Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

KEGIATAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


(TP-PL)

PEMERINTAH KABUPATEN MESUJI


DINAS KESEHATAN
JL. ZA PAGAR ALAM KAMPUNG BRABASAN KABUPATEN MESUJI
MESUJI – LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 162 : Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkunganyang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pasal 163 ayat 3 : Lingkungan sehat mencakup lingkungan pemukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum harus bebas dari
unsur-unsur yang menimbulkan gangguan-gangguan kesehatan antara lain
limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa
penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melalui ambang batas,
radisai sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang
tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/ Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 755);
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
f. Perpres No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
B. Tujuan
I. Tujuan Umum
Meningkatkan sarana dan prasarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan bagi
masyarakat di Wilayah Kabupaten Mesuji.

II. Tujuan Khusus


1. Tersedianya sarana dan prasarana sanitasi yang aman dan sehat pada pondok
pesantren dan sarana ibadah di Kabupaten Mesuji.
2. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana sanitasi yang aman dan sehat pada
pondok pesantren dan saran ibadah di Kabupaten Mesuji.
3. Meningkatnya akses sarana dan prasarana sanitasi hingga ke daerah pelosok /
terpencil dengan adanya mobil operasional lapangan di Kabupaten Mesuji.

C. Permasalahan
1. Masih kurang nya sarana dan prasarana sanitasi pada pondok
pesantr en dan sarana ibadah di Kabupaten Mesuji

2. Akses jalan yang masih sangat sulit dan tidak adanya kendaraan operasional
sanitasi di Dinas Kesehatan kabupaten Mesuji

D. Penerima Manfaat
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji
2. Masyarakat Kabupaten Mesuji
BAB II
PROFIL KABUPATEN MESUJI

II.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MESUJI


A. LETAK GEOGRAFIS
Ditinjau dari Kondisi Wilayah Kabupaten Mesuji secara geografis terletak di:
 Arah utara – Selatan : 3°35” - 3°55”
 Arah Timur – Barat : 106°15” – 107°
Secara geografis wilayah Kabupaten berbatasan langsung dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupatan OKI Sumatera Selatan.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupatan OKI Sumatera Selatan.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang dan
Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan.

Gambar :2.1
Peta Administratif Kabupaten Mesuji
Kabupaten Mesuji merupakan pintu gerbang sumatera selatan yang dihubungkan
dengan jalan Lintas Timur sumatera (Asean Road), sehingga dapat dikatakan sebagai
kabupaten yang mempunyai posisi strategis  didukung dengan potensi wilayah yang
melimpah. Jenis tanah sebagian besar adalah podsolik dengan topografi datar hingga
bergelombang.  Kabupten Mesuji adalah dataran rendah dengan curah hujan rata-rata 4
bulan.

B. PENDUDUK

Berdasarkan hasil survei penduduk antar sensus (supas) tahun 2010 dan proyeksi
supas jumlah penduduk kabupaten Mesuji tahun 2009 sebesar: 179,062orang. Dan
Tahun 2010 total penduduk 187,407 orang, 52,054% atau sebanyak 98,399 orang
berkelamin laki laki dan selebihnya yaitu 47,45% atau 89,008 orang berkelamin
perempuan. Dengan luas area sebesar 2.184,00 km, berarti kepadatan penduduk
mencapai 81,98 / km.

C. LUAS WILAYAH
Wilayah Kabupaten Mesuji seluas 2.184,00 Km atau mendekati 6,30% dari luas
wilayah propinsi Lampung dan memiliki jumlah penduduk sebesar 198.000 jiwa. Secara
adiministrasi Kabupaten Mesuji, Terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 49
Tahun 2008, Secara administratif Kabupaten Mesuji dibagi dalam 7 (tujuh) kecamatan
yang terdiri dari 104 Desa yaitu:

Tabel Wilayah Administrasi Kabupaten Mesuji Menurut Kecamatan dan Desa/ Kelurahan
Tahun 2013
  LUAS JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH DESA KELURAHAN DESA+KEL
    (km2)
1 2 3 4 5 6
1 Way Serdang 294.42 20 0 20
2 Simpang Pematang 139.61 15 0 15
3 Panca Jaya 197.72 11 0 11
4 Tanjung Raya 238.07 21 0 21
5 Mesuji 274.73 9 0 9
6 Mesuji Timur 810.20 15 0 15
7 Rawajitu Utara 229.25 12 0 12
JUMLAH 2,184.00 104 0 104
Sumber : - Bagian Pemerintahan Kampung Pemerintah Kab. Mesuji
- Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang

D. TOPOGRAFI
Secara Topogrofi kabupaten Mesuji dapat dibagi dalam 4 unit Topografi
1. Daerah daratan yang dimanfaatkan untuk perkebunan.
2. Daerah rawa, terdapat disepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0- 1 M yang
merupakan daerah rawa yang dimanfaatkan nya untuk area pesawahan (di kecamatan
Mesuji, Mesuji Timur, dan kecamatan rawa Jitu utara).
3. Daerah Riverbasin, terbatas dua Riverbasin yang utama yaitu Riverbasin Mesuji dan
Riverbasin Sungai-sungai Kecil lainnya. Pada areal Riverbasin Sungai Mesuji dan anak-
anak sungai sungai lainnya membentuk pola aliran sungai yang umumnya merupakan
sungai-sungai kampung.
4. Daerah Aluvial meliputi pantai sebelah Timur yang merupakan bagian hilir (Down Stem).
Dari sungai-sungai besar yaitu Sungai Mesuji, dapat digunakan untuk pelabuhan.

E. IKLIM
Iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau berganti sepanjang tahun
temperaturnya rata-rata 31°C.

F. GEOLOGI
Pada bagian Utara terdapat Lapisan Sedimen Vulkanis dan Celah (Firaves Emution)
yang mengalami kelipatan di Zaman Peistosin itu yang menghasilkan lapisan minyak bumi.
Data tentang endapan mineral di kabupaten Mesuji belum banyak ditemukan, sehingga
potensi endapan bahan tambang belum banyak diketahui. Dari literatur dan peta geologi
dapat diinventarisir adanya bahan bahan tambang (endapan mineral) di antaranya :
1. Minyak bumi, terdapat pada lapisan yang terakumulasi sebagai lanjutan
dari endapan minyak bumi daerah Sritanjung Kecamatan Tanjung Raya;
2. Batu bara muda, endapannya terdapat pada lapisan sedimen, Formasi
Endosita, yaitu di daerah Fajar Bulan, Adi Rukun Kecamatan Panca Jaya, Tri Karya Mulya,
Harapan Mukti dan Brabasan Kecamatan Tanjung Raya Kecamatan Mesuji.

G. HIDROLOGI
Kabupaten Mesuji memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan sektor
pertanian dan perkebunan sebab sebagian besar sungai sungai yang mengalir dari Barat ke
Timur berpotensi untuk pengembangan irigasi. Sungai-sungai yang dimaksud antara lain,
Sungai Mesuji, Sungai Buaya, Sungai Sidang, Dan Sungai Brabasan.

BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Sepuluh Besar Penyakit

Meningkatnya umur harapan hidup dan perubahan struktur umur penduduk


ke arah usia tua serta perubahan pola dan ga ya hidup menyebabkan terjadinya
transisi demografi epidemiologis, yang ditandai masih tingginya penyakit infeksi dan
meningkatnya penyakit non infeksi.

Tabel 3.1 Sepuluh Besar Penyakit di Kabupaten Mesuji tahun 2013

Jumlah
No. Nama Penyakit %
Penderita
1. Hypertyroid (Thyrotoksikosis) 4642 23,83
2. Bradicardi 3053 15,67
3. Myiasis 2552 13,10
4. Rabies 2529 12,98
5. Dermatitis atopik 2342 12,02
6. Demam Berdarah Dengue (DHF) 1889 9,70
7. Influenza 941 4,83
8. Malaria Plasmodium Ovale 592 3,04
9. Hypotiroid (Struma) 504 2,59
10. Digigit Ular 437 2,24
Sumber : Laporan SP2TP Puskesmas se-Kabupaten
Mesuji Tahun 2013

B. Kasus Diare Ditangani

Penyakit diare masih menjadi masalah yang serius dan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan kematian bayi dan balita di negara sedang berkembang
seperti negara Indonesia. Dan merupakan salah satu penyakit yang berpotensial
menjadi KLB. Untuk itu perlu penanganan yang serius terutama penemuan kasus
sedini mungkin, pengobatan penderita, penggunaan oralit, dan mengatasi dehidrasi
di tingkat rumah tangga. Penanganan tidak hanya dilakukan secara kuratif tetapi
juga preventif. Kematian tersebut terbanyak disebabkan oleh kekurangan vitamin A,
dehidrasi, disentri dan diare persisten. UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat) merupakan salah satu bentuk upaya untuk penanggulangan diare.

Kecenderungan angka kesakitan (Insidens Rate/IR) diare di masyarakat (th


2001-2004) berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang
masih berkisar antara 17,6-33,9 per 1.000 penduduk berfluktuasi naik turun
(angka ini masih di atas angka Propinsi Lampung sebesar 10-16 per 1.000
penduduk namun masih dibawah angka nasional sebesar 220-280 per 1.000
penduduk).

Berdasarkan hasil studi WHO 2007, kejadian diare dapat diturunkan melalui
beberapa cara yaitu : 32% melalui peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi
dasar, 45% melalui perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% melalui
perilaku pengelolaan airminum yang aman di rumah tangga. Indikator yang
mempengaruhi penanggulangan kasus diare yaitu cakupan rumah tangga ber-PHBS,
persentase akses air bersih (keluarga yang diperiksa per-KK seluruhnya) dan cakupan
kepemilikan jamban.

Terlepas dari perkembangan ini, diare tetap merupakan penyebab kematian


dan merupakan salah satu penyebab utama kurang gizi pada anak. Dehidrasi pada
diare akut pada semua penyebab dan semua kelompok umur dapat ditangani
secara aman dan efektif, dengan cara yang sederhana melalui Upaya Rehidrasi Oral
(URO).

Berdasarkan hasil surveillance Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas


Kesehatan Kabupaten Mesuji tahun 2013 diperkirakan penderita diare sebanyak
4.127 kasus dari 192.843 jiwa penduduk Kabupaten Mesuji secara keseluruhan,
namun kasus yang dilaporkan nihil (tidak terdapat kasus diare yang
ditemukan untuk kemudian ditangani).

C. Angka Kesakitan dan Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia pada umumnya dan kabupaten Mesuji pada
khususnya, yang cenderung meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas
penyebarannya serta berpotensi menimbulkan KLB. Hal ini sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

Sebagaimana diketahui bahwa obat dan vaksin untuk DBD sampai saat ini
belum ada, pengobatan terhadap penderita DBD hanya bersifat simptomatis dan
suportif, namun penyebab penyakit dan vektor penularnya sudah diketahui
tetapi hingga saat ini pemberantasan penyakit DBD belum bisa dilaksanakan
sampai tuntas. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan cara pencegahan yang ada
di masyarakat belum berjalan maksimal, artinya pemberdayaan masyarakat dengan
koordinasi lintas sektor terkait dalam mengantisipasi penyakit DBD belum bisa
diandalkan.

Upaya preventif yang penting dilakukan masyarakat dalam berPHBS terutama


PSN (Pengendalian Sarang Nyamuk) dan kesadaran masyarakat untuk
melaporkan setiap kasus DBD yang terjadi di lingkungannya ke Puskesmas
sebagai upaya mencegah penularan.

Pada Tahun 2011, Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)


ditemukan sebanyak 16 kasus (6,3 per 100.000 penduduk) dengan rincian 5 kasus
berasal dari Kecamatan Way Serdang, 6 kasus kecamatan Simpang Pematang, 2
kasus Kecamatan Panca Jaya, 1 kasus Kecamatan Tanjung Raya, dan 2 kasus
Kecamatan Mesuji.

Sedangkan pada tahun 2012, terjadi peningkatan kasus Demam Berdarah


Dengue yaitu sebanyak 41 kasus dengan Insiden Rate 21,3 per seratusribu
penduduk. Kejadian kasus tersebar di 6 kecamatan antara lain 5 kasus di kecamatan
Way Serdang, Kecamatan Simpang Pematang 13 kasus, kecamatan Panca Jaya 2
kasus, kecamatan Tanjung Raya 17 kasus, Kecamatan Mesuji Timur 1 kasus, dan 3
kasus di kecamatan Rawajitu Utara. Sedangkan di kecamatan Mesuji tidak ditemukan
kasus DBD. Namun, dari 41 kasus Demam Berdarah Dengue di kabupaten Mesuji
tidak terjadi kasus kematian.

Sedangkan pada tahun 2013, kasus Demam Berdarah Dengue kembali


meningkat mencapai 45 kasus dengan Insiden Rate 23,3 per seratusribu penduduk.
Kejadian kasus tersebar di 5 kecamatan antara lain di kecamatan Way Serdang
terdapat 18 kasus, Kecamatan Simpang Pematang 8 kasus, kecamatan Tanjung Raya
11 kasus, Kecamatan Mesuji Timur 7 kasus, dan 1 kasus di kecamatan Rawajitu
Utara. Dari 45 kasus Demam Berdarah Dengue di kabupaten Mesuji terjadi 1 kasus
kematian yang terdapat di Kecamatan Simpang Pematang.

D. Angka Kesakitan dan Kematian Malaria Per-1.000 Penduduk

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita, dan ibu
melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Karena itu malaria
termasuk salah satu prioritas dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang
menjadi bagian integral dalam program pembangunan bidang kesehatan.
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Mesuji

Gambaran insiden malaria di Kabupaten Mesuji menggunakan indicator


MoMi (Monthly Malaria Indeks) yang berdasarkan pada kasus-kasus klinis. Jika
dilihat selama satu tahun terakhir angka MoMi cenderung fluktuatif dan yang paling
tinggi untuk Tahun 2012 kembali terjadi di Kecamatan Panca Jaya sebesar
1,71 per 1000 penduduk.

Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Mesuji

Sedangkan angka kesakitan malaria positif dengan indikator MoPi (Monthly


Parasite Indeks) yang berdasarkan pada kasus-kasus klinis yang dikonfirmasi
laboratorium dan dinyatakan positif plasmodium, berdasarkan grafik di atas,
terdapat di beberapa Kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Pematang sebesar
0,28 per 1.000 penduduk, Kecamatan Tanjung Raya 0,05 per 1.000 penduduk,
Kecamatan Mesuji Timur 0,45 per 1.000 penduduk, dan Kecamatan Rawajitu Utara
0,09 per 1.000 penduduk.

Fluktuatif insidens malaria disamping disebabkan perubahan cuaca secara


global juga dikarenakan adanya perubahan lingkungan seperti tambak-tambak
udang yang terlantar, pembukaan hutan, perkebunan, penebangan hutan bakau,
perilaku penduduk, kualitas program yang menurun akibat anggaran yang terbatas,
mengingat kabupaten Mesuji merupakan Daerah Otonomi Baru, juga disebabkan
resistensi obat malaria yang semakin meluas.

Walaupun secara umum MoMi di Kabupaten Mesuji relatif rendah (<50 0/00)
termasuk Low Indisens Area, akan tetapi beberapa wilayah angka kesakitannya
masih cukup tinggi. Daerah-daerah endemis malaria di Kabupaten Mesuji adalah
Kecamatan Panca Jaya, Simpang Pematang, dan Rawajitu Utara. Pemetaan daerah
endemis malaria belum pernah dilakukan sehingga belum diketahui angka
Prevalensi Rate (PR) dan Slide Positive Rate (SPR) di Kabupaten Mesuji.

Kasus malaria di Kabupaten Mesuji tahun 2013 ditemukan 125 jiwa suspek
malaria, dengan 7 sediaan darah yang diperiksa. Namun tidak ditemukan sediaan
darah yang positf menderita malaria dan juga tidak ditemukan kasus meninggal.

E. Kasus Penyakit Filariasis

Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria yang hidup di saluran kelenjar getah bening (limfe), ditularkan
oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapat pengobatan dengan baik dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki.
Akibatnya dapat menimbulkan stigma dan penderita tidak dapat bekerja secara
optimal, menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.

Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit kaki


gajah, karena cacing penyebabnya dan nyamuk penularnya tersebar luas di wilayah
ini.

Kebijakan eliminasi filariasis di Indonesia yaitu dengan menerapkan program


Eliminasi Filariasis Limfatik Global dari WHO yaitu memutuskan rantai penularan
filariasis secara mencegah dan membatasi kecacatan. Satuan lokasi
pelaksanaan eliminasi filariasis adalah kabupaten/kota, mencegah penyebaran
filariasis antar kabupaten, provinsi dan negara. Untuk kasus yang terjadi dan tidak
ada penyebaran, maka pengobatan penderita hanya bersifat perorangan dengan
menggunakan DEC (Diethyl Carbamazine Citrate).
Saat ini di Indonesia telah ditemukan tiga spesies cacing yang menginfeksi
manusia yaitu Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Untuk
memberantas penyakit kaki gajah sampai tuntas, WHO telah menetapkan
kesepakatan global yang diharapkan pada tahun 2020 penyakit ini sudah
tereliminasi.

Kasus penyakit Filariasis di Kabupaten Mesuji pada tahun 2013 sama seperti
pada tahun 2011 dimana tidak ditemukan kasus penderita filariasis.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

A. KEADAAN LINGKUNGAN

Lingkungan fisik dan biologi merupakan komponen yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dari semua aktifitas kehidupan manusia, sehingga kualitasnya sangat berperan
dalam proses terjadinya gangguan kesehatan secara tidak langsung bagi masyarakat.
Biasanya kualitas lingkungan yang ada merupakan resultan dari berbagai kondisi baik
yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa alam maupun oleh karena aktifitas dan perilaku
manusia.

Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah


dilakukan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar,
pemantauan dan penataan lingkungan dan pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan.

Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung


dengan masalah kesehatan, meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan
sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor. Sedangkan di jajaran kesehatan
kegiatan yang dilaksanakan meliputi pemantauan kualitas lingkungan (air, tanah, udara),
pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat
umum, tempat pengelolaan makanan, tempat pengelolaan pestisida dan sebagainya.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas lingkungan antara lain dengan


program penyehatan lingkungan. Program penyehatan lingkungan merupakan bagian dari
pembangunan kesehatan yang menitikberatkan pada pemecahan masalah kesehatan
lingkungan dalam rangka mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat
melindungi masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan
gangguan dan/atau bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan
masyarakat yang lebih baik.

B. Persentase Rumah Sehat

Rumah adalah tempat berkumpul anggota keluarga dan menghabiskan sebagian


besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan sangat berperan sebagai media
penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Beberapa ukuran
sering digunakan untuk menilai kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai
rumah, jenis lantai terluas, penggunaan bahan bakar, jenis atap, jenis dinding dan
sebagainya.

Jumlah rumah yang ada di Kabupaten Mesuji pada tahun 2013 sebanyak
42.727, rumah yang dibina sebanyak 17.153 dan diperoleh data rumah sehat
sebesar 11,96% atau 5.111 rumah.

C. Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes


Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk pada tahun 2013 sebesar
61,96% dari 30.641 rumah yang diperiksa. Cakupan ini mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya jumlah
rumah/bangunan yang ada di Kabupaten Mesuji yaitu 51.887 rumah/bangunan.
Persentase cakupan rumah bebas jentik nyamuk tahun 2012 masih belum memenuhi
target yaitu 100%.

E. Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan

Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dimaksud dengan


Penyehatan Air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan dan kehidupan manusia, maka seharusnya “Air Bersih” untuk kebutuhan
sehari-hari juga harus memenuhi persyaratan kualitas yg telah di tetapkan yaitu
persyaratan kualitas fisik, bakteriologis maupun kimia. Persyaratan kualitas tersebut
tertuang dalam Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat pengawasan
kualitas air. Sasaran pengawasan kualitas air secara menyeluruh mencakup air minum,
air bersih, air kolam renang, air pemandian umum, badan air, air limbah industri dan air
limbah rumah tangga.

Dalam pemenuhan air untuk kebutuhan masyarakat dibedakan menjadi dua


sumber yaitu air minum yang berasal dari PDAM dan air bersih yang berasal dari jenis
sarana yang dianggap memenuhi persyaratan antara lain system Perpipaan (PP),
Perlindungan Mata Air (PMA), sumur terlindung (SPT/Pompa Air), Penampungan Air
Hujan (PAH).

Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tak terelakkan bagi kehidupan
manusia, fungsi air bersih dalam rumah tangga adalah untuk minum, mandi, dan cuci.
Penggunaan air minum dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air kemasan, ledeng,
pompa, sumur dan lainnya yang mengacu pada Kepmenkes No.
907/Menkes/SK/VII/2002.

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji


Persentase cakupan keluarga dengan kepemilikan air bersih di Kabupaten Mesuji
Tahun 2013 sebesar 30,1% yaitu 17.004 keluarga yang diperiksa dari 56.512 keluarga yang
ada. Adapun jenis sarana air bersih yang dimiliki terdiri dari Sumur Gali 28,5%,
Penampungan Air Hujan (PAH) 53,6%, Mata Air 8%, Ledeng 0,6%, Air Minum Kemasan
8,9%, Sumur Pompa Tangan 0,4%, dan lainnya 0%.

F. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

Salah satu cara untuk menilai sejauh mana tingkat kesadaran masyarakat dalam
menjaga kebersihan lingkungan dapat dilihat dari tempat pembuangan akhir kotoran/tinja.
Sistem pembuangan kotoran manusia/air besar dan air limbah erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan.
Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko
pencemaran yang mungkin ditimbulkan.

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Mesuji

Berdasarkan grafik 4.20 di atas, dapat diketahui cakupan sarana sanitasi dasar
meliputi jamban, TPS (Tempat Penampungan Sampah), dan SPAL (Sarana Pembuangan Air
Limbah). Persentase rumah tangga yang memiliki jamban adalah 69,61%, kepemilikan
tempat penampungan sampah sebesar 68,78% dan pengelolaan air limbah/SPAL sebesar
34,37%.

G. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM) Sehat

Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa
kematian banyak bersumber dari Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Tempat-Tempat
Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Pestisida (TPP). Oleh karenanya pengawasan
terhadap kualitas tempat-tempat itu perlu dilakukan sehingga faktor resiko penularan
penyakit dapat dieliminir sekecil mungkin.

Tempat-tempat umum (TTU) adalah suatu tempat yang dimanfaatkan oleh


masyarakat umum seperti hotel, terminal, pasar, pertokoan, depot air isi ulang, bioskop,
jasa boga, tempat wisata, kolam renang, tempat ibadah, restoran, dan lain-lain. Tempat
umum yang memenuhi syarat adalah apabila terpenuhinya akses sanitasi dasar (air,
jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor penyakit, hygiene sanitasi
makanan dan minuman, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan
dan atau standar kesehatan.

Persentase TUPM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan) sehat di


Kabupaten Mesuji tahun 2012 sebesar 50,45% (56 TUPM sehat) yang terdiri dari 1
hotel, 47 restoran/rumah makan, dan 8 pasar sehat.

H. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya

Institusi yang dibina adalah unit kerja yang dalam memberikan pelayanan/jasa
potensial menimbulkan risiko/dampak kesehatan; mencakup Rumah Sakit, puskesmas,
sekolah, instalasi pengolahan air minum, perkantoran, industri rumah tangga, industri
kecil serta tempat penampungan pengungsi.

Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya dikelompokkan yaitu sarana


kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran dan lainnya.

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kab. Mesuji

Berdasarkan grafik 4.21 di atas, dapat dilihat bahwa institusi yang dibina kesehatan
lingkungannya untuk tahun 2012, untuk sarana kesehatan 85%, sarana pendidikan 64,1%,
sarana ibadah 27,5%, sarana perkantoran 66,4%, dan sarana instalasi pengolahan air
minum 45,5%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, terdapat 3 jenis sarana yang
persentase pembinaannya mengalami peningkatan yaitu sarana pendidikan, sarana
perkantoran, dan sarana instalasi pengolahan air minum. Namun, 2 sarana lainnya juga
mengalami penurunan persentase pembinaan kesehatan lingkungannya.
BAB V
STANDAR KEBUTUHAN MCK

A. Tata Cara Bangunan MCK Umum


Berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2399-2002, tata cara meliputi
istilah dan definisi persyaratan yang berlaku untuk sarana ruangan MCK dengan beban
pemakai maksimum 200 orang. MCK umum dapat merupakan satu kesatuan bangunan
terpisah-pisah untuk mandi, cuci, dan kakus.

B. Persyaratan MCK Umum


1. Rencana pembangunan MCK dapat dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan sebagai berikut : lokasi, jumlah pemakai, sistem penyediaan air bersih,
sistem pembuangan air limbah.
2. Kemampuan pengelola MCK (dalam hal ini pihak dari pondok pesantren)
3. Air limbah dari MCK harus diolah sebelum dibuang sehingga tidak mencemari air, udara
dan tanah di lingkungan permukiman.

C. Kapasitas Pelayanan
Semua ruangan dalam satu kesatuan harus dapat menampung pelayanan pada
waktu paling sibuk dan banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah
pemakai tertentu adalah tercantu dalam tabel berikut :
Banyaknya Ruangan
Jumlah Pemakai (orang)
Mandi Cuci Kakus
10 – 20 2 1 2
21 – 40 2 2 2
41 – 80 2 3 4
81 – 100 2 4 4
101 – 120 4 5 4
121 – 160 4 5 6
161 – 200 4 6 6

D. Sistem Penyediaan Air Bersih


Sumber ari bersih meliputi :
1. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
2. Air Tanah
Merupakan sumber air bersih yang berasal dari air tanah, lokasinya minimal 11 meter dari
sumber pengotoran sumber air bersih dan pengambilan air dapat berupa :

17
- Sumur Bor
Sekeliling sumur harus terbuat dari bahan kedap air selebar minimal 1,20 meter dan
pipa selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air sampai kedalaman minima
2,00 meter dari permukaan lantai.
- Sumur Gali
Sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal 1,20 meter dan
dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap air sampai
ketinggian ke atas 0,75 meter dan ke bawah minimal 2,00 meter dari permukaan
lantai.
3. Air Hujan
Bagi daerah yang curah hujannya di atas 1.300 mm/tahun dapat dibuat baik penanmpung
air hujan
4. Mata Air
Dilengkapi dengan bangunan penangkap air.

E. Kualitas dan Kuantitas Air


Kualitas air yang akan dipergunakan harus memenuhi baku mutu air yang berlaku.
Sedangkan kuantitas air yang disesuaikan untuk kesatuan MCK adalah sebagai berikut :
1. Minimal 20 liter/orang/hari untuk mandi
2. Minimal 15 liter/orang/hari untuk cuci
3. Minimal 10 liter/orang/hari untuk kakus

F. Sarana Kamar Mandi


Kaar mandi dapat dilengkapi dengan atap, bak air dan pintu. Jalan masuk ke kamar mandi
yang tidak dilengkapi dengan pintu harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang
sedang mandi tidak terlihat langsung dari luar.

Persyaratan sarana kamar mandi adala sebagai berikut :


1. Lantai
Luas lantai minimal 1,2 m2 (1 m x 1,2 m) dan dibuat tidak licin dengan kemiringan ke arah
lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %.
2. Dinding
Bagian pemisah antara ruang yang satu dengan lainnya.
3. Pintu
Dibuat dengan ukuran sebagai berikut : lebar 0,6 -0,8 m dan tinggi minimal 1,6 m.
4. Bak Mandi
Bak penampung air yang digunakan untuk mandi dengan payung.
5. Ventilasi dan Penerangan
Untuk menjamin terselenggaranya pembaharuan udara bersih dan penerangan yang
cukup dalam kamar mandi, maka harus diadakan ventilas dan harus mempunyai lubang
cahaya yang langsung berhubungan dengan udara sebagai penerangan alamiah.
6. Sarana Air Bersih
Air bekas mandi dapat dibuang ke sistem saluran atau tangki septi yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

G. Sarana Tempat Cuci


Tempat cuci dapat dilengkapi dengan atap dinding dan pintu. Persyaratan tempat cuci
adalah sebagai brikut :
1. Lantai
Luas lantai minimal 2,4 m2 (1,2 m 2 m) dan dibuat tidak licin dengan kemiringan ke arah
tempat pembuangan kurang lebih 1 %.
2. Dinding, pintu, ventilasi dan penerangan
Apabila tempat cuci dilengkapi dengan dinding, pintu, ventilasi dan penerangan maka
ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum dalam fasilitas mandi untuk dinding, pintu,
ventilasi, dan penerangan dapat diterapkan untuk fasilitas tempat cuci.
3. Tempat menggilas pakaian
Menggilas pakaian dapat dilakukan dengan joongkok atau berdiri, dimana tinggi tempat
menggilas pakaian dengan cara berdiri adalah 0,75 m di atas lantai dengan ukuran
sekurang-kurangnya 0,6 m x 0,8 m, permukaan tempat menggilas dibuat tidak licin
dengan kemiringan 1 %.
4. Sarana Air Bersih
Jumlah keran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan.

19
BAB VI
RENCANA KEGIATAN
PEMBANGUNAN SARANA MCK
PONDOK PESANTREN DAN SARANA IBADAH
DI KABUPATEN MESUJI

A. Strategi pencapaian keluaran


1. Metode Pelaksanaan
1) Roadshow – Sosialisasi, Lokasi : Kabupaten Mesuji
 Pelaksana kegiatan : Kabupaten Mesuji
 Narasumber :Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten
 Kegiatan :
a. Pertemuan fasilitasi penyiapan dalam pembinaan dan pengawasan
Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah
b. Dalam pertemuan ini pula dilaksanakan TOT MPA PHAST Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat petugas Kabupaten/ Puskesmas untuk menjadi
fasilitator dalam menggali identifikasi kebutuhan sarana prasarana
pengembangan sanitasi dan air minum di Pondok Pesantren dan Sarana
Ibadah.
 Pembiayaan Pelaksanaan :
Kegiatan bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan Ditjen PP dan PL.

2) Penyusunan Perencanaan,
 Pelaksanaan Kegiatan ini meliputi :
 Lokasi : Pondok Pesantren di Kab. Mesuji.
 Tahapan I :
Para pejabat dan penanggungjawab di Kab/Kota (Dinas Kesehatan,
Kecamatan, dan pemerintah Desa) dengan tujuan menyamakan persepsi dan
mensepakati pelaksanaan dan tahapan kerja perbaikan sarana sanitasi dan air
minum Pondok Pesantren dan Saran Ibadah.
Pembiayaan dan Keluaran Kegiatan : Rapat persiapan teknis dan penyiapan
dokumen administrasi serta penetapan sarana sanitasi dan air minum Pondok
Pesantren dan Sarana Ibadah.
 Tahapan II :
Identifikasi kebutuhan Pondok pesantren melalui metode partisipatori
dengan keluaran adalah Rencana Kerja Masyarakat serta peningkatan
kapasitas teknis sarana sanitasi dan air minum Pondok Pesantren dan Sarana
Ibadah.
3) Pendampingan Pengelola Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah
Lokasi : Pondok pesantren dan Sarana Ibadah
 Pelaksana :
Seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji.
 Output :
Proses setiap alur kegiatan berjalan sesuai alur kegiatan berjalan sesuai
rencana dan terdokumentasi dalam bentuk laporan.

4) Pembangunan Sarana
 Jenis sarana yang diajukan :
Jenis sarana yang diajukan adalah sarana MCK dan air minum.
 Lokasi :
Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten Pringsewu dan memenuhi kriteria dalam kegiatan ini.
 Pembangunan sarana merupakan opsi yang dibutuhkan oleh Pondok
Pesantren dan Sarana Ibadah.
 Pelaksana :
Pihak ketiga dengan spesifikasi perbaikan sarana sanitasi dan air minum di
Lingkungan Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah.

5) Monitoring dan Evaluasi


Lokasi : Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah
 Pelaksana : Provinsi, Kabupaten, Dinas Kesehatan
 Tujuan :
Mengetahui dan mengevaluasi keberhasilan dan hambatan pelaksanaan
kegiatan yang disesuaikan dengan penyerapan anggaran.
 Pembiayaan :
Alokasi kegiatan monitoring dan evaluasi bagi petugas kabupaten berupa
uang harian dan transport, sedangkan petugas Puskesmas, Kecamatan dan
kelurahan berupa transport lokal.
 Alat yang digunakan :
Instrumen monitoring dan evaluasi kegiatan berupa kuesioner.
 Penyusunan Laporan :
Penyelesaian dokumen administrasi dan kelengkapan berkas
pertanggungjawaban serta penyampaian laporan kegiatan kepada pusat.

21
 Evaluasi laporan keuangan BMN dan teknis :
Dilakukan sebanyak 2 kali dan hasil laporan di rekonsiliasi di masing-masing
kab/kota dan dikirim ke Pusat.

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


Tabel 3. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Mar

Nov
Mei

Des
Sep

Okt
Apr

Ags
Jun
feb
Jan

Jul
No. Kegiatan

1. Rapat Persiapan
2. Sosialisasi tingkat
Kecamatan, Desa
dan
Pontren/Sarana
Ibadah
3. Pembangunan
fasilitas
Sanitasi dan
sarana
4. Monitoring dan
evaluasi
Kegiatan
5. Evaluasi laporan
keuangan
BMN dan teknis

B. Biaya
Biaya kegiatan ini kepada DIPA APBN Kementerian Kesehatan Dtjen PP dan PL (Program
Penyehatan Lingkungan) di Kabupaten Mesuji.
BAB VII
USULAN KEGIATAN

Adapun usulan pengadaan sarana dan prasarana dibidang sanitasi yang diusulkan di
Kabupaten Mesuji yaitu :

No Nama Usulan Jumlah Keterangan


1 Sarana MCK dan Air Minum 5 Paket Pondok Pesantren
2 Sarana MCK dan Air Bersih 3 Paket Sarana Ibadah
3 Pengadaan Mobil Operasioanal 1 Unit
lapangan untuk sanitasi

23
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan akan sarana dan prasarana sanitasi yang aman dan memenuhi syarat
kesehatan adalah mutlak menjadi tanggung tawab kita bersama, mulai dari masyarakat itu
sendiri, pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten sampai ke pemerintah pusat
mempunyai peranan sesuai dengan kapabilitynya, sehingga kedepan diharapkan dapat
tercipta sarana dan prasarana sanitasi yang berkualitas. Kondisi geografis yang tidak
memungkinkan kelancaran akses pembangunan sanitasi juga menjadi kendala yang berarti,
untuk itu diperlukan prasarana pendukung berupa mobil operasional lapangan untuk
menjangkau daerah-daerah pelosok dan terpencil yang sulit mendapatkan akses kesehatan
pada umumnya dan akses bidang sanitasi pada khususnya.

B. SARAN

Diharapkan adanya dukungan dari Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia agar dapat terlaksananya kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana sanitasi yang aman dan sehat di Kabupaten Mesuji, demi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN MESUJI

BUDIMAN NAINGGOLAN, SKM, M.M


NIP. 19660112 199003 1 007

Anda mungkin juga menyukai