LP ASKEP DHF KLP 2 Revisi
LP ASKEP DHF KLP 2 Revisi
OLEH :
DI-D (KELOMPOK : II)
3. Etiologi/Penyebab
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara
serologi terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh
3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti, yaitu :
- Paling sering ditemukan
- Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih
atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
- Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.Biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
- Jarak terbang 100 meter
Arbovirus (melalui Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengan (viremia)
nyamuk aedes
aegypti)
PGE hipothalamus Membentuk & Mengaktifkan sistem
melepaskan zat C3a, komplemen
CSa
Resiko Perdarahan
perdarahan
Resiko perfusi jaringan tidak
efektif
Asidosis metabolik Hipoksia jaringan
7. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
11. Penatalaksaan
a) Tirah baring
b) Pemberian makanan lunak .
c) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam). Minuman dapat berupa : susu, teh
manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal
yang paling penting bagi penderita DHF.
d) Pemberian cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer
lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering
digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa
28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
e) Pemberian obat-obatan : Antibiotic, pemberian antibiotik bila terdapat
kekuatiran infeksi sekunder antipiretik. Pemberian obat antipiretik sebaiknya
dari golongan asetaminopen Anti konvulsi jika terjadi kejang
f) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
g) Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i) Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan
segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak
perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 –
30 ml/kg BB. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit
dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi
nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada
perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan
penurunan Hb yang mencolok.
Pada DHF tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter
dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
12. Pencegahan
Pencegahan penyebaran penyakit DHF yang tepat akan membantu
mengurangi jumlah penderita dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa
(KLB).
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus
DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah
dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos
(abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah
dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate)
ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana
tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1
gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida.
a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1
x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda
lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan penyakit infeksi demam berdarah Dengue
menurut Nursalam (2005) adalah:
a. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan demam mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7 dan pasien semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit dan gusi (grade 3 dan 4), melena,
atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF
lagi. Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah
diderita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan
yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban
bekas.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik
adalah sebagai berikut:
1) Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan andi lemah.
2) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
kulit tampak biru.
Pemeriksaan fisik lainnya, yaitu:
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak.
3) Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarhan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga
(pada grade II, III, IV).
4) Dada. Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales (+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly), dan
asites.
6) Ekstremitas akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
g. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1) Hb dan PCV meningkat (≥20%).
2) Trombositopenia (≤100.000/mm3).
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Ig.D.dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
8) SGOT/SGPT memungkinkan meningkat
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
SLKI SIKI
Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan Manejemen jalan Manejemen jalan
an pola nafas keperawatan selama 3 x 24 nafas nafas
jam, diharapkan pola nafas
1. Posisikan pasien 1. Untuk
normal dengan kriteria
semi fowler memaksimalkan
hasil:
ventilasi
2. Auskultasi suara
1. Menunjukkan jalan
nafas, catat area 2. Untuk
nafas yang paten
yang ventilasinya mengetahui
(pasien tidak merasa
menurun atau tidak perkembangan
tercekik, irama nafas,
ada adanya suara status kesehatan
frekuensi pernafasan
nafas buatan pasien dan
dalam rentang normal,
mencegah
tidak ada suara nafas
3. Regulasi asupan komplkasi
abnormal
cairan lanjutan
2. TTV dalam rentang
3. mengoptimalkan
normal (suhu:36oC- 4. Monitor status keseimbangan
o
37,5 C,nadi:60-100 pernafasan dan cairan untuk
x/menit.RR:16- oksigenasi, mencegah
24x/menit,tekanan sebagaimana komplikasi
darah:110-120/60-80 mestinya. lanjutan
mmHg))
4. Untuk
mengetahui
perkembangan
status kesehatan
pasien dan
mencegah
komplikasi
lanjutan
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment: Fever Treatment
keperawatan selama 3 x 24
1. Monitor tanda – 1. Tanda-tanda vital
jam, diharapkan dapat
teratasi dengan kriteria tanda vital merupakan acuan
hasil: 2. Anjurkan pasien untuk mengetahui
1. SSuhu dalam rentang untuk banayk minum keadaan umum
normal (36oC-37,5oC) air 1500 – 2000ml/ pasien.
2. NNadi dan RR dalam
hari (sedikit tapi 2. Peningkatan suhu
rentang normal (nadi
sering) tubuh akan
60-100 x/menit. RR :
3. Anjurkan pasien menyebabkan
16-24x/menit)
untuk melonggarkan penguapan tubuh
3. TTidak ada perubahan
pakaian meningkat
warna kulit, tidak
menggunakan baju sehingga perlu
pusing dan tidak mual
yang menyerap diimbangi dengan
keringat asupan cairan yang
4. Beri kompres banyak.
hangat pada bagian 3. Pakaian yang tipis
(Paha dan aksila dan menyerap keringat
di abdomen ). dan membantu
5. Kolaborasi dalam mengurangi
pemberian terapi penguapan tubuh
obat dan cairan akibat dari
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi.
4. Kompres hangat
dapat
mengembalikan
suhu normal
memperlancar
sirkulasi.
5. Dapat menurunkan
demam
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation Peripheral Sensation
perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 Management Management
perifer jam, diharapkan tidak
1. Monitor adanya 1. Mengetahui
terjadi penurunan sirkulasi daerah tertentu yang sirkulasi perifer
darah ke pereifer, dengan hanya peka terhadap
2. Monitor sirkulasi
kriteria hasil : panas/dingin/tajam/t
dalam tubuh
umpul
1. Tekanan sistol dan
3. Mengurangi rasa
diastol dlam rentang 2. Monitor adanya
sakit
yang diharapkan (110- parestesia
120/60-80 mmHg)
3. Kolaborasi
2. Tidak ada ortostatik pemberian analgetik
hipertensi
Analgesic
Administration
5. untuk acuan
melakukan tindak
lanjut terhadap
perdarahan.
6. Untuk mengetahui
adanya asidosis
metabolik.
Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management Nutrition
an nutrisi kurang keperawatan selama 3x 24 Management
1. Monitor keadaan
dari kebutuhan jam diharapkan kebutuhan
umum pasien 1. Memudahkan untuk
tubuh nutrisi pasien terpenuhi,
2. Beri makanan sesuai intervensi
dengan kriteria hasil:
kebutuhan tubuh selanjutnya
1. Menunjukkan pasien. 2. Merangsang nafsu
kebutuhan nutrisi 3. Anjurkan orang tua makan pasien
terpenuhi. pasien untuk sehingga pasien mau
2. Memperlihatkan memberi makanan makan.
adanya selera makan sedikit tapi sering. 3. Makanan dalam
4. Anjurkan diit porsi kecil tapi
makanan TKTP sering memudahkan
dalam bentuk lunak organ pencernaan
dalam metabolisme.
Nutrition Monitoring
4. Makanan dengan
5. Timbang berat komposisi TKTP
badan pasien tiap berfungsi membantu
hari. mempercepat proses
6. Monitor mual dan penyembuhan.
muntah pasien
5.
Nutrition Monitoring
6. Berat badan
merupakan salah
satu indikator
pemenuhan nutrisi
berhasil.
7. Untuk mengetahui
status nutrisi pasien.
2. Tes laboratorium
ini memberikan
informasi penting
tentang status
koagulasi dan
potensi pendarahan
pasien.
3. Ketika
perdarahan tidak
terlihat, penurunan
kadar Hb dan Ht
dapat menjadi
indikator awal
perdarahan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya.
5. EVALUASI
Perumusan evaluasi menggunakan komponen SOAP. Keberhasilan suatu asuhan
keperawatan ditentukan berdasarkan kriteria hasil yang telah dibuat. Jika belum
teratasi atau tercapai maka intervensi harus dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat nasional Indonesia.
Sarwono, W. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagarsa.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia). Jakarta:
Jagakarsa.