Anda di halaman 1dari 8

kimia klinik

Selasa, 08 Januari 2013

Jenis – jenis pemeriksaan urine dilaboratorium

1.Pemeriksaan Makroskopik urine

Yang dinilai adalah :

Volume
Normal ;  1200 -1800 mL/ 24 jam (dewasa)
Anak 1-6 tahun              : ¼ orang dewasa
Anak 6-12 tahun            : ½ orang dewasa
Volume urine dipengaruhi oleh umur, intake, aktifitas, perspirasi, fungsi ginjal.

 Poliuria (peningkatan volume urine,  > 2000 mL/24 jam)


Ditemukan pada Diabetes melitus, diabetes inpidus, glomerulo nefritis kronik, saat keadaan edema menghilang,
masa penyembuhan febris akut.
 Oligouria (penurunan volume urine,  300-700 mL/24 jam)
Ditemukan pada glomerulo nefritis akut (GNA), aklamsia, diare berat, muntah-muntah hebat, terlalu banyak
Demam, Dekompensasi kardis.
 Anuria (tidak ditemukan urin, <300 mL/24 jam )
Ditemukan pada GNA berat, Keracunan HgCl2.
  
Warna
Normal ;  kuning muda, disebabkan oleh pigmen urine urochrom dan urobili, dipengaruhi oleh makanan, obat,
penyakit tertentu. Faktor yang mempengaruhi warna urine :
a)      Konsentrasi urin: makin pekat makin gelap warnanya
b)      Keasaman urin: makin alkalis warna urin makin gelap
c)       Pigmen-pigmen abnormal dalam urin dan obat-obatan
Merah  :  ada darah, porfobilin, obat.
Hijau      : ada kuman
Coklat   :bilirubin (seperti air teh), hematin
Hitam    : darah , obat
Seperti air susu                 :pus, getah prostat, chylus (lemak), bakteri.

Kejernihan / kekeruhan
Normal ; jernih
Bila keruh, mungkin desebabkan oleh bakteri, kristal , posfat, urat, eritrosit, epitel.
Nubecula : urine jernih jika dibiarkan/didinginkan menjadi keruh ringan, kerena  ada endapan lendir, urat, fospat,
epitel, leukosit, bakteri.
  
Berat jenis
Bj urine normal ; 1.003 – 1.03
Bj urine dipengaruhi oleh jumlah urine, komposisi urine,fengsi pemekatan ginjal.
Bj urine tingggi : Diabetes Melitus, nefrotis akut, demam.
Bj urine rendah :stadium terminal nefritis.
Pengukuran Bj urinedengan menggunakan Urinometer dengan skala 1.000 – 1. 040 dan selalu dikalibrasi pada suhu
150C atau 200C , refraktometer. 

Hasil pemeriksaan BJ urin harus selalu dikoreksi dengan:


1)      Suhu ruang:
  Tiap 3ᵒC di atas suhu tera, maka hasil pembacaan ditambah 1
  Tiap 3ᵒC di bawah suhu tera, maka hasil pembacaan dikurang1
2)      Kadar glukosa urin:
  Tiap 1% glukosa maka hasil pembacaan di kurang 4
3)      Kadar protein urin:
  Tiap 1% protein maka hasil pembacaan dikurang 3
Bila jumlah urin tidak cukup untuk pemeriksaan BJ urin, maka urin diencerkan dengan aquades 1:1. Hasil BJ
sebenarnya adalah pembacaan BJ urin yang telah diencerkan dikalikan pengenceran (2) terhadap angka dibelakang
titik.

Arti klinis pemeriksaan BJ urin:


         Membantu mendiagnose glukosuri pada penderita koma (koma diabetikum urinnya jernih tapi BJ nya tinggi.
         Untuk mengetahui faal ginjal menurut percobaan konsentrasi menurut Fishberg

   
Bau
Normal; aromatis
Bau amoniak :perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter.
Bunga layu : ketonuria
Busuk : perombakan protein  pada ureter.
Bau yang berasal dari makanan dan minumam (Normal)

  
pH
normal ; 4,5 – 8,0 atau rata-rata 6,4 -7
pengukuran pH urine dengan kertas lakmus, kertass nitrazin, pH meter
jika pH alkalis :retensi urine pada kandung kemih, sistitis kronis, anemia, muntah yang hebat.
Jika pH asam : assidosis, demam, diet protein, pielonefritis.
 
Pemeriksaan Mikroskopis Urine
Guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya ( stadium, berat ringannya
penyakit, follow up).
Sampel yang digunkan untuk pemeriksaan mikroskopik urine adalah:

 Urine sewaktu yang segar


 Urine pagi yang segar (terbaik)
 Urine dengan pengawet (formalin)
Sediaan pemeriksaan mikroskopik urine :

 Tanpa pewarnaan (sediaan natif)


 Dengan pewarnaan seperti:
Sudan III/IV = oval fat bodies
Prussian Blue = butir hemosiderin
Cara pemeriksaan:
1.               5ml urin masukkan dalam tabung centrifuge
2.              Pusingkan 1500 rpm selama 5 menit,
3.              Supernatan dipisahkan ke tabung lain,
4.              Sedimen diteteskan diatas obyek gelas, tutup dengan deck gelas
5.              Sediaan diperiksa dengan mikroskop dengan perbesaran obyektif 10 dan 40 kali
Yang dapat dilihat :
  
a. Unsur organik
  
Sel darah
Eritrosit :  ditemukan pada pasien  hematuria pada trauma ginjal, tumor ginjal, TBC ginjal
 Bentuk bundar
 Batas jelas
 Warna kuning muda
 Ukuran ± 7μm
 Normal 0-1 /lpb
Leukosit : ditemukan padda pasien leukosituria, pada sistitis, pielonefritis.

 Bentuk bundar
 Batas tidak jelas
 Sitoplasma banyak berbutir
 ukuran ± 11μm
 Normal <6/lpb

 
Silinder
Yaitu cetakan protein yang terjadi di tubuli. Syarat terbentuknya ; adanya proteinuria, suassana asam, oligouria –
anuria
Yang ditemukan = silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder leukosit. (nama sesuai dengan
sel/strukturyang menempel)
Contoh :

   
Silinder  hyalin                            silinder epitel                                       silinder eritrosit
   
Epitel
Berasal  dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Normal selalu terdapat dalam urin. Bertambah banyak pada
penderita glomerulonefritis . Positif pada radang selaput lendir pada traktus urinarium.

  
Benang lendir
Terdapat pada iritasi selaput lendir traktus urogenital

Oval bat bodies


Yaitu epitel yang mengandung lemak, berasal dari sindroma nefrotik (SN)

Bakteri
S. Tiphy, E.Colli, M.TBC

b. Unsur anorganik
Kristal yang dijumpai pada keadaan normal.
Dalam urine asam : Ca Oksalat, asam urat, urat amorf.
Dalam urin alkalis : fosfat, Ca. Karbonat, ammonium urat, fosfat amorf
Kristal yang dijumpai dalam urin abnormal:

1. kristal sistein dijumpai pada kelainan kongenital,


2. Kristal tirosin dan leusin pada penyakit hepar yang berat
       

 
Kalium oksalat                              asam urat                                        amonium biurat                 kristal amorf

  
2. Pemeriksaan Kimia Urine
a. Pemeriksaan glukosa 
Normal : 1 -25 mg/ dL
Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan
menyerap kembali hasil filtrasi dari glumerulus.
Glukosuria yaitu, adanya ditemukan glukosa didalam urine yang melebihi kadar normalny / ekresi glukosa kedalam
urine.
Penyebab Glukosuria adalah
   
Tanpa hiperglikemia

Terjadi pada :

 Glukosa renal
Yaitu,  glukosa dibuang ke air kemih  meskipun kadar glukosa didalam darah normal.
Hal ini terjadi karena adanya kelainan fungsi di tubuluss renalis.

 Alkalimentasi
 Kehamilan

Dengan hiperglikemia

Terjadi pada :

 Diabetes melitus
Karen akadar glukkosa didalam darah meningkat, karena kekurangan insulin. Sehingga nefron diginjal tidak bisa
menyerap kembali kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang ginjal (ambang glikosa di ginjal : > 170 mg/dL).
Makanya kelebihan glukosa dibuang ke urine.

 Hipertiroid
 Tekanan udara cranial
 Sesudah anestesi dengan eter
Hiperglikemia = suatu keadaan dimana kadar glukosa didarah meningkat dari normal (N : 60 -120 g/dL) .
Hipoglikemia =n suatu keadaan dimana kadar glukosa didarah rendah dari normah.
Pada hipoglikemia disebabkan oleh :

 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas


 Dosis insulin/ obat lain yang terlalu tinggi
 Kelainan padakelenjer hipofise/ kelenjer adrenal
 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat/ pembentukan glukosa dihati

Mekanisme terjadinya glukosuria:

1. Apabila GFR meningkat, reabsorbsi normal.


2. Apabila reabsorbsi meningkat, GFR normal.
3. Jika kadar gula darah normal, GFR menurun.

Pemeriksaan glukosa urine dilaboratorium :


Ada dua cara yaitu :
   1. Berdasarkan reduksi ion Cu.
Prinsip : dalam suasan alkali kuat panas gula- gula (reduktor) dalam urine akan mereduksi ion cupri (Cu++) menjadi
cupro (Cu+), bisa dalam bentuk CuOH (kuning ) atau Cu2O (merah) tergantung jumlah reduktor dalam urine.

   2. Berdasarkan enzimatik (carik –celup)


Prinsip : glukosa dan O2 dengan bantuan enzim glukosa oksidase dirubah menjadi gluconic acid dan H2O2,
H2O2 dengan adanya peroksidase sdirubah menjadi H2O dan On. On akan mengoksidasi indikator warna pada kertas
tes. Intensitas warna yang timbul sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam sampel.

Pemeriksaan kualitatif
Untuk melihat ada / tidaknya glukosa didalam sampel urine.

Metoda yang digunakan:

    Tes enzimatik (Carik celup)


    Metode fehling (reduksi ion Cu)
Metode fehling
Reagen :
Fehling I
CuSO4 5H2O 34,639 g , dilarutkan dalam 300 mL aquadess, dipanaskan perlahan-lahan, dan diencerkan dengan
aquades  menjadi 500 mL.
Fehling II
Natrium Kalium Tartat                   173 g
KOH                                                      100 g
Aquadess                                           500 mL
Cara kerja :
Reagen fehling I 1 mL + reagen fehling II 1 mL + urine 0,5 mL dipanasskan sampai mendidih selama 3-5 menit,
amati.

 Bila warna tetap biru hasil pemeriksaan negatif.


 Bila warna kuning atau merah bata hasil positif.

Keuntungan metoda Fehling: sangant sensitif


Kerugian metoda Fehling : kurang spesifik, karena reagen fehling mengnadung basa kuat (KOH) akibatnya semua
reduktor terdeteksi sebagai glukosa.
 
Pemeriksaan semi kuantitatif
Untuk memprediksi kadar glukosa yang terkandung didalam sampel urine.
Metoda :

    Tes enzimatik
    Reduksi ion Cu ( metoda benedict, metoda clinistes)
Metoda benedict

Reagen:
CuSO4 5H2O 17,3 g dilarutkan didalam 100 mL aquades (bila perlu panaskan sampai larut)
Natrium sitrat 173 g dan natrium karbonat anhidrat 100 g dilarutkan dalam 600 mL aquades (panaskan bila perlu, dan
saring)
Campurkan larutan sitrat karbonat dengan larutan CuSO4 tersebut perlahan =lahan dengan pengadukan yang
konstan, bilas larutan CuSO4 dengan aquades.
Tambahkan aquades hingga volume 1000 mL.

Cara kerja:
5 mL reagen benedict ditambah 0,5 mL urine,panaskan hingga mendidih selama 2 -3 menit, baca hasilnya dalam
keadaan panas.

Pembacaan hasil :
Tetap biru tak ada endapan              : negatif ( 0 – 0,1 g/dL )
Hijau dengan endapan kuning         : +  ( 0,5 -1,0 g/dL )
Kuning                                                       : ++  ( 1,0 -1,5 g/dL)
Orange                                                      : +++ ( 1,5 _ 2,5 g/dL )
Merah bata                                              : ++++ ( 2,5 – 4 g/dL )

Keuntungan metode benedict : lebih spesifik dan semikuantitati


Kerugian metoda benedict : kurang sensitif karena menggunakan basa lemah.
 Metoda clinistes

Reagen :;
Tablet clinictes siap pakai yang berisi kombinasi cuSO4 , asam sitrat, Na2CO3 anhidrat, NaOH.

Cara kerja :
Satu tablet clinictes dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 tete urine. Tungggu 15 detik sampai gelembung udara yang
terjadi habis. Lihat hasilnya sambil dikock perlahan-lahan. Bandingkan warna yang terjadi dengan warna standar.

Berdasarkan reaksi enzimatik


Cara kerja :
Celupkan strip test kedalam urine selama satu detik. Stik dikeluarkan dari urine. Baca hasilnya dengan
membandingkan sampel terhadap standar yang ada di tabung strip test dalam waktu < 60 detik.
Pembacaan hasil positifbila terjadi perubahan warna dari warna dasar, peniaian sesuai dengan warna sstandar.

b. Pemeriksaan protein urine 

Normal : 10 mg/dL
Protein berfungsi untu pertumbuhan.  Protein terdiri dari :
  Albumin : untuk mengatur cairan koloid osmotik didalam tubuh.
  Globulin : untuk imunoglobulin / anti bodi tubuh / pertahanan.
Proteinuria adalah adanya protein yang ditemukan didalam urine yang melebihi kadar normalnya . Proteinuria disebut
juga dengan albuminuria.
Proteinuria :
Ringan  : ≤ 0,5 g/L per 24  jam
Sedang : 0,5 – 3 g /L per  24 jam
 Berat : > 3 g /L per  24 jam
Proteinuria disebabkan oleh:

1.    Fisiologis
2.    Patologis
Proteinuria fisiologis
Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya
tidak boleh sampai + 1.

Proteinuria fisiologis dapat ditemukan pada :

1. Wanita hamil  (karena pada ssaat hamil assupan gizi bertambah/meningkat, termasuk protein dan dalam
darah kadar protein meningkat sehingga ginjal tidak dapat menyaring kelebihan karena melewati ambang
ginjal.)
2. Demam
3. Hipertensi
4. Stres
5. Kerja berat
6. Bayi yang baru lahir (usia 1 minggu)
7. Berdiri yang terlalu lama
8. Kedinginan  ( karena adanya penekanan vena renali diginjal. )

Proteinuria patologis
Ditemukan protein diddalam urine yang menandakan adanya indikasi penyakit.

Proteinuria patologis dapat ditemukan pada:

 Pre renal
Yaitu, proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ –organ sebelum ginjal misalnya hati.
Ditemukan pada penyakit:

1. Sirosis hepatic
2.  Meningnitis
3.  Ascites
4.  Febris 

  Renal
Yaitu, proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ ginjal.
Ditemukan pada penyakit :

1.   GNA ( Glomerulo Nefritis Akut )


2.   GNK ( Glomerulo Nefritis Kronis )
3.   PNA ( Pyelo Nefritis Akut)
4.   PNK ( Pyelo Nefritis Kronis )

 Post renal
Yaitu, proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ- organ setelah ginjal , misalnya saluran fesikaurinaria,
ureter.

1. Ditemukan pada penyakit :


2.  Urethritis
3.  Sistitis

Pemeriksaan protein urine

Secara kualitatif
Untuk melihat ada / tidaknya protein didalam urine.
Metode yang digunakan :

    Metoda exton
    Metoda enzimatik (carik celup)
    Tes biokimia ( uji biuret )
Metode exton
Prinsip: protein dalam suasana asam akan menggumpal ( mengendap)

Reagen :
Asam sulfosalisilat                    : 50 g
Natrium sulfat kristal               : 88 g
Aquadess                                     : 1000 mL

Cara kerja :
Urine disentrifuge selama5 menit 1500 rpm. Supernatan ditambah reagen sebanyak 1:1. Amati hasinya.

Jika jernih :negatif


Jika keruh : positif

Pemeriksaan semi kuantitatif


Untuk memprediksi kdar protein yang terkangdung didalam sampel urine.
Metoda yang digunakan :

    Pemenassan dengan asam asetat


    Metode bang
    Carik celup
Pemanasan dengan asam aasetat
Prinsip : protein dalam suasana asam akan menggumpal.

Reagen: asam asetat 10%

Cara kerja :
5 mL urine dipanaskan 1-2 menit ditambahkan asam asetat10% tetes demi tetes.

Tidak ada kekeruhan               : negatif (-)


Kekeruhan sedikit (tidak berbutir)    : + (10 -50 mg/dL)
Kekeruhan jelas (berbutir)                   : ++ (50 -200 mg/dL)
Kekeruhan hebat (berkeping-keping)    : +++(200 -500 mg/dL)
Menggumpal                                                    : ++++ (>500 mg/dL)

Metode bang
Prinsip : protein dipanaskan dengan asam akan menggumpal.

Reagen:
Natrium assetat                                     : 11,8 g
Asam asetat glasial                               : 5,65 mL
Aquadess                                                 : add 100 mL

Cara kerja :
5 mL urine jernih + 0,5 mL reagen bang dipanaskan 5 menit baca.
Bila keru : positif
Interprestasi sama dengan metode pemanasan assam asetat.

Metode carik celup


Prinsip : pada pH tertentu protein akan merubah zat kromogen membentuk warna. 

Cara kerja: celupkan strip kedalam urine selama 1 detik. Keluarkan dan tiriskan kelebihan urine dengan tisu atau
kertas saring. Baca terjadinya perubahan warna dalam 60 detik. Bandingkan dengan warna standar pada tbung atau
baca dengan alat khusus.

http://yanniimel.blogspot.co.id/2013/01/jenis-jenis-pemeriksaan-urine.html

Anda mungkin juga menyukai