Anda di halaman 1dari 4

Varian Abangan dan Santri dalam Buku: Agama Jawa (Abangan, Santri, Priyai )

dalam Kebudayaan Jawa, Karya Clifford Geertz


Oleh: Siti Durrotun Nafisah (2016.01.01.499)
Varian Abangan
Kelompok abangan menurut Clifford Geertz adalah sebuah kelompok yang
berkebudayaan orang desa, yaitu kelompok petani yang kurang terpengaruh oleh pihak
luar dibanding dengan kelompok-kelompok lain , mereka masih menerapkan tradisi jawa
dan menganggap kesakralanya, salah satunya yaitu tradisi slametan yang merupakan
upacara keagamaan dalam pandangan umum. Pelaksanaan selametan berjalan untuk
memenuhi segala hajat yang diharapkan kebaikanya, atau untuk memperingati suatu hajat
yang disucikan. Seperti kelahiran, perkawinan, kematian, pindah rumah, panen, dan lain
sebagainya. Dalam tradisi selametan mengandung beberapa unsur doa dan makan
bersama. Bagi mereka, hal tersebut mengandung manfaat yaitu persatuan warga yang
tidak membedakan kedudukan dan terlindung dari berbagai macam makhluk halus.

Tradisi slametan dalam kehidupan mereka mempunyai beberapa siklus,


diantaranya yaitu selametan yang berkenaan dengan lingkup kehidupan mereka,
selametan yang berkenaan dengan perayaan hari besar, selametan yang berkenaan dengan
intergasi social desa dan, slametan yang berkenaan dengan hajat yang tidak ditentukan
waktunya atau tidak ada waktu tetap.

Kelompok abangan yang menekuni tradisi selametan, mereka juga masih


mempercayai sesuatu yang berbau mistis yang berkeliaran di sekitar mereka, mereka juga
mempercayai bahwa makhluk-makhluk tersebut dapat mempengaruhi dalam memberikan
kekuatan, seperti memedi, lelembut, tuyul, demit, dan danyang. Memedi yang berarti
yang menakut nakuti, lelembut yang berarti suatu makhlus halus yang dapat memasuki
pada raga manusia, tuyul yang berarti jenis hantu anak kecil yang bertugas mencari uang,
demit yang berari sebagai pembesar atau penguasa sebuah daerah, dan danyang yang
berarti sebagai pelindung, mereka juga mengadakan selametan diarahkan pada hal-hal
ghoib tersebut dengan tujuan agar tentran nyaman.. Kepercayaan kelompok abangan pada
makhlus halus adalah sebuah bentuk imaji yang berlainan.
Kelompok abangan sendiri terpecah menjadi dua, yaitu kuno dan modern yang biasa
disebut “permai” dan mulai andil dalam politik, kelompok permai ini adalah sebuah
kelompok yang tetap dengan ilmu asli kepercayaan jawa, mereka menyakini bahwa
kepercayaan jawa kuno itu selalu relevan setiap zaman. Kelompok permai dapat ditilik
dari tiga bentuk, yaitu perdukunan, kepercayaan abangan dan organisasi social yang
menentang agama. mereka mempunyai sebuah doktrin yang ditulis dalam pamflet
rahasian yang berisikan “peleburan ideologi nasionalis modern”, mereka juga mempunyai
doktrin bahwa segala urusan yang berkaitan dengan kehidupanya tidak bercampur tangan
dengan Islam, dan hal inilah yang mengakibatkan belum ditetapkanya agama resmi.
Abangan tidak pernah memandang Islam sebagai kepercayaan semata, melainkan Islam
adalah agama yang dilembagakan dalam suatu kelompok sosial yangmana organisasinya
berupa sebuah perkumpulan wanita, sekolah madrasah, panitia masjid desa, dan
sebagainya.

Kepercayaan kaum abangan yang terlalu kental dengan sebuah tradisi nenek
moyang mengakibatkan kecenderungan yang mengarah pada keminimalan dalam
beragama, agama yang mereka anut adalah agama Jawa Asli yang dapat disebut sebagai
agama kejawen atau kebatinan, sebab mereka masih beranggapan bahwa kemakmuran
sebuah desa itu ditangan makhlus halus. Suatu kejadian sial yang benar- benar terwujud
sebab kelalaian mereka dalam sebuah tradisi itu dapat disebabkan dengan keyakinan
mereka sendiri yang terlalu kuat atas kepercayaan yang mereka anut yang terwaris dari
nenek moyang.

Padahal jika dilihat dari masa terdahulu, yakni masa-masa yang mereka anuti,
agama Islam belumlah berkembang dengan baik atau dapat dikatakan masih jahiliyah
dalam beragama, lalu apa manfaatnya perkembangan agama jika ia tetap menekuni tradisi
yang menyalahi agama atau jahiliyah, yang berawal dari seseorang yang tidak beragama
Islam pula? Karena pada dasarnya agama Islam adalah agama yang masuk belakangan,
sebelumnya terdapat agama Hindu, Budha, dan lain sebagainya.

Varian Santri
Kelompok santri digolongan sebagai kelompok yang menekuni kaidah-kaidah
agama, menjalankan segala syariat Islam, kelompok ini tidak tercampur baur
sebagaimana kelompok abangan, kelompok ini juga tersimbol sebagai kelompok yang
taat dalam beragama dan menjalankan syariat-syariatnya. Profesi santri sendiri lebih maju
jika disbanding dengan profesi abangan, biasanya santri berprofesi sebagai pedagang atau
tukang, terutama tukang jahit, namun terdapat juga kelompok santri yang berprofesi
sebagai petani, sebagaimana abangan.

Perkembangan keagamaan oleh kelompok santri juga tidak luput dari


berkembangnya organisasi-organisasi yang bercover keagamaan. Dari organisasi itulah
muncul beberapa pandangan atau pemahaman yang beragam. Diantara organisasi itu
adalah Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1931, ia banyak mengkritik kegiatan
abangan yang cenderung dengan adat, selain itu juga memberikan batasan pada kaum
abangan dalam hal pengurusan jenazah.

Pada masa Jepang, jepang mendirikan organisasi Masyumi dengan tujuan


memulihkan suatu hal yang dianggap kolot, atau jiwa kenenek moyangan. Mereka
meregut anggota dari kalangan santri baik dari NU maupun Muhammadiyah, dan diketuai
oleh masing-masing dari kedua organisasi tersebut, mereka dididik politik, dan menyebar
luaskanya ke penjuru desa. Pada akhirnya Indonesia merdeka dan Masyumi menjadi
partai politik sejati. Pada dasarnya NU merupakan sebuah kelompok kolot, berbeda
dengan Muhamadiyah yang modern, sehingga Masyumi lebih condong dengan
Muhammadiyah. Dari berbagai organisasi tersebut mempunyai tujuan masing-masing,
yaitu: tujuan dari NU adalah mewadahi bentuk-bentuk ikatan sosial keagamaan,
sedangkan Masyumi-Muhammadiyah bertujuan mengganti bentuk lama dengan
mengajukan beberapa model buatan kota. Kaum santri sendiri tidak begitu suka dengan
politik yang dianggapnya sebagai hal yang penuh dengan aturan.

Adapun system pendidikan santri diantaranya yaitu: pesantren sebagai ajang


menimba ilmu, langgar sebagai ajang penyampaian ilmu, dan tarekat yaitu ketekunan
mendalam dalam beribadah. Dalam system pendidikan santri juga berkembang denagn
diadakanya sekolah yatu sebuah motode dari belanda, namun dalam hal ini tetap
tercantum keagamaanya. Ritus kegiatan kelompok santri sangat mendukung terhadap
kondisi-kondisi mereka.

Kelompok santri seharusnya tidaklah terpaku pada seorang yang taat beragama
saja yang kaku hanya membolak-balik kitab kuning, namun sebaiknya ikut andil dalam
kepolitikan atau kebangsaan, menularkan ilmu pada selain non santri, merangkul Negara
sebagai Negara santri, dan juga tidak terlalu berlebihan dalam menjalankan tradisi nenek
moyang yang berbau kemusrikan. Dan hendaknya pula sesama kaum santri menyatu,
baik santri salafy maupun santri modern.

Anda mungkin juga menyukai