Disusun oleh :
1. Dian Marlinda (18108241020)
2. Rifki Abdul Rosyid (18108241080)
3. Mila Nurfitriana (18108241121)
4. Eva Hilya Fakhrani (18108244047)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya karena kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah dengan judul “Kepribadian”.
Sekaligus kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih untuk Ibu Nur Hayati, S.
Pd., M. Pd. selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum yang telah memberikan kepercayaan
kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan terkait psikologi
kepribadian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2
BAB II (PEMBAHASAN)
A. Pengertian Kepribadian...................................................................................................3
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian........................................................4
C. Tahap – Tahap Perkembangan Kepribadian...................................................................6
D. Aspek – Aspek Kepribadian............................................................................................7
E. Ciri – Ciri Kepribadian....................................................................................................7
F. Teori Psikologi Kepribadian...........................................................................................9
G. Tipe Kepribadian...........................................................................................................11
H. Pengukuran Kepribadian...............................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
Daftar Pustaka......................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi
kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu
psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu
memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak
digunakan untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah ciri – ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang
memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang
dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang
diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga
tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu –
individu. ( Koetjaraningrat, 1985:102).
3
Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat di simpulkan
secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri
dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola -
pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan
dengan kebiasaan umum.
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani,
atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan,
pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan
sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan
telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap
bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada
setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan
pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan
peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-
manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor
sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan
sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak,
peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh
yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah
sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini
disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh
yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat
4
tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima
dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka
pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat
diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan
pembentukan kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu
dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan
dan pembentukan kepribadian antara lain:
a. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi
oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima
sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras
dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
b. Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-
nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara
bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
c. Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu
masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu.
Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup
dan cara-cara kehidupannya.
d. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa
merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu
kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang
memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir
yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan
bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
5
e. Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern
pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat
mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
6
manusia mulai tumbuh dan berkembang menuju kematangan pribadi untuk hidup
mandiri dan bertanggung jawab.
D. Aspek-aspek kepribadian
E. Ciri-ciri Kepribadian
Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian
yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
1. Kepribadian yang sehat
a. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan
dan sebagainya.
7
b. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar,
tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi
sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh
prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak
mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
d. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
e. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta
menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
f. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi
situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak
destruktif (merusak)
g. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas
dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara
mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
h. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan
bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti
dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan
dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang
lain, karena kekecewaan dirinya.
i. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki
sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
k. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh
faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection
(kasih sayang).
8
2. Kepribadian yang tidak sehat
a. Mudah marah (tersinggung)
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
d. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda
atau terhadap binatang
e. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
f. Kebiasaan berbohong
g. Hiperaktif
h. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
i. Senang mengkritik/mencemooh orang lain
j. Sulit tidur
k. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
l. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang
bersifat organis)
m. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
n. Pesimis dalam menghadapi kehidupan
o. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
1. Teori Psikodinamika
Bagian paling primitif dari kepribadian disebut Id. ld menjadi sumber energi
utama. Ini memungkinkan manusia untuk dapat bertahan hidup. Ego dan superego
berkembang dari Id. Id meliputi berbagai dorongan biologis dasar contohnya
kebutuhan fisik. Semakin individu berkembang, dorongan untuk memenuhi
9
kebutuhan semakin kuat. Hal ini membuat individu semakin realistis untuk
berhubungan dengan lingkungan.
10
individu adalah pengalaman yang telah dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Teori
belajar sosial menekankan kondisi situasional atau determinasi lingkungan pada
perilaku.
3. Teori Behavioristik
Teori behaviorisme didirikan oleh J. B Watson. Beberapa tokoh lain dari teori
behaviorisme adalah B.F Skinner, E.L Thorndike dan Ivan Pavlov serta masih ada
beberapa tokoh lainnya. Pembahasan kepribadian dengan berdasarkan pada teori
behaviorisme seringkali dikaitkan dengan B. F Skinner.
Teori ini meyakini tingkah laku manusia merupakan fungsi stimulus.
Determinan perilaku berada di lingkungan dan bukan dalam diri manusia. Para ahli
teori ini telah melalukan berbagai penelitian dan menemukan bahwa segala tingkah
laku manusia didapatkan dari proses belajar yang berasal dari lingkungan.
4. Teori Humanistik
Istilah ini mulai diperkenalkan pada sekitar tahun 1960. Psikologi Humanistik
dipimpin oleh Abraham Maslow. Awalnya para ahli dalam psikologi humanistik
menjadi alternatif dari dua teori berpengaruh yaitu teori behaviorisme dan teori
psikoanalisa. Tokoh dalam psikologi humanistik melontarkan pandangan yang
berbeda-beda.
Namun berlandaskan pada aliran filsafat eksistensialisme, dimana manusia
adalah sesuatu yang ada di dunia dan manusia sadar sepenuhnya dengan
keberadaannya di dunia. Aliran eksistensialisme menolak pendapat manusia adalah
hasil bentukan sejak lahir ataupun hasil dari lingkungan semata. Para ahli aliran ini
berasumsi bahwa individu mempunyai kebebasan dalam memilih tindakan atau
menentukan sendiri nasibnya sebagai perwujudan dari keberadaannya.
G. Tipe Kepribadian
11
sifat panas terdapat dalam sanguis (darah). Keempat cairan tersebut terdapat di dalam
tubuh dengan proporsi tertentu. Jika proporsi cairan-cairan tersebut di dalam tubuh
berada dalam keadaan normal, maka individu akan normal atau sehat, namun apabila
keselarasan proporsi tersebut terganggu maka individu akan menyimpang dari keadaan
normal atau sakit (Suryabrata, 2007).
Menurut Galenus, seorang koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup, besar
semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis. Sedangkan seorang
melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistis.
Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buru (calm, tenang), tak mudah dipengaruhi
dan setia. Seorang sanguinis mempunyai sifat khas hidup, mudah berganti haluan,
ramah, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti (Sujanto, 2001) .
Menurut Galenus, seorang koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup, besar
semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis. Sedangkan seorang
melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistis.
Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buruk (calm, tenang), tak mudah dipengaruhi
dan setia. Seorang sanguinis mempunyai sifat khas hidup, mudah berganti haluan,
ramah, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti (Sujanto, 2001)
Selain itu, Florence littauer juga mengembangkan lagi tipe kepribadian yang telah
dijelaskan oleh Hipocrates dan Galenus. Dalam bukunya yang berjudul Personaliy Plus,
Littauer menjelaskan lebih rinci mengenai sifat masing-masing kepribadian. Seorang
sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, membicara dan optimis. Dari segi
emosi, ciri seorang sanguinis yaitu kepribadian yang menarik, suka bicara,
menghidupkan pesta, rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara fisik
memukau pendengar, emosional dan demonstrative, antusias dan ekspresif, periang dan
12
penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik dipanggung, lugu dan polos, hidup dimasa
sekarang, mudah diubah, berhati tulus, selalu kekanak-kanakan. Dari segi pekerjaan,
sifat seorang sanguinis yaitu sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru,
tampak hebat dipermukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai
dengan cara cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut dan mempesona orang lain
untuk bekerja.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi seorang melankolis mempunyai sifat hati-
hati dalam berteman, menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan
benar, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain, menghindari perhatian, setia
dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat
memperhatikan orang lain, mencari teman hidup ideal. Kelemahan dari melankolis
yaitu mudah tertekan, punya citra diri rendah, mengajukan tuntutan yang tidak realistis
kepada orang lain, sulit memaafkan dan melupakan sakit hati, sering merasa sedih atau
kurang kepercayaan, suka mengasingkan diri, suka menunda-nunda sesuatu (Litteaur,
1996).
Seorang koleris pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, pelaku dan optimis.
Dari segi emosi, ciri seorang koleris yaitu berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat
13
memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas,
memiliki motivasi berprestasi, tidak emosional bertindak, tidak mudah patah semangat,
bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja. Dari segi
pekerjaan, sifat seorang koleris yaitu berorientasi target, melihat seluruh gambaran,
terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak,
mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang
kegiatan, berkembang karena saingan.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi koleris mempunyai sifat tidak terlalu perlu
teman, mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu benar, unggul dalam
keadaan darurat, mau bekerja untuk kegiatan, memberikan kepemimpinan yang kuat,
menetapkan tujuan. Kelemahan dari koleris yaitu pekerja keras, suka memerintah,
mendominasi, tidak peka terhadap perasaan orang lain, tidak sabar, merasa selalu benar,
merasa sulit secara lisan atau fisik memperlihatkan kasih sayang dengan terbuka, keras
kepala, tampaknya tidak bisa tahan atau menerima sikap, pandangan, atau cara orang
lain (Litteaur, 1996).
14
Dalam bukunya, Florence Littauer juga mengatakan bahwa diantara 4 tipe
kepribadian diatas, manusia juga dapat mempunyai kemungkinan campuran diantara ke
empatnya. Tipe kepribadian campuran tersebut antara lain:
a. Campuran Alami, yaitu antara kepribadian sanguinis dengan koleris serta campuran
antara kepribadian melankolis dan phlegmatic
b. Campuran pelengkap, yaitu antara kepribadian koleris dan melankolis serta
campuran kepribadian sanguinis dan phlegmatic
c. Campuran yang berlawanan, yaitu antara kepribadian sanguinis dan melankolis serta
antara kepribadian koleris dan phlegmatis.
H. Pengukuran Kepribadian
Sobur (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa cara untuk mengukur kepribadian,
diantaranya yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi Direk
15
Syarat penggunaan metode ini yaitu peneliti adalah orang dewasa dan cukup
inteligen, serta dilakukan untuk pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
a. Stress Interview
Stress Interview digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang untuk
bertahan terhadap hal-hal yang mengganggu emosinya dan seberapa lama
seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah tekanan ditiadakan.
b. Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat
lama, dan diselenggarakan secara nonstop. Tujuannya adalah membuat
interviewee lelah dan melepaskan sikap defensifnya dengan berbicara terus
terang. Cara ini biasanya digunakan untuk meneliti para tersangka tindak kriminal
dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga. Selain itu juga digunakan dalam memilih
pegawai untuk jabatan penting.
3. Tes Proyektif
4. Inventori Kepribadian
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang
kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport
(Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang
kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia
menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut
pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem
psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
(1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang
bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam
diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
B. Saran
Demi kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat menbangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesumpurnaan penulisan ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Djali, Prof. Dr. H. psikologi pendidikan. Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2007
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26923/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=ED5A45D97110B9F5586FC1E9121529A9?sequence=4
https://www.academia.edu/22539956/MAKALAH_PSIKOLOGI_KEPRIBADIAN_TEORI_
-TEORI_PSIKODINAMIKA
https://dosenpsikologi.com/psikologi-kepribadian
https://steemit.com/steemiteducation/@qadri.mag/faktor-yang-mempengaruhi-kepribadian-
sosial-menurut-penulis-dan-para-ahli-pakar
18