Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPOLARAN

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


KELAS A DISUSUN OLEH:
BOBI MAHENDRA
NIM. 03031281924045
AHMAD SYAUQI
NIM.03031281924133

DOSEN PENGAJAR:
IR. PAMILIA CONIWATI, M.T NIP. 195512151985032001
UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA
2019
A. TEORI KEPOLARAN SENYAWA

Senyawa polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron
pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai
keelektronegatifitas yang berbeda. Contoh : H2O, HCL, HF, HI dan HBr
Senyawa non polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan
mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama/hampir sama. Contoh : O2, CO2,CH4 dan Cl2

Ciri-ciri senyawa polar :


1. Dapat larut dalam air dan pelarut polar lain
2. Memiliki kutub( +) dan kutub (-) , akibat tidak meratanya distribusi elektron
Memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelektronegatifan,Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5

Ciri-ciri senyawa non polar :


1.     Tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
2.     Tidak memiliki kutub (+) dan kutub (-) , akibat meratanya distribusi elektron
3.     Tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
keelektronegatifannya sama ,Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2

Senyawa polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar, perbedaan harga ini
mendorong timbulnya kutub kutub listrik yang permanen ( dipol permanent). Jadi antar molekul
polar terjadi gaya tarik dipol permanent.
Senyawa non polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kecil, bahkan untuk
senyawa biner dwiatom ( seperti O2,H2) perbedaan keelektronegatifannya = 0 .
Bila terdapat senyawa non polar terjadi gaya tarik dipol sesaat   ( gaya dispersi/ gaya
london ) gaya ini terjadi akibat muatan + inti atom salah satu atom menginduksi elektron atom
lain sehingga terjadilah kutub kutub yang sifatnya sesaat.
Polarisasi Ikatan Kovalen
Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih
kuat ke salah 1 atom. Contoh 1 : Molekul HCl
Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi
keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom Cl menarik pasangan
elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl
(akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl).
Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan
keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan. Sebaliknya, suatu ikatan kovalen
dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Contoh 2 : Dalam tiap molekul di atas, ke-2 atom yang berikatan menarik PEI sama kuat karena
atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya
muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh 3 : Meskipun atom-atom penyusun CH4 dan CO2 tidak sejenis, akan tetapi pasangan
elektron tersebar secara simetris diantara atom-atom penyusun senyawa, sehingga PEI tertarik
sama kuat ke semua atom (tidak terbentuk kutub).
Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh rendah,
pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit larut
dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang berbau. Jadi dapat
disimpulkan bahwa secara umum, senyawa polar larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Air merupakan pelarut universal yang bersifat polar.
Oleh karena itu, air akan melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar, dan sebaliknya,
tidak melarutkan senyawa nonpolar. Berdasarkan sifat pelarut air tersebut, maka kita dapat
mengetahui kepolaran suatu senyawa dengan menguji kelarutannya dalam air
B. TEORI KESTABILAN UNSUR

Inti menepati bagian yang sangat kecil dari volume suatu atom, tetapi mengandung
sebagian besar massa dari atom karena baik proton maupun neutron berada didalamnya. Dalam
mengkaji stabilitas inti atom, ada baiknya kita mengetahui tentang kerapatannya, agar kita 
menyadari betapa rapatnya semua partikel itu dikemas. Sebagai contoh perhitungannya kita
asumsikan bahwa  uatu inti mempunyai jari-jari 5 × 10 ̄ ³ pm pada massa 1 × 10 ̄ ²² g. Angka-
angka ini kira-kira sama dengan inti atom yang mengandung 30 proton dan 30 neutron.
Kerapatan yang sangat tinggi dari inti membuat kita ingin tahu apa yang membuat pratikel-
pratikel tersebut begitu rapat.
 Interaksi saat elektrolisis diketahui bahwa muatan sejenis saling tolak dan muatan tak
sejenis saling tarik. Tentu kita akan menduka bahwa proton-proton akan saling tolak sangat
kuat, terutama mengingat letak mereka yang begitu berdekatan. Dan memang demikianlah
adanya. Namun, selain tolakan , ada juga tarik-menarik jarak pendek antara proton dan proton,
proton dengan neutron, dan neutron dan neutron. Satabilitas semua inti ditentukan oleh selisih
antara tolakan elektrolistik dan tarikan jarak pendek. Jika tolakan melampaui tarikan, inti
terdisintegrasi (meluruh), memancarkan partikel dan/atau radiasi. Jika tarikan melampaui
tolakan, inti menjadi stabil.

Faktor Penentu Kestabilan Suatu Inti


            Faktor utama yang menentukan suatu inti satabil atau tidak ialah perbandingan neutron-
terhadap-proton (n/p). Atorm stabil dari unsur yang mempunyai nomor atom rendah rendah,
nilai n/p mendekati 1. Meningkatnya nomor atom, perbandingan neutron terhadap proton dari
inti stabil menjadi lebih besar dari 1. Penyimpangan pada nomor-nomor atom yang lebih tinggi
ini muncul karena dibutuhkan lebih banyak neutron untuk melawan kuatnya tolak-menolak pada
proton-proton ini dan menstabilkan inti. Kestabilan inti tidak dapat di ramalkan, namun ada
beberapa aturan berikut yang berguna dalam mempredeksi stabilitas inti adalah:

1. Inti yang mengandung 2, 8, 20, 50, 82, atau 126 proton atau neutron biasanya lebih
stabil dibandingkan inti yang jumlah proton atau neutronnya bukan inti. Contohnya, ada
10 isotop stabil timah (S2 ) dengan nomor atom 50 dan hanya 2 isotop stabil antimony
(Sb) dengan nomor atom 51. Bilangan 2, 8, 20, 50, 82, dan 126 dinamakan bilangan
ajaib. Pengaruh bilangan ini untuk stabilitas inti sama dengan banyaknya elektron untuk
gas mulia yang sangat stabil (yaitu 2, 10, 18, 36, 54, dan 86 elektron).

2. Inti dengan bilangan genap proton dan neutron biasanya lebih stabil dibandingkan
apabila keduanya memiliki bilangan yang genap.

3. Semua isotop dari unsur-unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83 bersifat
radioaktif. Semua isotop tiknetium (Tc, Z = 43) dan prometium (Pm, Z=61) adalah
radioaktif.

4. Kestabilan inti dapat dikaitkan dengan perbandingan neutron-proton. Teori pasangan


neuklon Nullida yang tidak stabil akan selalu meluruh. (memancarkan partikel) untuk
mencapai kestabilan agar energy ikat rata-rata nuklonnya bertambah energi rata-rata itu
berbeda antara satu nuklida dengan yang lainnya. Yang menarik adalah adanya puncak-
puncak pada 4He, 12C, 16O, 10Ne dan 24Mg). berarti nuklida tersebut mempunyai 
energi ikat rata-rata lebih besar daripada nuklida didekatnya, dengan memperhatikan
nukleonnya, 4H (2p-2n), 12C (60p-6n), 160 O(8p-8n) dan seterusnya mempunyai
proton dan neutron genap. Dengan kata lain kestabilan inti ditentukan oleh genap atau
ganjilnya proton dan neutron ini didukung oleh fakta bahwa lebih dari setengah jumlah
nuklida yang stabil mempunyai proton dan neutron genap.
C. TEORI IKATAN KIMIA

Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik
menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau
poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit dan
dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam prakteknya, para kimiawan biasanya
bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih
mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang
kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan
kimia juga menentukan struktur suatu zat.

Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan kovalen dan ikatan
ion dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals
dianggap sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ikatan "lemah"
yang paling kuat dapat lebih kuat daripada ikatan "kuat" yang paling lemah.
D. TEORI IKATAN VALENSI

Pada tahun 1927, teori ikatan valensi dikembangkan atas dasar argumen bahwa sebuah ikatan
kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua inti atom bersama oleh
karena efek penurunan energi sistem. Pada tahun 1931, beranjak dari teori ini, kimawan Linus
Pauling mempublikasikan jurnal ilmiah yang dianggap sebagai jurnal paling penting dalam
sejarah kimia: "On the Nature of the Chemical Bond". Dalam jurnal ini, berdasarkan hasil kerja
Lewis dan teori valensi ikatan Heitler dan London, dia mewakilkan enam aturan pada ikatan
elektron berpasangan:

1. Ikatan elektron berpasangan terbentuk melalui interaksi elektron tak-berpasangan pada


masing-masing atom.
2. Spin-spin elektron haruslah saling berlawanan.
3. Seketika dipasangkan, dua elektron tidak bisa berpartisipasi lagi pada ikatan lainnya.
4. Pertukaran elektron pada ikatan hanya melibatkan satu persamaan gelombang untuk
setiap atom.
5. Elektron-elektron yang tersedia pada aras energi yang paling rendah akan membentuk
ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Dari dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat, dan ikatan ini akan cenderung
berada pada arah orbital yang terkonsentrasi.

Buku teks tahun 1939 Pauling: On the Nature of Chemical Bond menjadi apa yang banyak
orang sebut sebagai "kitab suci" kimia modern. Buku ini membantu kimiawan eksperimental
untuk memahami dampak teori kuantum pada kimia. Namun, edisi 1959 selanjutnya gagal
untuk mengalamatkan masalah yang lebih mudah dimengerti menggunakan teori orbital
molekul. Dampak dari teori valensi ini berkurang sekitar tahun 1960-an dan 1970-an ketika
popularitas teori orbital molekul meningkat dan diimplementasikan pada beberapa progam
komputer yang besar. Sejak tahun 1980-an, masalah implementasi teori ikatan valensi yang
lebih sulit pada program-program komputer telah hampir dipecahkan dan teori ini beranjak
bangkit kembali.
E. TEORI ORBITAL MOLEKUL

Teori orbital molekul (Bahasa Inggris: Molecular orbital tehory), disingkat MO, menggunakan
kombinasi linear orbital-orbital atom untuk membentuk orbital-orbital molekul yang
menrangkumi seluruh molekul. Semuanya ini seringkali dibagi menjadi orbital ikat, orbital
antiikat, dan orbital bukan-ikatan. Orbital molekul hanyalah sebuah orbital Schrödinger yang
melibatkan beberapa inti atom. Jika orbital ini merupakan tipe orbital yang elektron-elektronnya
memiliki kebolehjadian lebih tinggi berada di antara dua inti daripada di lokasi lainnya, maka
orbital ini adalah orbital ikat dan akan cenderung menjaga kedua inti bersama. Jika elektron-
elektron cenderung berada di orbital molekul yang berada di lokasi lainnya, maka orbital ini
adalah orbital antiikat dan akan melemahkan ikatan. Elektron-elektron yang berada pada orbital
bukan-ikatan cenderung berada pada orbital yang paling dalam (hampir sama dengan orbital
atom, dan diasosiasikan secara keseluruhan pada satu inti. Elektron-elektron ini tidak
menguatkan maupun melemahkan kekuatan ikatan.

Perbandingan antara teori ikatan valensi dan teori orbital molekul

Pada beberapa bidang, teori ikatan valensi lebih baik daripada teori orbital molekul. Ketika
diaplikasikan pada molekul berelektron dua, H2, teori ikatan valensi, bahkan dengan pendekatan
Heitler-London yang paling sederhana, memberikan pendekatan energi ikatan yang lebih dekat
dan representasi yang lebih akurat pada tingkah laku elektron ketika ikatan kimia terbentuk dan
terputus. Sebaliknya, teori orbital molekul memprediksikan bahwa molekul hidrogen akan
berdisosiasi menjadi superposisi linear dari hidrogen atom dan ion hidrogen positif dan negatif.
Prediksi ini tidak sesuai dengan gambaran fisik. Hal ini secara sebagian menjelaskan mengapa
kurva energi total terhadap jarak antar atom pada metode ikatan valensi berada di atas kurva
yang menggunakan metode orbital molekul. Situasi ini terjadi pada semua molekul diatomik
homonuklir dan tampak dengan jelas pada F2 ketika energi minimum pada kurva yang
menggunakan teori orbital molekul masih lebih tinggi dari energi dua atom F.

Konsep hibridisasi sangatlah berguna dan variabilitas pada ikatan di kebanyakan senyawa
organik sangatlah rendah, menyebabkan teori ini masih menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kimia organik. Namun, hasil kerja Friedrich Hund, Robert Mulliken, dan Gerhard Herzberg
menunjukkan bahwa teori orbital molekul memberikan deskripsi yang lebih tepat pada
spektrokopi, ionisasi, dan sifat-sifat magnetik molekul. Kekurangan teori ikatan valensi menjadi
lebih jelas pada molekul yang berhipervalensi (contohnya PF 5) ketika molekul ini dijelaskan
tanpa menggunakan orbital-orbital d yang sangat krusial dalam hibridisasi ikatan yang diajukan
oleh Pauling. Logam kompleks dan senyawa yang kurang elektron (seperti diborana) dijelaskan
dengan sangat baik oleh teori orbital molekul, walaupun penjelasan yang menggunakan teori
ikatan valensi juga telah dibuat.

Pada tahun 1930, dua metode ini saling bersaing sampai disadari bahwa keduanya hanyalah
merupakan pendekatan pada teori yang lebih baik. Jika kita mengambil struktur ikatan valensi
yang sederhana dan menggabungkan semua struktur kovalen dan ion yang dimungkinkan pada
sekelompok orbital atom, kita mendapatkan apa yang disebut sebagai fungsi gelombang
interaksi konfigurasi penuh. Jika kita mengambil deskripsi orbital molekul sederhana pada
keadaan dasar dan mengkombinasikan fungsi tersebut dengan fungsi-fungsi yang
mendeskripsikan keseluruhan kemungkinan keadaan tereksitasi yang menggunakan orbital tak
terisi dari sekelompok orbital atom yang sama, kita juga mendapatkan fungsi gelombang
interaksi konfigurasi penuh. Terlihatlah bahwa pendekatan orbital molekul yang sederhana
terlalu menitikberatkan pada struktur ion, sedangkan pendekatan teori valensi ikatan yang
sederhana terlalu sedikit menitikberatkan pada struktur ion. Dapat kita katakan bahwa
pendekatan orbital molekul terlalu ter-delokalisasi, sedangkan pendekatan ikatan valensi terlalu
ter-lokalisasi.

Sekarang kedua pendekatan tersebut dianggap sebagai saling memenuhi, masing-masing


memberikan pandangannya sendiri terhadap masalah-masalah pada ikatan kimia. Perhitungan
modern pada kimia kuantum biasanya dimulai dari (namun pada akhirnya menjauh) pendekatan
orbital molekul daripada pendekatan ikatan valensi. Ini bukanlah karena pendekatan orbital
molekul lebih akurat dari pendekatan teori ikatan valensi, melainkan karena pendekatan orbital
molekul lebih memudahkan untuk diubah menjadi perhitungan numeris. Namun program-
progam ikatan valensi yang lebih baik juga tersedia.

Contoh soal:

1. Dibawah ini terdapat beberapa sifat senyawa polar dan non polar

1) Tidak larut dalam air


2) Momen dipol sama dengan nol
3) Tertarik oleh medan listrik
4) Tidak tertarik oleh medan listrik
5) Mempunyai perbedaan keelektronegatifan

Sifat dari senyawa non polar yaitu…


A. 1,2,4 D. 1,3,5
B. 1,2,5 E. 1,4,5
C. 2,3,5

Pembahasan: sifat senyawa non polar antara lain adalah tidak dapat larut dalam air, momen
dipol sama dengan nol, dan tidak tertarik oleh medan listrik, jadi jawaban yang relevan adalah A.
1,2, dan 4

2. Perhatikan daftar harga keelektronegatifan unsur-unsur dibawah ini!

H 2,1 Cl 3,0


C2,5 O 3,5
N  3,0 F 4,0
Cl2,9

Berdasarkan harga keelektronegatifan diatas molekul manakah yang termasuk kedalam


senyawa polar …

A. H2 D. O2
B. HCl E. Cl2
C. F2

Pembahasan: molekul yang termasuk senyawa polar adalah molekul yang mempunyai selisih
keelektronegatifan paling besar, jadi jawabannya adalah B. HCl
3. Yang termasuk senyawa polar berdasarkan bentuk molekul asimetris (tidak simetris) ialah...

A. CO2 D. NH3
B. BF3 E. CH4
C. CCl4

Pembahasan: senyawa yang termasuk senyawa polar adalah NH3 karena tersusun atas atom-atom

yang berbeda dan bersifat asimetris

4. Pasangan molekul senyawa yang keduanya mempunyai ikatan kovalen non polar adalah....

A. HCl dan H2O D. CH4 dan PCl5


B. BeF2 dan NaCl E. BF3 dan H2O
C. KCl dan HCl

Pembahasan: pasangan senyawa yang keduanya mempunyai ikatan kovalen non polar
adalah CH4 dan PCl5 karena tidak terjadi pengutuban atau polarisasi, jadi jawabannya
adalah D.

5. Diantara senyawa berikut yang termasuk senyawa non polar...

A. HCl D. HI
B. HF E. H2O
C. CCl4

Pembahasan: senyawa yang termasuk senyawa non polar adalah CCl4 karena tidak memiliki
pasangan electron bebas
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1(edisi ke-3).
Jakarta: Erlangga.

Huggins, M. L. (1937). " Polaritas Ikatan Kimia ". J. Chem. Phys. 5: 527. 

Nordstrom, B. H. (1984). "Pengaruh Polaritas terhadap Kelarutan". J. Chem. Educ. 61(11): 1009

Jensen, William B. (2009). "Asal Mula" Delta "Simbol untuk Satuan Pecahan ". J. Chem.
Educ. 86: 545

Pauling, L. (1932). " Sifat Ikatan Kimia. III. Transisi dari Satu Jenis Ikatan Ekstrem ke Jenis
Lainnya ". J. Am. Chem. Soc. 54 (3): 988–1003. 

Anda mungkin juga menyukai