitab) yang terdapat di dalamnya adalah 97 kitab. Setiap kitab dibagi menjadi
beberapa subjudul yang dikenal dengan istilah “bab”. Jumlah total babnya adalah
4550 bab, yang dimulai dengan kitab bad’u al-waḥy, dan disusul dengan kitāb al-
Telah menjadi kesepakatan ulama dan umat Islam bahwa kitab Sahih al-
Bukhari adalah kitab yang paling otentik dan menduduki tempat terhormat setelah
Alquran. Diantara para ulama yang mengemukakan demikian adalah Ibnu Ṣalāḥ,
beliau mengemukakan, kitab yang paling otentik sesudah Al-Quran adalah Sahih
Jami’ al Sohihain atau Sunan Turmudzi merupakan karya besar dari Abu
‘Isa Muhammad bin Isa at Turmudzi , salah seorang imam Hadits. Secara hierarki
kitab pokok hadits, maka kitab ini berada di urutan ke-empat, bahkan pendapat
ini.Mereka menilai kitab ini sangat memberikan faedah bagi pembacannya, sebab
imam Turmudzi tidak hanya mencantumkan hadits saja, melainkan juga memberi
asing dll.
63
64
Kitab jami’ shohih Turmudzi disebut juga sebagai kitab sunan Turmudzi
karena dalam isi kitabnya didominasi oleh masalah-masalah hukum dan urutan
maupun hasan saja, namun imam Turmudzi juga menghimpun hadits-hadits yang
dhoif, muallal, dll dan beliau menjelaskan status hukum atau kualitas setiap
haditsnya. Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan kitab ini adalah:
B. Saran-saran
Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Baik itu dari segi penulisan maupun
dari analisisnya. Maka daripada itu penulis menyarankan bagi para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Azami, Studiesin Hadith Methodology and leterature, terj. Meth Kieraha, Jakarta:
Lentera, 2003.
Hakim Lukman, Telaah Hadits Yang Tidak Di Hukumkan Oleh Al-Imam At-
Tirmidzī DiDalam Kitab Sunan Al-Timidzī, Skripsi Tafsir-Hadits Fakultas
Ushuluddin Dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, 2009.
Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang,
1980.
Ibn Hajar, al-Nukat ‘ala Kitab Ibn Shalah, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1993.
66
Ibnu Ahmad ‘Alimi, Tokoh Dan Ulama Hadits, Sidoarjo: Mumtaz, 2008.
M. Natsir Arsyad, Seputar al-Quran Hadis dan Ilmu. Bandung: al-Bayan, 1995.
Mahrus Ridwan Abdul Aziz, Dirasat fi Manahij al-Muhadditsin, Kairo: al-Fajr al-
Jadid, 1992.
Al-Maliki, Muhammad Alawi, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Saifuddin, Arus Tradisi Tadwin Hadis dan Historiografi Islam: Kajian Lintas
Aliran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Soetari, Edang Ilmu Hadits Kajian Riwayat & Dirayah (Bandung: CV. Mimbar
Pustaka, 2008)
Solahuddin, M & Suyadi, Agus Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Penerjemah: Masturi Ilham Lc.
Dan Asmu’i Taman, Lc. Cet I, Jakarta: al-Kautsar 2006.
Yuslem, Nawir Kitab Induk Hadis (Jakarta: Hijir Pustaka Utama, 2006)