Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL METODE PENELITIAN KUALITATIF

IDENTITAS JURNAL

Judul : MENIMBANGNYA DESENTRALISASI PARTAI POLITIK


DI INDONESIA

Jurnal : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

E-mail : akhmad.sholikin@gmail.com

Volume dan Halaman : Vol 2 No. 1, Halaman 37-63

Tahun : 2017

Penulis : Ahmad Solikhin

Lembaga jurnal : Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan

Nama Jurnal : Journal Of Governance

Pereview : Vanny Putri Sagita (I71217068)

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya sistem demokrasi di Indonesia, partai politik telah


berfungsi dan berperan dalam sistem politik demokrasi. Ketika Negara Kesatuan
Republik Indonesia terbentuk, para pendiri negara telah memilih sistem politik
demokrasi sebagai sistem politik yang ideal. Dalam sistem politik demokrasi, setiap
warga negara berhak menyatakan pendapat dan cita-cita sejalan dengan ideologi
nasional. Akan tetapi, umumnya setiap masyarakat memiliki pendapat atau argumen
berbeda, serta sikap atau perilaku, orietasi dan responsif terhadap politik yang
berbeda-beda. Termasuk dalam berpartisipasi dalam mejalankan partai politik.
Karena itu, secara umum dapat dipandang bahwa partai politik adalah
sekelompok manusia yang terorganisir, dan anggota-anggotanya kurang lebih
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah
untuk meningkatkan sikap partisipasi masyarakat biasanya dengan cara melalui

1
pemilihan umum memperoleh kekuasaan politik dan mempertahankannya jika sudah
diperoleh guna melaksanakan program yang telah ditetapkan oleh mereka.
Peran partai politik di Indonesia setelah era reformasi adalah menjadi aktor
utama demokrasi dalam memobilisasi kehidupan politik bangsa dan negara.
Sayangnya, proses demokratisasi tidak berjalan dengan baik di tubuh partai politik itu
sendiri. Partai politik cenderung bertentangan dengan demokrasi dalam politik
pemerintah. Desentralisasi politik dan otoritas partai politik adalah elemen terpenting
dalam mengevaluasi sistem kerja partai politik. Hingga saat ini, dinamika partai-partai
di tingkat lokal masih sangat didominasi oleh pusat.
Akibatnya politik di kawasan itu merupakan turunan politik ditingkat pusat
yaitu di Jakarta. Partai yang berkepentingan dengan otoritas yang terdesentralisasi
tidak akan menciptakan demokrasi di tingkat lokal di partai politik, karena praktik
demokrasi internal partai sangat terpusat, klientalistik dan oligarkis.
Dengan perihal diatas dijelaskan bahwasanya di Indonesia masih lemah akan
pemegang daerah lokal atas pemerintah pusat. Dimana daerah atau bawah nya
tersebut masih sebagian besar dipegang oleh pemerintah pusat yang mengatur
pemerintahan daerah dimana ini telah terjadi pada orde baru dan pada pasca reformasi
ini sudah berubah perhlahan-lahan menjadi desentralisasai akan tetapi dalam
praktiknya seperti yang saya akan jelaskan mengenai partai yang belum desentralistik
yang belum dianut oleh parpol-parpol dimana yang menjadi sentral di parpol adalah
DPP (Dewan Pimpinan/Pengurus Pusat) yang menjadi petinggi partai yang
paling/harus didengar. Hingga sejauh ini, dinamika kepartaian ditingkat lokal masih
sangat didominasi oleh tanan-tangan pusat.
Demikian pada review jurnal ini akan menjelaskan betapa pentinganya
menjadikan perspektif desentralisasi ini untuk mewujudkan aktifnya partisipasi
masyarakat terhadap lembaga-lembaga di negara yang dimana sebagai penentu
kebijakan partai politik ditingkat lokal sesaui dengan aspirasi pengurus partai politik
di daerah, yang lebih mengetahui persoalan, serta kebutuhan daerah lokal itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mewujudkan perspektif desentralisasi dalam partai politik di
Indonesia?
C. Tujuan
 Mengetahui konsep desentralisasi untuk partai politik di Indonesia

2
D. Manfaat Penelitian
 Secara teoritis diharakan mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan
perspektif desentralisasi partai politik dan metode penelitian kualitatif
 Secara praktis diharapkan mapu memberikan masukan dan saran kepada partai
politik sebaga bahan evaluasi terhadap desentralisasi partai politik di Indonesia.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau suatu fenomena
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.
Penelitian ini memilih metode penilitian jenis kualitatif yang menggunakan
studi kasus. Kasus dalam penelitian dapat berupa individu, program, institusi, atau
kelompok. Penelitian ini dituju kepada partai politik mengenai desentralisasi partai
di Indonesia
Pemilihan pendekatan metode penelitian kualitatif untuk bisa fokus
mengungkapkan persoalan. Aktifitas dalam analisis data kualitatif: reduction
(reduksi data), display (penyajian data), dan verification (penarik kesimpulan).
2. Fokus dan Lokasi Penelitian

Fokus penelitian serta lokasi penelitian adalah Desentralisasi Partai Politik di


Indonesia dengan beberapa pertimbangan, yaitu; Problem Institusionalisme Partai
Politik di Indonesia, Sentralisasi Parta Politik dalam Pilkada, dan Menimbang
Desentralisasi bagi Partai Politik.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah aktifitas terhadap suatu proses atau objek
dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya,
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian.

3
b. Wawancara
Wawancara ialah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
antara narasumber dan pewawancara. Tujuan wawancara ialah mendapatkan suatu
informasi yang tepat dari narasumber terpercaya.
Proses wawancara dilakukan kepada beberapa informan seperti: para pengurus
partai politik dengan pembatasan informan dari perwakilan partai politik di
Indonesia agar dapat lebih memahami dalam mendapatkan informasi berdasar
desentralisasi yang baik untuk dinamika kepartaian lokal tidak terlalu bercampur
dengan pusat.
F. Analisis Data
Berikut hal apa saja yang menjadi pertimbangan desentralisasi pada partai
politik di Indonesia:
1. Problem Institusionalisme Partai Politik di Indonesia

Secara garis besar, peran partai dan fungsi partai politik dapat dibedakan
menjadi dua; pertama, peran dan tugas internal organisasi. Dala hal organisasi
partai politik memerankan peranan penting dala pembinaan, edukasi, pembekalan,
kaderissi, konsolidasi dan melanggengkan ideologi politik yang menjadi latar
belakang pendirian partai politik. Kedua, fungsi partai politik yang bersifat
eksternal organisasi. Disini peran dan fungsi partai politik terkat dengan
masyarakat las, bangsa dan negara. Kehadiran partai politik juga memiliki
tanggungjawab konstitusional, moral, dan etika untuk membawa kondisi dan
situasi masyarakat menjadi lebih baik.

Institusionalisasi partai politik adalah proses pemantapan partai politik


baik secara struktural dalam rangka mempolakan perilaku, maupun secara kultur
dalam mempolakan sikap dan budaya. Dengan adanya institusionalisasi partai
sangat penting dalam konteks kenegaraan, karena peran nya adalah sebagai
pendukung terwujudnya sistem demokrasi yang sehat di Indonesia.

Dikarenakan rendahnya kualitas institusionalisasi di Indonesia telihat dari


segi gambaran partai dengan peran pemimpin politik yang ingin segera berhasil di
pencalonan dan menduduki jabatan. Dan peran masyarakat yang hanya sebagai
penentuan suara dalam pemilihan. Dilihat hal tersebut, partai hanya memperalat
masyarakat yang seharusnya menjadi wadah aspirasi politik dan mementingan

4
kepentingan rakyat, akan tetapi sebaliknya hanya sebagai kepuasan dalam
suksesnya pencalonan serta memperjuangkan nilai dan kepentingan pribadi
partainya dengan modal kharisma dan pamor seorang pemimpin untuk mendapat
suara massa.

Partai politik seharusnya melakukan sebuah upaya seperti kaderisasi pada


pemimpin-pemimpin yang muda. Dimana dengan kaderisasi bisa mewujudkan
pemimpin baru yag akan menjadikan partai memiliki produk pemimpin yang
berkualitas dan memajukan sebuah partai karena hal ini membuktikan
kesungguhan dalam berkontribusi partai untuk negara. Bukannya yang hanya
mendongkrak nama partai dengan dadakan demi sebuah popularitas dan voting
level partai.

2. Sentralisasi Parta Politik dalam Pilkada

Perubahan-perubahan UUD 1945 tentang pilkada merupakan peraturan


yang sering diubah. Yang awalnya mengarah pada penguatan demokratisasi dan
desentralisasi. Berawal dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tetang pokok-
pokok Pemerintahan di Daerah yang sangat sentralisasi, dimana pemilihan wali
kota, bupati, dan gubernur dilakukan oleh DPRD, akan tetapi watu itu ditentukan
oleh mentrei dalam negeri, Golkar, TNI, dan tentu Presiden. Sampai Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang fenomenal yan
baru dua kali mengalami pergantian melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 betapa krusialnya pemilihan
kepala daerah. DPRD memiliki peran utama dalam penentuan siapa yang menjadi
kepala daerah.

Dalam partai politik masih adanya sentralisasi, karena pemimpin partai


politik ditingkat pusat masih bercampur tangan untuk menentukan siapa yang
akan maju dalam pemilihan kepala daerah. Oleh karena itu, perlu diberlakukannya
desentralisasi secara perlahan ataupun dengan lainnya agar ada nilai pada tubuh
parta politik itu dalam penentuan siapa kandidat yang akan menjadi calon kepala
daerah untuk memimpin daerahnya. Diadakannya musyawarah partai politik
daerah untuk mengajukan kader partainya yang akan dijagokan dalam pilkada.

5
3. Menimbang Desentralisasi bagi Partai Politik

Sudah diberlakukan kebijakan mengenai desentralisasi awal tahun 2000


dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 kemudian ada pembaruan UU Nomor 32
Tahun 2004 dan yang terakhir UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Tujuan dan manfaat desentralisasi politik seperti dipetakan Smith masih
akan sukar dicapai manakala kebijakan itu tidak ditopang oleh ikhtiar lain.

Supremasi eksekutif lokal akan berdampak pada pelemahan kekuatan


partai politik secara internal. Terlihat dari pemilihan legislatif daerah yang
merupakan wujud transaksi anatar sumber daya elite nasional dan massa elite
lokal. Dengan hal tersebut, peran partai politik ditingkat lokal dalam konteks
politik nasional hanya dilihat dari segi dukungan terhadap partai politik di tingkat
pusat. Artinya, partai politik ditingkat lokal hanyalah sebagai suara vote yang
digunakan sebagai sumber kekuatan bagi partai politik ditingkat pusat.

Semisalnya, untuk mendapatkan sebuah suara, dalam pemilihan calon


parpol ditingkat lokal yang berkompetisi di pilkada tidak berdasarkan kapabilitas
bakal calon melalui DPW melainkan melaui popularitas. Jika ini berlajut maka
secara internal partai akan mempengaruhi kualitas governance di tingka lokal hal
ini akan menghambat sistem demokrasi di Indonesia.

Agar hal ini tidak berlanjut perlunya meningkatkan institusionalisasi


partai seperti; meningkatkan akuntabilitas horizontal, mentransformasikan DPD
sebagai capang partai ditingkat lokal yang mampu menjadi corong bgaig aspirasi
dan kepentingan daerah, memisahkan pemilihan legislatif lokal dengan legislatif
nasional, meningkatkan otonomi fiskal daerah, meningkatkan kekuatan
masyarakat sipil sehinga akan tercapai tuntutan-tuntutan kepada partai politik
untuk membuat program dan platform yang sesuai kebutuhan masyarakat di
daerah tersebut.

G. Pembahasan
 Desentralisasi Partai Politik

Desentralisasi merupakan konsekuensi dari demkratisasi dimana tujuannya


adalah membangun good governance mulai dari akar rumput politik. Realitas politik
pada era reformasi menunjukkan adanya penurunan tingkat kepercayaan (kredibilitas)

6
masyarakat terhadap partai politik. Implementasi otonomi daerah juga masih
menyisakan sejumlah problematika yang belum tuntas salah satunya menyangkut
desentralisasi politik dan kewenangan pada ranah partai politik sebaga elemen paling
penting masyarakat sipil, sampai saat ini masih saja dinamika kepartaian didominasi
oleh campur tangan pusat. Pentingnya desentralisasi kewenangan tersebut seperti
disampaikan HM Harry Mulya Zein sebagai berikut:

Desentralisasi partai politik menjadi sangat penting. Memberikan


kewenangan secara otonom kepada pengurus DPD dan DPC untuk menentukan
calon kepala daerah yang akan diusung bisa menghambat proses politik
transaksional. Yang patut diperhatikan juga meningkatkan otonomi fiskal partai
politik daerah yang bertujuan agar partai politik tingkat lokal memiliki kemandirian
finansial dalam menggerakkan roda organisasi. Terakhir, meningkatkan kekuatan
masyarakat sipil sehingga akan tercipta tuntutan-tuntutan kepada partai politik untuk
membuat program dan platform yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menurut Harry Mulya Zein, perkembangan otonomi daerah dan desentralisasi


politik seharusnya juga dibarengi dengan otonomi daerah sistem partai politik.
Desentralisasi pada saat ini hanya dimaknai sebagai penyerahan urusan dari pusat ke
daerah, sedangkan daerah sendiri tidak memiliki kekuasaan yang otonom untuk
mandiri karena masih begitu dependen terhadap pusat.

Dapat dikatakan bahwa norma Pasal 18 UUD 1945 yang memberikan otonomi
bagi pemerintahan daerah yang sangat penting juga bagi posisi dan kedudukan partai
politik dalam sistem ketatanegaraan, mengingat partai politik memiliki kewenangan
untuk mengisi jabatan anggota dewan perwakilan rakyat daerah dan berdasarkan
Undang-Undang juga berwenang mengajukan calon kepala daerah (right to propose a
candidate).

Jika ditelusur secara lebih mendalam, secara sistematika norma konstitusi


Indonesia UUD 1945, dengan mengaitkan atas norma yang mengatur keberadaan
partai politik dan norma mengenai pemerintahan daerah yang fokus terhadap
pelaksanaan otonomi daerah, dapat dinyatakan bahwa keberadaan partai politik juga
perlu mengakomodir pelaksanaan desentralisasi sistem kepartaian juga. Serta sistem
politik demokratis perlu dipertegas dalam kepemimpinan politik ditingkat lokal,

7
bahwa dengan adaya kepala daerah diharapkan menjadi wadah masyarakat didaerah
tersebut.

Demikian, dengan adanya desentralisasi kewenangan partai politik di tingkat


lokal tidak hanya mendorong atas keinginan agar partai poitik mampu menjalankan
perannya sebagai sarana komunikasi politik, sosialisasi politik, pengatur konflik dan
akhirnya menjadi sarana rekrutmen politik baik ditingkat pusat maupun ditingkat
daerah, melainkan juga dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat maupun memaksa.

H. Kesimpulan

Desentralisasi politik dan kewenangan partai politik menjadi suatu pokok


terpenting untuk menevaluasi atau membenahi diiri pada tubuh partai. Dinamika
kepartaian yang masih didominasi oleh partai ditingkat pusat atas kepartaian ditingkat
lokal menunjukan bahwasannya belum ada kesiapan terhadap partai yang di daerah
untuk menjadi wadah aspirasi rakyat sesuai kebutuhan rakyat didaerah itu. Akibatnya,
kepartaian ini hanya menggunakan suara masyarakat demi kepentingan popularitas
partainya saja dan politik di daeah merupakan derivasi politik di Jakarta.

Hubungan hirarki kepartaian masih bercorak patron-client dan memperkokoh


pusat atas daerah. Ini menyebabkan ketergantungan kepartaian ditingkat lokal pada
kepartaian ditingkat pusat. Ada dua jalan keluar menurut Smith; pertama, melalaui
pegaturan yang lebih assertif mengenai desentralisasi politik yang dituangkan di
dalam UU Parpol dan Pemilu. Kedua, melalui pemisahan kategori jadwal atau bisa
dikatakan pembedaan jadwal pemilihan nasional dengan pemilihan lokal. dengan
kedua jalan ini memungkinkan untuk bisa menjadikan masyarakat lebih berkontribusi,
buka pada penguatan demokrasi melainkan pada aspek tata kelola kekuasaan lokal
yang lebih partisipatif, akuntabel, dan responsif.

8
DAFTAR PUSTAKA

Haris, Syamsuddin. 2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: LIPI Pers.

Eddyono, Luthfi Widagdo. 2017. Wacana Desentralisasi Partai Politik: Kajian Original
Intent dan Pemaknaan Sistematik UUD 1945, Jurnal Konstitusi, Volume 14,
Nomor 1, (Maret 2017).

Gunawan, Wawan. 2018. Anomali Kewenangan Dewan Pimpinan Pusat Partai Politik dalam
Sistem Desentralisasi Pemerintahan di Indonesia, Jurnal Academia Praja,
Volume 1, Nomor 1, (Februari 2018).

Anda mungkin juga menyukai