Anda di halaman 1dari 7

MIKROBIOLOGI

“FERMENTOR DAN BIOREKTOR”

DISUSUN OLEH:
MUH. FAJRUL
(1713041021)
PENDIDIKAN KIMIA A 2017

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
1) Pengertian Fermentor
Fermentor atau bisa disebut bioreaktor adalah
sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan
biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan
mentahmenjadi bahan yang dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam
bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif (enzim) yang
berasal dari organisme tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik. Sementara
itu, agensia biologis yang digunakan dapat berada dalam
keadaan tersuspensi atauterimobilisasi.Contoh reaktor yang menggunakan agensia
terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun atau bioreaktor membran.
2) Fungsi Fermentor
Fungsi bioreaktor adalah untuk menghasilkan produk oleh mikrobia baik
kultur murni atau campuran, yang dikendalikan menggunakan sistem komputer
dalam mengatur faktor lingkungan dan pertumbuhan serta kebutuhan nutriennya.
Fungsi dasar fermentor/ bioreactor yaitu menyediakan kondisi lingkungan yang
cocok bagi mikrobia didalamnya untuk :
1.      Menghasilkan biomassa
2.      Menghasilkan enzim
3.      Menghasilkan metabolit dsb.
Fungsi utama bioreaktor adalah memberikan lingkungan terkontrol bagi
pertumbuhan mikroorganisme atau campuran tertentu mikroorganisme untuk
memperoleh produk yang diinginkan. Bioreaktor hendaknya mencegah
kontaminasi produksi dr lingkungan pd kultur sambil mencegah pelepasan kultur
ke lingkungan. Bioreaktor sebaiknya memiliki instrumentasi untuk pemeriksaan
agar terjadi pengawasan proses optimum.
3) Syarat Fermentor
1. Dapat dioperasikan secara aseptik
2. Aerasi dan pengadukan memenuhi kebutuhan m.o dan tidak membunuh
atau merusak produk
3. Suhu, pH dan kecepatan pengadukan dapat diatur
4. Memiliki sistem pengambilan contoh yang aseptik
5. Permukaan bagian dalam harus rata atau tanpa lubang – lubang ukuran
mikro.
4) Komponen Fermentor
Komponen utama bioreaktor terdiri atas tangki, sparger,
impeller, saringan halus atau baffle dan sensoruntuk mengontrol parameter.
Tangki berfungsi untuk menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta
produk. Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan
untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger terletak di bagian
bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa udara, dan mencegah
pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperandalam agitasi dengan
mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh rotor. Baffle juga
berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat
mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol
lingkungan dalam bioreaktor. Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan,
agitasi, foam, dan kecepatan aliran. Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH,
kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.
5) Perancangan Fermentor
Bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan
tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor
sehingga tidak menggangu proses biokimia yang terjadi.[1] Selain itu, bahan
tersebut juga anti karat dan tahan panas.[1] Bioreaktor harus dapat menciptakan
lingkungan yang optimum bagimikroorganisme ataupun reaksi yang diinginkan
maka diperlukan pengontrolan.[4] Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor
adalah suhu, pH, substrat (sumber karbon dan nitrogen), aerasi, dan agitasi.[4]
Perancangan bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup
kompleks. Pada keadaan optimum, mikroorganisme atau enzim dapat melakukan
aktivitasnya dengan sangat baik. Keadaan yang memengaruhi kinerja agensia
biologis terutama temperatur dan pH. Untuk bioreaktor dengan menggunakan
mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen, nitrogen, fosfat,
dan mineral lainnya perlu diperhatikan. Pada bioreaktor yang agensia biologisnya
berada dalam keadaan tersuspensi, sistem pengadukan perlu diperhatikan agar
cairan di dalam bioreaktor tercampur merata (homogen). Seluruh parameter ini
harus dimonitor dan dijaga agar kinerja agensia biologis tetap optimum.
Untuk bioreaktor skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya
terbuat dari bahan kaca atauborosilikat, namun untuk skala industri, umunya
digunakan bahan baja tahan karat (stainless steel) yang tahan karat. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi senyawa metal pada saat fermentasi
terjadi di dalamnya. Bahan baja yang mengandung < 4% kromium disebut juga
baja ringan, sedangkan bila kadar kromium di dalamnya >4% maka
disebut stainless steel. Bioreaktor yang umum digunakan terbuat dari
bahan baja 316 yang mengandung 18% kromium, 2-2,5% molibdenum, dan
10% nikel. Bahan yang dipilih harus bersifat non-toksik dan tahan terhadap
sterilisasi berulang-ulang menggunakan uap tekanan tinggi.[5] Untuk mencegah
kontaminasi, bagian atas biorektor dapat ditambahkan dengan segel aseptis
(aseptic seal) yang terbuat dari campuran metal-kaca atau metal-metal, seperti O-
ring dan gasket. Untuk meratakan media di dalam bioreaktor digunakan alat
pengaduk yang disebut agitator atau impeler. Sementara itu, untuk asupan udara
dari luar ke dalam sistem biorektor digunakan sistem aerasi yang berupa sparger.
Untuk bioreaktor aerob, biasanya digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga
pertumbuhan mikrooganisme dapat berlangsung dengan baik
Pada bagian dalam bioreaktor, dipasang suatu sekat yang
disebut baffle untuk mecegah vorteks dan meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini
merupakan metal dengan ukuran 1/10 diameter bioreaktor dan menempel secara
radial di dindingnya. Bagian lain yang harus dimiliki oleh suatu bioreaktor
adalah kondensor untuk mengeluarkan hasil kondensasi saat
terjadi sterilisasi dan filter (0,2 μm) untuk menyaring udara yang masuk dan
keluar tangki. Untuk proses inokulasi kultur, pengambilan sampel, dan
pemanenan, diperlukan adanya saluran khusus dan pengambilannya harus
dilakukan dengan hati-hati dan aseptis agar tidak terjadi kontaminasi. Untuk
menjaga kondisi dalam bioreaktor agar tetap terkontrol,
digunakan sensor pH, suhu, anti-buih, dan oksigenterlarut (DO). Apabila kondisi
di dalam sel mengalami perubahan, sensor akan memperingatkan dan harus
dilakukan perlakuan tertentu untuk mempertahankan kondisi di dalam bioreaktor.
Misalkan terjadi perubahan pH maka harus ditambahkan
larutan asam atau basa untuk menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini dapat
dilakukan secara manual namun juga dapat dilakukan secara otomatis
menggunakan bantuan pompa peristaltik.Selain asam dan basa,
pompa peristaltik juga membantu penambahan anti-buih dan substrat ke dalam
bioreaktor.
6) Jenis-jenis Fermentor
Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor , ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu , semikontinu, dan diskontinu.
1. Bioreaktor Kontinu
Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah
fraksi dari volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode
kontinu memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state),
dimana pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor
seperti pH dan  konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan
berubah selama siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan
dalam kultur kontinu.
Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam
biorekator dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor
terjadi dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor konstan. 
Dengan pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut menyebar secara
cepat dan merata pada seluruh bagian rekator. Contoh dari biorektor kontinu yaitu
Reaktor Tangki diaduk Kontinu (RTDK).
Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu
atau lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval
jarak sama dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan
melingkar. Peranan impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor
untuk mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan
dan meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen-
bagi sel, dan untuk memindahkan panas.
2. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan  diperlukan
bagi pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH,
dan pencampuran optimum. System ini adalah tertutup, kecuali untuk organism
aerobik dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada
bioreaktor diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang
konstan. Hal ini menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur
Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan
secara oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan
untuk meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat
didegradasi secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk
mempermudah pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar
agitator pada kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.
3. Bioreaktor semikontinu
Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau
substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan
diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari system.Produk yang dihasilkan
dari system seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur
diskontinu. Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam
produksi ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh bioreaktor  semikontinu yaitu Digestor atau bioreaktor  Anaerobik,
tetapi bioreactor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu.Pengunaan system ini
pada pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang
diperoleh dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air
buangan yang efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam system ini Lumpur
buangan dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu
retensi hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama
dalam system operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat
tidak dapat digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba
yang tinggi dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang
memberikan laju bdegradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer,
misalnya buangan kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai