Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan persiapan fisik yang harus dilakukan sebelum menghadapi
operasi terdiri dari pemeriksaan status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihan lambung dan kolon, pencukuran
daerah operasi, personal hygine, pembersihan luka serta latihan pra operasi.
Perawatan persiapan fisik dan mental apabila tidak dilakukan dengan baik
akan menyebabakan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca bedah seperti
infeksi pasca operasi, dehesiensi, demam, penyembuhan luka yang lama dan
kondisi mental pasien yang tidak siap atau labil dapat menimbulkan kecemasan
dan ketakutan yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Perawatan persiapan fisik dan mental sangat penting dilakukan karena
untuk mencegah terjadinya penyulit pasca bedah dan komplikasi pasca bedah
serta mempersiapkan mental pasien dalam mengahadapi operasi, menurunkan
ketakutan dan kecemasan serta mempebaiki koping individu menghadapi operasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui definisi Filariasis
2. Mengetahui Etiologi Filariasis
3. Mengetahui penularan Filariasis
4. Tanda dan gejala Filariasis

C. TUJUAN PENULIS
Tujuan dan maksud pembuatan, makalah ini adalah untuk berbagi
pengetahuan tentang Filariasis seperti yang tertera pada rumusan masalah
diatas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun
yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansoria,
Anopheles, Culex, Armigeres, cacing tersebut hidup disaluran dan kelenjar
getah benng dengan manifestasi klinik akut dengan demam berulang,
peradangan dan saluran kelenjar getah bening. Pada stadium lanjut dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, payudara
dan alat kelamin.
Spesies Penyebaran Vektor Tempat Tempat Manifestasi
hidup hidup klinis utama
cacing mikrofilar
dewasa ia
Wuchereria Negara Tropis Nyamuk Saluran Darah Limfangitis
bancrofti limfe
Elefantiasis

Hidrokel

 
Brugia malayi AsiaSelatan,Timur, Nyamuk Saluran Darah Limfangitis
dan Tenggara limfe
Elefantiasis
                          
  
Brugia timori Di beberapa pulau Saluran Darah Limfangitis
Nyamuk
di Indonesia limfe
Elefantiasis
           

Loa-loa Afrika Tengah dan Chrysops Jaringan Darah Calabar


Barat spp. ikat Sweeling
 Onchorcerca  Afrika,Yaman,      Simuliu  Kulit  Kulit  Dermatitis,

2
valvulus Amerika Tengah m spp. nodula,lesi
dan Selatan mata

B. Epidemiologi
Penyakit ini diperkirakan seperlima penduduk dunia atau 1,1 milyar
penduduk beresiko terinfeksi, terutama di daerah tropis dan beberapa
daerah subtropis. Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma
sosial, hambatan psikososial, dan penuruanan produktifitas kerja penderita,
keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang
besar. Dengan demikian penderita menjadi beban keluarga dan negara.
Sejak tahun 2000 hingga 2009 dilaporkan kasus kronis filariasis sebanyak
11.914 kasus yang tersebar di 401 kabupaten/kota.
Penyakit filariasis terutama ditemukan di daertah khatulistiwa dan
merupakan masalah di daerah dataran rendah. Tetapi kadang-kadang juga
ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di Indonesia filariasis
tersebar luas, daerah endemis terdapat dibanyak pulau seluruh nusantara,
seperti di sumatra dan sekitarnya, jawa, kalimantan, sulawesi, NTT,
Maluku, dan irian jaya.

C. Etiologi
1) Haspes
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber
infeksi bagi orang lain yang rentan. Biasanya pendatang baru ke
daerah endemis lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih
menderita dari pada penduduk asli. Pada umumnya laki-laki lebih
banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exsposure). Juga
gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki, karena pekerjaan fisik
yang lebih berat.
2) Hespes Reservoar
Tipe B malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber
infeksi untuk manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung
infeksi adalah kucing dan kera terutama jenis Presbytis, meskipun
hewan lain mungkin juga terkena infeksi.
3) Vektor

3
Banyak spesies nyamuk telah ditemukan sebagai vektor
filariasisnya. W.bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan
ditularkan olehg Cx.quinquefasciatur yang tempat perindukannya
air kotor dan tercemar. W.bancrofti di daerah pedesaan dapat
ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. Ada beberapa
penemuan vektor yakni : An.Koliensis, An.punctulatus,
Cx.annulirostis dan Ae. Kochi, W.bancrofti.
4) Agent
Filariasis disebabkan oleh cacing filarial pada manusia, yaitu :
a. W.bancrofti
b. B.malayi
c. B.timori
d. Loa Loa
e. Onchocerca volvulus
f. Aconthocheilonema perstant
g. Mansonella azzardi
Cacing ini habitatnya dalam sistem perdarahan darah, limpha, otot,
jaringan ikat atau rongga serosa.
Filaria membutuhkan insekta sebagai vektor. Nyamuk culex adalah
vektor dari penyakit filariasis W.hancrofti dan B.malayi.

D. Rantai penularan
Penularan dapat terjadi apabila ada 5 unsur yaitu sumber penularan
(manusia dan hewan), parasit, vektor, manusia yang rentan, lingkungan
(fisik, biologik dan sosial-ekonomi-budaya). Seseorang dapat tertular atau
terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang
infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Kemudian
memasuki periode laten atau prepaten. Periode laten adalah waktu yang
diperlukan antara seseorang mendapatkan infeksi sampai ditemukannya
mikrofilaria di dalam darahnya. Waktu ini sesuai dengan pertumbuhan
cacing hingga dewasa sampai melahirkan mikrofilia kedalam darah dan
jaringan.

4
E. Gejala Klinik
Gejala klinik sangat beervariasi, mulai dari yang asimtomatis sampai yang
berat. Gejalanya biasanya tampak setelah 3 bulan infeksi, tapi umumnya
masa tunasnya antara 8-12 bulan. Pada fase akut terjadi gejala radang
saluran getah bening, sedang pada fase kronis terjadi obstruksi.
F. Pencegahan
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan cara yaitu :
1) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis
mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk).
2) Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infeksi dalam
nyamuk.
3) Pengendalian vektor jangka panjang yang mungkin memerlukan
perubahan konstruksi rumah dan termasuk pemasangan kawat kasa
serta pengendalian lingkungan untuk memusnahkan tempat perindukan
nyamuk.
4) Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan
diethylcarbamazine citrate.

Dalam pelaksanaan pemberantasan dengan pengobatan menggunakan


DEC ada beberapa cara yaitu dosis standard, dosis bertahap dan dosis
rendah. Dianjurkan Puskesmas menggunakan dosis rendah yang mampu
menurunkan mf rate sampai < 1%. Pelaksanaan melalui peran serta
masyarakat dengan prinsip dasa wisma. Penduduk dengan usia kurang dari
2 tahun, hamil, menyusui dan sakit berat ditunda pengobatannya. DEC
diberikan setelah makan dan dalam keadaan istirahat.
1. Dosis standar
Dosis tunggal 5 mg/kg berat badan; untuk filariasis bancrofti
selama 15 hari, dan untuk filariasis brugia selama 10 hari.
2. Dosis bertahap
Dosis tunggal 1 tablet untuk usia lebih dari 10 tahun, dan 1/2
tablet untuk usia kurang dari 10 tahun; disusul 5 mg/kg berat badan
pada hari 5-12 untuk filariasis bancrofti dan pada hari 5-17 untuk
filariasis brugia.
3. Dosis rendah

5
Dosis tunggal 1 tablet untuk usia lebih dari 10 tahun, 1/2 tablet
untuk usia < 10 tahun, seminggu sekali selama 40 minggu.

Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:


1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan,
mengeringkan rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b. Menggunakan repellent

G. Faktor resiko kajadian filariasis


1) Faktor manusia dan nyamuk
a. Manusia
 Umur
 Janis kelamin
 Imunitas
 Ras
b. Nyamuk
2) Lingkungan
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan biologis
c. Lingkungan sosial ekonomi
3) Agent

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filariasis (penyakit kaki gajah)adalah penyakit menular menahaun yang
disesbabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
Culex, Armigeres. Cacaing tersebut hidup disaluran dan kelenjar getah bening dengan
manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan saluran
kelenjar getah bening.
Filariasis merupakan penyakit tertua yang paling melemahkan yang dikenal di
Dunia. Penyakit filariasis lymfatik merupakan penyebab kecacatan menetap dan
berjangka lama terbesara kedua di dunia setelah kecacatan mental. Di Indonesia,
mereka yang terinfeksi filariasis bisa terbaring ditempat tidur selama lebih dari lima
minggu pertahun, karena gejala klinis akut dari filariasis yang mewakili 11% dari
masa usia produktif. Untuk kelarga miskin, total kerugian ekonomi akibat
ketidakmampuan karena filariasis adalah 67% dari total pengeluaran rumah tangga
perbulan.
Data WHO, diperkirakan 120 juta orang di 83 negara di dunia terinfeksi
penyakit filariasis dan lebih dari 1,5 miliar penduduk dunia (sekitar 20% populasi
dunia) beresiko terinfeksi penyakit ini.

B. SARAN
Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisii
penularan, diperlukan program berkesinambungan dan memakan waktu lama karena
mengingat masa hidup dari cacing hidup yang cukup lama.
Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi ditingkat puskesmas
untuk penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan filariasis.

7
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anawalt, Brad.Edema. Available from:


http://www.physicianeducation.org/downloads/PDF%20Downloads%20for
%20website/Edema.pdf. [Accessed 3 November 2010].

Anonim. Filariasis. Available from: http://www.fk.undip.ac.id/category/12-


parasitologi.html?download=92. [Accessed 3 November 2010].

CDC. Life cycle of W. bancrofti. Available from:


http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Frames/AF/Filariasis/body_Filariasis_w_bancr
ofti.htm. [Accessed 3 November 2010].

Chairufatah, Alex. 2009. Filariasis (penyakit). Available from:


http://www.infeksi.com/. [Accessed 3 November 2010].

Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis, WHO Weekly


Epidemiological Record , 2009,42:84:437-444        

Kurniawan Liliana. Filariasis – aspek klinis, diagnosis, pengobatan dan


pemberantasannya. Jakarta: Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Marty, Aileen M. 2009. Filariasis. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/1109642-overview. [Accessed 3 November
2010].

Munir Misbakhul. 2007. Filariasis dan Faktor – Faktor yang Berkaitan dengan
Kejadian Filariasis di Desa Bitahan Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin Provinsi
Kalimantan Selatan. Available from: http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_(3775-H-
2007).pdf. [Accessed 3 November 2010].

8
Partono, Felix dan Agnes Kurniawan. 2006. Wuchereria bancrofti. Srisasi
Gandahusada, Herry D. Ilahude, dan Wita pribadi. Parasitologi Kedokteran edisi
ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.35-44.

Pohan, Herdiman T. 2007. Filariasis. Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus


Alwi,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. . Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.1767-1770.

9
LAMPIRAN

Daur Hidup W. bancrofti

Different species of the following genera of mosquitoes are vectors of W.


bancrofti filariasis depending on geographical distribution.  Among them
are: Culex (C. annulirostris, C. bitaeniorhynchus, C. quinquefasciatus,
and C. pipiens); Anopheles (A. arabinensis, A. bancroftii, A. farauti, A.
funestus, A. gambiae, A. koliensis, A. melas, A. merus, A. punctulatus and
A. wellcomei); Aedes (A. aegypti, A. aquasalis, A. bellator, A. cooki, A.
darlingi, A. kochi, A. polynesiensis, A. pseudoscutellaris, A. rotumae, A.
scapularis, and A. vigilax); Mansonia (M. pseudotitillans, M. uniformis);
Coquillettidia (C. juxtamansonia).  During a blood meal, an infected
mosquito introduces third-stage filarial larvae onto the skin of the human
host, where they penetrate into the bite wound .  They develop in
adults that commonly reside in the lymphatics .  The female worms
measure 80 to 100 mm in length and 0.24 to 0.30 mm in diameter, while
the males measure about 40 mm by .1 mm.  Adults produce microfilariae
measuring 244 to 296 μm by 7.5 to 10 μm, which are sheathed and have

10
nocturnal periodicity, except the South Pacific microfilariae which have
the absence of marked periodicity.  The microfilariae migrate into lymph
and blood channels moving actively through lymph and blood .  A
mosquito ingests the microfilariae during a blood meal .  After
ingestion, the microfilariae lose their sheaths and some of them work
their way through the wall of the proventriculus and cardiac portion of
the mosquito's midgut and reach the thoracic muscles .  There the
microfilariae develop into first-stage larvae and subsequently into
third-stage infective larvae .  The third-stage infective larvae migrate
through the hemocoel to the mosquito's prosbocis and can infect
another human when the mosquito takes a blood meal .

11

Anda mungkin juga menyukai