Anda di halaman 1dari 9

Focus:

Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019


Sosial

PROGRAM CSR YAYASAN UNILEVER INDONESIA


BERDASARKAN TEORI TRIPLE BOTTOM LINE

Ricky Michael1, Santoso Tri Raharjo2, Risna Resnawaty2

Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Padjadjaran,


1,3

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor, 456363


2
Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial dan Pengembangan Masyarakat, Universitas
Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor, 456363

Ricky14001@mail.unpad.ac.id1; santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id2; risna.resnawaty@unpad.ac.id3

ABSTRAK
Perusahaan merupakan badan usaha yang memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, seperti
membuka lapangan kerja dan menyediakan barang kebutuhan masyarakat. Akan tetapi tanpa
disadari perusahaan memiliki dampak terhadap lingkungan masyarakat sekitar yang cenderung
negatif. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat. Berguna untuk mencegah dan menangani potensi respon negatif
hingga masalah yang timbul di sekitar perusahaan. Three bottom line yang merupakan konsep yang
menjelaskan dan menata tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan melalui 3P (Planet, Profit,
People). PT Unilever Indonesia Tbk. merupakan perusahaan swasta yang memiliki program CSR
melalui Yayasan Unilever Indonesia. YUI yang memiliki tiga pilar yaitu Pilar Peningkatan Taraf Hidup;
Pilar Lingkungan; Pilar Kesehatan, Kesejahteraan dan Nutrisi berkerja dengan misi mencari dan
memberdayakan potensi masyarakat, memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Kata kunci: CSR, Triple Bottom Line, pemberdayaan masyarakat

ABSTRACT
The company is a business entity that provides many benefits to the community, such as opening
jobs and providing goods for the community. However, the company unwittingly has an impact on the
surrounding community environment which tends to be negative. Corporate Social Responsibility
(CSR) is a manifestation of the implementation of corporate social responsibility to the community.
Useful to prevent and deal with potential negative responses to problems that arise around the
company. Three bottom line which is a concept that explains and organizes corporate responsibility
towards the environment through 3P (Planet, Profit, People). PT Unilever Indonesia Tbk. is a private
company that has a CSR program through the Unilever Indonesia Foundation. YUI which has three
pillars, namely the Life Level Improvement Pillar; Environmental Pillar; The pillar of Health, Welfare
and Nutrition works with the mission of finding and empowering community potential, providing
added value to the community.

K eyw ords: CSR, Triple Bottom Line, Comunity Development

Akan tetapi, tanpa disadari aktivitas


PENDAHULUAN perusahaan sering menimbulkan berbagai
Perusahaan merupakan badan usaha yang persoalan sosial dan lingkungan, seperti me-
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, nimbulkan polusi udara, kebisingan, diskri-
seperti membuka lapangan kerja dan minasi, dan bentuk negative externalities
menyediakan barang kebutuhan masyarakat. lainnya (Harahap, 2001). Berdasarkan hal

23
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

tersebut, keberadaan perusahaan perlu perusahaan hingga skala masyarakat yang


memperhatikan lingkungan daerah tempat lebih besar.
beroperasi. Karena secara tidak langsung akan Dalam CSR, tanggung jawab
memicu masyarakat untuk menarik perhatian perusahaan dapat dilihat melalui konsep Triple
kepada keberadaan perusahaan di sekitar Bottom Line (TBL). Diungkapkan H. Alhaddi
mereka. Membuat perusahaan akan (2015) pada jurnal Triple Bottom Line and
membutuhkan interaksi kepada masyarakat Sustainibility , kerangka TBL memiliki target
lokal untuk mempermudah korporat tanggung jawab perusahaan melalui tiga nilai
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. yang diyakini dapat menyeimbangkan korporat
Mendapatkan kepercayaan masyarakat lokal dalam beroperasi yaitu fokus pada ekonomi,
terhadap keberadaan perusahaan merupakan sosial, dan lingkungan.
upaya dalam memperlihatkan tanggung jawab PT Unilever Indonesia Tbk. merupakan
sosial yang ada. perusahaan yang bergerak pada penyediaan
Hal tersebut juga sesuai dengan kebutuhan hidup konsumen yang dimaksud
pernyataan Beny (2012:6), Corporate Social adalah masyarakat Indonesia. Membangun
Responsibility (selanjutnya dinyatakan dengan korporat di Indonesia sehingga berada di
CSR) merupakan wujud pelaksanaan tanggung daerah masyarakat lokal. Sebagai bentuk
jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. tanggung jawab PT Unilever Indonesia Tbk.
Bahwa perusahaan dapat memberikan bentuk terhadap lingkungan masyarakat sekitar,
tanggung jawabnya melalui materi seperti muncullah program CSR bernama Yayasan
uang, sembako, peralatan, hingga Unilever Indonesia (YAI). Dengan tiga pilar
pembangunan disekitar masyarakat lokal. YAI melaksanakan program CSR yaitu , Pilar
Namun Peningkatan Taraf Hidup; Pilar Lingkungan;
The World Bussines Council for Sutainable Pilar Kesehatan, Kesejahteraan dan Nutrisi.
Development (WBCSD) oleh Lord Holme and
Richard Watts mendefinisikan CSR atau CORP ORATE SOCI AL RESP ON SI BI LIY
tanggung jawab sosial sebagai berikut, (CSR)
“continuing commitment by bussines to be Menurut Pearce dan Rabinson yang
have ethically and contribute to economic
dialih bahasakan oleh Kiroyan (2006:54)
development while improving the quality of
life of the workface an their families as well mendefinisikan Corporate Social
as of the local community and society at
Respponsibility adalah konsep bahwa
large”
Berdasarkan hal tersebut, tanggung jawab perusahaan harus melayani masyarakat sosial
perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya sebaik memberikan keuntungan financial
tidak hanya soal pemberian materi. Melainkan kepada pemegang saham dan harus
memberikan pemberdayaan secara ekonomi berkelanjutan seara terus menerus yang pada
dalam meningkatkan kualitas hidup akhirnya para manajer akan menyadari bahwa
masyarakat lokal yang ada di dekat keputusan untuk menerapkan Corporate Social
Responsibility adalah keputusan yang sangat

24
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

penting dalam perencanaan strategis. 1) Kelompok pertama yang berasumsi


Diungkapkan Beberapa kerangka teori telah bahwa perusahaan adalah instrumen untuk
digunakan untuk menjelaskan CSR. A. menciptakan kesejahteraan dan bahwa ini
McWilliams dan D. Siegel dalam jurnal merupakan satu-satunya tanggung jawab
Corporate Social Responsibility: a Theory of sosial. Hanya aspek ekonomi dari interaksi
the Firm Perspective mengutip Friedman antara bisnis dan masyarakat yang
(1970) yang menegaskan bahwa terlibat dipertimbangkan. Jadi sekiranya terdapat
dalam CSR merupakan gejala dari aktivitas sosial yang diterima, jika dan hanya
suatu masalah keagenan atau konflik antara jika hal tersebut konsisten dengan penciptaan
kepentingan manajer dan pemegang saham. kesejahteraan. Kelompok teori ini dapat
Dia berdebat bahwa manajer menggunakan disebut instrumental theories karena mereka
CSR sebagai sarana untuk melangkah lebih memahami CSR sebagai alat belaka untuk
jauh agenda sosial, politik, atau karier mereka memperoleh keuntungan.
sendiri, di biaya pemegang saham. Menurut 2) Kelompok kedua yang melihat
Ini pandangan, sumber daya yang ditujukan kekuatan sosial dari perusahaan yang menjadi
untuk CSR akan lebih dihabiskan dengan tekanan, khususnya dalam hubungannya
bijaksana, dari perspektif sosial, dengan masyarakat dan tanggung jawabnya
pada meningkatkan efisiensi perusahaan. dalam arena politis berkaitan dengan kekuatan
Menurut Carroll (1979) yang dikutip ini. Hal tersebut mengarahkan perusahaan
oleh Duthler dan Danesh, untuk menerima tugas-tugas dan hak-hak
“the social responsibility of business sosial atau berpartisipasi dalam kerjasama
encompasses the economic, legal, ethical
sosial tertentu. Kita dapat menyebut kelompok
and discretionary expectations that society
has of organizations at a given point in ini dengan political theories.
time” (p. 500)
3) Kelompok ketiga termasuk teori-
teori yang mempertimbangkan bisnis
Hal tersebut mengungkapkan bahwa
seharusnya to integrate tuntutan sosial.
tanggung jawab pertama dalam ekonomi
Biasanya berpendapat bahwa bisnis
menyatakan bahwa masyarakat
tergantung pada masyarakat untuk kelanjutan
mengharapkan bisnis yang menghasilkan
dan pertumbuhannya, bahkan untuk
barang, jasa, dan menjualnya dengan untung.
keberadaan bisnisnya sendiri. Kelompok ini
Dalam hal ini perusahaan juga perlu
adalah integrative theories.
memperhatikan keadaan ekonomi masyarakat
4) Kelompok keempat teori dari
sekitar sehingga dapat melihat kebutuhan apa
pemahaman hubungan antara bisnis dan
yang dapat membantu kualitas hidup
masyarakat adalah penanaman nilai-nilai etis.
masyarakat lokal.
Hal tersebut mengarahkan visi CSR dari suatu
Garriga & Mele (2004: 51-71)
perspektif etis dan sebagai konsekuensinya,
mencoba memetakan konsep-konsep CSR ke
perusahaan harus menerima tanggung jawab
dalam empat kelompok besar, sebagai berikut:
sosial sebagai sebuah kewajiban etis di atas

25
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

pertimbangan lainnya. kelompok ini disebut menyelaraskan atau beradaptasi dengan


dengan ethical theories. masyarakat seperti mengetahui apa masalah
TRI P LE BOTTOM LI N E (TBL) bagi masyarakat melihat keberadaan
Triple Bottom Line memiliki konsep perusahaan disekitarnya dan bagaimana
pembangunan Profit, People, dan Planet. Profit perusahaan bertanggung jawab terhadap hal
berarti keuntungan yang akan diperoleh tersebut.
perusahaan, People berarti tanggung jawab Selain itu Planet dalam konsep triple
dengan sosial, dan Planet berarti tanggung bottom line dimaksud pada bagaimana
jawab terhadap lingkungan, sehingga dengan perusahaan mengelola usaha mereka tidak
terpenuhinya tanggung jawab sosial dan merusak sumber daya alam khususnya sumber
lingkungan akan lebih memudahkan daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
tercapainya pembangunan yang dalam sumber daya alam yang dapat
berkelanjutan. diperbaharui, perusahaan perlu bertanggung
Dengan konsep pembangunan yang jawab dalam pelestarian kembali alam ketika
berkelanjutan, perusahaan tidak lagi mengambil dan menggunakan sumber daya
dihadapkan pada tanggung jawab yang alam tersebut. Profit dalam nilai ketiga triple
berpijak pada single bottom line (SBL), yaitu bottom line tidak hanya berbicara tentang
nilai perusahaan (corporate value) yang keuntungan. Namun perusahaan dalam
direfleksikan dalam kondisi ekonomi 3 membeli dan mencari bahan baku untuk
(financial) saja, tetapi lebih berpijak pada diolah, menciptakan transaksi yang dipercaya
triple bottom line (TBL) yaitu ekonomi, sosial, bertujuan untuk tetap melestarikan alam.
dan lingkungan (Aulia dan Kartawijaya, 2011). Ketika perusahaan melihat penjual bahan baku
Berdasarkan hal ini, tanggung jawab telah mengekploitasi sumber daya alam tidak
perusahaan yang dilakukan dengan CSR seimbang dengan pelesatarian kembali.
melalui Profit, People, dan Planet merupakan Dengan nilai profit, perusahaan tidak akan
hal yang berhubungan dalam mengoptimalkan membeli atau transaksi karena tidak sesuai
dalam menjalankan perusahaan. Dapat dengan nilai yang bertujuan untuk tetap
diketahui bahwa dalam menjalankan usaha melestarikan alam lebih dari mengeksploitasi
korporat perlu memperhatikan masyarakat terlebih dahulu.
sekitar yang secara tidak langsung Idenya yang berisikan bahwa praktik-
memberikan perhatian dengan adanya praktik ini memberikan nilai kepada
keberadaan perusahaan. Sehingga perusahaan masyarakat dan "memberikan kembali"
juga perlu memperhatikan keberadaan kepada masyarakat. Contoh dari praktik-
masyarakat sekitar, melalui interaksi praktik ini dapat mencakup upah yang adil dan
perusahaan dapat mengetahui dan mengenali memberikan cakupan perawatan kesehatan.
masyarakat di sekitarnya. Untuk mencegah Selain dari aspek moral menjadi "baik" bagi
respon masyarakat yang negatif, perusahaan masyarakat, mengabaikan tanggung jawab
membutuhkan adanya interaksi untuk dapat

26
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

sosial dapat mempengaruhi kinerja dan garis ekonomi, sosial, dan lingkungan (Goel,
keberlanjutan bisnis. (Dhiman, 2008) 2010). Istilah ini juga telah disebut sebagai
Triple bottom line merupakan salah kerangka kerja praktis keberlanjutan (Rogers
satu perumusan dari keberhasilan perusahaan & Hudson, 2011). Ditargetkan pada
atas tanggung jawab sosial. Elkington perusahaan, agenda TBL menempatkan fokus
mempopulerkan istilah Triple Bottom Line yang konsisten dan seimbang pada nilai
pada tahun 1997 melalui buku yang berjudul ekonomi, sosial, dan lingkungan yang
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line disediakan oleh organisasi. (Alhaddi, 2015)
in 21st Century Business. Triple bottom line Economic line merupakan kerangka
dapat dikembangkan oleh Elkington menjadi 3 TBLyang mengacu pada dampak praktik bisnis
istilah yaitu economy prosperity (nilai harta organisasi pada sistem ekonomi (Elkington,
kekayaan ekonomi), environmental quality 1997). Ini berkaitan dengan kemampuan
(kualitas lingkungan hidup), dan social justice ekonomi sebagai salah satu subsistem
(keadaan sosial). Triple bottom line dikenal keberlanjutan untuk bertahan hidup dan
dengan istilah “Formula 3P”, yaitu terdiri dari berkembang ke masa depan untuk
unsur people (perusahaan yang mempedulikan mendukung generasi masa depan
sosial dan lingkungan disekitarnya), profit (Spangenberg, 2005). Hubungan ekonomi
(perusahaan berupaya meningkatkan dengan pertumbuhan ekonomi dan seberapa
keuntungan bagi perusahaan), dan planet baik itu memberikan kontribusi untuk
(kemampuan perusahaan dalam menjaga mendukungnya. Dengan kata lain, ini adalah
kelestarian alam/bumi). Perusahaan yang baik cara prospek dan mempromosikan
adalah perusahaan yang akan memperoleh kemampuannya untuk mendukung generasi
tiga unsur tersebut yaitu keuntungan, masa depan.
kelestarian lingkungan dan kesejahteraan Social line, TBL mengacu pada
masyarakat sekitar. melakukan praktik bisnis yang menguntungkan
Adapun kerangka pemahaman lain dan adil untuk tenaga kerja, modal manusia,
tentang triple bottom line seperti yang dan masyarakat (Elkington, 1997).
disebutkan sebagai "a brilliant and far- Environmental line TBL mengacu pada
reaching metaphor" (Henriques, 2007, hlm. keterlibatan dalam praktik yang tidak
26), konstruk TBL dibuat oleh Elkington membahayakan sumber daya lingkungan
(1997). Sebelum akhir 1990-an, istilah itu untuk generasi mendatang. Ini berkaitan
tidak diketahui secara signifikan. Intinya, TBL dengan penggunaan sumber daya energi yang
adalah konstruksi lain yang mengekspresikan efisien, mengurangi emisi gas rumah kaca,
perluasan agenda lingkungan dengan cara dan meminimalkan jejak ekologis, dll. (Goel,
yang mengintegrasikan garis ekonomi dan 2010).
sosial (Elkington, 1997). TBL menyediakan Adapun pemahaman-pemahaman
kerangka kerja untuk mengukur kinerja bisnis tentang konsep triple bottom line memiliki
dan keberhasilan organisasi menggunakan perbedaan antara masing-masing nilai. Namun

27
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

tetap memiliki kesamaan pada pemahaman kami yang memainkan peranan penting dalam
terhadap setiap nilai tersebut. membuat kemitraan berjalan untuk
kesejahteraan bangsa serta tujuan USLP
dalam memasok 100% bahan baku pertanian
CSR PT UNILEVER INDONESIA TBK. kami dari sumber-sumber yang dikelola secara
PT Unilever Indonesia Tbk. merupakan berkelanjutan pada tahun 2020. Faktor kunci
salah satu perusahaan swasta di Indonesia kesuksesan dari pilar ini adalah a. bantuan
yang mengungkapkan bahwa mereka teknis; b. akses permodalan; c.
bertanggung jawab secara sosial melalui pengembangan benih; d. pemberdayaan
program CSR yang bernama Yayasan Unilever perempuan; e. pengembangan koperasi; dan
Indonesia. Misi dari Yayasan Unilever f. jaminan pasar.
Indonesia (YUI) adalah untuk mencari dan Program Pengembangan Petani
memberdayakan potensi masyarakat, Kedelai Hitam merupakan program yang ada
memberikan nilai tambah bagi masyarakat, di pilar peningkatan taraf hidup. Kedelai hitam
menyatukan kekuatan dengan mitra-mitranya yang merupakan bahan dasar kecap dan PT
dan bertindak sebagai katalis untuk Unilever Indonesia Tbk. yang memproduksi
pembentukan kemitraan. Bagi Unilever, kecap. Program tersebut telah
didirikannya YUI adalah investasi yang didasari mengembangkan berbagai program untuk
komitmen tinggi. Hal ini jelas terlihat dari meningkatkan produktivitas budidaya kedelai
orang-orang yang ditunjuk untuk hitam demi meningkatkan penghidupan
menjalankannya. Sebagai contoh, Jabatan petani. Untuk mencapai tujuan tersebut,
level tinggi di yayasan ditempati oleh para Penguatan program pemberdayaan kami
eksekutif dengan pengalaman panjang dalam dilakukan lewat pendekatan kelompok. Selain
mengelola produk bernilai triliunan rupiah. meningkatkan kemampuan petani kedelai
YUI mempublikasikan program- hitam dalam produksi, program ini juga
program mereka dalam pilar yaitu: membantu meningkatkan kualitas hidup para
1. Pilar Peningkatan Taraf Hidup petani melalui ekonomi.
Unilever Indonesia yang berkomitmen Berdasarkan triple bottom line yang
ambil bagian dalam pencapaian target global dikembangkan oleh Elkington (1997), program
untuk meningkatkan taraf hidup lebih dari pengembangan petani kedelai hitam yang ada
500.000 petani kecil dan distributor skala kecil di bawah pilar peningkatan taraf hidup sudah
dengan melibatkan mereka dalam rantai mencakup keuntungan bagi perusahaan
pasokan kami. Di Indonesia, petani kecil berupa pengelolaan bahan baku kedelai hitam
memegang peran penting dalam rantai suplai menjadi kecap yang dipasarkan oleh
produk pertanian. Dibawah Pilar Peningkatan perusahaan. Melalui pengembangan petani
Penghidupan, kami membangun kemitraan kedelai hitam pun telah membuat masyarakat
berfokus pada petani kecil. Pemerintah, lokal ditingkatkan pengetahuan dan
akademisi dan LSM lokal adalah mitra utama kemampuannya, sehingga dapat

28
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

mengeksplorasi budidaya kedelai hitam hingga Dalam konsep triple line bottom,
dapat mengelolanya secara mandiri. program ini tidak berbicara tentang bagaimana
2. Pilar Lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk. bertanggung jawab
Pemahaman masyarakat Indonesia atas sumber daya alam yang digunakan oleh
akan pentingnya pemanfaatan sampah masih perusahaan. Melainkan perhatian perusahaan
perlu ditingkatkan dan memberikan tantangan terhadap lingkungan di Indonesia yang belum
tersendiri dengan karakteristik geografis tentu dianggap sebagai masalah oleh
kepulauan. Barang rusak, benda tidak masyarakat secara menyeluruh.
terpakai, kemasan produk, sisa makanan akan 3. Pilar Kesehatan, Kesejahteraan, dan Nutrisi
terbuang begitu saja. Ada yang tertumpuk di Diungkapkan dalam unilever.co.id,
tempat pemrosesan akhir (TPA), berserakan di bahwa Sebagai sebuah entitas bisnis yang
jalanan, atau mengambang di sungai. Pada ternama dan bertanggung jawab yang tumbuh
tahun 2012, Kementrian Lingkungan Hidup dalam masyarakat Indonesia, Unilever
Indonesia mencatat rata-rata penduduk Indonesia berkomitmen penuh untuk
Indonesia menghasilkan 2 kilogram sampah menumbuhkan kesadaran masyarakat dan
per orang per hari. Sehingga sekitar 500 ribu meningkatkan pengetahuan dalam masalah
ton sampah dihasilkan oleh seluruh penduduk kesehatan dan kebersihan. Tujuannya adalah
Indonesia dalam satu hari. untuk diterapkan dalam usaha terintegrasi dari
Sampah tidak hanya sekedar memberikan berbagai brand kami dan sokongan kolaboratif
persepsi tidak nyaman terhadap indera perasa dari seluruh mitra dan pemangku kepentingan
dan penciuman, karena dapat menimbulkan dari program-program kami di seluruh
pencemaran terhadap tanah dan air tanpa Indonesia.
pengelolaan yang baik. Lebih lanjut, dapat Adanya program Sekolah Sehat yang
pula menimbulkan permasalahan sanitasi berfokus untuk menanamkan perilaku hidup
kesehatan hingga pemanasan global karena bersih dan sehat pada siswa sekolah dasar
proses dekomposisi sampah organik secara dan menengah melalui kegiatan pendidikan
anaerobik yang menghasilkan gas metana. yang terpadu mengenai kesehatan, kebersihan
Program yang bernama Kebutuhan dan gizi. Inti dari program ini adalah
Pengelolaan Sampah merupakan perhatian pembentukan para kader kesehatan, yang
YUI terhadap catatan Kementrian Lingkungan berperan penting dalam menyampaikan
Hidup Indonesia tentang kelestarian pesan-pesan kesehatan kepada rekan
lingkungan masyarakat terhadap sampah yang sebayanya dengan cara memberikan teladan
belum tertata dengan baik. Mengambil isu dan motivasi. Di tingkat SD, para kader
terkait kebersihan dalam penanganan sampah, kesehatan ini dikenal sebagai ‘dokter kecil’,
YUI melaksanakan program tersebut tidak sementara pada tingkat menengah, mereka
langsung menyeluruh melainkan memulai di disebut sebagai ‘duta muda.
satu daerah yang dapat memberikan dampak Adanya program Sekolah Sehat
dan menjadi contoh kepada daerah lain. merupakan tanggung jawab berbentuk nilai

29
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

sosial masyarakat yang menciptakan dan Dhiman, S. (2008). Product, people, and
planet: The triple bottom line
meningkatkan perilaku hidup sehat. Serta
sustainability imperative. Journal of
program ini sekaligus bentuk pemasaran PT Global Business Issues, 2(2), 51-57.
Duthler, G. & Dhanesh G. S. (2018). The role
Unilever Indonesia Tbk. dalam
of corporate social responsibility (CSR)
memperkenalkan produk ciptaan mereka. and internal CSR communication in
predicting employee engagement:
Perspectives from the United Arab
KESIMPULAN Emirates (UAE). Public Relations
Review.
Dalam konsep triple bottom line,
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks –
perusahaan dapat mengetahui secara Triple bottom line of 21st century
business. Stoney Creek, CT: New
sistematis nilai-nilai yang perlu diperhatikan
Society Publishers.
dan diprioritaskan terlebih dahulu. PT Unilever Garriga, E & Mele, D. 2004. Corporate
Responsibility Theories: Mapping the
Indonesia Tbk. sebagai perusahaan yang
Territory. Journal of Business Ethic 53:
bergerak dalam penyediaan kebutuhan hidup 51-71
Goel, P. (2010). Triple bottom line reporting:
masyarakat, sudah menyatakan diri mereka
An analytical approach for corporate
memperhatikan lingkungan sekitar. Dengan sustainability. Journal of Finance,
Accounting, and Management, 1(1),
menciptakan program CSR melalui Yayasan
27-42.
Unilever Indonesia (YUI) serta tiga pilar besar Harahap, S. (2001). Menuju Perumusan
Akuntansi Islam. Pustaka Quantum:
yang diturunkan secara lebih detil lewat
Jakarta.
program merupakan bentuk tanggung jawab Henriques, A. (2007). CSR, sustainability and
the triple bottom line. In Henriques,
perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya,
A., & Richardon, J. (Eds). The Triple
masyarakat, baik peningkatan kualitasi hidup Bottom Line: Does it All Add Up?
London: Earthscan. (pp26-33).
lewat pelatihan, menciptakan lingkungan yang
Matten, D., Crane, A. & Chapple, W. 2003.
bersih, hingga meningkatkan perilaku hidup Behind deMask: Revealing the True
Face of Corporate
sehat sejak dini.
McWilliams, A. & Siegel, D. 2001. Corporate
Social Responsibility: a Theory of the
DAFTAR PUSTAKA Firm Perspective. Academy of
Management Review, Vol. 26, No.1,
Alhaddi, H. 2015. Triple Bottom Line and Hal. 117-127.
Sustainability: A Literature Review. Pearce II, John A. dan Robinson Richard B.Jr..
Wayne State University. Manajemen Strategis Salemba Empat :
Aulia, Sandra dan Idris Kartawijaya. 2011. Jakarta, 2005
Analisis Pengungkapan Triple Bottom Neviana. (2010). Triple Bottom Line: Lebih
Line dan Faktor yang Mempengaruhi: dari Sekadar Profit, diakses di
Lintas Negara Indonesia dan Jepang. swa.co.id
Simposium Nasional Akuntansi 14. Rosyidah, N. A. (2017). Analisis Pengungkapan
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Triple Bottom Line dan Faktor yang
Kuala, Banda Aceh, 21-22 Juli. Mempengaruhi. Jurnal Equity, Vol. 3
Beny.B. 2012. Corporate Social Issue 4.
Responsibility.San Fransisco. Rogers, K., & Hudson, B. (2011). The triple
Carroll, A. B. (1979). A three-dimensional bottom line: The synergies of
conceptual model of corporate social transformative perceptions and
performance. Academy of practices of sustainability. OD
Management Review, 4(1), 497–505. Practitioner, 4(43), 3-9.Citizenship.

30
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 23 - 31 Juli 2019
Sosial

Journal of Business Ethics 45(1-2), International Journal of Sustainable


hal. 109-120. Development, 8(1/2), 47-64.
Spangenberg, J. (2005). Economic www.unilever.com
sustainability of the economy:
Constructs and indicators.

31

Anda mungkin juga menyukai