Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerak
 Pengertian Gerak Menurut Para Ahli
1. Kamajaya
Menurut Kamajaya, gerak merupakan sebuah kedudukan terhadap suatu
titik acuan atau pun titik yang menjadi patokannya.
2. Ruslan Tri S & Cahyo W
Menurut Ruslan Tri S & Cahyo W. Pengertian gerak adalah perubahan
kedudukan suatu benda terhadap benda lain atau pun terhadap titik acuan
tertentu.
3. KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gerak merupakan suatu
peralihatn tempat atau pun kedudukan, baik sekali maupun berulang kali.
 Pengertian Gerak Secara Umum
Gerak merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perpindahan yang terjadi pada suatu benda terhadap benda lainnya. Suatu benda
hanya dapat dikatakan bergerak apabila benda tersebut berpindah tempat atau
pun berubah posisinya. Perpindahan tempat atau pun perubahan posisi sendiri
biasanya dilihat menggunakan acuan tertentu. Jika sebuah benda tidak
mengalami perubahan posisi terhadap benda acuan, maka benda tersebut tidak
dapat dikatakan bergerak terhadap benda acuannya. Meskipun begitu, benda
tersebut mungkin saja bergerak terhadap benda acuan yang lain. Misalnya
orang yang menaiki mobil dai kota A ke kota B (orang tidak bergerak terhadap
mobil, tetapi bergerak terhadap kota A).
 Pengertian Gerakan Kamera
Gerakan kamera (Camera Movement) merupakan sebuah aktivitas
membangun suasana dramatik dalam sebuah shot video maupun film dengan
cara menggerakan kamera. Banyak alasan kenapa kamera harus digerakkan,
selain dapat membangun suasana dramatis, penggunaan gerakan kamera secara
tepat dapat menciptakan visual lebih dinamis, mengarahkan perhatian penonton
pada subyek tertentu, mengungkap maupun menyembunyikan dimensi ruang,
dan dapat juga untuk menciptakan visual yang lebih ekspresif.
B. Sebab-sebab Untuk Bergerak
Setiap gerakan kamera (movement) dalam sebuah shot secara otomatis
akan mengubah gambar yang kita lihat karena elemen pembingkaian yang
disinggung di atas (tipe shot, angle kamera, level, dan skala) dimodifikasi pada
saat kamera bergerak. Kamera yang bergerak, baik untuk merekam subjek
bergerak maupun statis, membuka ruang sinematik. Oleh karena itu pembuat film
menggunakan gerak kamera untuk mendapatkan berbagai efek.
Gerak kamera bisa digunakan untuk mencari dan memperluas ruang,
memperkenalkan kita pada lebih banyak detail yang tidak dapat dilakukan oleh
gambar statis, memilih detail yang harus diperhatikan atau diabaikan, mengikuti
pergerakan melewati sebuah ruangan atau lanskap, dan memperlihatkan hubungan
yang kompleks antara figur di dalam bingkai terutama pada shot yang lebih
panjang dari biasanya.
Gerak kamera juga membuat penonton merasa ikut menemani atau
mengikuti pergerakan karakter, objek, kendaraan, atau melihat sebuah aksi dari
point of view karakter. Kamera yang bergerak mengarahkan mata atau perhatian
penonton, membantu menciptakan ilusi kedalaman pada layar yang datar, serta
menyampaikan hubungan spasial, kausal, dan psikologis. Dalam dalam satu bagian
sejarah film, D.W. Griffth mengembangkan kekuatan dari pergerakan kamera
sederhana untuk menciptakan penggabungan bingkai guna membentuk hubungan
sebab-akibat. Di film The Birth of a Nation (1915), dalam satu shot ia
menggambarkan pertarungan Perang Saudara, memalingkan kamera ke arah ibu
dan anak kecil di sebuah mobil, lalu kembali lagi ke perang. Dari pergerakan
kamera yang mengalir itu kita jadi mengerti hubungan antara pertarungan yang
menakutkan dan penderitaan masyarakan sipil. Tentu saja, Griffith dapat
menggabungkan shot pertarungan dengan shot orang-orang yang lewat, tetapi
memotong ruang dan waktu tidak akan memberikan efek yang sama dengan single
shot tersebut.
Pada 1920an, pembuat film Jerman membawa gerak kamera ini ke tingkat
selanjutnya. Mereka mencoba menyempurnakan pergerakan kamera, baik di dalam
maupun di antara shot. F.W. Murnau, dalam The Last Laugh (1924) dan Sunrise:
A Song of Two Humans (1927), membangun sugesti bahwa kamera memiliki
kehidupan sendiri, alias tidak memiliki batas dan bebas bergerak kemana pun.
Sejak saat itu kamera menjadi gaya yang dominan dari banyak sutradara, termasuk
Orson Welles, Max Ophuls, Jean Renoir, Martin Scorsese, Otto Preminger, Lars
von Trier, Terrence Malick, dan Pedro Almodovar. Almodovar di awal film Talk
to Her (2002), menggunakan gerak kamera sangat efektif. Setelah prolog
perkenalan di sebuah pertunjukan tari, kita melihat close-up Benigno Martin
(Javier Camara) berada di tempat kerjanya sambil membicarakan pertunjukan tari
tersebut kepada seseorang yang tidak bisa kita lihat. Meskipun tidak diperlihatkan
di mana tepatnya ia bekerja, kita tahu baju yang ia kenakan sering dipakai perawat
rumah sakit. Ketika kamera bergerak turun dari wajahnya, kita bisa melihat ia
sedang melakukan manicure, tetapi kita tetap belum tahu identitasnya dan kepada
siapa ia bercerita. Masih dalam satu shot, kamera bergerak ke kanan dan membuat
bingkai close-up seorang perempuan tertidur di ranjang, matanya tertutup, dan
wajahnya tampak tenang. Konteks yang diberikan bertahap dalam scene ini sangat
mencuri perhatian dan medorong kita bertanya, ketika detail baru diberikan oleh
kamera yang bergerak, apa hubungan kedua orang tersebut? Setelah seri shot yang
mengikuti shot pertama, kita akhirnya mengerti bahwa wanita tersebut adalah
Alicia (Leonor Watling), murid balet yang empat tahun koma dan tentu saja tidak
sadar yang terjadi di sekitarnya. Benigno, seorang homoseksual staf senior rumah
sakit, jatuh cinta padanya. Sepanjang cerita yang kompeks ini Almodovar
menggunakan pergerakan kamera yang halus untuk mengungkapkan hubungan
psikologi antara Benigno dan Alicia. Gerak kamera yang halus membantu
perubahan cara film dibuat dan bagaimana kita melihat dan
menginterpretasikannya. Tapi sebelum kamera dapat melakukan gerakan yang
halus, sutradara dan sinematografer harus mencari cara untuk menciptakan shot
bergerak yang bisa mengimitasi cara mata dan otak manusia melihat.
Ketika kita melihat sekeliling ruangan atau pemandangan, mata kita
bergerak dari subjek ke subjek, dari pesawat ke pesawat, dan kita akan lebih
melihat shot yang telah disunting daripada informasi yang mengalir. Mata dan otak
kita bekerja sama untuk menghaluskannya. Gerak kamera harus terlihat halus agar
masuk akal atau bisa ditoleransi mata penonton. Gerak kamera juga dapat
menciptakan ketegangan dan rasa takut, seperti di film Rosemary’s Baby (Roman
Polanski, 1968). Saat kamera bergerak melewati apartemen mewah Manhattan,
mengintip sudut atau kamar-kamar, cukup untuk membuat kita duduk tegang tanpa
membiarkan kita melihat yang kita tahu (atau yang kita pikir kita tahu) ada di sana.
Selalu ada pengecualian, tentu saja. Sepanjang 1960an, pembuat film nonfiksi
mulai menggunakan teknik handheld kamera yang kemudian menyebardan
dianggap cara baru dalam pembuatan film. Sama seperti cinéma vérité dan direct
cinema, hal itu memberi pengaruh besar bagi gaya film naratif. Padahal secara
konvensional sebagian besar sinematografer berusaha menjaga kamera tidak
goyang ketika bergerak mengambil shot. Untuk membuat shot bergerak yang
stabil, kamera biasanya dipasang di tripod agar dapat bergerak dalam garis vertikal
dan horisontal. Atau mengunakan dolly, crane, atau alat lainnya, yang bisa
membuat kamera mendapatkan gambar yang halus. Gerak kamera yang biasa
digunakan untuk menyampikan suatu gagasan antara lain pan, tilt, tracking, dolly
shot, dan crane shot. Shot bergerak juga bisa dibuat menggunakan steadicam,
handheld, dan lensa zoom. Masing-masing memiliki jenis gerakan sendiri,
tergantung pada jenis alat bantunya, dan memiliki potensi ekspresi yang berbeda-
beda.
C. Dua Belas Gerakan Dasar dan Istilah-istilahnya
Ada beberapa teknik basic atau gerakan dasar pada kamera video yang
harus dikuasai newbie atau hanya menggunakan kamera biasa atau hanya
sekedar handphone, banyak contoh pengambilan yang hanya menggunakan
smartphone namun kualitasnya bagus, seperti film nya dedi corbuzier yang
ada di youtube yaitu triangle the golden side dan banyak contoh lainnya.
1. Close Up
Ini adalah teknik pengambilan gambar dari atas bahu sampai pada
ujung kepala dari objek yang kita shot.

2. Medium Close Up
Atau lebih lebar dari Close up yaitu menampilkan pada objek
sebatas dari dada hingga atas kepala yang lebih luar.
3. Big Close up
Pernahkah melihat dalam film bagian frame yang menampilkan
hidung saja atau bibir, yaitua dalah big close up yang fokus pada objeck
tertentu saja

4. Extreme Close Up
Extreme jadi pada bagian hidung atau telinga kita bisa ambil
sampai terlihat bulu hidung atau, biasanya kita membutuhkan shot
seperti ini untuk shot binatang kecil seperti semut, dll.

5. Medium Shot
Pengambilan gambar medium shot ini adalah pengambilan gambar
objeck misalakan pada orang dari batas pinggang sampai batas kepala.
6. Total shot
Pengambilan objek secara total atau secara keseluruhan objek agar
masuk di tengah frame video.

7. Establish shot
Pengambilan gambar yang menggambarkan pada letak atau di
mana peristiwa itu terjdi seperti di pesawahan atau perkotaan.

8. Two shot
Pegambilan gambar ketika terjadi percakapan dua orang, atau
mengambil gambar 2 orang secara bersamaan dalam satu frame.
9. Over shoulder shot
Pengambilan gambar yang dilakukan biasanya di letakan di
salah satu frame bahu dari seorang pemeran dan memperlihatkan sisi
bahu dari pemerannya itu, biasanya di gunakan dalam dialog atau film
action juga.

10. High angle


Biasanya disebut juga bird view eye, pengambilan posisi kamera
lebih tinggi dari pada objek yang kita ambil gambarnya.
11. Normal angle
Pengambilan gambar video, posisi harus sejajar dengan matadari
si objek yang akan kita ambil gambarnya. Pada angle ini tingginya
kamera saat membidik harus sejajar dengan subjek / objek yang dibidik.
Bila memotret seseorang maka bagian tubuh yang dijadikan tolak ukur
untuk mensejajarkan sorotan kamera dengan subjek adalah pada posisi
kepala, lebih tepatnya jatuh di area mata.

12. Low angle


Frog eye view adalah teknik pengambilan dari bawah atau lebih
rendah dari si figure yang kita shot.

D. Kesulitan Dalam Gerakan


E. Adegan Utama

Istilah Scene pertama kali di perkenalkan dalam dunia sinematografi. Scene ini
digunakan untuk pengambilan gambar adegan suatu cerita. Pengambilan gambar
sebuah film cerita, sinetron ataupun drama, dilakukan scene by scene yaitu adegan
per adegan.Oleh karena itu sebaiknya dipahami dulu pengertian tentang SCENE.
Scene adalah adegan. Naskah film cerita maupun sinetron disusun berdasarkan scene
demi scene. Pengertian sebuah SCENE adalah : sebuah adegan yang terjadi dalam
suatu lokasi yang sama, pada saat yang juga sama.
Misalnya adegan di sebuah kantin sekolah. Maka sepanjang adegan-adegan yang
berlangsung dalam kantin tersebut berlangsung dalam saat yang sama, maka adegan
itu dikelompokkan dalam sebuah scene. Namun posisi pengambilan gambar dalam
kantin tersebut boleh saja berpindah-pindah, asal masih dalam lingkungan kantin
tersebut. Artinya boleh saja sebuah scene terdiri dari lebih dari shot atau sudut
pengambilan gambar. Jadi satu scene dapat terdiri dari beberapa shot, untuk
mendapatkan gambaran dari sebuah scene, adegan-adegan dalam scene dapat
dipecah-pecah menjadi beberapa shot.
Scene adalah sering diartikan sebagai tempat atau setting di mana sebuah cerita
akan dimainkan, hal ini tentu saja terpengaruh dari dunia teater atau panggung.
Sebuah Scene bisa terdiri dari beberapa shot atau bisa saja satu shot panjang yang
disebut sebagai Sequence shot. Sequence adalah rangkaian dari beberapa shot dalam
satu kesatuan yang utuh.
Dengan demikian Scene memberi definisi tempat atau setting dimana kejadian
dilangsungkan. Hal ini bisa dilihat dari produksi video, dimana sebuah babak bisa
dibagi dalam sejumlah scene, masing – masingnya berlangsung pada lokasi yang
berbeda. Satu scene bisa terdiri dari satu shot atau sejumlah shot yang
menggambarkan peristiwa yang bersinambungan.
Sebuah sequence bisa dimulai sebagai adegan exterior, dan dilanjutkan di dalam
gedung, karena sang pemain masuk dan terlibat percakapan atau lainya. Sebuah
sequence bisa dimulai atau diakhiri dengan sebuah “ fade “ atau “ dissolve “;; atau
bisa pula dengan “ cut “ langsung dengan mengelompokkan semua sequence. Berikut
ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang Scène.
Setting merupakan bagian penting dalam film. Salah satu fungsi setting adalah
memberi informasi tentang lokasi dan waktu dalam film. Setting berperan aktif dalam
Mise en Scene dan menyumbang kepentingan yang sama. Meskipun setting terlihat
seperti pendukung cerita semata, namun fungsinya dapat dieksplorasi lebih secara
artistik dengan berbagai aspek. Setting mampu memberi makna pada naratif pada
filmmu. Bagian dari setting, yaitu properti, berperan aktif dalam akting si karakter.
Contohnya adalah cermin dalam film Black Swan yang merefleksikan ketakutan
Nina. Atau berbagai senjata dalam film Hunger Games yang mewakili daerah asal
masing-masing tokoh.Memilih, membangun, dan mengatur elemen-elemen setting
memberikan kontrol artistik pada sutradara.
Aktor Akting adalah sebuah seni. Menyutradarai adalah sebuah seni. Kamu
harus jelas bahwa aktor bukanlah representasi manusia. Semua gerakan dan ekspresi
adalah hasil rancangan dan latihan yang matang. Akting bukan suatu kegiatan yang
spontan. Akting seorang aktor harus dikontrol karena aktingnya menyampaikan
secara langsung pesan utama dalam film. Jika dilakukan dengan spontan, bisa jadi
pesan itu tak sampai sebaik yang diinginkan. Bloking Bloking bukan hanya milik seni
tari dan theater. Penempatan aktor dalam film juga harus disesuaikan sedemikian rupa
sesuai dengan tujuan sutradara. Meskipun gerakan aktor di film seringkali tampak
mengalir begitu saja, sebenarnya gerakan aktor diatur agar harmonis dengan elemen
lain. Pengaturan bloking juga dapat mengambil inspirasi dari koreografi seni tari.
Kostum
Kostum dan unsurnya seperti gaya, tekstil dan warna mampu menunjukkan suatu
era waktu di lokasi tertentu. Untuk tujuan ini, jelas dibutuhkan riset yang detail.
Fungsi lain kostum adalah mempertegas naratif, misalnya posisi sosial seorang
karakter. Tekstur kain katun dan kain sutra tentu memberikan kesan yang berbeda.
Selain itu, kostum juga bisa menandakan perubahan karakter selama film. Contohnya,
karakter yang biasanya mengenakan pakaian kasual lalu tiba-tiba mengenakan
pakaian yang terbuka dan menggoda tentu menunjukkan suatu perubahan pada
penonton.
Kostum juga dapat memberi gambaran akan situasi dan suasana yang dilalui
oleh karakter. Contohnya saja karakter Spiderman dalam Spiderman: Homecoming.
Kesan berbeda ditunjukkan ketika Peter Parker mengenakan kostum buatannya
sendiri dan kostum buatan Tony Stark. Peter Parker tiba-tiba menjadi lebih serius dan
gagah dengan kostum Tony Stark, sementara ia menjadi remaja biasa yang konyol
dengan kostum buatannya sendiri.
Lighting Seperti warna, kamu mungkin tidak menyadari pentingnya lighting
dalam sebuah gambar/film. Lighting hadir tidak sekedar untuk menerangi set dan
aktor. Lighting dapat menentukan mood (suasana) suatu adegan. Bayangkan jika
adegan pengusiran setan di film The Conjuring menggunakan lighting terang
benderang yang datar, tentu mood tegang dan horor akan berubah drastis.
Bagi para sutradara, pencahayaan itu lebih dari sekedar penerangan untuk dapat
melihat set dan aktor. Pencahayaan digunakan untuk memberi arti lebih tentang
seorang karakter atau situasi lewat aksennya. Pencahayaan yang baik dapat dicapai
dengan manipulasi dan arah tembak cahaya.
Dengan menggunakan pencahayaan dengan kontras tinggi, sutradara bisa
menunjukkan dua ruang yang berbeda di adegan tersebut. Di macam pencahayaan
seperti ini, mood adegan bisa dibuat lebih intens dan dramatis. Meskipun sekilas
terlihat gampang, tapi ketika kamu bersentuhan dengan ilmu pencahayaan, kamu
akan berhadapan dengan kemungkinan tak terbatas.
F. Cara-cara Pengambilan Gambar/Objek

Berdasarkan sudut pengambilan gambarnya, teknik syuting ada 7 macam yaitu:

1. Frog Eye
Teknik shooting ini mengambil gambar dengan posisi kamera
disejajarkan dengan bagian atas/bawah obyek dan posisinya lebih rendah dari
dasar obyek dengan kamera menyentuh dengan tanah. Sehingga saat
menggunakan angle ini terkadang fotografer harus berani tiarap pada saat
mengambil gambar. Hasilnya gambar yang diambil akan menjadi sangat
besar. Subyek pengambil gambat menjasi serasa mengecil dan obyek gambar
memiliki kesan agung, angkuh maupun kokoh.

2. Low Angle
Merupakan pengambilan gambar dengan sudut arah bawah obyek
yang memberikan kesan obyek membesar.
3. Eye Level
Teknik ini mengambil posisi sejajar dengan obyek. Dengan teknik Eye
Level maka gambar yang direkam menunjukkan tangkapan pandangan mata
orang yang berdiri sejajar dengna obyek. Ketinggian dan besarnya obyek jadi
sama dengan subjek dan disebut juga teknik normal shoot.
Angle yang satu ini sering kali digunakan oleh banyak fotografer
maupun seseorang yang mengambil gambar, angle ini memposisikan lensa
kamera sejajar dengan tinggi objek. Posisi dan arah kamera memandang pada
objek yang akan dipotret, layaknya mata kita ketika melihat objek biasa.

4. High Angle
Teknik pengambilan gambar High Angle mengambil posisi di atas
obyek. Hasilnya obyek shooting menjadi lebih kecil. teknik pengambilan
gambar di mana sang fotografer harus berada pada posisi atas, atau
ketinggian. Seperti gedung, pepohonan, tiang atau setidaknya objek gambar
lebih rendah posisinya dibandingkan dengan si fotografer. Hasil gambarnya
menjadi dramatis dan terkesan kerdil.

5. Bird Eye
Teknik Bird Eye (mata burung) merupakan teknik shooting dengan
memposisikan juru kamera di atas ketinggian dalam merekam obyek.
Hasilnya gambar yang tampak akan menunjukkan lingkungan sekitar lebih
luas. Benda-benda lainnya di sekitar obyek juga akan tampak dalam ukuran
kecil.

6. Slanted
Teknik shooting ini mengambil sudut yang tidak frontal dari depan
ataupun dari samping obyek. Tapi mengambil sudut 45’ terhadap obyek.
Hasilnya obyek lain akan masuk dalam rekaman kamera.
7. Over Shoulder
Teknik shooting ini mengambil gambar dari arah belakang bahu
obyek. Akibatnya obyek hanya nampak bagian bahu atau kepalanya saja.
Biasanya teknik ini dipakai untuk menunjukkan bahwa obyek sedang melihat
sesuatu ataupun sedang berbincang-bincang.

Setelah membahas soal sudut shooting, selanjutnya adalah tentang ukuran


gambarnya. Besar kecilnya ukurang gambar tak lepas dari tujuan pengambilan
gambar itu sendiri Ada 10 cara pengambilan gambar berdasarkan ukuran gambarnya,
yaitu:

1. Extreme Close Up (ECU)


Merupakan pengambilang gambar dari jarak sangat dekat, hingga pori-
pori kulit pun bisa terlihat. Tujuannya agar obyek menjadi sangat-sangat jelas.
2. Big Close Up (BCU)
Untuk menunjukan ekspresi dari obyek, maka digunakan teknik big
close up. Sasarannya adalah dari atas kepala hingga dagu obyek.

3. Close Up (CU)
Close Up dilakukan dengan mengambil gambar atas kepala obyek
hingga bawah leher. Tujuannya agar wajah obyek nampak lebih jelas.
4. Medium Close Up (MCU)

Teknik ini bertujuan mempertegas gambaran profil seseorang.


Pengambillannya dengan menyorot dari kepala hingga dada.

5. Medium Shot (MS)


Agar sosok orang semakin jelas maka teknik ini dilakukan. Sasarannya
mulai kepala hingga pinggang.

6. Full Shot (FS)


Teknik ini memperlihatkan seluruh tubuh obyek, dari kepala hingga kaki.
7. Long Shoot (LS)
Untuk menunjukkan obyek sekaligus latar belakangnya, digunakan teknik
Long Shoot.
Daftar Pustaka

Askunrifai. 2009. Videografi : Operasi kamera dan teknik pengambilan gambar.


Bandung : Widya Padjajaran.

https://masbos.com/teknik-pengambilan-gambar/

http://repository.unpas.ac.id/32789/3/BAB%20II.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12432/BAB%202.pdf?
sequence=7&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai