Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

PROFIL USAHA
Matakuliah Kewirausahaan

Dosen Pengampu :
Dr. Henny Dewi Koeswanti, M.Pd

Disusun oleh ;
1. Albar Jatmiko Widhy P (202014078)
2. Rudi Restanto (202014091)
3. Danang Noveka Harsono (202014030)
4. Trimahesti (202014101)

Pendidikan Matematika
Faklutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
Kata Pengantar

Kita dan setiap orang masing-masing pasti ingin mendapatkan pekerjaan yang
layak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja saat ini sangat
terbatas dan tidak berbanding lurus dengan lulusan lembaga pendidikan baik
dasar. Oleh sebab itu semua pihak harus terus berpikir dan mewujudkan karya
nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi
pendidikan.Di era global sekarang ini keadaan ekonomi di Indonesia memang
sangat memprihatinkan, namun kita tidak boleh menyerah pada keadaan sekarang
ini yang serba sulit kita harus berusaha,kreatif,inovatif dan berani mengambil
suatu keputusan serta resiko untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.kita
tidak harus bergantung pada orang lain.Untuk mendapatkan suatu pekerjaan kita
harus berusaha semaksimal mungkin. Dengan kita berwira usaha kita bisa belajar
mandiri dan bisa memaknai arti penting kehidupan secara tidak langsung kita
sudah membantu banyak orang. Bisnis adalah sebuah pembelajaran, dimana
dibutuhkan analisa yang sangat dalam tentang prospek dan kelayakan dalam usaha
itu. Oleh karena itu, bisnis itu harus dimulai sejak dini sehingga kita memiliki
banyak waktu untuk dapat berpikir dan mengolah otak demi kesuksesan usaha
tersebut.
????????
Daftar isi

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu usaha
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang diharapkan
dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produk
barang atau jasa. Dalam menjalankan suatu usaha (wirausaha) seorang
pelaku usaha harus memiliki :
(1) Seorang pelaku usaha harus memiliki skill (kemampuan) untuk
berwirausaha karena tanpa skill (kemampuan) seorang pelaku usaha tidak
akan mungkin bisa berwirausaha dan skill (kemampuan) ini adalah modal
utama yang harus dimiliki dalam berwirausaha, (2) Apabila seorang
pelaku usaha telah mempunyai skill (kemampuan) tapi tanpa ada tekad
(kemauan yang kuat) untuk berwirausaha maka skill (kemampuan)
berwirausaha itu akan sia-sia karena tidak dapat tersalurkan, (3) Modal
merupakan aspek yang sangat menunjang dalam hal memulai dan
menjalankan suatu usaha disamping mempunyai skill dan tekad,
(4)Seorang pelaku usaha apabila ingin menjalankan suatu usaha maka
harus bisa menentukan target dan tujuan pemasarannya. Karena apabila
target dan tujuan tidak direncanakan maka usaha yang dijalankan tidak
mungkin dapat bertahan lama, (5) Tempat berwirausaha merupakan aspek
yang harus dimiliki karena sangat menunjang dalam hal wirausaha dan
bisa menjadikan suatu bahan pertimbangan oleh konsumen mengenai
wirausaha yang sedang dijalankan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan permasalahan
yaitu bagaimana strategi bagi pemula yang ingin berwirausaha supaya
usaha yang akan di kelola berjalan dengan baik.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai contoh inspirasi dalam memulai suatu usaha baru
2. Sebagai tolak ukur jika mau memulai berwirausaha
3. Menjadi gambaran dalam berwirausaha bagi pemula wirausaha
4. Mengembangkan jiwa berwirausaha bagi mahasiswa
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan
BAB II

A. Pengembangan Wawasan Jenis Bidang Usaha


Pemilihan usaha tergantung beberapa hal antara lain :
1. Minat seseorang, misalnya berminat dalam bidang industri atau kerajinan,
dan perdagangan/ jasa.
2. Modal, apakah sudah tersedia modal awal atau belum, atau apa saja yang
sudah dimiliki.
3. Relasi, apakah ada keluarga, teman, yang sudah menekuni usaha yang
sama, atau usaha yang akan dikerjakan ada relevansi/ saling menunjang
dengan usaha tersebut.
4. Dan berbagai peluang lainnya.

Untuk mengetahui banyaknya bidang usaha yang bisa dimasuki oleh


wirausaha baru, maka kita dapat melihat hubungan dalam bentuk circular flow
anatara Rumah Tangga Produsen (RTK) dan Rumah Konsumen (RTK).
Bila RTP mengalami kemajuan, maka akan berdampak positif terhadap
kemajuan RTK. Pendapatan perkapita RTK akan meningkat, daya belinya pun
akan meningkat. Apabila daya beli masyarakat meningkat maka hasil produksi
yang diproduksi oleh RTP akan diserap oleh masyarakat. Kerjasama RTK dan
RTP ini berjalan sepanjang masa dalam bentuk circular flow yang saling
menunjang kemajuan. Hal ini tentu banyak peluang terbuka bagi orang kreatif
dan calon-calon wirausaha untuk menciptakan sebuah usaha.
Secara garis besar ada 5 jenis usaha yang diungkapkan diatas antara lain ;
1. Usaha Ekstraktif.
Usaha Ekstraktif merupakan usaha yang bergerak dalam bidang
pertambangan atau bidang usaha yang mengambil langsung dari alam.
Contohnya hasil laut, hasil hutan.
2. Usaha Agraris
Usaha agrais mencangkup berbagai usaha pengelolaan kebun, perdagangan
hasil-hasil pertanian (agrobisnis) yang dapat diusahakan untuk setiap
produk yang dihasilkan oleh pertanian atau perkebunan dan peternankan.
3. Usaha Industri
Usaha yang mencangkup berbagai jenis komoditi yang dihasilkan oleh
industri. Contohnya industri tekstil memproduksi benang dan kain.
4. Usaha Perdagangan
Usaha yang dilakukan oleh seseorang guna memenuhi kebutuhan hidup
melalui berdagang dari berbagai komoditi yang diperdagangkannya.
Contoh usaha penjualan daging, usaha penjualan properti rumah.
5. Jasa
Suatu usaha dengan mengandalkan kemampuan untuk mendapatkan
keuntungan dari tindakan yang dilakukan untuk konsumennya.
B. Perdagangan Besar
Perdagangan besar adalah segala aktivitas marketing yang menggerakkan
barang-barang dari produsen ke pedagang eceran atau ke lembaga-lembaga
marketing lainnya. Berikut adalah skema yang dilakukan oleh pedagang
besar :

Keterangan dari skema itu ialah


Pada proses konsentrasi ini barang-barang yang akan dipasarksan akan
dikumpulkan terlebih dahulu (oleh para tengkulak/ perantara atau KUD, dolog
yang mengumpulkan beras atau padi dari petani. Dilanjutkan proses equasi
yaitu proses untuk mencari informasi daerah yang memerlukan, berapa
banyak, dan kapan diperlukannya. Diakhiri dengan proses distribusi yaitu
proses dimana barang dikirim menurut jumlah dan kwalitas sesuai dengan
informasi yang telah dikumpulkan.
Untuk meneliti apakah kegiatan distribusi itu merupakan kegiatan
perdagangan besar atau bukan , ada 3 macam sifat yang bisa diperhatikan :
1. Motif pembelian
Motif pembelian memiliki tujuan bahwa barang bukan untuk dikonsumsi
tetapi untuk dijual kembali dengan memperoleh keuntungan.
2. Jumlah pembelian
Pembelian perdagangan eceran ialah pembelian yang digunakan untuk
keperluan sendiri, keluarga sendiri, atau kawan sendiri. Pembelian besar
ialah pembelian barang dalam jumlah yang besar namun bukan untuk
keperluan sendiri, keluarga atau kawan sendiri.
3. Cara-cara usaha dari perusahaan tersebut
Mengenai cara berusaha ada beberapa kriteria, yaitu :
 Perdagangan besar mempunyai usaha yang diskriminatif, hanya
melayani pedagang eceran, tidak melayani pedagang eceran, tidak
melayani semua konsumen.
 Transaksi perdagangan besar adalah besar, dalam arti lebih besar dari
kebutuhan sehari-hari
 Harga-harga dapat berubah sesuai situasi. Misalnya kortingan, kredit,
cara-cara pengiriman.

Penggolongan Grosir
Grosir dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Grosir yang berfungsi terbatas, terdiri atas :
a. Pengiriman Barang
Pengirim barang adalah pedagang besar yang membeli barang
kemudian mengirimkan barang yang dia beli kepada pelanggannya.
Biasanya tidak memiliki gudang penyimpanan.
Pada umumnya mereka bergerak dalam barang-barang berat, seperti
bahan bangunan dan dibidang agrobisnis (pertanian dan perkebunan).
b. Pedagang dengan truk
Pedagang yang menggunakan truk sebagai alat angkutan barang
kemudian menyerahkan barang yang dijualnya sewaktu melewati
pedagang eceran di sekitar kota kecil atau besar.
Pada umumnya mereka bergerak untuk barang yang tidak tahan lama,
seperti daging, bumbu masak, dan buah-buahan.
c. Grosir tunai dengan self service
Pedagang besar yang menjual barangnya secara tunai dengan harga
relatif rendah. Adapun ciri-cirinya antara lain : tidak menpergunakan
petugas penjualan, tidak melakukan pengiriman, tidak memberikan
kredit.
Pada umumnya mereka bergerak dalam bidang pangan, contohnya
warung rumahan
d. Pengecer yang bersama-sama memiliki grosir
Sekelompok pedagang eceran yang membuat toko grosir secara
swadaya dengan maksud menekan biaya dan dapat membeli barang
dengan harga lebih rendah. Ada seorang manajer yang mengurus toko
grosir tersebut, manajer yang dimaksud berfungsi secara cooperative
sebagai pedagang besar atau melakukan fungsi perdagangan lainnya
secara bersamaan.
e. Kelompok sukarela bergabung dengan grosir
Kelompok ini terdiri dari sekumpulan toko-toko eceran yang dimiliki
secara bebas oleh pengusaha-pengusahanya yang dengan sukarela
bergabung dengan seorang pedagang besar untuk pembelian,
reklame, dan aktivitas lainnya.

2. Grosir hasil pertanian, macamnya antara lain :


a. Pembeli lokal khusus adalah dealer lokal yang berdiri sendiri dan
kadang merupakan wakil dari dealer dan produsen.
b. Pembeli yang berkeliling mendatangi perusahaan pertanian
satupersatu atau membuka tempat pengangkutan lokal sebagai tempat
pembelian hasil pertanian atau peternakan seperti sayur-sayuran,
buah-buahan, telur , kapas, ternak.
c. Saudagar dengan truk artinya menggunakan truk sebagai alat untuk
mengangkut barang yamg dibeli seperti buah-buahan, sayur-sayuran,
telur, ternak kemudian langsung menjualnya ke pabrik, gorosir, dan
pedagang eceran.
d. Pembeli berdasar perintah yang memiliki para grosir pasar sentral dan
distributor, mereka membeli berdasarkan perintah dan pemberian
tugas dengan kwalitas tertentu, dengan kata lain sebagai agen
perantara.
3. Menurut jenis barang yang diperdagangkan terdiri atas :
a. Grosir barang umum dapat memenuhi setiap kebutuhan pedagang
eceran karena mempunyai bermacammacam produk dan mengambil
keuntungan dari order dengan cukup besar. Contoh sabun, rokok,
kertas, kosmetik, kecap, dan sebagainya.
b. Grosir barang khusus bergerak dibidang penjualan pangan dan
obatobatan seperti pakaian jadi. Biasanya memliki pengetahuan yang
luas mengenai barang yang diperdagangkannnya.
4. Menurut lapangannya
a. Grosir yang melayani pabrik (industrial distributor). Mereka menjual
berbagai barang hasil industri ke pabrik-pabrik.
b. Penjual barang khusus ke pabrik. Grosir ini memperdagangkan
produk khusus yang dijual kepada bermacam-macam industri dan
bertidak sebagai drop shipper. Contohnya grosir kertas, grosir kimia,
grosir baja, atau grosir alat perkantoran.
5. Menurut daerah operasi atau daerah yang dilayaninya.
a. Grosir tingkat nasional yaitu grosir yang daerah kerjanya meliputi
satu wilayah negara.
b. Grosir tingkat provinsi yaitu grosir yang daerah kerjanya hanya
meliputi satu wilayah provinsi.
c. Grosir lokal yaitu grosir yang daerah kerjanya meliputi kota besar
atau bagian dari kota atau kota kecil yang berdekatan.
Fungsi-fungsi pedagang besar
Fungsi-fungsi pedagang besar yaitu :
1. Pengumpulan dan penyebaran
Fungsi utama grosir yaitu berusaha mengumpulkan barang dari berbagai
produsen kemudian meyebarkan ke pedagang eceran.
2. Pembelian dan pejualan
Kegiatan pembelian sangat menentukan kelancaran grosir dalam
mengembangkan tugas dan tanggungjawab dalam menyampaikan barang
dan jasa ke konsumen. Setiap pembelian harus berdasarkan barang yang
laku dipasar.
3. Pemilihan barang
Pemilihan barang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan jual beli. Grosir
melakukan pemilihan barang berdasarkan jenis, mutu, dan harga barang
pilihannya. Keahlian grosir dalam memilih barang merupakan jaminan
bagi produsen untuk mengetahui bahwa hasil produksinya mendapat
permintaan dari konsumen atau laku dipasaran. Pilihan grosir yang ahli
merupakan pedoman bagi produsen.
4. Pemberian kredit
Dengan meningkatnya hasil perusahaan dan meluasnya pasaran barang,
maka pemberian kredit meningkat. Dalam hal ini, funasi kredit sangat
memegang peranan penting umumnya dalam hasil industri yang
ditampung oleh grosir. Grosir memberikan kredit kepada pedagang eceran
yang dikenal dengan istilah kredit leveransir.
5. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan fungsi grosir yang tidak dapat diabaikan apalagi
dengan semakin jauhnya tempat konsumen. Setiap kali proses pembelian
terjadi biasanya barang disimpan lebih dulu di gudang untuk diolah dan
dipilih untuk memudahkan penjualan.
6. Pengangkutan
Mengingat jauhnya pedagang eceran dan konsumen yang harus ditemui
oleh grosir, maka fungsi pengangkutan sangat penting untuk kelancaran
dalam pengiriman barang kepada pedagang eceran atau konsumen.
A. Perdagangan Eceran
1. Pengertian Perdagangan Eceran
Kegiatan perdagangan besar dan pedagangan eceran sangat penting
dalam proses penyaluran barang dan jasa. Tanpa adanya usaha
perdagangan besar dan eceran, sulit bagi produsen untuk menyalurkan
barang hasil produksinya ke konsumen, walaupun ada beberapa produsen
yang langsung menyalurkan barang kepada konsumen atau pengecer,
namun hal itu tidak efisien.
Perdagangan eceran dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
menjual barang dan jasa kepada kosumen akhir. Perdagangan eceran
adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen ke
konsumen. Pedagang eceran adalah orang-orang atau toko yang kerja
utamanya mengecer barang yang diperoleh dari produsen kemudian
menyalurkan ke konsumen akhir.
Perdagangan eceran ini mempunyai peran penting bagi produsen,
karena melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi berharga
tentang barang yang dipasarkannnya. Produsen dapat memperoleh
informasi tersebut melalui interview dengan pengecer, seperti bagaimana
respon konsumen, mengenai bentuk, rasa, daya tahan, harga, serta hal
yang berkaitan dengan produk. Simbiosis mutualisme bisa dilakukan
antara produsen dengan pengecer misalnya dengan pemasangan iklan di
Toko pengecer. Produsen tidak kesulitan untuk mempromosikan
produknya kepada konsumen dan pengecer mendapatkan kemudahan
dalam mendapatkan barang dari produsen.
2. Klasifikasi Perdagangan Eceran
Perdagangan eceran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Perdagangan eceran besar
b. Perdagangan eceran kecil, yang terdiri dari :
1) Eceran kecil berpangkalan
2) Eceran kecil tidak berpangkalan
Berikut adalah skema perdagangan eceran :

3. Persaingan Tajam dari Berbagai Jenis Toko Eceran


Persaingan pada tingkat perdagangan eceran di Indonesia begitu ketat,
hal itu terjadi karena diizinkannya perdagangan eceran asing yang
beroperasi di Indonesia. Pemberian izin dagang ini telah disepakati oleh
masyarakat regional dan internasional.
Para pebisnis retail asing yang masuk di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi empat (Bob Foster, 2004:4) kelompok yaitu:
a. Kelompok grosir dan hypermarket
b. Kelompok supermarket
c. Kelompok minimarket modern
d. Peritel kecil tradisional
AC Nielsen dalam Bob Foster (2004:13) untuk ritel di Indonesia
menemukan bahwa loyalitas konsumen mudah berubah, konsumen
ratarata, konsumen memiliki tempat berbelanja dengan 4 toko ritel per
orang, konsumen cendrung ingin mencoba peritel baru. Ada fenomena
baru yaitu konsumen lebih menyukai ritel modern dengan alasan barang
yang dijual lebih berkwalitas, dan retail modern memiliki citra atau
reputasi yang baik.
Kotler (2003:536) dalam Bob Foster membagi tipetipe pedagang eceran
menjadi tiga bagian besar yaitu :
a. Pedagang eceran bertoko
1) Toko khusus
Toko yang menjual barangbarang khusus yang dibutuhkan oleh
konsumen. Contoh toko obat.
2) Toko serba ada
Toko yang didalamnya menjual segala kebutuhan konsumen
mulai dari pakaian, bahan makanan, peralatan rumahtangga, dan
sebagainya.
3) Toko swalayan
Toko yang menjual segala kebutuhan sehari-hari
4) Toko barang kebutuhan sehari-hari
Toko yang menjual kebutuhan sehari-hari dan tempatnya tidak
terlalu besar
5) Toko super, toko gabungan, hypermarket
Toko yang menjual kebutuhan sehari-hari dan memiliki tempat
yang besar untuk berbelanja dan memiliki lahan parkir. Contoh :
Carrefour
6) Toko pembeli potongan harga
Toko yang menjual barang standar dengan harga lebih murah
daripada pedagang konvensioal, marjin rendah, dan volume
penjualan tinggi.
7) Toko gudang
Toko yang menjual barang dengan harga rendah, memiliki
volume penjualan yang tinggi, namun dengan layanan yang
minim.
8) Ruang pamer katalog
b. Pedagang eceran bukan bertoko
1) Penjualan langsung
Penjualan barang tertentu yang dilakukan oleh penjual dengan
menemui konsumennya secara langsung.

2) Pemasaran langsung
Pemasaran langsung artinya produsen mempresentasikan
kegunaan dan keunggulan produknya kepada konsumen melalui
media elektronik (televisi, internet), kemudian menerima
pemesanan barang dari konsumen yang mengakses atau
menyaksikan acara tersebut.
3) Mesin penjaja otomatis
Mesin otomatis yang melayani pembeli dengan memasukan
sejumlah uang koin ke mesin untuk membeli barang yang akan
dibeli. Barang yang dipilih secara otomatus keluar setelah
konsumen melakukan pembelian.
4) Pelayanan pembeli
Suatu pengecer yang diorganisasikan oleh agen pembelian untuk
melayani kelompokkelompok pembeli besar seperti sekolah,
rumah sakit, dan sebagainya.
c. Organisasi pedagang eceran
1) Mata rantai perusahaan
Dua gerai atau lebih yang umumnya dimiliki dan dikontrol,
menjual produk yang sama, dikirim dari kantor pusat.
2) Rantai suka rela
Kelompok yang terdiri atas pedagang eceran dalam pembelian
besar dan barang dagangan umum.
3) Koperasi pedagang eceran
Sekelompok pedagang eceran yang membentuk sebuah organisasi
pembelian terpusat dan melakukan promosi bersama.
4) Koperasi konsumen
Suatu toko eceran yang dimiliki oleh para konsumen dengan
menghimpun modal bersama, mereka dapat membangun pabrik
sendiri dan menjual produk di toko koperasi bersama ini.
5) Organisasi pengguna hak paten/ franchise
Organisasi yang memperoleh hak guna paten dari franchise,
untuk mejual produk sesuai dengan petunjuk dan peraturan serta
kondisi yang telah ditetapkan.

6) Konglomerat dagang
Bentuk bebas dari perusahaan untuk mengkombinasikan beberapa
lini pedagang eceran yang dikelola dibawah satu kepemilikan
berikut fungsifungsi ditribusi dan manajemennya.
4. Keuntungan dan Kelemahan Perdaganngan Eceran
Beberapa keuntungan dari perdagangan eceran kecil adalah
1) Modal yang diperlukan kecil.
2) Untuk mengisi waktu luang guna mencari pendaptan tambahan.
3) Umumnya lokasi yang digunakan oleh pedagang eceran kecil
strategis karena dekat dengan pusat konsumen.
4) Hubungan antara pedagang eceran kecil dan konsumen ialah kuat,
terbukti konsumen dan pedagang bisa berbincangbincang bebas.
Beberapa kelemahan dari perdagangan eceran kecil adalah
1) Keahlian kurang.
2) Administrasi dalam bentuk pembukuan tidak diperhatikan,
sehingga terkadang hasil pendapatan habis untuk memenuhi
kebutuhan makan.
3) Pedagang kecil tidak dapat melakukan sales promosi.

B. Pedagang Kaki Lima


Kaki lima, sebuah nama yang tentunya tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Sebuah nama yang jika orang mendengarnya mungkin akan
terlontar berbagai komentar miring. Yah, mereka sering dianggap sebagai
‘pengganggu’ atau juga ‘pengotor’. Sebenarnya, dimata para perencana kota,
kaki lima merupakan fenomena yang menarik. Satu sisi, kaki lima sebagai
sektor informal kota memang banyak memberikan dampak negatif bagi ruang
fisik kota. Banyak aturan yang mereka langgar. Namun, satu sisi lagi,
terkadang kaki lima juga dianggap memberikan nilai tambah bagi ruang kota
karena bisa menguatkan atau menciptakan sebuah kearifan lokal. Istilah kaki
lima adalah istilah yang hanya dikenal di Indonesia. Tidak ada istilah ‘five
feet’ di luar negeri. Di luar negeri mereka biasanya dikenal sebagai ‘Street
Vendor’ atau ‘Street Hawker’.
Dari mana penamaan kaki lima? Perlu diketahui, pada masa kolonial
Belanda, pemerintah pada waktu itu menetapkan bahwasanya setiap jalan raya
yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki atau
lazimnya disebut pedestrian atau trotoar. Karena kebiasaan orang belanda
yang senang berjalan sambil membawa peliharannya (baca : anjing), maka
ditetapkan lebar pedestrian/trotoar yang ideal adalah lima kaki (1 kaki = 30.48
cm, 5 kaki = 152,4 cm) atau sekitar satu setengah meter. Lebar lima kaki
dinilai ideal untuk seorang pejalan kaki yang membawa hewan peliharaanya
jika berselisih jalan dengan pejalan kaki lainnya.
Nah, beriring berjalannya waktu, muncul sebagian orang yang
menggunakan pedestrian yang lebarnya lima kaki ini untuk berjualan. Beriring
berjalannya waktu pula, mereka yang berjualan di atas pedestrian ini disebut
sebagai ‘pedagang kaki lima’ atau ‘kaki lima’ saja. Dan pada akhirnya,
meskipun lebar pedestrian sekarang tidak mesti ‘lima kaki’ mereka tetap saja
disebut sebagai ‘kaki lima’
Sejatinya trotoar adalah jalur yang diperuntukkan bagi pejalan kaki untuk
menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada
pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka
mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan
utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan
kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan
yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.
1. Pergertian Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah mereka yang
melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam
menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum,
seperti terotoar, pingir-pingir jalan umum, dan lain sebagainya.Pedagang
yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka tertentu dengan
menggunakan sarana atau perlangkapanyang mudah dipindahkan,
dibongkar pasang dan mempergunakan lahan fasilitas umum sebagai
tempat usaha.
2. Ciri – ciri Pedagang Kaki Lima
Adapun ciri-ciri pedagang kaki lima ialah :
a) Tidak memiliki ijin tempat usaha (biasanya hanya ijin dari RW
setempat)
b) Modal tidak terlalu besar, relatif kecil
c) Jumlah pekerja tidak terlalu banyak
d) Dalam menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal,
keahlian khusus namun hanya berdasarkan pengalaman
e) Teknologi yang digunakan sangat sederhana
f) Kurang terorganisir
g) Jam usaha tidak teratur
h) Ruang lingkup usahanya kecil
i) Umumnya hanya dilakukkan oleh anggota keluarga
j) Jenis usaha yang di kerjakan biasanya dalam bentuk :pengrajinan
,perdagangan dan jasa
k) Hasil produksi cenderung untuk segmen menengah ke bawah
l) Biaya pungutan yang dikeluarkan cukup banyak.
3. Peranan Keberadaan Pedagang Kaki Lima dalam pereokonomian
indonesia
Adapun peranan pedagang kaki lima dalam perekonomian antara lain:
a) Dapat menyebarluaskan hasil produksi tertentu.
b) Mempersepat  proses  kegiatan  produksi  karena  barang  yang  dijual
cepat laku.
c) Membantu masyarakat  ekonomi  lemah dalam  pemenuhan kebutuhan
dengan harga yang relative murah.
d) Mengurangi pengangguran.
4. Potensi berwirausaha kaki lima
Potensi dri keberadaan pedagang kaki lima yang dapat di kembangkan
adalah:
a) PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak
dapat dihapuskan
b) PKL dapt dipakai sebagai penghias kota apabila di tata dengan baik
c) PKL menyimpan potensi pariwisata
d) PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didesain dengan
baik.

C. Franchising (waralaba)
1. Sejarah Waralaba
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh
Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan
distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal,
namun dia yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini
di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih
sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber
lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan
sebuah industri otomotif AS, General Motors Industry pada tahun
1898.Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah
dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi
dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif antar
pabrikan mobil dengan penjual. Mc Donalds, salah satu pewaralaba
rumah makan siap saji terbesar di dunia.Waralaba saat ini lebih
didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini
dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restoran cepat
sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan
Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan
mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan
nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun
desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam
perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan
terutama pada tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba
sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai
waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian
pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari
sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen
dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris,
berkembangnya waralaba dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy
and Golden Egg, pada tahun 60-an.Bisnis waralaba tidak mengenal
diskriminasi. Pemberi waralaba dalam menyeleksi calon mitra usahanya
berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.
2. Pengertian Waralaba
Apa itu waralaba? Yang dimaksud dengan waralaba adalah
waralaba jika dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “Franchising” dan jika
dalam bahasa Francis yaitu “Franchise”, Merupakan hubungan bisnis
atau usaha antara pemilik merek, produk maupun sistem operasioal
dengan pihak kedua yang berupa pemberian izin dari pemakaian merek,
produk dan sistem operasional dalam jangka waktu yang telah di tentukan
sebelumnya.Atau definisi lain dari waralaba adalah bentuk kerjasama
bisnis atau usaha dengan memakai prinsip kemitraan, sebuah perusahaan
yang sudah mapan baik itu dari segi sistem manajemennya, keuangannya
maupun dari marketingnya serta adanya merek dari produk perusahaan
yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, dengan perusahaan ataupun
individu yang memakai merek dari produk maupun sistem tersebut itulah
yang disebut dengan waralaba.
3. Produk-produk yang dapat di jadikan franchising
Produk-produk yang dapat di jadikan franchising adalah:
a) Barang atau jasa yang telah mempunyai pasran luas dan citra unggul.
b) Formula paten atau desain tertentu
c) Nama dagang atau merk dagang
d) Konsultan manajemen keuangan atau pengawasan
e) Promosi advertising dan pembelian
4. Keuntungan Waralaba
a) Manajemen bisnis telah terbangun
Bisnis waralaba memberikan keuntungan untuk berbisnis di bawah
bendera bisnis lain yang sudah memiliki reputasi yang bagus. Ide,
penamaan dan manajemen suatu bisnis telah di uji coba sebelumnya
dan siap untuk di implementasikan pada lokasi yang baru.
b) Sudah dikenal masyarakat
Pemasaran bisnis waralaba cenderung lebih mudah, karena bisnis
sebelumnya lebih terdahulu di kenal masyarakat. Dengan kata lain,
biaya dan tenaga yang diperlukan untuk membangun reputasi bisnis
tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan membangun bisnis
baru.
c) Manajemen finansial yang lebih mudah
Investor cenderung lebih suka untuk memberikan modal pada bisnis
yang telah kokoh dari segi finansial dan jaringan pemasaran. Dengan
menggunakan bisnis waralaba, sistem manajeman finansial telah di
tetapkan oleh pemilik waralaba utama, sehingga kita tidak perlu
dipusingkan lagi dengan manajemen finansial seperti membangun
bisnis baru.
d) Kerjasama bisnis telah terbangun
Orang yang membeli waralaba bisa mendapatkan keuntungan
kerjasama yang telah terbangun sebelumnya oleh pemilik waralaba.
Contohnya kerjasama dengan pemasok bahan baku, pihak periklanan
dan juga pemasaran.
e) Dukungan dan keamanan yang lebih kuat
Pemilik waralaba biasanya akan memberikan pelatihan seperti
manajemen finansial, pemasaran, periklanan dan lain lain. Hal – hal
seperti ini biasanya sudah termasuk dalam paket pembelian waralaba.
f) Bisa mendapat untung lebih besar.
Banyak orang berpikir bahwa keuntungan dari bisnis waralaba adalah
mendapatkan keuntungan lebih besar karena brand telah dikenal
banyak orang. Tapi pada kenyataannya, hal ini tidak selalu terjadi.
Biaya yang dikeluarkan oleh pembeli waralaba kepada pihak pemilik
waralaba tentunya dipotong dari keuntungan yang didapat. Pembeli
waralaba akan mendapatkan banyak kemudahan di saat-saat awal
usaha, tapi untuk jangka panjang, para pemilik waralaba kadang
menemukan bahwa memulai bisnis sendiri mungkin akan jauh lebih
menguntungkan.
5. Kekurangan Bisnis Waralaba
a) Kurang kendali
Salah satu kekurangan dari bisnis waralaba adalah kurangnya kendali
dari pembeli waralaba terhadap bisnisnya sendiri, karena semua
sistem telah ditentukan oleh pemilik waralaba. Sehingga ruang gerak
pembeli waralaba sangat terbatas. Ide-ide untuk berkreatifitas pun
terkadang tidak bisa diaplikasikan, karena adanya perjanjian-
perjanjian khusus.
b) Sangat terikat dengan supplier
Untuk mendapatkan keuntungan yang mencukupi, tentunya setiap
pengusaha menginginkan modal yang kecil. Salah satu caranya
adalah mencari supplier yang murah. Dengan menggunakan sistem
waralaba, pihak pemasok barang pun telah ditentukan. Sehingga kita
tidak bisa memilih lagi supplier yang lebih murah.
c) Ketergantungan pada reputasi waralaba lain
Salah satu kekurangan terbesar dari waralaba adalah tergantungnya
reputasi waralaba terhadap waralaba yang lain. Jika waralaba yang
lain melakukan kesalahan yang mengakibatkan rusaknya reputasi,
maka hal ini juga akan mempengaruhi waralaba yang anda kelola.
d) Biaya waralaba
Pihak pemilik waralaba akan mengajukan biaya awal untuk membeli
perjanjian waralaba. Kemudian biaya lanjutan untuk pelatihan dan
dukungan bagi para pembeli waralaba.
e) Pemotongan keuntungan
Pembeli waralaba di haruskan untuk membayar royalti dari sejumlah
keuntungan yang didapatkan. Jika keuntungan yang didapatkan
sedikit, berarti keuntungan tersebut akan dipotong untuk menutupi
biaya ini.
Refrensi

Buchari alma. 2011. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta


Website :
staff.uny.ac.id/sites/.../DITKAT%20KEWIRAUSAHAAN.pdf
repository.ipb.ac.id/handle/123456789/20481
file.upi.edu/Direktori/.../Kewirausahaan/Kewirausahaan.pdf

Anda mungkin juga menyukai