Metode Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu
Metode Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu
2. PENELITIAN KUALITATIF
2.1. Definisi Penelitian Kualitatif
2.2. Tujuan Penelitian Kualitatif
a. To explore
b. To describe
c. To explain
d. To understand
e. To predict
2.3. Strategi Penelitian
a. Induksi
b. Deduksi
c. Retroductive
d. Abductive
2.4. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
a. Fenomenologi
b. Etnografi
c. Etnometodologi
d. Hermeneutik
e. Semiotika
2.5. Metode Penelitian Kualitatif
a. Penelitian Grounded
b. Case Studies
c. Participatory Action Research
d. Penelitian Interdisiplin
2.5. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian Kualitatif
2.6. Dimensi Etis dalam Penelitian Kualitatif
1
Disusun dan dipersiapkan oleh Lilis Mulyani dan Anas Saidi, Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB – LIPI).
1
3. PENELITIAN DENGAN MIXED-METHODS
3.1. Pengantar tentang Penelitian dengan Mixed-Methods
a. Penelitian Empiris
b. Validitas
c. Penelitian dengan Subyek Manusia
3.2. Merancang Penelitian Sosial dengan Mixed Methods
3.3. Evaluasi dalam Penelitian Mixed Methods
2
I PENGANTAR PENELITIAN SOSIAL
Box 1
Sebelum abad ke-16, manusia percaya bahwa bumi itu datar dan
merupakan pusat dari semesta. Setelah Copernicus (seorang ahli
matematika, hukum, ahli fisika, gubernur, diplomat dan
ekonomis) mempertanyakan pengetahuan ini dan mencoba
membuktikannya secara ilmiah, diketahui bahwa bumi itu bulat
dan bahwa justru matahari yang menjadi pusat dari semesta.
Teori ini dikenal sebagai model heliosentris.
3
Semua ilmu, baik itu ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial
berpijak dari dasar pemikiran filsafat. Filsafat ilmu pengetahuan terdiri dari tiga
cabang telaahan yang ketiganya dapat menjadi obyek telaahan yang berbeda dengan
metodologi yang berbeda pula.
a. Ontologi
Landasan ontologis dari ilmu berupaya mengkaji obyek dari ilmu pengetahuan.
Penelitian selalu berupaya untuk menelaah sesuatu, sesuatu atau obyek ilmu
pengetahuan itu adalah apa yang dinamakan “realitas”. Mengenai ontologi, Blaikie
(2008:8) menyebutkan bahwa:
“From a philosophical point of view, ontology is the science or study of
being. ... Ontological assumptions are concerned with what we believe
constitutes social reality”
Landasan ini biasanya diwakili dengan bentuk-bentuk pertanyaan seperti: Obyek apa
yang ditelaah oleh ilmu? Apa yang nyata? Bagaimana kita mendeskripsikan realitas?
Bagaimana kita bisa memahami perwujudan fisik obyek tertentu? Bagaimana kita bisa
memahami realitas? Bagaimana hubungan obyek dengan daya tangkap manusia
sehingga membuahkan pengetahuan? Pertanyaan yang lebih berhubungan dengan
obyek realitas itu sendiri, misalnya, apakah listrik sesuatu yang nyata? Apakah batu
atau guunug berapi nyata? Apakah gempa bumi nyata? Apakah kemiskinan dan
kesenjangan itu nyata? Apakah malaikat itu nyata?
Ada tiga pertanyaan utama saat kita bertanya apakah sesuatu itu merupakan suatu
realitas yang nyata atau tidak, yaitu:
1) Dalam penelitian ini, apa yang saya maksud ketika saya mengatakan bahwa
sesuatu itu nyata?
2) Bagaimana pandangan saya tentang realitas sesuatu yang nyata itu membentuk
informasi yang saya coba tangkap, rekam, tafsirkan dan sampaikan pada orang
lain?
3) Bagaimana cara saya menggunakan alat analisis (termasuk program computer)
membangun realitas berdasarkan apa yang saya tangkap, rekam, tafisrkan dan
sampaikan pada orang lain?
b. Epistemologi
Epistemologi adalah ilmu untuk mengetahui, dan metodologi yang merupakan cabang
dari epistemologi adalah “the science of finding out” (Babbie, 2007:7). Landasan
epistemologi berkaitan dengan prosedur atau cara untuk mendapatkan pengetahuan.
Landasan epistemologis dapat diwakili oleh pertanyaan-pertanyaan:
1) Apa yang menjadi ciri pengetahuan yang valid dan benar dan bagaimana cara
mendapatkannya? Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya
pengetahuan? Bagaimana prosedur mendapatkan pengetahuan tersebut? Hal-
hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar? Apa kriteria ilmu pengetahuan yang benar? Cara dan sarana apa yang
diperlukan?
2) Dalam penelitian ini, istilah apakah yang dapat menggambarkan dengan baik
apa yang saya coba temukan atau hasilkan? Apakah itu pengetahuan?
Pemahaman? Kebenaran? Informasi? Data?
4
3) Apa tujuan saya untuk menemukan sebuah jawaban yang benar? Ataukah
untuk menghasilkan perspektif yang dapat dipertanggungjawabkan?
5
untuk apa pengetahuan itu digunakan pada akhirnya membawa kita pada landasan
ilmu pengetahuan yang ketiga, yaitu aksiologi.
c. Aksiologi
Landasan aksiologi berkaitan dengan kajian mengenai kegunaan ilmu pengetahuan
yang telah didapatkan. Landasan aksiologi ini secara khsuus terkait dengan nilai dan
etika. Terkait dengan analisis data kualitatif, ada tiga aturan utama terkait aksiologi,
yaitu: (1) tempat dan peran nilai-nilai yang disandang oleh peneliti dalam proses
penelitian; (2) peran dari subyek penelitian; dan (3) cara paling tepat untuk
menggunakan hasil penelitian. Landasan ini dapat diwakili oleh pertanyaan-
pertanyaan:
1) Untuk apa ilmu pengetahuan itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan ilmu dengan kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek atau
subyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan
antara prosedur yang digunakan dengan norma moral atau profesional?
2) Dalam penelitian ini apakah mungkin nilai-nilai yang saya pegang akan
mempengaruhi proses dan hasil analisis saya? Jika ya, bagaimana saya akan
mencapainya? Jika tidak, kapan dan bagaimana tepatnya saya akan
menggunakan nilai-nilai yang saya pegang dalam analisis dan bagaimana
mempertanggung jawabkannya?
Ontology
axiology epistemology
Methodology
6
waktu. Untuk menangkap realitas dalam ilmu sosial ini tidak hanya diperlukan
serangkaian metode yang ketat, namun juga keahlian peneliti dan ilmuwan sosial
untuk menafsirkan dan mengabstraksikan realitas tersebut ke dalam bangunan konsep
dan teori yang dapat digunakan oleh ilmuwan sosial lainnya dalam konteks yang
mungkin saja berbeda.
Terdapat empat kunci dalam merancang dan melaksanakan penelitian dalam ilmu
sosial, yaitu:
1. Metode, yang merupakan teknik atau prosedur tertentu yang digunakan untuk
mencari pengetahuan
2. Metodologi, yaitu strategi, rencana atau desain yang menghubungkan antara
pilihan-pilihan teknis (metode) dengan tujuan yang diharapkan dari proses
penelitian
3. Perspektif teoritis, yaitu dasar pijakan teoritis yang kita gunakan, yang
memberikan gambaran tentang metodologi dan konteksnya untuk
memperlihatkan keterkaitan secara logis dari kriteria-kriteria yang digunakan
berdasarkan dasar pijakan filosofis atau teoritis kita;
4. Epistemologi dan ontologi, yaitu teori dan pengetahuan kita, pemahaman akan
realitas atau obyek dan subyek yang akan diteliti yang memberikan gambaran
antara keterhubungan antara perspektif teoritis dengan metodologi yang
digunakan.
7
berpikir yang jelas tentang mana yang termasuk dalam kriteria berpikir ilmiah, dan
mana yang tidak.
8
dikutip dalam laporan penelitian maka dalam seluruh laporan ataupun proses
diseminasi, penyamaran identitas subyek wajib diterapkan oleh peneliti. Isu
privasi juga patut menjadi perhatian peneliti dalam melakukan langkah
penelitian ilmu sosial yang melibatkan subyek manusia.
LIPI telah menerbitkan sebuah dokumen Ethical Clearance yang dapat dipergunakan
peneliti untuk mendapatkan persetujuan dari subyek sehingga setiap informasi yang
didapatkan dari langkah-langkah penelitian dapat diterbitkan atas nama peneliti yang
bersangkutan.
1. Babbie, Earl, 2007, The Practice of Social Research, Eleventh Edition, Belmont
USA: Waldworth Cengage Learning.
2. Baptiste, Ian. 2001. Qualitative Data Analysis: Common Phases, Strategic
Differences, Forum Qualitative Social Research, Volume 2, No. 3 – September 2001.
3. Blaikie, Norman. 2009. Designing Social Research. Cambridge: Polity Press.
4. Kuhn, Thomas, 1962, The Structure of Scientific Revolutions.
5. Raddon, Arwen. 2014. Early Stage Research Training: Epistemology and
Ontology in Social Science Research. College of Social Science The University of
Leicester.
6. Suriasasmita, Jujun S., 1988, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan.
7. LIPI Press, Ethical Clearance, 2013.
9
II PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk penelitian dalam ilmu pengetahuan
sosial yang mendeskripsikan dan menganalisis realitas sosial manusia. Pendekatan
kualitatif digunakan dalam penelitian yang melibatkan manusia sebagai subyek
penelitian. Pendekatan kualitatif berbeda dari pendekatan kuantitatif yang
mendasarkan pada realitas fakta-fakta yang dapat diukur melalui penghitungan
tertentu karena pelibatan manusia sebagai subyek seringkali melibatkan hal-hal yang
tidak dapat dikuantifikasi, misalnya: emosi, pandangan hidup, manusia dapat berpura-
pura (jawaban hasil survey misalnya, dapat berbeda dengan hasil observasi langsung
peneliti). Jadi penelitian kualitatif tidak hanya melibatkan apa yang disebut sebagai
emik sebagai proses analisis untuk mendeskripsikan realitas sosial yang diteliti;
namun juga mencakup etik merupakan proses analisis untuk menafsirkan realitas
sosial yang diteliti.
Data yang dicari dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif adalah realitas
sosial di dalam masyarakat. Namun sifat data yang dicari dalam penelitian kualitatif
berbeda dengan penelitian kuantitatif yang membuat jenis penelitian ini tidak dapat
dilakukan melalui prosedur yang bersifat generalisasi melalui proses pengukuran atau
statistik. Realitas sosial tidak dapat digeneralisasi, atau diukur atau dikuantifikasi,
karena sifatnya subyektif. Dalam penelitian kuantitatif, ada realitas sosial yang dapat
diukur dan dikuantifikasi, dan dijui secara empiris karena memiliki kesamaan dengan
realitas alam dan memiliki “keajegan” tertentu (Saidi, 2012). Sementara dalam
penelitian kualitatif, sifat realitas sosial yang sama dilihat secara berbeda karena ada
unsur “manusia” yang sifatnya subyektif, unsur manusia inilah yang mempengruhi
realitas sosial tersebut, karena realitas sosial dibentuk dan dibangun oleh manusia-
manusia di dalam masyarakat, manusia mana memiliki kepentingan subyektif, bisa
berlaku berpura-pura, tidak selalu berulang dengan pola yang sama, dan tidak selalu
sama antara manusia yang satu dengan yang lain, sehingga seringkali tidak dapat
diramalkan sulit diukur secara kuantifikasi.
Ada setidaknya dua cara untuk memotret realitas yaitu menggambarkannya
sebagaimana adanya (to describe and to explain - positivism) dan menafsirkan realitas
tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dari sekedar fakta-fakta
realitas tersebut (to understand – interpretivism).
10
ditemukan dengan tapi itu sungguh rumit dan
menggunakan metode tidak mudah dijelaskan
yang benar berdasarkan fakta-fakta yag
terlihat saja
Bebas nilai Prinsip universal dan Penafsiran atas realitas Penafsiran, pengertian,
fakta yang didasarkan pada motivasi, nilai, norma,
pemahaman yang dibentuk struktur sosial, pola sosial
secara sosial budaya dan
dibangun dari waktu ke
waktu
Sumber: Raddon, Arwen, 2014.
Perbedaan tersebut di atas yang diantaranya menjadi ciri khas dari apa yang disebut
sebagai metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantiatif. Perkembangan
dunia ilmu pengetahuan awalnya sangat tajam membedakan kedua metode penelitian
tersebut, namun perkembangan paling akhir justru melihat kebutuhan untuk
menjawab permasalahan sosial yang semakin kompleks dengan menggabungkan
kedua metode tersebut. Modul ini akan menjelaskan mengenai kedua metode tersebut,
dan pembahasan mengenai metode yang menggabungkan keduanya.
!!!!! Penentuan metode penelitian apa yang sebaiknya digunakan sangat tergantung
pada sifat realitas sosial yang hendak diteliti, bukan sebaliknya!
Melihat pada perbedaan yang telah disebutkan di atas, terdapat lima tujuan utama
dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu:
a. To Explore
Penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggali sebuah realitas baru yang terjadi
dan belum pernah ada sebelumnya. Hal ini dikarenakan realitas sosial yang menjadi
obyek penelitian kualitatif seringkali berubah sesuai perkembangan jaman; dan
kebutuhan untuk menggali realitas yang baru akan terus muncul. Contoh paling baik
adalah penelitian tentang ruang bawah tanah, dimana di masa lalu, penelitian tentang
ruang bawah tanah belum menjadi obyek penelitian, namun konsep kepemilikan hak
atas tanah saat ini dihadapkan pada persoalan bagaimana memanfaatkan ruang bawah
tanah, misalnya dalam pembangunan kereta bawah tanah.
b. To Describe
Di saat sebuah realitas sosial sudah muncul dan dapat diamati perkembangannya,
bentuk penelitian kualitatif yang paling tepat untuk sekedar menggambarkan realitas
sosial tersebut adalah yang bertujuan to describe. Penelitian yang sifatnya deskriptif
ini akan memotret realitas sosial sebagaimana adanya realitas tersebut dipandang oleh
para peneliti, sesuai dengan metodologi yang digunakannya.
c. To Explain
Penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan (to explain) biasanya
digunakan untuk mencari penjelasan atas keterkaitan suatu realitas sosial tertentu
11
yang didalamnya terdapat beberapa fakta sosial yang saling berhubungan. Misalnya
untuk menjelaskan keterkaitan antara kemiskinan dengan tingkat pendidikan.
Keduanya merupakan fakta sosial, namun apakah kemudian keduanya memiliki
keterhubungan, itu dapat dijelaskan dengan penelitian yang sifatnya eksplanatif.
d. To Understand
Penelitian yang bertujuan untuk secara lebih dalam memahami suatu realitas sosial
tertentu adalah penelitian yang bertujuan to understand. Penelitian yang bertujuan
untuk memahami realitas tertentu ini dilakukan untuk tidak hanya menggambarkan
realitas sosial yang diteliti, namun untuk menjelaskan realitas tersebut dengan realitas
lainnya, dan sehingga dapat dipahami mengapa realitas itu terjadi, bagaimana itu
terjadi, dan bagaimana realitas itu bekerja dalam keterhubungannya dengan realitas
sosial yang lainnya.
e. To Predict
Salah satu penelitian kualitaif yang lain adalah penelitian yang bertujuan untuk
memprediksi terjadinya realitas sosial dengan berdasarkan pada gejala-gejala sosial
yang dapat digambarkan dari realitas sosial yang muncul saat ini. Salah satu contoh
penelitian kualitatif yang memprediksi kejadian yang akan datang, misalnya
penelitian tentang bagaimana ketimpangan ekonomi dan sosial yang terjadi di dalam
masyarakat dapat menyebabkan terjadinya revolusi sosial.
Ada beberapa macam penalaran yang dapat dijadikan sebagai strategi penelitian
dalam penelitian kualitatif dengan bertolak dari realitas yang diteliti, yaitu:
a. Inductive
Induksi adalah proses penalaran yang bertolak dari fakta-fakta khusus ke
kesimpulan umum. Logika induktif dapat dilakukan melalui:
12
(1) Induksi ampliatif, yaitu penalaran yang bertolak dari sejumlah terbatas contoh-
contoh yang diamati ke suatu hubungan kausal umum.
(2) Induksi eliminatif, yaitu proses mendukung atau menguatkan suatu pernyataan
atau hipotesis dengan memalsukan pernyataan atau hipotesis yang
menyainginya, atau seringkali juga disebut sebagai metode konfirmasi tidak
langsung.
(3) Induksi intuitif, yaitu proses penalaran yang didasarkan pada pandangan
pribadi yang dapat mengalami kebenaran-kebenaran mutlak di dunia.
Induksi sempurna atau induksi formal, yaitu proses penalaran yang
menyatakan suatu kebenaran mengenai semua anggota kelompok berdasarkan
pengamatan kebenaran itu dalam semua anggota kelompok itu.
b. Deductive
Dalam proses deduksi, pengembangan teori dilakukan mulai dari hipotesis yang
dideduksikan untuk menjawab pertanyaan “mengapa” suatu realitas sosial terjadi.
Deduksi biasanya digunakan untuk menunjuk kepada macam-macam penalaran
yang kesimpulannya berasal dari premis-premis secara niscaya. Deduksi dapat
berlangsung dari yang general ke yang partikular, general ke general, atau
partikular ke partikular. Proses logika deduktif dapat dilakukan melalui:
(1) Penalaran dari suatu kebenaran umum ke suatu hal yang khusus dari
kebenaran itu.
(2) Proses membuat implikasi-implikasi logis dari pernyataan-pernyataan atau
premis-premis menjadi eksplisit
(3) Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan (premis-premis)
dimana tercapai suatu kesimpulan yang pasti benar dengan aturan logika.
c. Retroductive
Dalam strategi penelitian ini data-data literatur dapat memberikan bantuan dalam
membangun sebuah model penjelasan hipotesis.
d. Abductive
Strategi penelitian abduktif digunakan untuk mengeneralisasi teori dimana
hipotesis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengumpulan dan analisis
data, juga dari proses hasil observasi, refleksi, penarikan hipotesi dan percobaan.
13
Gambar 2: Penggambaran Penalaran Induktif dan Deduktif
Dalam Penelitian Kualitatif
a. Fenomenologi
Fenomenologi dapat dibedakan menjadi cabang disiplin ilmu filsafat, maupun sebuah
bentuk gerakan historis dalam filsafat ilmu. Fenomenologi dalam penelitian kualitatif
dilakukan untuk menggambarkan dan mengidentifikasikan fenomena sosial melalui
cara bagaimana fenomena itu digambarkan oleh peneliti atau aktor lainnya dalam
situasi tertentu. Dalam kenyataan, hal ini biasanya diterjemahkan dalam proses
mengumpulkan informasi dan persepsi individu secara mendalam melalui proses
induktif, dan teknik pengumpulan data kualitatif seperti wawancara mendalam,
diskusi, dan observasi, dan menggambarkannya melalui kacamata si subyek
penelitian. Fenomenologi adalah studi tentang pengalaman individual,
mengelompokkan asumsi dan cara pandang seseorang secara apa adanya.
b. Etnografi
Etnografi secara harfiah berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku-bangsa, yang
ditulis seorang peneliti atas hasil peneltian lapangan (field research) dalam jangka
waktu tertentu (Spradley, 1997). Penelitian etnografi menggambarkan realitas sosial
secara mendalam dan komprehensif, detail dan lengkap. Tehnik pengumpulan data
yang utama adalah observasi-partisipasi dan wawancara terbuka dan mendalam, yang
dilakukan berulang dan dalam waktu yang relatif lama, bukan kunjungan singkat
dengan daftar pertanyaan terstruktur seperti survei. Teknik etnografi utama adalah
wawancara mendalam, berkali-kali dengan beberapa informan kunci. Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan penelitian etnografi harus cukup lama karena pada
akhirnya penelitian etnografi bertujuan untuk mendiskripsikan dan membangun
struktur social dan budaya suatu masyarakat.
14
Box
Contoh Hasil Penelitian Etnografi
Talun, although not large, had quite a busy market. I set off in the direction of
Banyu village, one of the sixteen villages in the sub-district of Talun (Map F). First
I had to go to the cillage office just to report my arrival. Handsome urban-style
houses lined the main road and other signs of urban amenities such as the TV
antennae and street lighting were immediately visible, giving this impression was
limited to the area along the main road where the houses of the better-off were
located. Behind it, the village atmosphere and village physiscal structures still
dominated. Foe example, only houses along the main road has access to electricity
from the Government Electricity Company. Within the village a few houses used
their own power generators but the majority depended on kerosene lamps. Most
houses werre constructed of fired bricks, usually with concrete floor and tiled
roof. Houses made of woven bamboo with thatched roofs were rare. The village
settlement looked clean and well-arranged, with houses built along the main
village road which was wide enough for cars to pass. The compounds were
shaded with plenty of tree, mostly fruit trees. Banyu village appeared to be quite
prosperous. (Yulfita Rahardjo 1988: 94).
Dalam etnografi modern, bentuk sosial dan budaya masyarakat dibangun dan
didiskripsikan melalui analisis dan nalar sang peneliti. Struktur sosial dan budaya
masyarakat tersebut menurut interpretasi sang peneliti. Sedangkan menurut Spradley
etnografi merupakan pekerjaan mendiskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama
aktivitas ini untuk memahami suatu pandangan hidup dari pandangan penduduk asli.
Bahkan tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti belajar
dari masyarakat. (Spradley 1997: 3)
c. Etnometodologi
Etnometodologi merupakan salah satu bentuk khas yang hanya ada dalam penelitian
kualitatif, yang melihat bahwa realitas sosial merupakan sesuatu yang dikonstruksi
secara sosial, dimana manusia mendeskripsikan dunianya sebagaimana mereka
merasakannya. Metode ini mendapat banyak pandangan dari teori fenomenologi
(Schutz 1967, 1970). Garfinkel (1967) memberikan metode lain dimana peneliti yang
juga etnografer akan menggambarkan dunia, sebagaimana subyek penelitian mereka
menggambarkannya, untuk itu diperlukan sebuah proses untuk menggambarkan
persepsi subyek penelitian dengan melakukan analisis oleh peneliti itu sendiri, inilah
yang dinamakan etnometodologi.
d. Hermeneutika
Hermeneutika awalnya berakar pada studi tentang prinsip umum interpretasi yang
dilakukan pada agama (teologi). Namun dalam perkembangannya kemudian,
hermeneutika berkembang pada penelitian interpretasi dalam metode penelitian sastra,
hukum hingga politik. Secara singkat, hermenuetik adalah studi tafsir tentang teks,
meski kemudian itupun berkembang lagi tidak terbatas pada teks yang sifatnya
tertulis; tapi meliputi aktivitas kebudayaan sebagai teks untuk mendapatkan
pemahaman tentang ekspresi makna. Ahimsa-Putra melihat telaah tekstual atas
kesenian atau kebudayaan memandang fenomena kesenian sebagai sebuah “teks”
15
untuk dibaca, untuk diberi makna, dan untuk dideskripsikan strukturnya (Ahimsa-
Putra 2000).
Semiotika
Semiotika adalah teori atau studi mengenai tanda dan simbol. Tapi tanda atau simbol
yang dimaksud tidaklah semata tanda atau simbol yang sifatnya visual, namun juga
tanda-tanda atau simbol-silbol yang merefleksikan realitas kehidupan sosial (Saussure
1974: 16; dan 1983: 15-16). Semiologi berasal dari kata bahasa Yunani “semeion”
yang artinya adalah “tanda” atau “sign” dalam bahasa Inggris. Studi semiotika adalah
studi yang meneliti mengenai esensi dari tanda dan norma-norma sosial yang
mengaturnya. Dalam semiotika, tanda yang dimaksud dapat pula berupa kata-kata,
gambar, suara, tingkah laku, maupun obyek tertentu.
a. Penelitian Grounded
Merupakan sebuah upaya untuk mencapai teori dari analisis pola-pola, tema, atau
kategori umum dari realitas sosial tertentu yang diobservasi. Penelitian grounded
theory awalnya dikembangkan oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1967 (melalui
buku The Dicovery of Grounded Theory). Penelitian ini muncul didasarkan
pertimbangan bahwa peneliti dan ilmuwan sosial seharusnya mulai bergerak dari
sekedar menggambarkan dan menafsirkan realitas sosial kepada tahap yang lebih
tinggi yaitu mengabstraksikan realitas ke dalam teori, atau “move from data to
theory”. (Glaser dan Strauss 1967) Dengan melakukan penelitian grounded theory
diharapkan teori-teori baru akan bermunculan, dan tidak sekedar mengandalkan
pengembangan dari konstruksi analitis, kategori atau variabel dari teori-teori yang
sudah ada.
Box
Contoh Tulisan Hasil Penelitian Grounded Theory
Magne Flemmen, 2013. Class Analysis 16
and Social Differentiation: An Approach to
Contemporary Class Divisions. Thesis submitted for the degree of PhD Department of
Sociology and Human Geography University of Oslo.
Dalam melakukan penelitian grounded theory mencakup dua proses utama, yaitu:
proses identifikasi progresif teori-teori yang berkaitan dengan fokus utama penelitian;
dan proses integrasi kategori dari pengertian-pengertian (meanings) yang muncul dari
data. Adapun langkah-langkah yang utama dalam melakukan penelitian grounded
theory adalah:
1. Mengidentifikasi kategori-kategori dari teori yang akan diteliti maupun dari
koleksi data yang ada;
2. Mengidentifikasi hubungan antar kategori;
3. Membuat kategori-kategori tersebut saling terhubung satu dengan yang lainnya.
b. Case Studies
Penelitian dengan metode studi kasus atau case study bertujuan untuk
menggambarkan suatu kejadian tertentu, dalam kurun waktu tertentu dari suatu
kelompok masyarakat tertentu. Case study merupakan suatu metode pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif yang secara spesifik mendeskripsikan kasus-kasus
tertentu yang dipilih untuk dianalisis lebih dalam. Kasus-kasus tertentu itu bisa
berkaitan dengan kejadian yang dialami subyek tertentu, pada waktu tertentu. Studi
kasus merupakan strategi penelitian yang lebih cocok apabila pokok pertanyaan suatu
penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, dan bila peneliti hanya memiliki
sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan
bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di
dalam realitas sosial masyarakat (Yin, 2002). Data-data yang digunakan dalam
penelitian studi kasus biasanya bersumber dari archives, wawancara mendalam,
observasi langsung, observasi partisipatif, dan benda-benda fisikal lainnya.
Menurut Robert K Yin (2002), desain penelitian studi kasus harus memiliki unsur-
unsur utama: pertanyaan penelitian, proposisi, unit analisis, pembatasan mengenai
bagaimana data akan dihubungkan dengan proposisi dan kriteria untuk menafsirkan
realitas dan temuan empiris. Sementara Stake (1995) melihat bahwa penggunaan
metode studi kasus sangat tergantung pada tujuan penelitian. Berikut ini adalah
langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam penelitian studi kasus:
17
4) Mendeskripsikan kasus secara utuh
5) Fokus pada analisis untuk mengaitkan tujuan dengan unit analisis
6) Analisis temuan penelitian
g) Perspektif kasus yang diteliti
h) Perspektif keilmuan yang digunakan
i) Perbandingan antar kasus yang diteliti
j) Menulis kasus dari perspektif empiris
k) Biografi, autobiografi dan narasi
7) Memperhatikan ketelitian: membangun kredibilitas serta kemampuan tulisan
hasil penelitian studi kasus untuk menyampaikan pesan.
Penelitian Riset Aksi Partisipatoris atau Participation Action Research (PAR) dapat
dilihat sebagai orientasi penelitian yang baru, maupun sebagai sebuah proses. Awal
mula PAR dilakukan sebagai sebuah bentuk kritik atas penelitian-penelitian sosial
yang ada sebelumnya yang seringkali justru tidak memberi keuntungan dan tidak
memberdayakan bagi subyek manusia yang ditelitinya; padahal subyek manusia ini
memiliki kemampuan untuk memahami permasalahan yang mereka hadapi dan
mencari solusi bagi mereka sendiri (De La Cruz, 2001)
Dalam metode penelitian kualitatif yang bersifat aksi partisipatoris, peneliti hanya
bertugas untuk mengamati dan menjadi narasumber bagi kelompok yang diteliti,
sebagai suatu jalan bagi mereka untuk melihat permasalahan dari sudut pandang
mereka sendiri dan berusaha merumuskan solusi atas permasalahan mereka secara
partisipatif. Biasanya yang menjadi subyek penelitian ini adalah kelompok
masyarakat yang disadvantaged atau kurang beruntung, kelompok minoritas,
kelompok marginal, kelompok khusus seperti anak yang mengalami trauma, atau
kelompok lain yang membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalahnya secara
langsung (McTaggart, 1997).
18
3) Komitmen, bahwa peneliti maupun kelompok subyek yang diteliti diharapkan
memiliki komitmen, termasuk keberlanjutan tujuan untuk melakukan
transformasi sosial bagi kelompok subyek tersebut.
19
d. Penelitian Interdisiplin
20
Dari definisi-definisi tentang penelitian interdisipliner di atas, dapat secara
risngkas disimpulkan bahwa Interdisipliner adalah sebuah bentuk kajian (studies) atau
penelitian (research) yang melihat satu tema atau topik atau permasalahan tertentu
dengan satu tujuan tertentu dari berbagai macam disiplin ilmu. Adapun tujuan dari
penelitian interdisipliner diantaranya adalah (Julie Thompson Klein, 1990 : 11):
1. Untuk menjawab permasalahan yang kompleks
2. Menggambarkan isu yang sangat luas
3. Mengeksplorasi hubungan antar disiplin ilmu dan hubungan profesional
(antar profesi-profesi)
4. Untuk menyelesaikan masalah yang muncul melebihi ruang lingkup satu
disiplin ilmu
5. Mencapai kesatuan pengetahuan, baik secara terbatas atau dalam skala
besar.
21
menjadi instrumen utama adalah kuisioner dipersoalkan.
Etika penelitian sebenarnya lebih merupakan aturan tak tertulis yang harus dipatuhi
oleh peneliti untuk menjaga integritasnya sebagai ilmuwan. Baik yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip dasar bagaimana kebenaran atau obyektifitas itu harus dijaga,
maupun yang berkaitan bagaimana seharusnya penelitian itu dilakukan. Bogden dan
Biklen (1982) telah memberikan pedoman praktis terhadap etika penelitian.
1. Babbie, Earl, 2007, The Practice of Social Research, Eleventh Edition, Belmont USA: Waldworth
Cengage Learning.
2. Bogden, RC and Biklen, SK. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to
Theory and Methods. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon.
3. Saidi, Anas. 2012. Makalah Metodologi Penelitian Sosial. (Tidak Diterbitkan).
4. Tim. May,. Social Research Issue, Methods and Process, second Edition. Open University Press
Buckingham.Philadelphia, 1999.p. 113.
5. Steinar. Kvale. Interviews An Introduction to Qualitative Research Interviewing. SAGE
Publications. Thousand Oaks. London. New Delhi, 1996. p. 47.
6. Silverman, David (ed) 1997.Qualitative Research, Theory, Method and Practice, Sage
Publications, London, Thousand Oaks, New Delhi.
22
7. Kvale, Steinar. 1996. Interviews An Introduction to Qualitative Research Research Interviewing.
SAGE Publications. Thousand Oaks. London. New Delhi
8. Marshall Catherine, 1999. Designing Qualitative Research 3rd, Edition, Sage Publication,
International Education and Professional Publisher, Thousand Oaks London New Delhi.
9. James P. Spradley, Metode Etnografi, Tiara Wacana Yogjakarta, 1997., hal. xv.
10. Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus: Desain dan Metode. Terjemahan dari Case Study Research
Design and Methods. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
11. Richard E Palmer ”Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi”, diterjemahkan Musnur
Hery & Damanhuri Muhammad, Pustaka Belajar Offset, 2003. hal 14.
12. Mihael T. Gibbons, Telaah Hermeneutis Wacana Sosial-Politik Kontemporer: Tafsir Politik,
Judul Asli Interpreting Politics, 1987, diterjemahkan oleh Ali Noer Zaman, CV kalam
Yogjakarta, 2002, hal. xxiii
13. Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2001. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: UGM dan Galang
Press.
14. McTaggart, Robin (Ed). 1997. Participatory Action Research: International Contexts and
Consequences. New York: State University of New York Press.
15. Dela Cruz, Ma. Teresa, et.al 2001. Small Steps, Great Strides: Doing Participatory Action
Research With Children. Phychosiscial Trauma and Human Rights Program UP Center for
Integrative and Development Studies, Arci Cultura e Svillupo, and The United Nations Children’s
Fund.
16. Klein, Julie-Thompson (2008). Interdisiplinarity: History, Theory and Practice.
17. Mansilla, Veronica Boix (2005), Assessing Student Work at Disciplinary Crossroads.
18. National Academy of Sciences (2004), Facilitating Interdisciplinary Research.
19. Newell, William (2007a), Decision Making in Interdisciplinary Studies.
20. Rhoten, Diana, Veronica Boix Mansilla, Marc Chun, and Julie T. Klein (2006) in
Interdisciplinary Education at Liberal Arts Institutions.
21. Repko, Allen F (2011), Interdisciplinary Research: Process and Theory.
23
III PENELITIAN DENGAN MIXED-METHODS
Tradisi penelitian ilmu sosial telah cukup lama memisahkan antara penelitian dengan
metode kuantitatif dan penelitian dengan metode kualitatif. Beberapa perbedaan
mendasar dari kedua metode penelitian ini terletak dari subyek atau obyek yang
diteliti, bentuk data yang didapatkan dan posisi peneliti. Kedua metode dalam ilmu
pengetahuan sosial merupakan penelitian empiris yang melihat secara langsung
realitas sosial yang melibatkan subyek manusia. Penelitian kuantitatif lebih bertujuan
untuk memotret atau mendeskripsikan realitas tersebut sementara penelitian kualitatif
bertujuan tidak hanya mendeskripsikan namun juga menafsirkan realitas sosial.
24
mutually exclusive, sehingga dalam penelitian hanya dapat memilih salah satu
metode.
Meskipun begitu pada dasarnya kedua metode tersebut dapat digunakan secara
bersama atau digabung dengan catatan sebagai berikut: (1) Dapat digunakan
secara bersama-sama untuk meneliti obyek yang sama, tetapi tujuan yang
berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan
metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis. Each methodology can
be used to complement the other within the same area of inquiry, since they
have different purposes or aims (Susan Stainback, 1988): (2) Digunakan
secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif,
sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan
metode kuantitatif: (3) Dapat digunakan metode tersebut secara beramaan, asal
kedua metode tersebut telah dipahami dengan jelas. (Sugiyono, 2005: 26).
25
topik penelitian, atau menvalidasi data-data kuantitatif. Jadi penelitian model
ini membandingkan temuan penelitian yang didapatkan dari kedua
pendekatan.
26
3. Model Embedded dilakukan dimana peneliti melakukan baik penelitian
kuantitatif dan kualitatif dimana salah satu bentuk pendekatan dilakukan
dalam skema yang lebih kecil dari pendekatan yang utama, yang digunakan
untuk menambahkan penjelasan. Pendekatan kedua dapat dilakukan secara
bersamaan maupun berurutan.
Dalam proses penulisan laporan, kedua data empiris yang didapatkan melalui kedua
pendekatan yang digunakan dapat ditampilkan dalam bentuk:
2. Membandingkan data dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara side-by-
side;
3. Membandingkan secara tergabung;
4. Menggabungkan data berdasarkan kategori atau tema tertentu dari permasalahan
penelitian.
27
3. Elemen Konsistensi Inferensial yaitu konsistensi dari hubungan berbagai
komponen dari studi yang dilakukan;
4. Elemen utilisasi atau elmen sejarah yaitu apakah temuan penelitian akan
digunakan dalam penelitian sejenis di waktu mendatang;
5. Elemen konsekuensial yaitu apakah temuan penelitian dapat diterima secara
sosial oleh masyarakat ataupun konsekuensi-konsekuensi lainnya dari hasil
penelitian yang dilakukan.
1. Creswell & Plano Clark (2011) Designing and conducting mixed methods research. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
2. Teddlie & Tashakkori (2009) Foundations of Mixed Methods Research: Integrating
Quantitative and Qualitative Approaches in the Social and Behavioral Sciences. Los Angeles:
Sage Publications, Inc.
3. Dellinger and Leech, 2010. Evaluating Mixed Research Studies: A Mixed Method Approach.
Journal of Mixed Methods Research. January 2010. 4: 17-31.
28
Sumber: Creswell, Designing and Conducting Mixed Methods Research.
29
PRAKTEK PENELITIAN KUALITATIF DALAM PENELITIAN
IV
SOSIAL
Berikut adalah chart beralur untuk menggambarkan rencana atau rancangan penelitian
ilmu sosial, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.
Wawancara mendalam,
Penyebaran Kuesioner,
Observasi,
Focus Group Discussion,
Life History, dll
PENGOLAHAN DATA
Mengubah data yang
dikumpulkan ke dalam
bentuk yang dapat
dianalisis
ANALISIS DATA
Menganalisis data dan
mengambil kesimpulan
APLIKASI
Membuat Laporan Hasil
Penelitian
30
4.2 Konseptualisasi Dan Operasionalisasi Teori
Konseptualisasi adalah proses dimana peneliti menggambarkan apa yang kita maksud
dalam penelitian dengan menggunakan terma-terma khusus. Sementara
operasionalisasi teori adalah pengembangan dari prosedur penelitian tertentu yang
menghasilkan hasil amatan yang sifatnya empiris yang merepresentasikan konsep-
konsep yang kita pikirkan berdasarkan teori yang kita gunakan dalam penelitian di
dalam dunia nyata.
a. Wawancara Mendalam
31
kekuatan metode seperti ini peneliti memiliki kesempatan secara terbuka untuk
melakukan improvisasi dalam upaya memperoleh jawaban yang diinginkan.
32
Tabel : Contoh Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam
Pertanyaan yang Mengarahkan Pertanyaan yang Tidak Mengarahkan
Apakah menurut Anda
b. Life Histories
Bagi peneliti kualitatif, sejarah hidup merupakan sarana penelitian yang penting dan
absah dengan standar interpretative dan metodologis yang semakin memadai maka
semakin banyak aktor yang menceritakan pengalaman hidup mereka, semakin
leluasalah peneliti pembangun model-model atau konsep-konsep mengenai rumitnya
perilaku manusia, lembaga sosial, dan sebagainya.
Sementara itu Jones (1993) menawarkan lima kriteria dalam life histories: Pertama,
seseorang harus dipandang bagian dari kebudayaan; sejarah kehidupan menjelaskan
dan menafsirkan nilai pelaku dalam perkembangannya di masyarakat. Kedua, metode
ini harus menangkap peran penting yang dimainkan orang lain didalam ”pengiriman
secara sosial menetapkan persediaan pengetahuan”. Ketiga, anggapan pasti (taken for
granted) tentang kebudayaan dunia tertentu dalam studi harus dijelaskan dan
dianalisa. Anggapan-anggapan itu muncul dalam peraturan dan kode pada kelakukan
seperti dalam mitos dan ritual. Keempat, sejarah kehidupan harus tertuju pada
pengalaman masing-masing individu selama hal itu untuk menangkap ”proses
perkembangan manusia:. Kelima, kebudayaan dunia dalam pembelajaran harus
dihubungkan dengan perkembangan hidup individu secara terus-menerus.
Sementara menurut Plummer, penelitian secara hidup paling tidak memiliki empat
kreteria. Pertama, metode itu harus menghargai subyektifitas dan kreativitas aktor—
menunjukkan bagaimana aktor menrespon kendala sosial dan secara kreatif
menghadapi dunia sosial; kedua, tindakan—melalui organisasi sosial dan terutama
organisasi ekonomi; ketiga, harus menunjukkan familiaritas yang intim dengan
pengalaman-pengalaman ayng ada; dan keempat, harus ada kesadaran pihak peneliti
mengenai peran dasar yang bersifat moral dan politik dalam bergerak menuju struktur
sosial yang memungkinkan pengurangan eksploitasi, penindasan, ketidakadilan dan
memungkinkan lebih banyak kreativitas, keragamaan dan kesederajatan. Singkatnya,
sebagaimana dikatakan McCall dan Wittners (dalam Mulyana, 1999: 195) metode
sejarah hidup menjadi alat penting untuk merekontruksi pengetahuan bukan saja
tentang kaum tersubordinasi, tetapi juga tentang masyarakat yang melindungi mereka.
Dengan metode life history sebagian dari kita pada dasarnya menjadi peneliti sejarah,
yakni sejarah kehidupan social. Penafsiran orang atas pengalamannya haruslah
obyektif, yakni penafsiran actor sendiri, bukan penafsiran peneliti.Disinilah
sebenarnya makna obyektif dalam penelitian kualitatif. Maka jelas bahwa pengukuran
makna “obyektif” dalam penelitian kualitatif berbeda dengan makna “obyektif” dalam
penelitian kuantitatif yang menekankan keseragamaan cara pandang peneliti terhadap
fenomena yang mereka teliti. Bahan lain untuk melengkapi wawancara sejarah hidup
adalah wawancara dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subyek
penelitian (significant others).
33
Wawancara sejarah hidup dilakukan dengan meminta orang-orang sebagai subyek
penelitian untuk menceritakan riwayat hidup mereka.Oleh karena konsep diri adalah
inti dari interaksionik simbolik, konsep diri seseorang dapat dilacak dengan menelaah
sejarah hidup mereka, maka tujuan penelitian sejarah hidup adalah mengungkapkan
subyektifitas ini (khususnya untuk mengetahui motivasi tindakan aktor).
c. Observasi
Focus Group Discussion atau diskusi grup terfokus merupakan satu metode penelitian
kualitatif yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mempelajari norma sosial
dalam sebuah komunitas atau sub-grup; atau juga untuk mencari pemahaman dari
berbagai subyek penelitian yang berbeda mengenai satu isu atau topik tertentu dalam
penelitian.
34
Beberapa Hal yang Harus diperhatikan dalam Focus
Group Discussion (FGD)
35
g. Memastikan setiap peserta mendapatkan waktu untuk berbicara, jika ada
yang dirasa belum mengungkapkan pendapatnya sebaiknya diberikan
waktu khusus untuk mengungkapkan pendapatnya.
5. Sebaiknya ada anggota tim lain yang memastikan peralatan seperti alat
perekam, alat untuk presentasi, mikrophone, dll berjalan dengan baik.
e. Data Literatur
Pengumpulan data melalui bentuk-bentuk media lain, seperti media massa, publikasi
koran, internet menjadi salah satu cara untuk melakukan pengumpulan data dalam
penelitian ilmu sosial. Perkembangan teknologi yang memungkinkan subyek manusia
berinteraksi melalui media-media baru seperti internet juga menjadi ajang bagi
penelitian-penelitian sosial. Penelitian-penelitian media baru saat ini cukup
berkembang misalnya penelitian mengenai analisis gerakan media sosial dalam
mendorong isu hukum dan keadilan. Pasti masih ingat dengan Kasus Prita Mulyasari
dengan Dukungan Facebook Koin untuk Prita, atau Dukung KPK dalam kasus Cicak
vs Buaya. Gerakan sosial melalui media baru seperti internet dan media sosial di
dalamnya menjadi bahan penelitian yang juga menarik. Penelitian lain tentang
chirpstory dalam twitter misalnya mengaitkan hubungan antara kesadaran politik
pengguna media sosial twitter dalam pemilihan umum kepala daerah, contoh terbaik
bisa dilihat dari pengerahan media sosial untuk mendukung salah satu calon gubernur
DKI Jakarta.
Pengolahan dan analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian. Seringkali peneliti hanya mengandalkan ingatan untuk menulis, tanpa
melakukan pengolahan data yang teliti. Padahal jika peneliti melakukan baca ulang
atas data yang telah diperolehnya, akan ada banyak temuan yang dapat dianalisis
daripada sekedar mengandalkan ingatan atau field research note semata. Pengolahan
data juga membantu peneliti untuk mensistematiskan hasil temuan dan
36
menggabungkannya dengan proses analisis. Berikut adalah beberapa bentuk dan
metode pengolahan dan analisis data yang lazim digunakan dalam penelitian
kualitatif.
c. Analisis Data
37
Persiapkan kembali outline yang sudah kita buat untuk menjawab pertanyaan
penelitian;
Saat kita membaca kembali data yang kita kumpulkan, akan terlihat kata,
frase, pola perilaku, cara berpikir subjek, peristiwa tertentu yang muncul
berulang-ulang, siapkan catatan untuk melakukan kategorisasi terhadap
temuan-temuan seperti ini.
38
Lakukan pendalaman dari hasil pembacaan data dan hasil temuan tadi, dengan
melakukan analisis kritis, kembali buat catatan tertulis tentang hasil refleksi
kita terhadap data dan hasil temuan tersebut.
Perkaya outline penulisan yang sudah kita siapkan dengan hasil bacaan,
temuan penelitian, hasil field research note-taking dan hasil analisis kita.
Beberapa jenis metode analisis data yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif:
39
1) Metode Triangulasi
Triangulasi adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dengan membandingkan informasi yang sama yang didapatkan
melalui tiga metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya satu
informasi yang sama yang diperoleh melalui data literatur, wawancara
mendalam, dan data hasil observasi; atau data wawancara mendalam,
observasi dengan Focus Group Discussion, atau variasi triangulasi lainnya.
Metode ini berguna untuk melihat kesamaan maupun kesenjangan dari data
yang sama namun diperoleh dengan cara yang berbeda. Munculnya
perbedaan hasil temuan akan menjadi bahan analisis bagi peneliti.
2) Model Bogden dan Biklen (2010)
Analisis data dengan model Bogden dan Biklen dilakukan dengan
mengembangkan kategorisasi data berdasarkan kategori sebagai berikut:
• Kategori Latar/Konteks -- informasi umum, topik dan subyek;
• Kategori Situasi -- bagaimana subyek mendefinisikan sesuatu;
• Kategori Pemaknaan -- cara subyek berpikir tentang orang atau obyek
tertentu;
• Kategori Proses -- kata atau frase yang memudahkan urutan peristiwa,
perubahan antar waktu, peralihan dari satu status ke status lain
• Kategori Aktivitas -- jenis-jenis perilaku subyek yang sifatnya teratur;
• Kategori Peristiwa -- unit data yang berhubungan secara khusus dengan
aktivitas khusus dalam latar atau kehidupan subyek pada suatu waktu
tertentu;
• Kategori Strategi -- taktik, metode, teknik, manuver cara-cara sadar
lainnya yang digunakan untuk memecahkan masalah atau menghadapi
suatu masalah tertentu;
• Kategori Hubungan dan Struktur Sosial -- pola perilaku antara satu
subyek dengan subyek lain, yang tidak selalu secara resmi memiliki
definisi formal
• Kategori Naratif -- mendeskripsikan struktur dari apa yang diungkap
atau dibicarakan oleh subyek;
• Kategori Metode -- dalam metode kita pisahkan materi yang
berhubungan dengan prosedur penelitian, masalah, kesenangan, dilema,
dsb -- hal ini kadangkala diungkap peneliti sebagai ungkapan apa yang
dia rasakan saat melakukan langkah penelitian tertentu.
3) Metode Analisis Konversasi (Conversation Analysis)
Conversation Analysis (CA) merupakan metode untuk menganalisis
“perbincangan” yang sifatnya kasual. Perbincangan merupakan sebuah
konsep hubungan primordial dari interaksi sosial yang menggambarkan
fenomena sosial tertentu. Dalam penelitian kualitatif, perbincangan dapat
menggambarkan situasi sosial, hubungan antar subyek penelitian, hubungan
psiko-sosial antar individu dalam komunitas yang diteliti dan dapat
menangkap pula struktur sosial dari komunitas tersebut.
40
4) Metode Knowledge Tracking
Knowledge tracking merupakan salah satu bentuk analisis data yang
digunakan untuk menangkap simbol-simbol tertentu dalam data yang kita
peroleh, sesuai dengan variabel yang dikembangkan dari proses
operasionalisasi teori dan konsep. Langkah-langkah melakukan knowledge
tracking adalah:
Mensetting struktur dari hubungan-hubungan antar variabel
Merekam munculnya data-data simbolis
Menerjemahkan relasi struktur ke dalam bahasa kemungkinan-
kemungkinan
Menyeleksi relasi struktur untuk memprediksi data yang muncul
secara sekuensial ke dalam konsep
Menyeleksi relasi struktur yang paling memenuhi syarat
Mensintesis relasi struktur yang baru.
5) Computer-Assisted Qualitative Data Analysis (CAQDAS), perkembangan
teknologi saat ini telah memungkinkan dilakukannya analisis data kualitatif
dengan menggunakan software word-processing tertentu. Selain itu, ada pula
CAQDAS yang melakukan proses pengumpulan data secara online, saat ini
tengah marak yang dinamakan dengan online seminars atau disebut webinars,
dan online focus group discussion. Hasil dari percakapan online ini
kemudian dianalisis dengan menggunakan software khusus. Memang metode
analisis dengan bantuan computer ini masih terus mengalami penyempurnaan
karena masih memiliki banyak kekurangan.
Data yang diolah dan dianalisis tentunya harus melalui proses pemeriksaan keabsahan
data. Keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan tahapan yang sangat
penting karena data yang diperoleh melalui metode penelitian kualitaif harus dapat
dipertanggungjawabkan sebagai sebuah data penelitian, bukan semata hasil rekaan
peneliti. Teknik pemeriksaan keabsahan data (Miles dan Huberman 1994: 426-458)
dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
Pertama, memeriksa kerepresentatifan. Istilah ini sebenarnya merupakan
istilah survey yang berkaitan dengan masalah pengambilan sample. Sedangkan
yang dimaksudkan disini adalah cara memilih informan, yang kemungkinan
tidak mewakili (memiliki otoritas) atas sesuatu yang kita cari atau kejadiannya
sendiri yang tidak reperesentatif, sehingga proses kesimpulan yang kita ambil
juga tidak mewakili.
Kedua, pemeriksa pengaruh peneliti dari ke-bias-an. Situasi inilah yang
agaknya paling sulit dihindarkan. Meskipun secara metodologis sudah
diperlengkapi emik (pendapat informan) dan etik (pendapat peneliti), tetapi
pendapat peneliti dalam mempengaruhi proses penelitian pada dasarnya tidak
mudah dihindarkan. Rasa keperpihakan penelitian sulit sekali dihindarkan.
Bentuk kebiasan itu bukan hanya bisa datang dari peneliti tetapi juga bisa dari
informan.
Ketiga, melalui triangulasi, yang intinya mencari tahu tentang kesahihan dan
keterandalan data. Pada dasarnya tidaklah mudah untuk mengetahui secara
41
pasti apa informasi yang diberikan informan itu benar atau salah. Untuk
melakukan pembuktian temuan, jika hal itu terjadi dalam kasus pembunuhan,
misalnya, mungkin akan mudah dilakukan dengan cara menggunakan
pendekatan modus operandi, yang intinya merupakan triangulasi indeks-
indeks mandiri. Namun jika hal itu berkaitan dengan sebuah peristiwa, ada dua
saksi yang berbeda, sementara keduanya mengaku melihat dengan mata kepala
sendiri, tentu membutuhkan tehnik tersendiri untuk mentrianggullasikannya.
Keempat, memberi bobot pada bukti melalui umpan balik sebelum kesimpulan
dibuat. Harus diakui ada data yang sifatnya lebih lemah atau lebih kuat dari
data yang lain. Pertama, sifat data yang lebih baik, biasanya berasal dari
informan yang baik. Mungkin karena informan, menguasahi masalah, pandai
bicara dalam memaparkan keadaan yang sebenarnya. Atau mungkin, informan
mengetahui persis kejadian yang kita teliti dan sebagainya. Kedua, kondisi
lingkungan pengumpulan data dapat memperkuat atau memperlemah kualitas
data yang kita butuhkan
Kelima, membuat pertentangan/perbandingan. Biasanya cara yang dipakai
untuk menguji kesimpulan adalah dengan membuat kontras atau perbandingan
antara dua rangkaian persoalan atau lebih yang dianggap berbeda dalam
beberapa hal.
Keenam, memeriksa makna segala sesuatu yang di luar dalam rangka
memperdalam kesimpulan awal.
Ketujuh, menggunakan kasus ekstrem sebagai kontrol atas kesimpulan yang
akan dibuat.
Kedelapan, menyingkirkan hubungan palsu, khususnya untuk menentukan
ada-tidaknya hubungan variable yang bersifat sebab-akibat. Ini sebenarnya
lebih dekat dengan metode kuantitatif. Meskipun begitu yang dimaksudkan
disini menekanannya lebih pada memastikan nilai data.
Kesembilan, membuat replika temuan, sehingga temuan menjadi lebih dapat
dipercaya, khususnya bila ditunjang sumber data yang mandiri. Dengan kata
lain, jika ada data baru yang menguatkan data lama, maka hasil penelitian itu
tentu akan lebih shohih.
Kesepuluh, mencari penjelasan tandingan. Kita bisa mengembangkan
semacam hipotesa kerja tandingan. Langkah ini diperlukan terutama untuk
memperkecil subyektifitas data yang kita peroleh.
Kesebelas, memberi bukti yang negatif. Tujuannya untuk mengontrol
kesimpulan yang telah dibuat.
Keduabelas, mendapatkan umpan balik dari informan. Artinya, sebelum
kesimpulan dibangun secara definitif, perlu adanya konfirmasi terhadap
informan, baik secara individual atau kolektif dengan cara mempresentasikan
hasil-hasil temuan dihadapan informan, guna memperoleh koreksi.
Seperti telah disinggung di depan untuk menetapkan keabsahan
(trustworthiness), yang dalam versi kuantitatif disebut kesahihan (validitas)
dan keandalan (reliabilitas), bagi penelitian kualitatif tidak ada ukurannya
yang baku. Ada empat kreteria yang digunakan untuk mengukuran itu.
Pertama, derajat kepercayaan (credibility), kedua, keteralihan (transferability),
ketiga, kebergantungan (dependability), dan keempat, kepastian
(confirmability)
Kriteria derajat kepercayaan, seringkali disepadankan dengan validitas
internal dalam penelitian kuantitatif dan berfungsi sebagai: pertama,
melakukan penelitian sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
42
penemuanya dapat dipenuhi: kedua, menunjukkan derajat kepercayaan atas
hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda
atas kasus yang diteliti.
Kreteria keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan
konteks pengirim dan penerima. Artinya untuk melakukan pengalihan peneliti
dituntut mencari dan pengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan
konteks. Dengan kata lain, peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data
deskriptif jika ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut.
Sementara kreteria kebergantungan dianggap pengganti istilah reabilitas dalam
penelitian survei. Jika dalam survei reliability dapat dilakukan dengan
melakukan replikasi studi, dengan intrumen (kuestioner) yang sama, maka
karena dalam penelitian kualitatif yang intrumennya adalah peneliti itu sendiri,
tentu sangat sulit untuk dilakukan
Yang terakhir kreteria tentang kepastian atau obyektifitas, dalam istilah
penelitian survey. Dalam konteks ini, pengalaman seseorang dinilai subyektif
tetapi jika sudah menjadi kesepakatan umum, maka menjadi obyektif
43
Keempat, inti dari teknik pemeriksaan keabsahan data melalui pemeriksaan
sejawat melalui diskusi ini: pertama, untuk membuat agar peneliti tetap
mempertahankan sikap terbuka dan jujur: kedua, melalui diskusi diharapkan
akan membantu menjajaki dan menguji hipotesa kerja yang muncul dari
pemikiran peneliti.
Kelima, Inti analisis kasus negatif sebenarnya untuk membandingkan
informasi dengan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan informasi yang
telah dikumpulkan.
Keenam, intinya untuk melakukan evaluasi terhadap hasil yang sudah
diperoleh dengan membandingkan hasil wawancara melalui kaset, misalnya,
sebelum penafsiran data dilakukan.
Ketujuh, inti pengecekan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan
data dibutuhkan sebagai pemeriksaan derajat kepercayaan. Caranya bisa
bersifat formal (diskusi) tetapi juga bersifat informal. Gunanya untuk
mengkonfirmasi data yang telah diperoleh, mengoreksi, menambah,
mempertajam hipotesa kerja atau kesimpulan sementara dan sebagainya.
Kedelapan, uraian rinci, yang dalam istilah antroplogi (Geertz) disebut
sebagai thick description (diskripsi tebal) atau gambaran yang mendalam
tentang realitas lokal yang diteliti.
Kesembilan, auditing intinya melakukan monitoring , mulai dari pelaksanaan,
proses, maupun hasil studi. Yang salah satunya untuk memastikan apakah
hasil penelitian itu benar-benar berasal dari data atau hasil opini.
Pada dasarnya yang menjadi tujuan utama dari penulisan laporan penelitian adalah
memberitahukan pembaca tentang masalah yang diteliti, metode yang digunakan,
hasil-hasil yang telah ditemukan dan kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian
tersebut. Dalam laporan penelitian tugas utama peneliti adalah untuk melaporkan
hasil penelitiannya sebaik dan sejernih mungkin tentang apa yang telah dilakukan,
mengapa hal itu dilakukan, serta kesimpulan yang diambil dari penelitiannya dan
bukan untuk menyakinkan pembaca mengenai kegunaan hasil penelitian dan
sejenisnya.
Meskipun penulisan hasil penelitian merupakan bagian akhir dari seluruh proses
penelitian, tahap ini umumnya dianggap paling menentukan dari seluruh agenda
penelitian yang telah dilakukan. Sementara laporan penelitian yang lengkap tentu
tidak hanya menyanjikan hasil penelitian, tetapi juga, menampilkan proses penelitian
itu secara keseluruhan.
44
8. Kepustakaan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis laporan penelitian:
• Perhatikan untuk siapa laporan akan ditulis. Laporan yang ditulis untuk bacaan
kalangan akademis akan berbeda dengan laporan yang ditulis untuk pembuat
kebijakan. Demikian juga laporan yang ditujukan untuk dibaca bagi
masyarakat luas secara umum.
• Tampilkan data-data hasil penelitian dengan teliti, perhatikan etika terkait
human informed consent. Apabila subyek penelitian mengungkap keberatan
namanya dicantumkan dalam penelitian, sebaiknya dalam laporan ditulis
dengan menggunakan samaran sehingga identitas subyek tidak dapat
diketahui.
• Jadilah pemikir yang “mature”, menulis laporan adalah seni tersendiri dan
membutuhkan kedewasaan berpikir.
1) Jadilah penulis dan pemikir yang kritis
• Jangan mengutip hanya untuk sekedar memenuhi formalitas
bahwa kita telah membaca referensi dalam jumlah tertentu agar
tulisan kita disebut ilmiah;
• Jangan terjebak dalam argumen yang sudah “di set” oleh hasil
bacaan kita, perlakukan setiap bahan bacaan atau sumber data
secara kritis;
• Sandingkan pendapat atau poin-poin utama penulis atau ahli
yang kita kutip dengan pendapat kita secara menarik sehingga
seolah sedang terjadi “perdebatan” tentang topik yang kita kaji;
• Bahan atau sumber referensi atau variasi antara data temuan
dari metode penelitian yang beragam akan meningkatkan hasil
pemikiran kita sendiri sebagai bahan tulisan, bahan atau sumber
referensi yang terbatas membuat tingkat keluasan pemikiran
kita juga menjadi terbatas -- jadi sumber data atau bahan
bacaan akan memperluas dan memperdalam ide-ide kita
sehingga bisa berkembang;
• Kegiatan ilmiah atau akademis adalah kegiatan mengenai
pertukaran ide-ide -- karena itu penelitian atau kajian yang baik
tidaklah melulu yang betul-betul berisi pemikiran kita sendiri,
namun jauh lebih baik jika kita mengembangkannya dari
pemikiran-pemikiran terdahulu.
2) Berikan debat intelektual yang menarik dalam karya tulis
45
• Karya tulis ilmiah yang baik sebaiknya tidak sekedar
menghadirkan ide atau klaim yang kita buat atas suatu realitas
sosial atau subyek tertentu dengan dukungan informasi yang
hanya mendukung argumen kita saja -- justru seringkali sumber
bacaan yang efektif berasal dari pemikiran yang berbeda
dengan kita.
• Perkenalkan ide-ide yang berbeda secara dinamis dan
disandingkan atau bahkan dikonteskan, kemudian ajukan
argumen yang didukung bukti atau fakta yang kuat untuk
mendukung argumen kita, hal ini akan menggambarkan debat
yang menarik dan juga memperlihatkan kedalaman pemahaman
kita atas subyek yang diteliti.
• Dengan menghadirkan “percakapan” atau “perdebatan”
intelektual seperti itu, kita juga memperlihatkan pada pembaca
tentang cara baru melihat suatu masalah atau subyek yang
diteliti.
3) Berikan “credit” atau penghormatan pada karya intelektual seseorang
• Karya tulis orang lain merupakan hasil penelitian, kajian dan
pemikiran mendalam tentang sesuatu hal --sebagaimana kita
pun ingin mendapatkan penghargaan atas karya kita-- maka kita
juga harus menghargai hasil karya intelektual orang lain ---
caranya yaitu dengan menyebut nama dan hasil karya mereka
yang kita kutip.
• Jika laporan berbentuk artikel perlu juga diperhatikan apakah laporan akan
murni bersifat karya ilmiah ataukah laporan akan ditulis sebagaimana sebuah
karya populer?
• Hindari melakukan plagiarisme
1) Plagiarisme adalah penggunaan hasil karya tulis orang lain, baik kata,
kalimat, paragraf tanpa memberikan kredit (penyebutan nama)
2) Kata “plagiarisme” berasal dari kata bahasa latin, yang artinya
“menculik” dan dianggap perbuatan “mencuri”, pelanggaran
kejujuran dalam dunia akademis.
3) Untuk menghindari plagiarism kita perlu memahami cara mengutip
yang benar.
Mengutip untuk memperkuat argumen yang akan ditampilkan dalam laporan
penelitian.
1) In text atau teknik membuat kutipan yang dilakukan di dalam teks
yang kita tulis. Mengutip langsung di dalam teks dilakukan bila
informasi atau data yang akan digunakan sifatnya penting bagi kita
dalam mendukung bangunan argumen yang akan kita ajukan.
2) Footnote atau teknik menunjukkan referensi yang dilakukan di dalam
footnote, yang terletak di bagian bawah halaman tulisan. Dalam
footnote, kita bisa tidak menyebutkan nama penulis sumber asli,
karena footnote dianggap bukan bagian dari analisis atau argumen
kita, melainkan hanya keterangan tambahan saja dari argumen atau
analisis kita.
46
Mengutip dan Membuat Parafrase
(Diambil dari Sagala, V., dan E Rozana. 2007. Pergulatan Feminisme dan HAM.
Jakarta: Institut Perempuan dan Pojok 85)
Parafrase:
Kejujuran dalam memberikan penghargaan pada orang lain yang telah melakukan
penelitian sebelum kita merupakan salah satu kunci utama dalam melakukan
penelitian, khususnya penelitian sosial. Seringkali realitas yang sama telah berulang
kali diteliti oleh peneliti lain. Karena itulah, menghadirkan karya-karya terdahulu
selain merupakan bentuk kejujuran kita akan hasil karya peneliti lain, secara kritis
juga akan menghadirkan debat intelektual dari berbagai karya dan hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian kita telah menjadi bagian dari
sebuah jaringan peneliti yang saling “bertemu” dalam ruang karya tulis ilmiah.
0
47
DAFTAR BACAAN LANJUTAN
48