A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 162 : Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkunganyang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pasal 163 ayat 3 : Lingkungan sehat mencakup lingkungan pemukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum harus bebas dari
unsur-unsur yang menimbulkan gangguan-gangguan kesehatan antara lain
limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa
penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melalui ambang batas,
radisai sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang
tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/ Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 755);
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
f. Perpres No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
B. Tujuan
I. Tujuan Umum
Meningkatkan sarana dan prasarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan bagi
masyarakat di Wilayah Kabupaten Mesuji.
C. Permasalahan
1. Masih kurang nya sarana dan prasarana sanitasi pada pondok
pesantr en dan sarana ibadah di Kabupaten Mesuji
2. Akses jalan yang masih sangat sulit dan tidak adanya kendaraan operasional
sanitasi di Dinas Kesehatan kabupaten Mesuji
D. Penerima Manfaat
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji
2. Masyarakat Kabupaten Mesuji
BAB II
PROFIL KABUPATEN MESUJI
Gambar :2.1
Peta Administratif Kabupaten Mesuji
Kabupaten Mesuji merupakan pintu gerbang sumatera selatan yang dihubungkan
dengan jalan Lintas Timur sumatera (Asean Road), sehingga dapat dikatakan sebagai
kabupaten yang mempunyai posisi strategis didukung dengan potensi wilayah yang
melimpah. Jenis tanah sebagian besar adalah podsolik dengan topografi datar hingga
bergelombang. Kabupten Mesuji adalah dataran rendah dengan curah hujan rata-rata 4
bulan.
B. PENDUDUK
Berdasarkan hasil survei penduduk antar sensus (supas) tahun 2010 dan proyeksi
supas jumlah penduduk kabupaten Mesuji tahun 2009 sebesar: 179,062orang. Dan
Tahun 2010 total penduduk 187,407 orang, 52,054% atau sebanyak 98,399 orang
berkelamin laki laki dan selebihnya yaitu 47,45% atau 89,008 orang berkelamin
perempuan. Dengan luas area sebesar 2.184,00 km, berarti kepadatan penduduk
mencapai 81,98 / km.
C. LUAS WILAYAH
Wilayah Kabupaten Mesuji seluas 2.184,00 Km atau mendekati 6,30% dari luas
wilayah propinsi Lampung dan memiliki jumlah penduduk sebesar 198.000 jiwa. Secara
adiministrasi Kabupaten Mesuji, Terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 49
Tahun 2008, Secara administratif Kabupaten Mesuji dibagi dalam 7 (tujuh) kecamatan
yang terdiri dari 104 Desa yaitu:
Tabel Wilayah Administrasi Kabupaten Mesuji Menurut Kecamatan dan Desa/ Kelurahan
Tahun 2013
LUAS JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH DESA KELURAHAN DESA+KEL
(km2)
1 2 3 4 5 6
1 Way Serdang 294.42 20 0 20
2 Simpang Pematang 139.61 15 0 15
3 Panca Jaya 197.72 11 0 11
4 Tanjung Raya 238.07 21 0 21
5 Mesuji 274.73 9 0 9
6 Mesuji Timur 810.20 15 0 15
7 Rawajitu Utara 229.25 12 0 12
JUMLAH 2,184.00 104 0 104
Sumber : - Bagian Pemerintahan Kampung Pemerintah Kab. Mesuji
- Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang
D. TOPOGRAFI
Secara Topogrofi kabupaten Mesuji dapat dibagi dalam 4 unit Topografi
1. Daerah daratan yang dimanfaatkan untuk perkebunan.
2. Daerah rawa, terdapat disepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0- 1 M yang
merupakan daerah rawa yang dimanfaatkan nya untuk area pesawahan (di kecamatan
Mesuji, Mesuji Timur, dan kecamatan rawa Jitu utara).
3. Daerah Riverbasin, terbatas dua Riverbasin yang utama yaitu Riverbasin Mesuji dan
Riverbasin Sungai-sungai Kecil lainnya. Pada areal Riverbasin Sungai Mesuji dan anak-
anak sungai sungai lainnya membentuk pola aliran sungai yang umumnya merupakan
sungai-sungai kampung.
4. Daerah Aluvial meliputi pantai sebelah Timur yang merupakan bagian hilir (Down Stem).
Dari sungai-sungai besar yaitu Sungai Mesuji, dapat digunakan untuk pelabuhan.
E. IKLIM
Iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau berganti sepanjang tahun
temperaturnya rata-rata 31°C.
F. GEOLOGI
Pada bagian Utara terdapat Lapisan Sedimen Vulkanis dan Celah (Firaves Emution)
yang mengalami kelipatan di Zaman Peistosin itu yang menghasilkan lapisan minyak bumi.
Data tentang endapan mineral di kabupaten Mesuji belum banyak ditemukan, sehingga
potensi endapan bahan tambang belum banyak diketahui. Dari literatur dan peta geologi
dapat diinventarisir adanya bahan bahan tambang (endapan mineral) di antaranya :
1. Minyak bumi, terdapat pada lapisan yang terakumulasi sebagai lanjutan
dari endapan minyak bumi daerah Sritanjung Kecamatan Tanjung Raya;
2. Batu bara muda, endapannya terdapat pada lapisan sedimen, Formasi
Endosita, yaitu di daerah Fajar Bulan, Adi Rukun Kecamatan Panca Jaya, Tri Karya Mulya,
Harapan Mukti dan Brabasan Kecamatan Tanjung Raya Kecamatan Mesuji.
G. HIDROLOGI
Kabupaten Mesuji memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan sektor
pertanian dan perkebunan sebab sebagian besar sungai sungai yang mengalir dari Barat ke
Timur berpotensi untuk pengembangan irigasi. Sungai-sungai yang dimaksud antara lain,
Sungai Mesuji, Sungai Buaya, Sungai Sidang, Dan Sungai Brabasan.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN LINGKUNGAN
Jumlah
No. Nama Penyakit %
Penderita
1. Hypertyroid (Thyrotoksikosis) 4642 23,83
2. Bradicardi 3053 15,67
3. Myiasis 2552 13,10
4. Rabies 2529 12,98
5. Dermatitis atopik 2342 12,02
6. Demam Berdarah Dengue (DHF) 1889 9,70
7. Influenza 941 4,83
8. Malaria Plasmodium Ovale 592 3,04
9. Hypotiroid (Struma) 504 2,59
10. Digigit Ular 437 2,24
Sumber : Laporan SP2TP Puskesmas se-Kabupaten
Mesuji Tahun 2013
Penyakit diare masih menjadi masalah yang serius dan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan kematian bayi dan balita di negara sedang berkembang
seperti negara Indonesia. Dan merupakan salah satu penyakit yang berpotensial
menjadi KLB. Untuk itu perlu penanganan yang serius terutama penemuan kasus
sedini mungkin, pengobatan penderita, penggunaan oralit, dan mengatasi dehidrasi
di tingkat rumah tangga. Penanganan tidak hanya dilakukan secara kuratif tetapi
juga preventif. Kematian tersebut terbanyak disebabkan oleh kekurangan vitamin A,
dehidrasi, disentri dan diare persisten. UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat) merupakan salah satu bentuk upaya untuk penanggulangan diare.
Berdasarkan hasil studi WHO 2007, kejadian diare dapat diturunkan melalui
beberapa cara yaitu : 32% melalui peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi
dasar, 45% melalui perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% melalui
perilaku pengelolaan airminum yang aman di rumah tangga. Indikator yang
mempengaruhi penanggulangan kasus diare yaitu cakupan rumah tangga ber-PHBS,
persentase akses air bersih (keluarga yang diperiksa per-KK seluruhnya) dan cakupan
kepemilikan jamban.
Sebagaimana diketahui bahwa obat dan vaksin untuk DBD sampai saat ini
belum ada, pengobatan terhadap penderita DBD hanya bersifat simptomatis dan
suportif, namun penyebab penyakit dan vektor penularnya sudah diketahui
tetapi hingga saat ini pemberantasan penyakit DBD belum bisa dilaksanakan
sampai tuntas. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan cara pencegahan yang ada
di masyarakat belum berjalan maksimal, artinya pemberdayaan masyarakat dengan
koordinasi lintas sektor terkait dalam mengantisipasi penyakit DBD belum bisa
diandalkan.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita, dan ibu
melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Karena itu malaria
termasuk salah satu prioritas dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang
menjadi bagian integral dalam program pembangunan bidang kesehatan.
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kab. Mesuji
Walaupun secara umum MoMi di Kabupaten Mesuji relatif rendah (<50 0/00)
termasuk Low Indisens Area, akan tetapi beberapa wilayah angka kesakitannya
masih cukup tinggi. Daerah-daerah endemis malaria di Kabupaten Mesuji adalah
Kecamatan Panca Jaya, Simpang Pematang, dan Rawajitu Utara. Pemetaan daerah
endemis malaria belum pernah dilakukan sehingga belum diketahui angka
Prevalensi Rate (PR) dan Slide Positive Rate (SPR) di Kabupaten Mesuji.
Kasus malaria di Kabupaten Mesuji tahun 2013 ditemukan 125 jiwa suspek
malaria, dengan 7 sediaan darah yang diperiksa. Namun tidak ditemukan sediaan
darah yang positf menderita malaria dan juga tidak ditemukan kasus meninggal.
Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria yang hidup di saluran kelenjar getah bening (limfe), ditularkan
oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapat pengobatan dengan baik dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki.
Akibatnya dapat menimbulkan stigma dan penderita tidak dapat bekerja secara
optimal, menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.
Kasus penyakit Filariasis di Kabupaten Mesuji pada tahun 2013 sama seperti
pada tahun 2011 dimana tidak ditemukan kasus penderita filariasis.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
A. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan fisik dan biologi merupakan komponen yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dari semua aktifitas kehidupan manusia, sehingga kualitasnya sangat berperan
dalam proses terjadinya gangguan kesehatan secara tidak langsung bagi masyarakat.
Biasanya kualitas lingkungan yang ada merupakan resultan dari berbagai kondisi baik
yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa alam maupun oleh karena aktifitas dan perilaku
manusia.
Jumlah rumah yang ada di Kabupaten Mesuji pada tahun 2013 sebanyak
42.727, rumah yang dibina sebanyak 17.153 dan diperoleh data rumah sehat
sebesar 11,96% atau 5.111 rumah.
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tak terelakkan bagi kehidupan
manusia, fungsi air bersih dalam rumah tangga adalah untuk minum, mandi, dan cuci.
Penggunaan air minum dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air kemasan, ledeng,
pompa, sumur dan lainnya yang mengacu pada Kepmenkes No.
907/Menkes/SK/VII/2002.
Salah satu cara untuk menilai sejauh mana tingkat kesadaran masyarakat dalam
menjaga kebersihan lingkungan dapat dilihat dari tempat pembuangan akhir kotoran/tinja.
Sistem pembuangan kotoran manusia/air besar dan air limbah erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan.
Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko
pencemaran yang mungkin ditimbulkan.
Berdasarkan grafik 4.20 di atas, dapat diketahui cakupan sarana sanitasi dasar
meliputi jamban, TPS (Tempat Penampungan Sampah), dan SPAL (Sarana Pembuangan Air
Limbah). Persentase rumah tangga yang memiliki jamban adalah 69,61%, kepemilikan
tempat penampungan sampah sebesar 68,78% dan pengelolaan air limbah/SPAL sebesar
34,37%.
Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa
kematian banyak bersumber dari Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Tempat-Tempat
Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Pestisida (TPP). Oleh karenanya pengawasan
terhadap kualitas tempat-tempat itu perlu dilakukan sehingga faktor resiko penularan
penyakit dapat dieliminir sekecil mungkin.
Institusi yang dibina adalah unit kerja yang dalam memberikan pelayanan/jasa
potensial menimbulkan risiko/dampak kesehatan; mencakup Rumah Sakit, puskesmas,
sekolah, instalasi pengolahan air minum, perkantoran, industri rumah tangga, industri
kecil serta tempat penampungan pengungsi.
Berdasarkan grafik 4.21 di atas, dapat dilihat bahwa institusi yang dibina kesehatan
lingkungannya untuk tahun 2012, untuk sarana kesehatan 85%, sarana pendidikan 64,1%,
sarana ibadah 27,5%, sarana perkantoran 66,4%, dan sarana instalasi pengolahan air
minum 45,5%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, terdapat 3 jenis sarana yang
persentase pembinaannya mengalami peningkatan yaitu sarana pendidikan, sarana
perkantoran, dan sarana instalasi pengolahan air minum. Namun, 2 sarana lainnya juga
mengalami penurunan persentase pembinaan kesehatan lingkungannya.
BAB V
STANDAR KEBUTUHAN MCK
C. Kapasitas Pelayanan
Semua ruangan dalam satu kesatuan harus dapat menampung pelayanan pada
waktu paling sibuk dan banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah
pemakai tertentu adalah tercantu dalam tabel berikut :
Banyaknya Ruangan
Jumlah Pemakai (orang)
Mandi Cuci Kakus
10 – 20 2 1 2
21 – 40 2 2 2
41 – 80 2 3 4
81 – 100 2 4 4
101 – 120 4 5 4
121 – 160 4 5 6
161 – 200 4 6 6
17
- Sumur Bor
Sekeliling sumur harus terbuat dari bahan kedap air selebar minimal 1,20 meter dan
pipa selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air sampai kedalaman minima
2,00 meter dari permukaan lantai.
- Sumur Gali
Sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal 1,20 meter dan
dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan kedap air sampai
ketinggian ke atas 0,75 meter dan ke bawah minimal 2,00 meter dari permukaan
lantai.
3. Air Hujan
Bagi daerah yang curah hujannya di atas 1.300 mm/tahun dapat dibuat baik penanmpung
air hujan
4. Mata Air
Dilengkapi dengan bangunan penangkap air.
19
BAB VI
RENCANA KEGIATAN
PEMBANGUNAN SARANA MCK
PONDOK PESANTREN DAN SARANA IBADAH
DI KABUPATEN MESUJI
2) Penyusunan Perencanaan,
Pelaksanaan Kegiatan ini meliputi :
Lokasi : Pondok Pesantren di Kab. Mesuji.
Tahapan I :
Para pejabat dan penanggungjawab di Kab/Kota (Dinas Kesehatan,
Kecamatan, dan pemerintah Desa) dengan tujuan menyamakan persepsi dan
mensepakati pelaksanaan dan tahapan kerja perbaikan sarana sanitasi dan air
minum Pondok Pesantren dan Saran Ibadah.
Pembiayaan dan Keluaran Kegiatan : Rapat persiapan teknis dan penyiapan
dokumen administrasi serta penetapan sarana sanitasi dan air minum Pondok
Pesantren dan Sarana Ibadah.
Tahapan II :
Identifikasi kebutuhan Pondok pesantren melalui metode partisipatori
dengan keluaran adalah Rencana Kerja Masyarakat serta peningkatan
kapasitas teknis sarana sanitasi dan air minum Pondok Pesantren dan Sarana
Ibadah.
3) Pendampingan Pengelola Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah
Lokasi : Pondok pesantren dan Sarana Ibadah
Pelaksana :
Seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Mesuji.
Output :
Proses setiap alur kegiatan berjalan sesuai alur kegiatan berjalan sesuai
rencana dan terdokumentasi dalam bentuk laporan.
4) Pembangunan Sarana
Jenis sarana yang diajukan :
Jenis sarana yang diajukan adalah sarana MCK dan air minum.
Lokasi :
Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten Pringsewu dan memenuhi kriteria dalam kegiatan ini.
Pembangunan sarana merupakan opsi yang dibutuhkan oleh Pondok
Pesantren dan Sarana Ibadah.
Pelaksana :
Pihak ketiga dengan spesifikasi perbaikan sarana sanitasi dan air minum di
Lingkungan Pondok Pesantren dan Sarana Ibadah.
21
Evaluasi laporan keuangan BMN dan teknis :
Dilakukan sebanyak 2 kali dan hasil laporan di rekonsiliasi di masing-masing
kab/kota dan dikirim ke Pusat.
Mar
Nov
Mei
Des
Sep
Okt
Apr
Ags
Jun
feb
Jan
Jul
No. Kegiatan
1. Rapat Persiapan
2. Sosialisasi tingkat
Kecamatan, Desa
dan
Pontren/Sarana
Ibadah
3. Pembangunan
fasilitas
Sanitasi dan
sarana
4. Monitoring dan
evaluasi
Kegiatan
5. Evaluasi laporan
keuangan
BMN dan teknis
B. Biaya
Biaya kegiatan ini kepada DIPA APBN Kementerian Kesehatan Dtjen PP dan PL (Program
Penyehatan Lingkungan) di Kabupaten Mesuji.
BAB VII
USULAN KEGIATAN
Adapun usulan pengadaan sarana dan prasarana dibidang sanitasi yang diusulkan di
Kabupaten Mesuji yaitu :
23
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebutuhan akan sarana dan prasarana sanitasi yang aman dan memenuhi syarat
kesehatan adalah mutlak menjadi tanggung tawab kita bersama, mulai dari masyarakat itu
sendiri, pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten sampai ke pemerintah pusat
mempunyai peranan sesuai dengan kapabilitynya, sehingga kedepan diharapkan dapat
tercipta sarana dan prasarana sanitasi yang berkualitas. Kondisi geografis yang tidak
memungkinkan kelancaran akses pembangunan sanitasi juga menjadi kendala yang berarti,
untuk itu diperlukan prasarana pendukung berupa mobil operasional lapangan untuk
menjangkau daerah-daerah pelosok dan terpencil yang sulit mendapatkan akses kesehatan
pada umumnya dan akses bidang sanitasi pada khususnya.
B. SARAN