Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Feses” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Urinalisa dan Cairan Tubuh . Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan
makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan kami sendiri.Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran
dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan bermanfaat dimasa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk
memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit. Agar para tenaga teknis laboratorium dan
mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-
macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan
baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian feses
2. Untuk mengetahui macam-macam feses
3. Untuk mengetahui dekomposisi dari feses
4. Untuk mengetahui feses manusia yang normal
5. Untuk mengetahui cara pengambilan feses yang benar
6. Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel feses
7. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan feses
8. Untuk mengetahui cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar
BAB II
PEMBAHASAN
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang
kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang
dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan
sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut
dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,
menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut
dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi
defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi
Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Alat-alat
a. Sarung tangan
b. Spatel steril
c. Hand scoon bersih
d. Vasseline
e. Lidi kapas steril
f. Pot tinja
g. Bengkok
h. Perlak pengalas
i. Tissue
j. Tempat bahan pemeriksaan
k. Sampiran
Cara kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi
sendiri:
a. Mendekatkan alat
b. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar
kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai
jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning
juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau
pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan
yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin
didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan
mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam
barium setelah pemeriksaan radiologik.
4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian
distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua
disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam
dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga
oleh melena.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan
warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam
oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang
berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin
proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
g. Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit
Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri
basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
i. Jamur
1) Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH
(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin
adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan
bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti
diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.
Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat
sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko
juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian
hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan
atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
a. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah
hingga mendidih.
b. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
c. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
d. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
e. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
üNegative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
hijauüPositif ( +)
(2+) biru bercampur hijauüPositif
(3+) biruüPositif
üPositif (4+) biru tua
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe,
chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat
menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan
asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
b. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus
obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu
disebut akholik.
Prosedur kerja :
1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-
24 jam
4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti
anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang
dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam
usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi
urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi
perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan
antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan
perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan
Fouchet
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh dan merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks.
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu.
Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun
keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-
minggu.
Syarat pengambilan feces yang harus diperhatikan yaitu :
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi
Pemeriksaan feses terbagi atas 2 yaitu pemerisaan feses lengkap dan pemerisaan kultur feses.
Pemeriksaan feses lengkap terdiri dari pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik,
dan pemeriksaan kimia.
Penyimpanan
a) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Pengiriman
a) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa analis kesehatan khususnya, kita seharusnya
menmpelajari tentang pemeriksaan feses yang benar sehingga jika praktiktikum
maupun pemeriksaan langsung dapat melakukannya dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/10/v-
behaviorurldefaultvmlo.htmlahmadmuzaki47.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-
feses.htmlhttp://mimintriwa.blogspot.com/p/42-persiapan-dan-pengambilan-specimen.html