Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

URINALISA DAN CAIRAN TUBUH


FESES

NAMA : LISNAWATI 18.72.020163

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Feses” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Urinalisa dan Cairan Tubuh . Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan
makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan kami sendiri.Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran
dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan bermanfaat dimasa yang akan datang.

Palangkaraya, 16 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk
memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit. Agar para tenaga teknis laboratorium dan
mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-
macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan
baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

B.     Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Apakah pengertian dari fases ?
2.      Apa saja macam-macam feses ?
3.      Bagaimana dekomposisi dari feses ?
4.      Bagaimanakah feses manusia yang normal ?
5.      Bagaimanakah cara pengambilan sampel fases yang benar ?
6.      Apa saja jenis pemeriksaan sampel fases ?
7.      Apakah tujuan dari pemeriksaan feses ?
8.      Bagaimana cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian feses
2.      Untuk mengetahui macam-macam feses
3.      Untuk mengetahui dekomposisi dari feses
4.      Untuk mengetahui feses manusia yang normal
5.      Untuk mengetahui cara pengambilan feses yang benar
6.      Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel feses
7.      Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan feses
8.      Untuk mengetahui cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Feces

Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang
kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang
dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan
sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut
dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,
menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut
dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi
defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.

B.     Macam – Macam Warna Feses


Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati,
yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen
kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin
dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna
kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh
kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna
feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.

       Warna Kuning Kecoklatan


Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah
warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu
zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat
besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.

       Warna Hitam Feses


berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke
feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis
tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).

       Warna Hijau


Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es
bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang
terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg
diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada
kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal,
khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.

       Warna Merah


Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang
usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah
akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah
termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

       Warna Abu-abu / Pucat


Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali
ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang
empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang
empu akan berwarna abu-abu atau pucat.

C.    Bau Feses


Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan
juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau
khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat
mengurangi bau feses atau tinja.

D.    Dekomposisi Tinja


Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
o   Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih
sederhana dan lebih stabil;
o   Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami
dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang
dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap
kedalam tanah di bawahnya.
o   Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak  jasad renik didalam massa yang tengah mengalami
dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat
berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat udara, atau
anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang
dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang
relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada
siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya.
Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau
merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas
sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat
cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan
beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada
umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan
organisme pathogen. Bukan hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang
menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri
dan protozoa, yang bersifat predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk  penyubur tanaman (fertilizer).
Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang
telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan
nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli.
Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana
dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah,
kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
E.     Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut
70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman.
Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang
rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak
cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal
3x per-hari sampai 3x per-minggu.
F.     Pengambilan Sampel Faces

Indikasi Pemeriksaan
a.       Adanya diare dan konstipasi                         
b.      Adanya ikterus
c.       Adanya gangguan pencernaan                       
d.      Adanya lendir dalam tinja
e.       Kecurigaan penyakit gastrointestinal             
f.       Adanya darah dalam tinja

Syarat pengumpulan feces

a.  Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b.      Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c.       Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d.      Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e.       Pasien konstipasi
Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Alat-alat
a.       Sarung tangan
b.      Spatel steril
c.       Hand scoon bersih
d.      Vasseline
e.       Lidi kapas steril
f.       Pot tinja
g.      Bengkok
h.      Perlak pengalas
i.        Tissue
j.        Tempat bahan pemeriksaan
k.      Sampiran

Cara kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a.       Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b.      Menyiapkan alat yang diperlukan
c.       Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d.      Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.       Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
f.       Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g.      Buang alat dengan benar
h.      Cuci tangan
i.        Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j.        Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi
sendiri:
a.       Mendekatkan alat
b.      Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c.       Mencuci tangan
d.      Memasang perlak pengalas dan sampiran
e.       Melepas pakaian bawah pasien
f.       Mengatur posisi dorsal recumbent
g.      Memakan hand scoon
h.      Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar
kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i.        Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j.        Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k.      Melepas hand scoon
l.        Merapikan pasien
m.    Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi :


a.       Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
pada bayinya
b.      Menyiapkan alat yang diperlukan
c.       Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
d.      Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e.       Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
f.       Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g.      Buang alat dengan benar
h.      Cuci tangan
i.        Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j.        Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
G.    Jenis Pemeriksaan Feses
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur
darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat
merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
1.      Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan
makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
a.       Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna,
darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu
infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :

a.       Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine


b.      Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es
c.       Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
d.      Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang
bercampur darah atai lendir
e.       Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
f.       Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g.       Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
h.      Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang
tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin
juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar
i.        Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negatif),(+),(++),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis


dengan sampel feses.

a.       Pemeriksaan Jumlah


Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya
tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
b.       Pemeriksaan Warna

1)      Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai
jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning
juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
2)      Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau
pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
3)      Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan
yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin
didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan
mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam
barium setelah pemeriksaan radiologik.
4)      Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian
distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
5)      Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua
disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam
dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga
oleh melena.

c.        Pemeriksaan Bau


Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk
didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh
kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan
rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
d.       Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala
didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak
dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses
yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus

e.        Pemeriksaan Lendir


1)      Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang
banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
2)      Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus
besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada
usus halus.
3)      Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
4)      Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis
pada anxietas.
5)      Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal
anal.
6)      Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri
basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
7)      Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
f.         Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu
mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

1)      Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan
warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam
oesophagus.
2)      Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang
berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin
proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
g.       Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit
Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri
basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

h.       Pemeriksaan Parasit


Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang
mungkin didapatkan dalam feses.

i.         Pemeriksaan adanya sisa makana


Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya
yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu
dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi
makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati
(amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.
Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak
netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

b.      Pemeriksaan mikroskopik


Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran
cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien
dari infeksi parasit tersebut.
pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,
eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting
adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
a.       Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan
bentuk trofozoit.

b.       Telur cacing


Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
c.        Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi
saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10%
pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
d.       Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu
berarti abnormal.
e.        Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f.         Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan
setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir
amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan kristal hematoidin.
g.       Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat
dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

h.       Sel ragi


Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
supaya jangan dianggap kista amoeba

i.         Jamur
1)      Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH
(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin
adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan
bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti
diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.
Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat
sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko
juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian
hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan
atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.

c.       Pemeriksaan kimia


Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja
a.       Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar.
Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak
dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan
darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh
kehilangan darah > 2 ml/ hari.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,
orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase /
oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
                         I.            Metode benzidine basa

a.       Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah
hingga mendidih.
b.      Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
c.       Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
d.      Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
e.       Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f.       Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g.       Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
 üNegative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
  hijauüPositif ( +)
  (2+) biru bercampur hijauüPositif
  (3+) biruüPositif
 üPositif (4+) biru tua

                       II.            Metode Benzidine Dihidrochlorida


Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa
dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka
caranya sama seperti diterangkan diatas.

                     III.            Cara Guajac


Prosedur Kerja :
a.     Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat
glacial, campur.
b.     Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %,
campur.
c.      Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis
campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
d.     Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat
kepositifan dinilai dari warna itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe,
chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat
menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan
asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
b.       Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus
obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu
disebut akholik.

Prosedur kerja :
1)      Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2)      Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3)      Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-
24 jam
4)      Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

c.        Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti
anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang
dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

d.      Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam
usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi
urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi
perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan
antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan
perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan
Fouchet

2.      Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui biakan


Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk  pemeriksaan
feses rutin 
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat : -lidi kapas steril 
                -pot tinja
Cara kerja :
a)      Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh
tercemar urine
b)      intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira
5gram )
c)      tutup pot dengan rapat
d)     Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen 
e)      Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan feses :
Umumnya dilakukan di rumah/laboratorium (Bila di rumah, feses sebaiknya dibawa ke
laboratorium, kurang dari 1 jam)

H.    Tabel pemeriksaan


Maskroskopi Penyebab Catatan
Butir, kecil, keras, warna tua Pada keadaan usus besar yang
sensitive keadaan dapat
Konstipasi diselingi diare yang cair atau
berlendir
Volume besar, berbau dan
mengambang Ekskresi lemak 6 g/hari
merupakan hal yang abnormal;
Malabsorpsi zat lemak atau mungkin terdapat pada
protein penyakit usus halus primer,
fibrosis kistik, pankreastitis,
sindroma post-gastrektomi,
penyumbatan saluran empedu
Dengan tinja yang agak
Rapuh dengan lender tanpa terbentuk, sering diawali
darah kelainan fungsi

Sindrom usus besar yang


mudah terangsang inflamasi Darah tanpak lebih nyata dari
Rapuh dengan darah dan dangkal dan difus, adenoma pada lender
lender dengan jonjot-jonjot
Inflamasi usus besar; tifoid,
shigella, amebeasis,tumor Dehidrasi, gangguan
Volume besar, cair, sisa padat ganas keseimbangan elektrolit
sedikit
Infeksi non-invasif (cholera,
e.coli keadaan toksik,
keracunan makanan oleh
stafilikok, radang selaput
osmotic (defisiensi Untuk parasit perik salah tinja
Rapuh, mengandung nanah disakharida, makan berlebihan) selagi masih panas
atau jaringan nekrotik Devertikulitis atau abses lain,
tumor nekrotik, parasit
Agak lunak, putih abu-abu Bilirubin serum biasanya
sedikit obtruksi saluran makan barium abnormal

Tabel : gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja

Warna Tidak patologis Patologis


Coklat, coklat tua kuning Oksidasi normal dari pigmen
coklat empedu
Coklat tua sekali Dibiarkan lama di udara
Makanan yang mengandung
banyak daging

Makan besi, bismut Perdarahan di saluran cerna


Hitam bagian proksimal steatore
Makan kokoa (konsistensi seperti bubur dan
Abu-abu berbuih)
Makanan mengandung banyak Obtruksi saluran empedu
Abu-abu muda sekali bahan susu barium

Makanan yang mengandung Makanan melalui usus dalam


Hijau atau kuning hijau banyak bayam, sayuran hijau waktu cepat hingga pigmen
lain. Pencahar yang barasal empedu belum sempat
sayuran teroksidasi

Makanan yang mengandung Perdarahan yang berasal dari


Merah banyak lobak merah (biet) saluran cerna bagian distal

Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja


Kategori Kondisi khusus Hal lain

Gejalan setelah makan


makanan yang berasal dari
susu
Perut kembung, lazim dengan
Defisiensi disakaridase “gas”. Kadang-kadang
(intoleransi terhadap laktosa) diselingi konstipasi pencahar
Disakarida dalam buncis atau yang tidak benar
kacang-kacangan lain yang Riwayat sakit dan gejala ulkus
tidak dapat dicerna Pencahar peptikum
Osmotic berupa larutan garam Dampak osmotic dari antasid
Sekretorik Setelah makan bahan pemanis Riwayat jenis makanan
buatan yang tidak dapat menentukan diagnose
dicernakan toksin berasal dari Epidemiologi lebih penting
kuman (kolera, E.coli, daripada biakan tinja
keracunan makanan yang Gejala sistemik lain lazim
mengandung stafilokok didapat.
Hormone yang enteroaktif Bau busuk merupakan gejala
(gastrin pada sindrom) yang umum dari malnutrisi
Zollinger-Ellison; serotonin ? oleh kalori atau protein
zat lain pada sindroma
karsinoid
Sindroma malabsorpsi lemak,
protein Setelah reseksi dari usus halus
Perangsangan oleh asam Pertumbuhan bakteri yang
empedu berlebihan dalam usus halus
Dapat diduga dari riwayat
Reseksi usus penyakit. Komplikasi dari
Fistel enterokolon penyakit divertikulum atau
Sindroma usus besar yang penyakit inflamasi usus besar
Perubahan struktur atau fungsi sensitive Patofisiologi masih belum jelas
Perdarahan; rasa nyeri, berat
badan mungkin menurun
Biakan tinja berguna pada
permulaan penyakit
Penyakit inflamasi usus besar Sering didapat setelah
(sindroma crohn, colitis penggunaan antibiotic yang
ulseratif) mempunyai rentang spectrum
Kuman yang invasif (beberapa lebar
jenis shigella, salmonella, Dapat merupakan penyulit
ameba kampilobakter) Kolitis pada uremia, gagal jantung
Kerusakan mukosa pseudo membranosa kongestif; iskemia intestinal

I.       Analisis Spesimen feses            


            Analisa specimen feses dapat memberikan informasi meliputi proses tentang kondisi
kesehatan. Beberapa tujuan pemeriksaan  feses meliputi :
a.    Untuk menentukam adanya darah samar (tersembunyi) perdarahan dapat terjadi akibat
adanya ulkus,penyakit inflamasi atau tumor. Pemeriksaan samar sering disebut sebagai tes uji
guaiase, dapat dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau klien di rumah. Kertas
guaiase yang di gunakan untuk pemeriksaan sensitive terhadap adanya darah dalam feses.
Makanan tertentu,obat dan vitamin c dapat menjadikan pemeriksaan tidak akurat. Hasil
positif palsu dapat terjadi bila klien baru memakan daging merah,sayuran atau buah-buahan
mentah atau obat-obatan tertentu yang mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan
perdarahan, seperti aspirin atau abat anti inflamasi nonsteroid (Nonsteroidal antI-inflamatory
drugs/NSAID) yang lain,steroid,sediaan besi dan anti koagulan. Hasil negatif palsu terjadi
bila klien mengonsumsi lebih dari 50 mg vitamin c/hari dari semua sumber baik dari diet dan
suplemen 3 hari sebelum pengukuran –sekalipun njika ada perdarahan.
b.    Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah lemak yang
berlebihan pada feses (steatore) dapat mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada usus
halus. Penurunan jumlah empedu dapat mengiritasi obstruksi aliran empedu dari hati dan
kandung kemih ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini, perawat perlu mengumpulkan
dan mengirim seluruh feses pada satu kali defekasi bukan sempel yang sedikit.
c.    Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. ketika mengumpulkan spesimen untuk
pemeriksaan parasit sample yang harus di bawa ke laboratorium masih baru. Biasanya, ada
tiga spesimen feses yang di evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya
organisme sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai.
d.    Untuk mendeteksi  adanya bakteri atau virus. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan sedikit
feses karena spesimen tersebut akan di kultur. Wadah atau penampung harus steril dan teknik
aseptik digunakan saat mengumpulkan spesimen. Feses perlu dikirim segera ke laboratorium.
Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan laboratorium bila klien mendapatkan
antibiotik.
e.    Hal – hal yang perlu diperhatikan
Penyimpanan
a)      Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b)      Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c)      Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Pengiriman
a)      Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b)      Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth
f.     Mengumpulkan spesimen feses
Alat :
  Pispot yang bersih
  Sarung tangan
  Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada tabung untuk kultur
feses
  Dua spatel
  Tissue
  Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
  Penyegar udara
Pemeriksaan feses untuk darah samar
Alat:
  Pispot yang bersih
  Sarung tangan
  Dua spatel
  Tissue

Persiapan sebelum pemeriksaan  :


a.       Kumpulkan peralatan yang di perlukan
b.      Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses sesuai waktu
c.       Pelaksanaan
d.      Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut harus dilakukan
dan apakah klien dapat bekerjasama.
e.       Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
f.       Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu mengumpulkannya
g.      Defekasi pada pispot yang bersih
h.      Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi. Jika
memungkinkan klien berkrmih dulu sebelum mengumpulkan spesimen
i.        Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan kertas dapat
mempengaruhian alisis laboratorium
j.        Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama setelah mendapatkan spesimen
dan segera dikirim ke laboratorium
k.      Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai. Ketika
mengambil sampel feses yaitu saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel feses
ke wadah spesimen, saat membuang sisa pada pispot, perawat melakukan teknik aseptik
dengan cermat.
l.        Berikan privasi klien
m.    Bantu klien yang memerlukan bantuan
n.      Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping tempat tidur atau di
bawah dudukan toilet di kamar mandi
o.      Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau dan malu pada klien
p.      Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan bersihkan klien sesuai
dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi bila klien sering
defekasi dan fesesnya cair.
q.      Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
r.        Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua feses ke dalam
wadah spesimen, hati-hati agar tidak mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse yang
dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan spesimen feses. Biasanya pemeriksaan cukup
membutuhkan 2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair. Untuk beberapa spesime
waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di kirimkan, mukius atau darah yang terlihat
harus disertakan pada sampel.
s.       Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab kedalam tabung
periksa steril dengan menggunakan teknik steril.
t.        Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum membuangnya kedalam wadah
pembuangan. Tindakan ini membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak
dengan benda lain
u.      Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
v.      Pastikan klien dalam keadaan nyaman
w.    Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
x.      Lepaskan sarung tangan
y.      Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra indikasikan untuk klien
(misalmnya semprotan yang meningkatkan dispenia)
z.       Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
aa.   Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium dan pada label
yang melekat di wadah specimen
bb.  Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau pemeriksaan parasit perlu
segera dikirim. Bila tidak memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada
beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena perubahan bakteriologis terjadi pada
spesimen feses dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam tempat
pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah kontaminasi.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh dan merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks.
  Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu.
  Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun
keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-
minggu.
  Syarat pengambilan feces yang harus diperhatikan yaitu :

a.  Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b.      Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c.       Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d.      Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e.       Pasien konstipasi
  Pemeriksaan feses terbagi atas 2 yaitu pemerisaan feses lengkap dan pemerisaan kultur feses.
Pemeriksaan feses lengkap terdiri dari pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik,
dan pemeriksaan kimia.
  Penyimpanan
a)      Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b)      Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c)      Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
  Pengiriman
a)      Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b)      Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth

B.     Saran
Sebagai seorang mahasiswa analis kesehatan khususnya, kita seharusnya
menmpelajari tentang pemeriksaan feses yang benar sehingga jika praktiktikum
maupun pemeriksaan langsung dapat melakukannya dengan benar

DAFTAR PUSTAKA
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/10/v-

behaviorurldefaultvmlo.htmlahmadmuzaki47.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-

feses.htmlhttp://mimintriwa.blogspot.com/p/42-persiapan-dan-pengambilan-specimen.html

Anda mungkin juga menyukai