Kepercayaan kaum abangan yang terlalu kental dengan sebuah tradisi nenek
moyang mengakibatkan kecenderungan yang mengarah pada keminimalan dalam
beragama, agama yang mereka anut adalah agama Jawa Asli yang dapat disebut sebagai
agama kejawen atau kebatinan, sebab mereka masih beranggapan bahwa kemakmuran
sebuah desa itu ditangan makhlus halus. Suatu kejadian sial yang benar- benar terwujud
sebab kelalaian mereka dalam sebuah tradisi itu dapat disebabkan dengan keyakinan
mereka sendiri yang terlalu kuat atas kepercayaan yang mereka anut yang terwaris dari
nenek moyang.
Padahal jika dilihat dari masa terdahulu, yakni masa-masa yang mereka anuti,
agama Islam belumlah berkembang dengan baik atau dapat dikatakan masih jahiliyah
dalam beragama, lalu apa manfaatnya perkembangan agama jika ia tetap menekuni tradisi
yang menyalahi agama atau jahiliyah, yang berawal dari seseorang yang tidak beragama
Islam pula? Karena pada dasarnya agama Islam adalah agama yang masuk belakangan,
sebelumnya terdapat agama Hindu, Budha, dan lain sebagainya.
Varian Santri
Kelompok santri digolongan sebagai kelompok yang menekuni kaidah-kaidah
agama, menjalankan segala syariat Islam, kelompok ini tidak tercampur baur
sebagaimana kelompok abangan, kelompok ini juga tersimbol sebagai kelompok yang
taat dalam beragama dan menjalankan syariat-syariatnya. Profesi santri sendiri lebih maju
jika disbanding dengan profesi abangan, biasanya santri berprofesi sebagai pedagang atau
tukang, terutama tukang jahit, namun terdapat juga kelompok santri yang berprofesi
sebagai petani, sebagaimana abangan.
Kelompok santri seharusnya tidaklah terpaku pada seorang yang taat beragama
saja yang kaku hanya membolak-balik kitab kuning, namun sebaiknya ikut andil dalam
kepolitikan atau kebangsaan, menularkan ilmu pada selain non santri, merangkul Negara
sebagai Negara santri, dan juga tidak terlalu berlebihan dalam menjalankan tradisi nenek
moyang yang berbau kemusrikan. Dan hendaknya pula sesama kaum santri menyatu,
baik santri salafy maupun santri modern.