Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KAJIAN WACANA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Wacana

Dosen Pengampu : Dr. Kuntoro, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Diani Nurul Afifah (1801040054)


2. Ayu Fitria Kumala (1801040085)
3. Alfina Nur Alamsyah (1801040086)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakana ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnaya
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Selain itu, wacana merupakan
unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung
kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraph,
hingga karangan utuh. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, terkadang
pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang
digunakan tersebut. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana
juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi,
sosiologi, politik, komunikasi, satra, dan sebagainya. Pemakaian istilah ini sering kali
diikuti dengan beragamnya istilaah, definisi, bukan hanya tiap disiplin ilmu
mempunyai istilah sendiri, banyak ahli memberikan definisi dan batasan yang berbeda
mengenai wacana tersebut. Luasnya makna wacana dikarenakan adanya perbedaan
lingkungan dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kajian wacana ?
2. Apa saja jenis – jenis wacana ?
3. Apa saja unsur pembangun wacana ?
4. Apa pengertian wacana menurut pandangan tata bahasa struktural ?
5. Apa pengertian wacana menurut pandangan tata bahasa funsional ?
6. Apa pengertian wacana menurut pandangan tata bahasa struktural fungsional ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian kajian wacana.
2. Mengetahui jenis – jenis wacana.
3. Mengetahui unsur pembangun wacana.
4. Mengetahui pengertian wacana menurut pandangan tata bahasa struktural.
5. Mengetahui pengertian wacana menurut pandangan tata bahasa fungsional.
6. Mengetahui pengertian wacana menurut pandangan tata bahasa struktural
funsional.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Wacana
Menurut Douglas, 1976: 266 mengungkapkan bahwa secara etimologis istilah
“wacana” berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya “berkata” atau
“berucap”. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan atau perkembangan
menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah suatu akhiran, yang
berfungsi membedakan (nominalisasi). Kata wacana dapat diartikan sebagai
“perkataan” atau “tuturan”. Artinya wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran
kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu
dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Adapun beberapa pendapat para ahli
tentang pengetian wacana sebagai berikut:
1. Abdul Chaer
“Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar” (Chaer, 2014: 267).

2. Sumarlam
Sumarlam, 2009: 15 menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana
adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato,
ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku,
surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk
bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat
koheren, terpadu.

3. Hawthorn
Hawthorn : 1992 mengungkapkan bahwa wacana adalah komunikasi
kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan
pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh
tujuan sosialnya (Eriyanto, 2011: 2).
4. Roger Fowler
Roger Fowler : 1977 mengungkapkan bahwa wacana adalah komunikasi lisan atau
tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk
didalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi
atau representasi dari pengalaman (Eriyanto, 2011: 2).

Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung


satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalima
t-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututa
n ide yang diungkapkan.Wacana dapat berwujud karangan, paragraf, kalimat atau kata
yang dapat menghasikan rasa kepaduan bagi penyimak atau pembaca.

B. Jenis – jenis Wacana


Jenis Wacana bisa dikelompokkan berdasarkan, Jenis Wacana berdasarkan
Bentuk, Jenis Wacana berdasarkan media penyampaiannya, Jenis wacana berdasarkan
jumlah penutur, Jenis Wacana Berdasarkan Sifat, Jenis Wacana Berdasarkan Isi, Jenis
Wacana Berdasarkan Gaya, Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan. Berikut adalah
penjelasan dari jenis-jenis wacana berdasarkan kategorinya:
a. Jenis Wacana berdasarkan media penyampaiannya.
1. Wacana Tulis
Adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Sampai saat ini
tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk
menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, dll.
2. Wacana Lisan
Adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung
dalam bahasa verbal. Jeis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau
ujaran.
b. Jenis wacana berdasarkan jumlah penutur
1. Wacana Monolog
Adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya
wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu
terhadap respon pendengar. Contoh: pidato, ceramah, presenter, dll.
2. Wacana Dialog
Adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih, wacana ini
bisa berbentuk tulisan atau lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang
sama dengan wacana drama (skenario, ketoprak, dll).
c. Jenis Wacana Berdasarkan Tujuannya
1. Wacana Narasi
Istilah narasi berasal dari Inggris narration yang berarti cerita,
karenanya karangan bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertian-
pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisannya.
2. Wacana Deskripsi
Pengertian lugas deskripsi adalah uraian atau lukisan. Dalam konteks
pembicaraan ini wacana deskripsi dapat diartikan sebagai wacana yang
mengaitkan kesan atau impresi seseorang melalui uraian atau lukisan tertentu.
3. Wacana Eksposisi
Wacana ekposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas, atau
menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi) dan
penyuluhannya tersebut tanpa disertai desakan atau paksaan kepada
pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkan sebagai sesuatu yang
besar.
4. Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi terdiri dari paparan
alasan dan pengintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada
wacana tersebut argumentasi digunakan untuk meyakinkan kebenaran,
gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan fenomena-fenomena
keilmuan yang dikemukakan.
5. Wacana Persuasi
Jadi wacana persuasi adala wacana yang berisi paparan berdaya bujuk,
budaya ajuk, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan
ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit
maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya.
C. Unsur Pembangun Wacana
Wacana dalam keseluruhannya memiliki dua unsur terpenting yang
membangunnya, yaitu unsur internal dan eksternal wacana. Unsur internal wacana
terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata dan kalimat
adalah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih
besar, susunan kata atau kalimat itu harus saling berkaitan dan bersatu. Sedangkan
unsur eksternal wacana adalah bagian wacana yang tidak bersifat eksplisit, atau bisa
dikatakan sebagai satuan diluar konteks wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai
pelengkap keutuhan wacana, sehingga akan memiliki makna penuh yang diterima
oleh pembaca atau lawan tutur. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berikut :
1. Unsur Internal Wacana
Unsur internal wacana terdiri dari satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud
dengan satuan kata adalah tuturan yang berwujud satu kata, untuk menjadi satuan
yang lebih besar, sehingga akan menjadi bagian kalimat yang utuh. Ada beberapa
unsur yang dikaji dalam unsur internal wacana yaitu:
a. Kata dan Kalimat
Jika dilihat dalam struktur yang lebih besar, kata merupakan bagian
dari kalimat, karena katalah yang bersatu membentuk kesatuan sehingga
menjadi sebuah kalimat yang utuh. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
sebuah kalimat tidak terdiri dari beberapa kata, kalimat satu kata ini harus
merupakan pengungkapan atau tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai
kalimat. Kalimat pendek seperti ini sering terdapat pada dialog atau
percakapan, karena pada situasi dan kondisi tertentu, orang cenderung
berkomunikasi dengan kalimat pendek. Contohnya sebagai berikut:

Ketika pulang dari sekolah si A bertemu dengan si B:


A: Kemana? Kuliah, ya?
B: Enggak, mau ke rumah teman, ngerjakan tugas bersama.

Kata atau kalimat yang mengisi unsur wacana harus memiliki makna
yang luas, informasi dan konteks yang jelas untuk mendukung sebuah tuturan
yang utuh. Pada dasarnya sebuah kata dijadikan sebagai kalimat kerana ada
unsur lain yang mendukungnya (informasi yang utuh dan pemahaman lawan
tutur).
b. Teks dan Konteks
Teks merupakan hasil dari sebuah proses wacana. Pada proses itu,
terdapat nilai-nilai, ideologi, emosi, serta kepentingan lain dari seorang penulis
wacana. Dengan demikian, memahami makna suatu teks tidak cukup hanya
dengan pemahaman tentang logika teks itu sendiri, namun juga harus
memahami tentang konteks (keaadaan) yang menyertai teks atau tuturan
tersebut. Jika salah dalam menafsirkan konteksnya, maka pemahaman pesan
dan makna akan terhambat. Perpaduan teks dan konteks disebut disebut
sebagai wacana. Sumarlam (2005 : 47) menyatakan bahwa konteks wacana
adalah aspek internal  wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal
melingkupi sebuah wacana. Konteks wacana terdiri dari berbagai unsur
seperti:
a. Latar (Setting and Scene)
Setting lebih bersifa fisik yang mengacu pada tempat dan waktu
terjadinya percakapan. Sedangkan scene (suasana) merupakan latar psikis
yang lebih mengacu pada suasana psikologi yang menyertai peritiwa
tuturan.
b. Peserta (Participants)
Yaitu orang-orang yang terlibat dalam komunikasi baik secara
langsung maupun tidakm langsung. Dengan kata lain, peserta adalah
orang yang melakukan tuturan dengan orang lain, sedangkan keduanya
mendapatkan informasi sesuai dengan keinginannya.
c. Hasil (Ends)
Yaitu meliputi tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan
yang memang diharapkan oleh penutur
d. Amanat
Amanat adalah pesan berbentuk esai, iklan, pengumuman,
pemberitahuan dan sebagainya yang ditujukan kepada pendengar atau
pembaca
e. Cara (Key)
Mengacu pada konsep pelaksanaan percakapan. Misalnya dengan cara
bersemangat, santai, lemas dll.
f. Norma (Norm)
Norma adalah aturan prilaku peserta komunikasi. Misalnya diskusi
yang cenderung bersifat satu arah, atau pidato yang bersifat dua arah dan
lain sebagainya.

2. Unsur Eksternal Wacana


Unsur eksternal adalah sesutau yang menjadi bagian wacana, namun tidak
nampak secara eksplisit. Terdapat beberapa bagian unsur eksternal wacana, yaitu
implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks.

1. Implikatur
Imlikatur adalah ujaran yang menyiaratkan sesuatu yang berbeda
dengan sebenarnya yang diucapkan. Sesutu yang berbeda tersebut adalah
maksud pembicara yang dikemukakan secara samar. Dengan kata lain
implikatur adalah keinginan hati yang tersembunyi. Contoh.

Boy : malam ini sungguh indah.

Usi : iyaa. Indah sekali.

Boy : akan tersa lebih indah jika kita sudah terikat.

Usi : maksudmu?

Boy : oh tidak ada.

2. Presuposisi

Adalah perkiraan atau anggapan dasar mengenai konteks dan situasi be


rbahasa, yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna untuk pendenga
r atau pembaca. Contoh.

A : saya rasa kamu orang pintar.

B : ah tidak juga.

A : tapi itu kelihatan dari caramu belajar.

B : haha.. ada-ada saja.

3. Referensi
Referensi adalah hubungan kata atau benda yang dirujuknya. Referensi
merupakan prilaku pembicara atau penulis. Contoh

Bangku itu terbuat dari kayu jati. Kayu jati merupakan salah satu bahan
pembuatan bangku yang sangat kuat dan tahan lama. Begitu juga harapan
dan keinginan seseorang. Harus layaknya sebuah kayu jati yang sukar
dimakan waktu.
4. Inferensi
Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi
merupakan bagian akhir yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
informasi. Tanpa adanya inferensi, informasi yang diterima oleh pembaca
dan pendengar akan menjadi sia-sia.
5. Konteks
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks yang berarti benda-benda
yang terlibat dalam wacana tersebut. Menurut Brown dan Yule , konteks
adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan (circumstances) tempat
bahasa digunakan.Contohnya dilingkungan kelas.

D. Pengertian Wacana Menurut Tata Bahasa Struktural


1. Pengertian
 Menurut aliran struktural, wacana merupakan organisasi bahasa di atas tataran
kalimat atau klausa.
 Tarigan (1987; 27) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas  kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi
yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata
disampaikan secara lisan dan tertulis.
 Wacana merupakan unit-unit bahasa yang lebih besar dari klausa atau kalimat.
 Kridalaksana (1984: 208), menegaskan bahwa wacana merupakan satuan
bahasa terlengkap dan tertinggi, dalam hierarki satuan gramatikal.
 Pengertian wacana menurut pakar linguistik Indonesia cenderung pada jenis
struktural.
2. Kelebihan
1. Adanya kemungkinan untuk membedakan urutan-urutan wacana yang
koheren dan yang tidak koheren.
2. Cocok untuk jenis wacana tulis. Wacana tulis adalah wacana yang
disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Penerima harus
membacanya untuk memahami, atau menikmatinya.
3. Wacana terdiri lebih dari satu kalimat sehingga maknanya terungkap jelas.
4. Pesan yang disampaikan dalam sebuah wacana terkemas dengan baik
sehingga mudah dipahami dan pandangan ini dipahami sebagai lebih
mengarah pada pandangan formal

Contoh wacana struktural:

Seringkali kita mendengar ungkapan puitis yang tidak berkaitan langsu


ng  dengan kegiatan berpuisi atau bersastra. Misalnya, ada penjual bensin di pi
nggir jalan yang memasang tulisan di atas rak bensinnya, “Bensinku semurni h
atimu”.

3. Kekurangan
1. Struktural  menafikan fungsi
2. Pesan atau maksud dari isi wacana tidak secara langsung disampaikan

E. Pengertian Wacana Menurut Tata Bahasa Fungsional


1. Pengertian

Menurut aliran fungsional, wacana dianggap sebagai bentuk kebiasaan sosial


(Fairelough, 1988;22) pandangan ini didasarkan pada pemikiran bahwa (a) bahasa bag
ian dari masyarakat dan tidak berada di luarnya (b) bahasa merupakan proses sosial,
(c) secara sosial bahasa merupakan proses yang terkondisikan oleh faktor non bahasa
dari masyarakat. Kondisi sosial tersebut terkait dengan proses produksi dan interpreta
si wacana. Pandangan tersebut wacana adalah bahasa dalam penggunaan untuk berko
munikasi. (Cook, 1994:6). Komunikasi kebahasaan tersebut dipandang sebagai aktivit
as sosial antara pembicara dengan pendengar yang bentuk aktivitasnya ditentukan ole
h tujuan sosialnya ( Hawthorn 1992).

2. Kelebihan
1. Cocok untuk jenis wacana lisan. Wacana lisan atau spoken discourse adalah
wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerima,
memahami, atau menikmati wacana lisan ini maka sang penerima harus
menyimak atau mendengarkannya. Dengan kata lain, penerima adalah
penyimak.

2. Mudah dipahami maknanya walaupun tidak berbentuk kalimat yang lengkap.


Contoh:

Dilarang berjualan di sini.


Berfungsi sebagai pemberitahuan/larangan.
3. Kekurangan
1. Paham fungsional hanya memandang fungsi dan tidak memperhatikan
struktur.
2. Fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan hubungan-hubungan sosial
dan sikap pribadi yang berfungsi secara interaksional.

F. Pengertian Wacana Menurut Tata Bahasa Struktural Fungsional


1. Pengertian
Menurut aliran struktural-fungsional, wacana merupakan tuturan ungkapan
(utterance), yang di dalamnya terdapat unsur struktur, fungsi dan konteks. Menurut
paham ini sebuah wacana  (a) dalam tataran sintaksis, wacana mempunyai urutan
(sequential), (b) secara pragmatik dan semantik, sebuah wacana mempunyai tujuan.
Untuk memahami wacana secara sintaksis, penafsir perlu mengenal dan memahami
prinsip-prinsip yang mendasari urutan suatu tuturan, dan tipe tuturannya. Secara
semantik penyampai dan penafsir wacana, perlu mengenal dan memahami makna dan
cara penggunaannya. Secara pragmatik, penyampai dan penafsir wacana, perlu
mengenal organisasi wacana, dan penggunaannya.
2. Kelebihan
1. Pandangan struktural fungsional memperhatikan baik fungsi atau struktur dan
memiliki konteks. Contoh: Abdullah  membakar  rumah tetangganya.
3. Kekurangan
1. Tidak ada 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau
ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau
interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai
proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis,
wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang
mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu
kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan.

B. Saran
Analisis ini sangat cocok untuk bahan referensi karena dalam isi analisis ini
menjelaskan tentang kajian wacana secara rinci.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ratna. 2018. HAKIKAT ANALISIS WACANA:


http://ratnaagustin156124b.blogspot.com/2018/07/hakikat-analisis-wacana.html di
akses pada tanggal 26 Februari 2020, pkl. 20:00.

Chaer, Abdul. 2014. LINGUISTIK UMUM. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Eriyanto.2011. ANALISIS WACANA. Yogyakarta: LKiS.

http://wacana7a.blogspot.com/2014/02/wacanakelompok7a.html?m=1

http://remajasampit.blogspot.com/p/blog-page.html

Anda mungkin juga menyukai