Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dilaksanakan dua kali dalam satu minggu dengan dua

jam pelajaran setiap pertemuan. Pelaksanaan proses pembelajaran pada penelitian

ini menggunakan dua siklus yang terdiri dari delapan pertemuan dengan rincian

enam kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan dua kali pertemuan untuk

mengadakan tes yaitu ulangan harian I dan ulangan harian II.

a. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

1) Pertemuan Pertama ( Kamis, 8 Maret 2012)

Pada pertemuan pertama kegiatan pembelajaran membahas materi

mengenai aturan sinus dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan

pembelajaran-1 (lampiran B1) dengan menggunakan lembar kerja siswa-1

(lampiran C1). Sebelum memulai proses pembelajaran, guru mengarahkan ketua

kelas untuk memimpin doa. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Pada

pertemuan ini, semua siswa hadir untuk mengikuti pelajaran.

Guru memulai proses pembelajaran dengan menuliskan judul materi yang

akan dipelajari pada pertemuan ini di papan tulis, yaitu aturan sinus. Selanjutnya,

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat

menemukan aturan sinus pada segitiga lancip dan segitiga tumpul serta siswa

dapat menggunakan aturan sinus untuk menentukan unsur suatu segitiga apabila

unsur-unsur lain diketahui.


33

Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan mengaitkan materi

aturan sinus dalam kehidupan sehari-hari.“Pada pertemuan ini, kita akan

membahas tentang aturan sinus pada segitiga. Aturan sinus pada segitiga sangat

penting untuk dipelajari. Dengan adanya aturan sinus, kita dapat menentukan

besar suatu sudut atau panjang sisi pada segitiga sebarang tanpa melakukan

pengukuran secara langsung. Aturan sinus banyak digunakan untuk merancang

sebuah bangunan, sehingga seorang arsitek dapat menciptakan bangunan dalam

bentuk-bentuk yang unik dan proporsional. Bayangkan jika seorang arsitek salah

dalam menentukan komposisi besarnya sudut dengan panjang sisi bagian atap

bangunan yang berbentuk segitiga. Mungkinkah bangunan tersebut memiliki

bentuk yang indah? Atau dapatkan bangunan itu digunakan?, tentu tidak, bukan.

Untuk itu, materi ini sangat penting untuk kita ketahui”.

Guru melanjutkan proses pembelajaran dengan melakukan apersepsi.

Guru membuat gambar segitiga siku-siku ABC di papan tulis kemudian

mengajukan pertanyaan kepada siswa “Sebutkan perbandingan sinus sudut A?”.

a
Beberapa orang siswa menjawab secara bersamaan bahwa sinus sudut A adalah
c

. Guru membenarkan jawaban siswa tersebut dan meminta siswa untuk

mengangkat tangan jika ingin menjawab pertanyaan. Kemudian guru membuat

gambar segitiga sebarang KLM. Guru kembali mengajukan pertanyaan “ Siapa

diantara kalian yang bisa membuat garis tinggi dari segitiga KLM?”. Karena tidak

ada siswa yang mengangkat tangan, guru kembali mengajukan pertanyaan ”Masih

ingatkah kamu tentang definisi garis tinggi pada segitiga?”. Siswa tidak
34

memberikan respon pada pertanyaan guru. Kemudian guru menyebutkan definisi

dari garis tinggi pada segitiga. Guru meminta salah satu siswa untuk membuat

garis tinggi pada segitiga KLM. Selanjutnya guru menyebutkan bahwa materi

tersebut adalah materi prasyarat yang akan digunakan untuk menemukan aturan

sinus. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Pada kegiatan inti, guru memberikan informasi awal tentang aturan sinus.

Guru mengatakan bahwa dalam aturan sinus, akan terlihat hubungan antara besar

sudut dengan panjang sisi dihadapan sudut dalam segitiga sebarang. Pembelajaran

dilanjutkan dengan menjelaskan teknis pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada saat guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok yang

telah diumumkan, sebagian siswa ribut untuk berpindah kelompok. Sebagian

menggunakan kesempatan ini untuk bergurau. Guru memberi teguran kepada

siswa tersebut. Guru memberikan arahan kepada siswa untuk segera duduk

berkelompok karena waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas kelompok

terbatas. Setelah siswa duduk pada kelompoknya, guru membagikan LKS kepada

setiap anggota kelompok. Guru meminta siswa untuk membaca petunjuk yang ada

pada LKS dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara individu. Untuk

mengantisipasi agar siswa tidak bekerja sama dengan teman satu kelompok, guru

mengatur posisi kursi masing-masing anggota kelompok.

Pada saat mengerjakan LKS 1 masih banyak siswa yang bertanya pada

guru tentang cara mengerjakan LKS tersebut. Guru mengarahkan siswa untuk

membaca LKS dengan teliti dan mengikuti langkah-langkah yang terdapat dalam

LKS. Guru berkeliling dan memantau siswa mengerjakan LKS. Beberapa orang
35

siswa tampak tidak mengerjakan LKS. Guru menghampiri siswa tersebut dan

menanyakan kendala yang dialami dalam mengerjakan LKS. Siswa tersebut

mengalami kesulitan dalam menentukan garis tinggi segitiga ABC yang terdapat

di dalam LKS. Guru meminta siswa tersebut menyebutkan kembali definisi garis

tinggi pada segitiga. Dari definisi tersebut guru meminta siswa membuat garis

tinggi segitiga ABC. Siswa tersebut tampak ragu-ragu dalam membuat salah satu

garis tinggi. Guru meyakinkan siswa bahwa garis tinggi yang dibuat sudah benar.

Guru memberikan motivasi berupa pujian pada siswa tersebut dan meminta siswa

melanjutkan kerjanya. Guru melakukan hal yang sama untuk siswa lain yang

terlihat tidak mengerjakan LKS. Guru memberikan arahan tentang pentingnya

mengerjakan LKS kepada siswa. Beberapa siswa tampak berusaha melihat

jawaban temannya dalam mengerjakan LKS. Guru memberikan teguran pada

siswa tersebut dan meminta siswa untuk mengerjakannya sendiri. Jika terdapat

hal-hal yang tidak dipahami, guru mempersilakan siswa bertanya pada guru.

Sebagian besar siswa mengalami kesulitan mengerjakan kegiatan 2. Siswa tidak

mengerti cara membuat garis tinggi pada segitiga tumpul. Guru meminta siswa

untuk teliti membaca petunjuk yang ada di LKS, kemudian guru membuat salah

satu garis tinggi pada segitiga tumpul di papan tulis. Selanjutnya guru meminta

siswa untuk membuat dua garis tinggi lainnya pada LKS dan meneruskan

pekerjaannya.

Setelah waktu untuk mengerjakan LKS secara individu habis, guru

meminta siswa untuk menggeser kursi agar berdekatan dengan pasangannya

dalam satu kelompok. Ada satu pasang siswa yang tidak mau duduk berdekatan,
36

kemudian guru memberikan bimbingan kepada pasangan siswa tersebut jika

duduk berpasangan akan lebih mudah berdiskusi. Pada saat berpasangan, ada

siswa yang hanya menyalin jawaban temannya, guru memberikan teguran pada

siswa tersebut. Guru mengatakan kepada masing-masing siswa agar memahami

jawaban yang dibuat pada LKS karena pada akhir pembelajaran guru akan

menunjuk salah satu siswa secara acak untuk mempresentasikan jawaban di depan

kelas. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban yang telah diperoleh

dengan pasangannya. Ada beberapa pasangan siswa yang masih bekerja secara

individu. Guru mengarahkan siswa tersebut untuk saling berbagi dengan pasangan

dalam mengerjakan LKS. Pada saat fase pair, beberapa pasangan bertanya tentang

alasan terdapat dua kemungkinan nilai sinus. Guru meminta siswa membaca LKS

dengan teliti dan mengingat kembali tentang pelajaran sebelumnya, yaitu nilai

trigonometri dalam berbagai kuadran. Guru memberikan penjelasan secara

klasikal bahwa nilai sinus suatu sudut akan sama dengan nilai sinus sudut

pelurusnya. Oleh karena itu, terdapat dua kemungkinan untuk sudut C.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk kembali berdiskusi. Waktu untuk fase pair

telah habis. dua pasang siswa telah selesai mengerjakan LKS, sementara pasangan

lain belum selesai. Guru memberikan tambahan waktu pada pasangan lain untuk

mengerjakan LKS selama 5 menit. Guru juga meminta pasangan yang telah

selesai untuk memeriksa kembali hasil kerjanya.

Selanjutnya, guru meminta setiap pasangan untuk membandingkan hasil

diskusi berpasangan dengan pasangan lain dalam satu kelompok. Guru meminta

setiap pasangan agar berdiskusi kembali jika terdapat perbedaan jawaban. Siswa
37

juga diminta untuk menentukan jawaban kelompok untuk dipresentasikan didepan

kelas. Pada fase ini, ada beberapa kelompok yang belum serius berdiskusi. Guru

mengarahkan kelompok tersebut untuk berdiskusi. Pada saat fase square,

kelompok 7 memperoleh panjang sisi a yang berbeda dari kelompok yang lainnya

karena pada kelompok 7 pembulatan nilai dari sinus A digunakan satu dibelakang

koma. Guru meminta siswa untuk mencari letak perbedaannya dan mendiskusikan

dalam kelompok. Kesalahan yang dilakukan pasangan siswa di kelompok 7 keliru

dalam menentukan nilai sinus sudut A. Sedangkan kesalahan pada masing-masing

kelompok terjadi karena pada saat mencari nilai sinus sudut A pada kalkulator,

siswa lupa cara mencari nilai sudut. Selanjutnya, guru mengingatkan semua

kelompok agar memeriksa mode sudut pada kalkulator sebelum menggunakannya

untuk menentukan nilai sinus suatu sudut.

Guru menunjuk siswa yang akan mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Siswa tersebut berasal dari kelompok 1. Pada awalnya, perwakilan dari kelompok

1 hanya mau menuliskan jawabannya di papan tulis. Kemudian guru memberikan

pengarahan agar siswa tersebut berani mempresentasikan apa yang ditulisnya.

Mendengar pengarahan dari guru, akhirnya siswa tersebut mau memberikan

penjelasan atas jawaban yang dibuatnya walaupun masih terlihat malu-malu dan

dengan suara pelan. Pada saat presentasi ini, kelompok lain kurang

memperhatikan. Guru mengingatkan siswa untuk memperhatikan presentasi yang

dilaksanakan dan membandingkan hasil presentasi dengan hasil kelompok. pada

saat guru meminta tanggapan dari kelompok lain, kelompok lain hanya menjawab

sudah benar tanpa melihat langkah demi langkah yang dipresentasikan oleh
38

temannya. Guru memberikan teguran pada siswa yang tidak memperhatikan

presentasi dan memintanya untuk memberikan tanggapan. Siswa tersebut

mengatakan bahwa jawaban yang dipresentasikan sama dengan jawaban

kelompoknya. Setelah presentasi selesai, guru memberikan pujian verbal kepada

siswa yang mempresentasikan jawaban. Karena waktu pelajaran telah habis, guru

tidak memberikan penghargaan pada kelompok lain maupun membimbing siswa

membuat kesimpulan. Guru mengingatkan pada siswa agar pada pertemuan

selanjutnya semua siswa telah duduk berdekatan dengan kelompoknya. Guru

langsung menutup pelajaran dan meminta siswa untuk membaca materi pada

pertemuan selanjutnya yaitu tentang aturan kosinus. Pada pertemua kedua

pengamat menyarankan siswa lebih diarahkan untuk duduk berdekatan dengan

kelompoknya untuk menghemat waktu, waktu untuk diskusi disesuaikan dengan

kerumitan materi karena masih ada kegiatan penutup yang belum terlaksana

sesuai dengan RPP dan melibatkan secara aktif siswa pada saat memberikan

motivasi, menyampaikan tujuan, dan pada saat membimbing apersepsi.

2) Pertemuan Kedua (Senin, 12 Maret 2011)

Pada pertemuan kedua guru berpedoman pada rencana pelaksanaan

pembelajaran-2 (lampiran B2) dengan menggunakan LKS-2 (lampiran C2).

Kegiatan pembelajaran terlambat selama 10 menit. Hal ini terjadi karena tidak ada

kejelasan bahwa apakah siswa akan mengikuti upacara bendera atau langsung

mengikuti pelajaran. Setelah semua siswa masuk kelas, guru meminta ketua kelas

untuk memimpin salam. Kegiatan dilanjutkan dengan memeriksa kehadiran siswa.


39

Berdasarkan hasil diskusi dengan pengamat, pada pertemuan kedua ini

guru melakukan beberapa perbaikan. Perbaikan yang dilakukan adalah guru

berusaha melibatkan secara aktif siswa pada saat memberikan motivasi,

menyampaikan tujuan, dan pada saat membimbing apersepsi. Selain itu, pada saat

fase think, guru tidak mengorganisasikan siswa dalam bentuk kelompok seperti

pada pertemuan pertama. Guru membiarkan siswa tetap pada posisi kegiatan awal

pembelajaran namun siswa sudah duduk berdekatan dengan kelompoknya. Guru

juga mengupayakan agar siswa aktif dalam pembelajaran dengan memberikan

nilai tambahan bagi siswa yang menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Guru memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada

siswa “Apakah diantara kalian ada yang pernah melihat jembatan gantung ?”.

Sebagian besar siswa menjawab belum pernah. Guru mengatakan “Jika ada

kesempatan, silakan kalian berkunjung ke jembatan gantung yang sudah banyak

ada di indonesia. Disana kalian akan melihat bahwa badan jembatan dihubungkan

dengan tiang penyangga dengan menggunakan tali yang sangat kokoh hingga

membentuk suatu segitiga. Panjang tali dan besarnya sudut yang dibentuk oleh tali

dengan badan jembatan akan mempengaruhi kekuatan jembatan. Oleh karena itu,

seorang arsitek harus mampu menentukan komposisi yang tepat antara panjang

tali yang digunakan dan besar sudut yang dibentuk oleh tali terhadap badan

jembatan. coba bayangkan bagaimana jika seorang arsitek salah dalam

menentukan komposisinya. Menurut kalian, apakah jembatan tersebut aman untuk

digunakan?” siswa menjawab “ Tidak”. Kemudian guru melanjutkan “Nah,

Mungkinkah seorang arsitek melakukan pengukuran langsung untuk menentukan


40

komposisinya? Tentu sulit, bukan. Untuk memudahkan pekerjaannya, seorang

arsitek menggunakan suatu aturan yang dapat menghitung panjang sisi suatu

segitiga jika panjang dua sisi lainnya dan besar sudut dihadapan sisi tersebut

diketahui. Dalam matematika aturan ini disebut sebagai aturan cosinus”.

Selanjutnya, guru menjelaskan bahwa pada pertemuan ini siswa akan

diberi kesempatan untuk menemukan aturan cosinus untuk segitiga lancip dan

segitiga tumpul. Selain itu, siswa juga harus mampu menentukan panjang sisi

suatu segitiga apabila panjang dua sisi lain dan besar sudut dihadapan sisi

diketahui.

Guru memulai apersepsi dengan menuliskan judul materi di papan tulis

dan menggambar segitiga siku-siku ABC dengan besar sudut A sama dengan α.

Kemudian guru bertanya kepada siswa “Siapa yang bisa menyebutkan

perbandingan cosinus untuk sudut α?”. Ada beberapa siswa mengangkat tangan.

c
Kemudian guru menunjuk salah satu siswa. Siswa tersebut menjawab cos α=¿
b

Guru memberikan penguatan verbal berupa pujian terhadap siswa tersebut.

Selanjutnya guru kembali mengajukan pertanyaan “ Siapa yang bisa menyebutkan

teorema phytagoras yang berlaku pada segitiga ABC?”. Hampir semua siswa yang

mengangkat tangan. Guru mempersilahkan seorang siswa menjawab pertanyaan

dengan benar dan guru kemudian memberikan pujian kepada siswa tersebut. Guru

menegaskan kepada siswa bahwa dua konsep ini akan digunakan untuk

menemukan aturan cosinus.


41

Guru memberikan informasi awal tentang aturan cosinus dengan

mengatakan bahwa dalam satu segitiga terdapat tiga aturan cosinus. Aturan

cosinus memuat hubungan antara panjang salah satu sisi dengan besar sudut

dihadapan sisi tersebut serta panjang dua sisi lain. Guru melanjutkan pembelajaran

dengan menjelaskan bahwa teknis pembelajaran yang dilakukan sama dengan

pembelajaran sebelumnya.

Selanjutnya guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan meminta

siswa mengerjakan LKS selama 20 menit. Selama siswa mengerjakan LKS, guru

berkeliling memantau pekerjaan siswa. Guru juga mengawasi agar tidak ada siswa

yang menyalin pekerjaan temannya. Selama proses think, masih ada siswa yang

berusaha melihat jawaban teman disampingnya. Ada juga siswa yang belum serius

mengerjakn LKS. Guru memberikan teguran kepada siswa tersebut. Guru

meminta siswa agar tidak melihat atau memberikan jawaban LKS kepada teman

disebelahnya karena hal itu hanya akan merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Guru juga memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam

mengerjakan LKS. Pada saat mengerjakan LKS, beberapa orang siswa bertanya

tentang cara mengisi persamaan 3. Guru memberikan bimbingan kepada siswa

tersebut. Guru meminta siswa memperhatikan persamaan 2 yang telah dibuat oleh

siswa. Pada persamaan 2, siswa telah menentukan nilai AD. Sehingga, siswa

harus mensubtitusikan nilai AD untuk memperoleh persamaan 3. Selanjutnya,

guru meminta siswa untuk meneruskan pekerjaannya.

Setelah waktu untuk fase think habis, guru meminta siswa untuk

menggeser kursi berdekatan dengan pasangannya. Siswa diminta untuk


42

mendiskusikan hasil kerja dengan pasangannya. Pada saat fase pair, masih ada

beberapa pasangan yang tidak berdiskusi. Guru memberikan arahan kepada

pasangan tersebut untuk saling berbagi pengetahuan. Guru meminta siswa untuk

tidak hanya menyalin pekerjaan temannya karena pada akhir pembelajaran guru

akan menunjuk siswa secara acak untuk mewakili kelompok dalam

mempresentasikan jawaban kelompok. Setelah tahap pair habis, guru meminta

bangku pada baris pertama dan ketiga mengadapkan kursi kebelakang sehingga

mereka dapat bertemu dengan pasangan lain yang telah ditetapkan. Guru meminta

siswa untuk mencocokkan jawaban namun nasih terlihat masih ada siswa yang

bekerja secara individu dan ada juga siswa yang tidak berdiskusi dengan

kelompoknya dan sibuk dengan bermain HP, guru memberikan teguran kepada

siswa bahwa materi ini sangat diperlukan karena sebagai penunjang materi yang

akan datang. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban jika

terjadi perbedaan jawaban dengan pasangan lain. Pada saat memantau diskusi

yang dilakukan siswa, guru menemukan beberapa pasangan yang memiliki

jawaban berbeda dengan pasangan lain dalam kelompoknya. Guru meminta

kelompok tersebut untuk mencermati jawaban hasil diskusi berpasangan.

Perbedaan jawaban ini terjadi karena ada pasangan yang kurang teliti dalam

melakukan operasi hitung. Ada pasangan yang salah dalam mengalikan bilangan

positif dan bilangan negatif. Selanjutnya, siswa diarahkan untuk mempersiapkan

seluruh anggotanya agar dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan baik. Guru

meminta siswa agar setiap anggota memahami jawaban yang telah diputuskan

sebagai jawaban kelompok. Guru mengingatkan bahwa nilai individu akan


43

dijadikan nilai kelompok. Pada saat diskusi berempat ada beberapa siswa yang

tidak serius berdiskusi. Guru memberikan teguran kepada siswa tersebut.

Setelah waktu untuk diskusi habis, guru menunjuk siswa dari kelompok 5

untuk mempresentasikan jawaban kelompoknya. Pada waktu presentasi, siswa

agak malu-malu. Siswa hanya membacakan apa yang ditulisnya. Guru

mengarahkan siswa agar percaya diri dalam melakukan presentasi. Pada saat

presentasi, masih ada siswa yang tidak memperhatikan. Guru memberi teguran

pada siswa tersebut. setelah presentasi selesai, guru meminta tanggapan dari

kelompok lain. Siswa dari kelompok 6 memberi tanggapan dengan mengatakan

bahwa untuk menentukan panjang sisi b yang diperoleh oleh kelompok 5 salah.

Selanjutnya, guru meminta siswa tersebut untuk mempresentasikan hasil yang

diperoleh oleh kelompoknya. Setelah dibandingkan, kesalahan ini terjadi karena

kelompok tersebut salah dalam menentukan tanda penulisan pada kertas kartun

yang di presentasikan. Setelah presentasi selesai, guru memberikan penguatan

verbal pada siswa yang melakukan presentasi. Guru juga memuji kelompok 5

yang telah mempresentaskan jawabannya karena telah melakukan diskusi dengan

baik. Guru juga memberikan motivasi pada kelompok 6 agar lebih teliti dalam

menyelesaikan soal. Guru memberikan pujian kepada kelompok lain yang telah

kritis dalam memberikan tanggapan terhadap kelompok penyaji. Sesuai dengan

janji yang diberikan guru sebelumnya, guru memberikan poin keaktifan pada

kelompok yang telah melakukan presentasi dan kelompok yang memberikan

tanggapan. Bagi yang belum mendapat kesempatan, guru akan memberikan


44

kesempatan pada pertemuan selanjutnya. Bagi yang sudah presentasi, tidak

menutup kemungkinan akan terpilih lagi pada kesempatan selanjutnya.

Pada akhir pembelajaran, guru meminta langsung menyimpulkan materi

yang telah dipelajari. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan pr kepada siswa

dan meminta siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan

selanjutnya.

3) Pertemuan Ketiga (Kamis, 15 Maret 2012)

Pada pertemuan ketiga ini, pembelajaran membahas tentang materi

menentukan besar sudut segitiga apabila panjang ketiga sisinya diketahui. Guru

berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran-3 (lampiran B3) dengan

menggunakan LKS-3 (lampiran C3). Guru memulai pembelajaran dengan

meminta ketua kelas memimpin do`a dan salam. Selanjutnya, guru menanyakan

kehadiran siswa pada ketua kelas. Semua siswa hadir pada pertemuan ini. Guru

meminta siswa mengumpulkan pr yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.

Semua siswa mengumpulkan pr. Guru bertanya pada siswa “ Apakah ada soal

yang sulit atau tidak bisa diselesaikan?”. Siswa menjawab tidak ada. Kemudian

guru mengatakan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan

harian. Materi yang akan diujikan adalah materi tentang aturan sinus, aturan

kosinus dan materi yang akan dipelajari pada hari ini.

Guru melanjutkan pelajaran dengan mengajukan pertanyaan “ Apakah

diantara kamu masih ada yang memiliki sepeda di rumah? “. Sebagian siswa

menjawab ada, sebagian menjawab tidak ada. Kemudian guru melanjutkan “ Coba

kalian perhatikan bentuk kerangka sepeda. Kerangka sepeda sengaja dibuat dalam
45

bentuk segitiga. Hal ini dilakukan agar sepeda tersebut dapat menahan beban

pengendaranya. Agar pengendara merasa nyaman, jarak antara tempat duduk

pengendara dan stang harus diperhitungkan. Bagaimana jika jaraknya terlalu jauh

atau terlalu dekat? Apakah sepeda tersebut masih nyaman digunakan? “. Siswa

menjawab “ Tidak”. Guru melanjutkan “Untuk itu, seorang pembuat sepeda harus

mampu menentukan besar sudut yang dapat dibentuk jika panjang potongan

kerangka telah ditetapkan. Nah, pada pertemuan ini kita akan membahas cara

menentukan besar sudut yang dapat dibentuk suatu segitiga jika panjang sisi-

sisinya telah diketahui”.

Guru menuliskan judul materi yang akan dipelajari di papan tulis.

Selanjutnya, guru membimbing siswa melakukan apersepsi. Guru menggambar

segitiga sebarang KLM di papan tulis. Kemudian guru meminta siswa

menyebutkan kembali aturan cosinus yang berlaku pada segitiga sebarang KLM.

Siswa bersemangat dalam menjawab pertanyaan guru. Siswa mengangkat tangan

dan mengajukan diri agar diperbolehkan menjawab pertanyaan guru. Guru

menenangkan siswa dan guru menunjuk siswa yang boleh menjawab pertanyaan

yang diajukan. Siswa tersebut menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru

memberikan penguatan verbal kepada siswa tersebut. Kemudian guru

menyampaikan bahwa dengan menggunakan aturan cosinus, kita dapat

menurunkan rumus yang dapat digunakan untuk menentukan besar sudut-sudut

segitiga apabila panjang ketiga sisinya diketahui. Pada pertemuan kali ini, guru

tidak lagi menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan pembelajaran. Guru


46

mengatakan kepada siswa bahwa pembelajaran yang dilaksanakan pada hari ini

sama dengan pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya.

Selanjutnya guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa. Guru

memberikan waktu 15 menit untuk menyelesaikan LKS. Guru berkeliling

memantau pekerjaan siswa dan memberikan pengarahan jika siswa mengalami

kesulitan. Guru mengecek hasil kerja siswa dan selalu memberikan motivasi

berupa pujian verbal kepada siswa agar bersemangat dalam mengerjakan LKS.

Beberapa siswa meminta guru untuk mengoreksi hasil kerjanya. Guru meminta

siswa tersebut untuk percaya diri dan mendiskusikan hasil kerjanya dengan

pasangan pada fase pair. Pada pertemuan ini, sebagian besar siswa telah memiliki

kesadaran untuk mengerjakan LKS secara individu. Setelah waktu untuk fase

think habis, guru meminta siswa untuk menggeser kursi agar bisa duduk

berpasangan. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan LKS bersama

pasangannya. Guru kembali mengingatkan siswa untuk bekerja sama dengan

pasangannya dalam memahami penyelesaian LKS. Guru memberikan waktu

selama 15 menit. Siswa berdiskusi dengan pasangannya. Guru memantau siswa

dalam berdiskusi dan mengarahkan siswa untuk saling berbagi pengetahuan

dengan pasanganya. Selama fase pair ada beberapa pasangan yang meminta agar

jawabannya dikoreksi. Guru mengatakan pada siswa tersebut agar percaya diri

dengan jawaban yang telah dibuat. Selanjutnya, guru meminta pasangan siswa

pada baris keempat dan ketiga membalikkan kursi kebelakang. Namun, sebagian

pasangan menyatakan bahwa mereka belum selesai mengerjakan LKS. Guru

memberikan tambahan waktu 5 menit. Selanjutnya, guru meminta siswa


47

membentuk kelompok berempat seperti pertemuan sebelumnya. Guru meminta

siswa mencocokkan jawaban dengan pasangan yang lain. Jika ada perbedaan,

siswa diminta untuk kembali mendiskusikannya. Siswa juga diminta untuk

menentukan jawaban kelompok yang akan dipresentasikan di depan kelas. Guru

memberikan waktu selama 10 menit. Namun, sebelum waktu habis, 4 kelompok

telah menyelesaikan LKS. Guru meminta kelompok tersebut mempersiapkan diri

untuk melakukan presentasi. Setelah waktu untuk fase square habis, guru meminta

perwakilan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

Beberapa siswa mengajukan diri untuk melakukan presentasi dengan mengangkat

tangannya. Guru menunjuk siswa dari kelompok 1 untuk mewakili kelompoknya

melakukan presentasi. Siswa tersebut tampak kurang percaya diri saat presentasi,

karena baru pertama kalinya siswa untuk diminta presentasi ke depan kelas. Pada

saat presentasi, guru meminta semua siswa untuk menghadap ke depan kelas.

Ketika siswa meminta tanggapan dari kelompok lain, kelompok lain menjawab

bahwa jawaban mereka sama. Selanjutnya, guru memberikan pujian pada siswa

yang telah mempresentasikan jawaban. Demikian pula pada kelompok yang telah

diwakili oleh siswa tersebut. Seperti pertemuan sebelumnya, guru memberikan

poin keaktifan pada kelompok yang melakukan presentasi. Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok lain berupa pujian verbal.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pada hari

ini. Guru membuat segitiga sebarang SQR dan meminta siswa untuk menentukan

besar sudut S, Q, dan R. Siswa antusias dan berebut ingin menyebutkan

rumusnya. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menyebutkan rumusnya. Guru


48

memberikan pujian pada siswa tersebut. Guru kembali merangkum kesimpulan

yang dibuat siswa.

Guru meminta siswa untuk merapikan kursi seperti pada posisi awal.

Selanjutnya, guru membagikan tugas individu pada siswa dan meminta siswa

mengerjakannya secara individu dikertas selembar. Guru memantau siswa dalam

mengerjakan tugas tersebut. Karena waktu habis, sementara siswa belum selesai,

guru mempersilakan siswa untuk menjadikannya pr. Guru juga mengingatkan

siswa agar mengambil kembali buku pr di meja guru pada jam istirahat kedua.

Guru kembali mengingatkan bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan

harian. Siswa diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi ulangan harian

tersebut.

4) Pelaksanaan Ulangan Harian I (Senin, 26 Maret 2012)

Setelah tiga kali pertemuan, guru melaksanakan ulangan harian I dengan

memberikan tes hasil belajar pada sub pokok aturan sinus dan cosinus. Tes

dilaksanakan selama 90 menit, soal terdiri dari 4 butir sesuai dengan indikator

yang telah disediakan oleh guru (Lampiran E1).

Pada menit ke 60 ada dua orang siswa yang menyatakan telah selesai

mengerjakan soal yang diberikan. Guru meminta siswa tersebut untuk memeriksa

kembali pekerjaannya. Guru memberikan peringatan kepada beberapa siswa yang

berusaha menyalin pekerjaan temannya. Guru menengaskan kepada siswa untuk

mengerjakan soal ulangan masing-masing. Setelah waktu yang ditentukan habis,

seluruh siswa mengumpulkan jawabannya.

b. Refleksi Siklus Pertama


49

Berdasarkan lembar pengamatan, selama melakukan tindakan sebanyak

tiga kali pertemuan terdapat beberapa kelemahan-kelemahan yang dilakukan oleh

guru dan siswa. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain:

1) Guru belum mampu mengaktifkan semua siswa pada saat kegiatan awal

pembelajaran dan pada saat membuat kesimpulan.

2) Guru kurang efisien dalam mengorganisasikan siswa dalam kelompok. Hal

ini terlihat pada saat fase think. Guru meminta siswa duduk membentuk

kelompok berempat. Walaupun kursi antar siswa sudah diberi jarak, namun

kondisi ini membuat siswa memiliki kesempatan untuk menyalin jawaban

temannya. Beberapa siswa juga belum serius dalam mengerjakan LKS pada

saat think.

3) Pada fase pair, ada siswa yang hanya menyalin pekerjaan temannnya tanpa

berdiskusi, ada juga siswa yang tetap mengerjakannya secara individu.

4) Pada fase square, masih ada kelompok yang belum berdiskusi. Anggota

kelompok tersebut masih ada yang bekerja secara individu, ada pula yang

tidak terlibat diskusi.

5) Guru kurang efektif dalam menggunakan waktu sehingga ada beberapa poin

dari RPP yang tidak terlaksana.

Berdasarkan refleksi siklus I, peneliti menyusun rencana perbaikan sebagai

berikut:

1) Berusaha mengaktifkan semua siswa dalam proses pembelajaran dengan

memberikan motivasi berupa tambahan nilai bagi siswa yang aktif. Upaya

lain yang dilakukan adalah jika siswa yang bersedia menjawab pertanyaan
50

yang diajukan guru telah sering mengajukan diri, maka guru yang akan

menunjuk siswa lain untuk menjawabnya.

2) Pada saat fase think, siswa tidak diorganisasikan dalam bentuk kelompok.

Siswa duduk secara individu seperti pada saat kegiatan awal pembelajaran.

Setiap kursi siswa diberi jarak dengan kursi disebelahnya. Hanya saja, siswa

dikondisikan agar duduk besebelahan dengan pasangannya sehingga pada

saat fase pair, siswa dapat menggeser kursi mendekati pasangannya.

Demikian pula pada fase pair, setiap pasangan siswa hanya membalikkan

kursi ke belakang untuk membentuk kelompok berempat. Guru juga

memberikan arahan kepada siswa tentang pentingnya mengerjakan LKS

secara individu. Arahan yang diberikan berupa penjelasan bahwa fase think

akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

3) Memberikan arahan pada siswa untuk berdiskusi pada fase pair. Arahan

yang diberikan berupa penjelasan tentang pentingnya bekerja sama dengan

pasangan untuk memahami materi yang terdapat dalam LKS. Guru juga

memberikan motivasi pada siswa agar bersedia berdiskusi dengan pasangan.

Motivasi diberikan dengan mengatakan pada siswa bahwa pada saat

presentasi, guru yang akan memilih siswa secara acak untuk

mempresentasikan LKS. Jika siswa tersebut dapat mempresentasikan LKS

dengan baik, maka seluruh anggota dikelompoknya juga akan mendapat

poin keaktifan.

c. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kedua


51

Untuk siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dan satu kali

ulangan harian. Pada siklus kedua ini peneliti masih tetap menerapkan langkah-

langkah pembelajaran pada siklus pertama dengan memperbaiki kekurangan-

kekurangan berdasarkan refleksi pada siklus pertama.

1) Pertemuan Keempat ( Kamis, 29 Maret 2012)

Pada pertemuan keempat ini, kegiatan pembelajaran membahas tentang

menentukan luas segitiga apabila panjang dua sisi dan besar sudut yang diapit

oleh kedua sisi tersebut diketahui. Guru melaksanakan pembelajaran dengan

berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran-4 (Lampiran B4) dengan

menggunakan LKS-4 ( Lampiran C4).

Guru mengarahkan ketua kelas untuk memimpin doa. Selanjutnya guru

menanyakan tentang kehadiran siswa. Semua siswa hadir dalam pertemuan ini.

Pembelajaran diawali dengan mengumumkan kelompok-kelompok yang

memperoleh penghargaan super dan hebat. Guru menjelaskan bahwa penghargaan

kelompok didapatkan dari nilai ulangan masing-masing anggota kelompok. Guru

juga memberikan arahan kepada siswa untuk saling berbagi dan bekerjasama

dengan anggota kelompok dalam memahami materi sehingga masing-masing

anggota kelompok dapat memperoleh nilai yang tinggi. Guru memberikan

motivasi kepada siswa dengan mengatakan bahwa semua siswa memiliki

kemampuan yang baik dalam bidang matematika. Hal ini dilihat dari hasil ulangan

yang telah dilaksanakan. Guru menekankan agar semua siswa terus


52

mempertahankan kemampuan yang dimiliki bahkan harus terus ditingkatkan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan adalah dengan berupaya

mengerjakan LKS secara individu dan selanjutnya mendiskusikan hasil kerjanya

secara berpasangan dan kelompok. Siswa juga harus meningkatkan partisipasi

dalam proses pembelajaran. Jika semua berpartisipasi aktif maka pada ulangan

selanjutnya nilai yang diperoleh juga akan semakin baik.

Guru melanjutkan pelajaran dengan membuat sebuah gambar segitiga

siku-siku ABC di papan tulis. Kemudian guru mengajukan pertanyaan, “ Apa

rumus luas segitiga ABC?”. Beberapa orang mengacungkan tangan. Kemudian

guru mengarahkan “ Coba yang lain, yang belum pernah menjawab, ayo, siapa

yang bisa ibu berikan nilai “. Kemudian guru menunjuk salah satu siswa yang

1
mengajukan diri. Siswa tersebut menjawab L=¿ a . t . Kemudian guru kembali
2

mengajukan pertanyaan pada siswa tersebut “ Sisi apa yang merupakan tinggi dari

segitiga ABC ?”. Siswa tersebut menjawab “ Sisi a “. Guru melanjutkan “ Sisi apa

yang merupakan alasnya?”. Siswa tersebut menjawab “ Sisi c “ . Guru kemudian

mengarahkan “ Lalu, apa rumus luas untuk segitiga ABC?”. Siswa tersebut

1
menjawab “ L=¿ c . a “. Selanjutnya guru memberikan pujian verbal kepada
2

siswa tersebut. Guru menambahkan keterangan pada segitiga ABC, yaitu besar

sudut A¿ A . Guru kembali mengajukan pertanyaan “ Apa perbandingan sinus

untuk sudut A?”. Sebagian besar siswa mengajukan diri. Kemudian guru

menunjuk salah satu siswa untuk menjawab. Siswa tersebut mengatakan “


53

a
sin A=¿ “. Guru juga memberikan pujian verbal pada siswa tersebut karena
b

telah menjawab dengan benar. Guru kembali melanjutkan “ jika diketahui besar

sudut B=B dan C=C , siapa yang bisa menyebutkan aturan sinus yang berlaku

a b c
pada segitiga ABC?” . Salah satu siswa menjawab “ = = “ . guru
sin A sin B sin C

membenarkan jawaban siswa tersebut dan memberikan pujian verbal. Guru

memberikan pujian pada seluruh siswa dengan mengatakan “Wah, sepertinya

ulangan selanjutnya semuanya akan dapat nilai seratus”. Siswa terlihat semangat

dengan motivasi yang diberikan oleh guru. Nah, sekarang pertanyaan terakhir,

siapa yang bisa menjawab “ Bagaimana cara menghitung luas segitiga jika tinggi

segitiga tidak diketahui dan segitiganya bukan segitiga siku-siku?”. Siswa tidak

memberikan respon atas pertanyaan guru. Selanjutnya guru menggambar sebuah

segitiga sebarang ABC. Selanjutnya, guru mengatakan bahwa ada banyak cara

menentukan luas segitiga. Cara yang digunakan tergantung pada komponen-

komponen segitiga yang diketahui. Nah, pada pertemuan ini kita akan

menurunkan rumus luas segitiga apabila panjang dua buah sisi dan besar sudut

yang diapit oleh kedua sisi tersebut diketahui. Selanjutnya, kita akan

menggunakan rumus tersebut untuk menentukan luas segitiga dan menentukan

luas segitiga apabila panjang dua buah sisi dan besar sudut dihadapan sisi

diketahui. Untuk menurunkan rumus tersebut, kita akan menggunakan rumus luas

segitiga siku-siku, perbandingan sinus pada segitiga dan aturan sinus.

Selanjutnya guru memberikan informasi awal mengenai materi yang akan

dipelajari. Guru mengatakan bahwa kita akan menemukan hubungan antara


54

panjang dua sisi segitiga dengan besar sudut yang diapitnya. Guru juga

mengatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada hari ini sama dengan

pembelajaran yang dilakukan sebelum ulangan harian. Guru membagikan LKS

kepada seluruh siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara individu.

Pada saat fase think, ada beberapa siswa yang bertanya tentang kegiatan

satu. Siswa tidak dapat mensubtitusi persamaan (2) kepersamaan (1). Guru

memeriksa hasil kerja siswa. Ternyata siswa salah dalam menentukan rumus luas

1
pada persamaan (1). Siswa membuat rumus luas pada persamaan (1) L=¿ a.t .
2

selanjutnya guru menjelaskan secara klasikal bahwa untuk membuat rumus

luasnya, siswa harus memperhatikan nama segitiganya. Guru menggambarkan

segitiga sebarang ABC yang terdapat pada LKS di papan tulis. Kemudian guru

bertanya “ sisi apa yang menjadi alas segitiga ABC?”. Siswa menjawab “ sisi c”.

guru melanjutkan “ berdasarkan garis tinggi yang kalian buat sebelumnya, sisi apa

yang menjadi tinggi segitiga?”. Siswa menjawab “Sisi h”. Kemudian guru

mengatakan “ Jadi, apa rumus luas untuk segitiga ABC?”. Siswa menjawab “L=¿

1
c . h “. dari penjelasan tersebut, akhirnya siswa dapat melanjutkan mengerjakan
2

LKS. Pada saat fase think semua siswa mengerjakan LKS. Tidak ada lagi siswa

yang menyalin pekerjaan temannya. Pada saat fase think, guru berkeliling

memantau pekerjaan siswa.

Setelah waktu untuk fase think habis, guru meminta siswa untuk

menggeser kursi berdekatan dengan pasangannya. Guru meminta siswa


55

mendiskusikan LKS bersama pasangannya. Guru mengarahkan pada setiap siswa

untuk saling bekerja sama dalam memahami LKS. Pada saat fase pair ada 2

pasangan yang bertanya pada guru tentang boleh atau tidaknya jika kita hanya

membuat salah satu luas segitiganya. Guru menjawab bahwa luas segitiga harus

dibuat keduanya karena berdasarkan nilai sinus terdapat dua sudut P yang

memenuhi. Pada pertemuan ini semua siswa aktif berdiskusi dengan pasangannya.

Beberapa siswa yang salah dalam mengerjakan LKS memperbaiki kesalahannya.

Umumnya, kesalahan siswa terjadi karena siswa kurang teliti dalam melakukan

operasi hitung.

Selanjutnya guru meminta siswa untuk membentuk kelompok berempat

dan setiap pasangan mendiskusikan hasil kerjanya. Guru meminta pasangan yang

memiliki jawaban berbeda dengan pasangan lainnya untuk mendiskusikan lagi

jawabannya. Pada umumnya, perbedaan jawaban terjadi karena masih ada

pasangan yang kurang teliti dalam melakukan perhitungan. Guru juga meminta

siswa untuk melengkapi LKS nya. Guru mengingatkan agar setiap anggota saling

membantu dalam mengerjakan LKS karena guru akan menunjuk perwakilan

kelompok untuk mempresentasikan jawabannya. Dan perwakilan kelompok akan

bertanggung jawab pada kelompoknya.

Setelah diskusi selesai, guru meminta perwakilan kelompok yang bersedia

mempresentasikan jawaban kelompok. Pada pertemuan ini, kesempatan pertama

diperoleh kelompok 5.. Perwakilan kelompok 5 mempresentasikan hasil

diskusinya. Kelompok lain memberi tanggapan dengan mengatakan bahwa

jawaban kelompok 5 sudah benar. Guru kemudian memberikan tanggapan atas


56

presentasi dengan memberikan pujian verbal karena perwakilan kelompok 5 telah

mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik. Guru juga memberikan

penghargaan berupa pujian verbal dan poin keaktifan pada kelompok 5 karena

telah berdiskusi dengan baik. Guru juga memberikan pujian pada kelompok lain

karena pada hari ini semua kelompok telah berdiskusi dengan baik.

Diakhir pelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran pada

pertemuan hari ini. Guru memberikan pekerjaan rumah pada siswa dan

mengingatkan siswa untuk mempelajari materi tentang luas segitiga apabila besar

dua sudut dan panjang salah satu sisinya diketahui.

2) Pertemuan Kelima ( Senin, 2 April 2012)

Pada pertemuan kelima, materi yang dibahas adalah menentukan luas

segitiga apabila besar dua buah sudut dan panjang sebuah sisinya diketahui

dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran-5 (lampiran B5)

dengan menggunakan LKS-5(lampiran C5).

Guru mengarahkan ketua kelas untuk memimpin do`a. Selanjutnya, guru

memeriksa kehadiran siswa. Semua siswa hadir pada pertemuan kali ini.

Pembelajaran diawali dengan membahas pr yang dianggap sulit oleh siswa. Guru

membahas pr tersebut dengan menjelaskannya di depan kelas.

Diawal kegiatan guru mempersiapkan siswa memulai pelajaran dengan

menuliskan judul materi yang akan dipelajari di papan tulis. Selanjutnya, guru

mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Contoh :

pada pertemuan ini kita akan kembali membahas tentang luas segitiga. Ada

banyak cara menghitung luas segitiga. Tergantung dari komponen yang segitiga
57

yang diketahui. Hari ini kita akan belajar menentukan luas segitiga apabila besar

kedua sudut dan panjang salah satu sisinya diketahui. Salah satu penerapan rumus

luas ini adalah untuk menghitung luas atap yang berbentuk segitiga. Misalnya,

untuk membangun sebuah villa, kontraktor harus mampu menghitung besarnya

dana yang dibutuhkan. Untuk mengetahui dana yang dibutuhkan dalam

membangun atapnya, tentu saja seorang kontraktor harus mengetahui luas atap

villa.

Selanjutnya, guru mengingatkan siswa tentang materi yang telah dipelajari

sebelumnya, yaitu aturan sinus dan rumus luas segitiga apabila panjang dua sisi

dan besar sudut dihadapan sisi diketahui karena materi tersebut merupakan materi

prasyarat untuk menentukan rumus luas segitiga apabila panjang salah satu sisi

dan besar dua buah sudutnya diketahui. Guru membuat sebuah gambar segitiga

sebarang ABC. Kemudian guru mengajukan pertanyaan kepada siswa aturan sinus

dan rumus luas segitiga yang telah dipelajari sebelumnya. Siswa antusias dalam

menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Guru melanjutkan pelajaran dengan memberikan informasi awal tentang

materi yang akan dipelajari. Guru menggambarkan segitiga sebarang PRQ di

papan tulis. Guru menginformasikan bahwa dalam satu segitiga terdapat tiga

aturan yang dapat digunakan untuk menghitung luas segitiga. Aturan ini

tergantung dari sisi yang diketahui.

Selanjutnya, guru membagikan LKS kepada setiap siswa. Guru meminta

siswa untuk mengerjakan LKS. Pada pertemuan ini semua siswa terlihat serius

mengerjakan LKS. Pada saat siswa mengerjakan LKS, guru mengamati dan
58

memberikan bimbingan pada siswa selama mengerjakan LKS. Beberapa siswa

menanyakan kepada guru tentang benar atau tidaknya hasil yang mereka peroleh.

Guru meminta siswa untuk percaya diri atas apa yang telah diperolehnya untuk

kemudian didiskusikan dengan pasangannya nanti. Setelah waktu untuk fase think

habis, guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan

pasangannya. Guru juga meminta siswa untuk mendiskusikan hal-hal yang tidak

dipahami dengan pasangannya. Selain itu, guru meminta siswa untuk meneruskan

pekerjaannya jika ada yang belum selesai. Terakhir, guru meminta siswa

membentuk kelompok berempat dan membandingkan hasil kerja dengan pasangan

lain dalam satu kelompok. Setelah waktu untuk diskusi habis, guru meminta siswa

untuk mengubah posisi duduk menghadap ke depan kelas.

Selanjutnya, guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan

hasil kelompok. Guru meminta kesedian kelompok. Ternyata hampir semua

kelompok yang ingin mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kesempatan

pertama diberikan kepada kelompok 5. Perwakilan kelompok 5 sangat percaya

diri dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kelompok lain

memberikan tanggapan bahwa hasil kegiatan dua yang didapatkan kelompok 5

berbeda dengan hasil yang diperoleh kelompoknya. Kemudian guru menanyakan

tentang hasil untuk kegiatan 1. Kelompok lain menjawab sama. Guru meminta

kelompok yang memiliki jawaban berbeda untuk mempresentasikan jawaban

kegiatan 2. Perwakilan dari kelompok 6 menuliskan hasil diskusi untuk kegiatan 2

di papan tulis. Guru meminta siswa lain untuk membanding hasil yang diperoleh

oleh kelompok 5 dengan hasil yang diperoleh oleh kelompok 6. Ternyata


59

perbedaannya terletak pada nilai sinus dari sudut segitiga. Kelompok 5 kurang

teliti dalam menggunakan kalkulator untuk menentukan nilai sinus. Kelompok

tersebut mencari nilai sinus dalam radian bukan derajat sehingga hasil yang

diperoleh berbeda. Guru memberikan motivasi pada kelompok 5 dengan

mengatakan bahwa hasil diskusi mereka sangat baik karena ditinjau dari langkah-

langkah penyelasaiannya sudah benar. Namun, guru juga mengingatkan untuk

lebih berhati-hati dalam menentukan nilai sinus. Guru juga mengingatkan pada

kelompok lain untuk berhati-hati dalam menggunakan kalkulator. Kemudian,

memberikan pujian kepada siswa yang melakukan presentasi juga kepada

kelompok yang diwakili oleh siswa tersebut. guru meminta siswa memberikan

tepuk tangan untuk kedua siswa tersebut. Guru memberikan pujian pada seluruh

kelompok karena telah kritis dalam menanggapi hasil kerja kelompok.

Pada akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan

materi yang dipelajari hari ini. Guru membuat gambar segitiga sebarang EFG di

papan tulis. Kemudian guru meminta siswa menyebutkan rumus luas segitiga

yang berlaku pada segitiga tersebut apabila panjang salah satu sisi dan besar dua

buah sudutnya diketahui. Siswa mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan

guru. Guru memilih satu orang siswa untuk menjawabnya. Siswa tersebut

menjawab dengan benar. Guru meminta siswa lain memberikan tepuk tangan

untuk siswa tersebut. Selanjutnya, melakukan evaluasi terhadap proses

pembelajaran yang dilakukan. Guru meminta siswa untuk menggeser posisi

duduknya seperti semula. Kemudian guru membagikan soal kepada siswa dan

meminta siswa mengerjakannya dikertas selembar untuk dikumpulkan. Guru juga


60

mengingatkan siswa untuk mengerjakannya secara individu. Pada saat evaluasi

ini, ada 5 orang siswa yang berusaha menyalin jawaban temannya. Guru

memberikan teguran kepada siswa tersebut dan meminta mereka untuk bekerja

sendiri. Karena waktu telah habis, guru meminta siswa mengumpulkan hasil

kerjanya. Guru juga mengingatkan siswa untuk mempelajari materi luas segitiga

apabila panjang ketiga sisinya diketahui.

3) Pertemuan Keenam ( Kamis, 05 April 2012)

Pada pertemuan keenam, materi yang dibahas adalah menentukan luas

segitiga apabila panjang ketiga sisinya diketahui. Pada pertemuan ini, guru

berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran-6 (lampiran C6) dengan

menggunakan LKS-6 (lampiran D6).

Diawal kegiatan, guru mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan

selanjutnya akan diadakan ulangan harian. Materi yang diujikan adalah materi

yang dipelajari setelah UH sebelumnya hingga hari ini. Selanjutnya, guru

menuliskan judul materi pada yang akan dipelajari di papan tulis yaitu

menentukan luas segitiga apabila panjang ketiga sisinya diketahui. Kemudian,

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa dapat

menurunkan rumus luas segitiga apabila panjang ketiga sisinya diketahui dan

menggunakan rumus tersebut untuk menentukan luas segitiga. Guru memberikan

motivasi kepada siswa dengan memberikan contoh materi tersebut dalam

kehidupan sehari-hari. Contoh : “Pada pertemuan sebelumnya, kita sudah

membahas rumus-rumus luas segitiga. Pada pertemuan ini kita akan menurunkan
61

rumus luas segitiga apabila panjang ketiga sisi-sisinya diketahui. Rumus luas

segitiga ini sangat penting untuk diketahui karena sangat bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang pengusaha tenda harus mampu

menentukan luas tenda yang terdiri atas beberapa segitiga agar dapat mengetahui

banyak bahan yang dibutuhkan dalam membuat tenda. Sehingga ia tidak akan

dirugikan karena terlalu banyak membeli bahan dasar untuk membuat tenda”.

Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk menyebutkan kembali materi

yang telah dipelajari sebelumnya yaitu idenditas trigonometri, aturan cosinus serta

rumus luas segitiga apabila panjang dua sisi dan besar satu sudutnya diketahui

karena materi tersebut merupakan materi prasyarat untuk menentukan luas

segitiga apabila panjang ketiga sisinya diketahui. Selanjutnya, guru memberikan

informasi awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru menggambar sebuah

segitiga sebarang ABC dengan sisinya adalah sisi a,b, dan c. panjang ketiga sisi

ini akan digunakan untuk menentukan luas segitiga.

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan meminta siswa

mengerjakannya secara individu dalam waktu yang telah ditetapkan. Selama siswa

mengerjakannya secara individu, guru berkeliling memantau pekerjaan siswa dan

memberikan bantuan kepada individu yang memerlukan. Begitu waktu yang yang

diberikan habis, guru meminta siswa duduk berdekatan dengan pasangannya.

Siswa berpindah dengan tertib dan langsung berdiskusi dengan pasangannya. Pada

saat berdiskusi secara berpasangan, siswa tampak aktif berdiskusi. Guru

memantau pekerjaan siswa dan memberikan bantuan seperlunya. Selanjutnya,

guru meminta siswa membentuk kelompok berempat untuk mencocokan hasil


62

kerjanya, jika ada yang tidak sama, guru meminta setiap pasangan

mendiskusikannya kembali dan menentukan jawaban kelompok untuk

dipresentasikan di depan kelas.

Sebelum presentasi dilakukan, guru meminta setiap siswa untuk mengubah

posisi duduk agar menghadap ke depan kelas. Selanjutnya guru menanyakan

kepada siswa tentang kesediaan kelompoknya untuk melakukan presentasi.

Seluruh kelompok mengajukan diri untuk melakukan presentasi. Kemudian guru

memilih kelompok yang berhak melakukan presentasi pada pertemuan ini. Guru

memilih kelompok 1 melakukan presentasi. Perwakilan kelompok 1 dengan penuh

percaya diri.

Pada akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan

materi yang dipelajari hari ini. Guru membuat sebuah segitiga sebarang KLM.

Kemudian guru meminta siswa menyebutkan rumus luas segitiga yang berlaku

jika panjang ketiga sisinya diketahui. Siswa antusias menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru. Guru memberika pujian verbal kepada siswa tersebut.

Selanjutnya, guru melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Guru

meminta siswa untuk menggeser posisi duduknya seperti semula. Kemudian guru

membagikan soal kepada siswa dan meminta siswa mengerjakannya dikertas

selembar untuk dikumpulkan. Guru juga mengingatkan siswa untuk

mengerjakannya secara individu. Pada saat evaluasi ini, semua siswa yang

berusaha jawaban sendiri. Guru memberikan pujian kepada semua siswa tersebut

dan meminta mereka selalu bekerja sendiri. Karena waktu telah habis, guru

meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya. Guru menutup pelajaran pada hari
63

ini. Sebelumnya, guru juga mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan

selanjutnya akan diadakan ulangan harian. Guru meminta siswa untuk

mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

4) Pelaksanaan Ulangan Harian II ( Senin, 09 April 2012)

Setelah tiga kali pertemuan, guru melaksanakan ulangan harian II dengan

memberikan tes hasil belajar pada sub pokok bahasan luas segitiga. Tes

dilaksanakan selama 90 menit. Soal terdiri atas 4 soal sesuai dengan indikator

yang disediakan oleh guru (Lampiran E2).

Pada menit ke 30, sudah ada tiga siswa yang menyatakan bahwa

pekerjaannya telah selesai. Guru meminta siswa tersebut untuk memeriksa

kembali jawabannya. Setelah waktu yang ditentukan selesai, guru meminta semua

siswa untuk mengumpulkan jawaban.

d. Refleksi Siklus II

Pelaksanaan siklus kedua lebih baik jika dibandingkan dengan siklus

pertama. Siswa sudah mengerti dan terbiasa dengan langkah pembelajaran yang

digunakan sehingga waktu yang digunakan lebih efektif. Siswa sudah aktif dalam

proses pembelajaran dan dapat bekerja sama dengan pasangan. Siswa juga sudah

aktif dalam diskusi antar pasangan dalam kelompok. Aktivitas guru juga sudah

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kekurangan-kekurangan pada

siklus pertama sudah diperbaiki pada siklus kedua. Untuk siklus kedua ini, guru

tidak lagi melakukan perencanaan untuk siklus berikutnya karena penelitian ini

hanya dilaksanakan sebanyak dua siklus.

B. Analisis Hasil Penelitian


64

A. Analisis Data Hasil Pengamatan

Kesesuaian antara langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif

tipe think pair square yang direncanakan pada pelaksanaan tindakan dalam proses

pembelajaran dapat dilihat dari lembar pengamatan setiap pertemuan (Lampiran

J). Kemudian data yang diperoleh melalui lembar pengamatan tersebut dianalisis.

Pada pertemuan pertama, terdapat beberapa kekurangan dalam

pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru. Aktivitas guru tidak seutuhnya

sesuai dengan yang direncanakan. Guru terlalu terburu-buru dalam menyampaikan

motivasi kepada siswa sehingga siswa belum bersemangat dalam mengikuti

pelajaran. Pada saat apersepsi, guru belum melibatkan siswa secara aktif. Guru

juga belum bisa mengorganisasikan siswa dengan tertib. Siswa lamban dalam

pembentukan kelompok. Sebagian siswa menggunakan kesempatan ini untuk

bergurau dengan teman-temannya. Pada saat membimbing kelompok bekerja dan

belajar, guru cukup kewalahan karena banyak siswa yang masing bingung cara

mengerjakan LKS. yang tidak terlaksana adalah penghargaan kelompok dan

membimbing siswa membuat kesimpulan. Tidak terlaksana karena siswa masih

belum terbiasa dengan model pembelajaran yang dilaksanakan. Sehingga siswa

masih ragu dalam pembentukan kelompok berpasangan dan kelompok berempat.

Siswa masih lamban dalam berpindah dari individu ke berpasangan dan dari

berpasangan ke berempat. Hal ini menyebabkan waktu yang seharusnya

digunakan untuk memberikan penghargaan dan membimbing kesimpulan

digunakan untuk diskusi kelompok dan presentasi.


65

Aktivitas siswa pada pertemuan pertama belum sesuai dengan

perencanaan. Siswa masih kurang memberikan respon atas pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan guru pada saat apersepsi. Pada saat fase think, masih ada siswa

yang berusaha menyalin pekerjaan teman dan beberapa siswa yang enggan

mengerjakan LKS. Pada saat fase pair, beberapa pasangan siswa tetap

mengerjakan LKS secara individu. Demikian pula pada fase square, ada beberapa

kelompok yang belum melaksanakan diskusi dengan baik. Siswa juga belum

mampu melakukan presentasi dengan baik.

Guru merefleksi kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada pertemuan

pertama untuk diperbaiki pada pertemuan kedua. Refleksi ini membuat pertemuan

kedua menjadi lebih baik dari pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ini,

siswa telah terorganisasi dengan baik sehingga pada saat perpindahan dari fase

think, pair, dan square tidak banyak waktu yang terbuang. Dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, guru melibatkan siswa secara aktif

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang berkaitan

dengan aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula pada saat

apersepsi, guru juga melibatkan siswa secara aktif dengan mengajukan pertanyaan

pertanyaan tentang pengetahuan yang telah dipelajari siswa. Guru telah

melakukan bimbingan dengan baik pada fase think, pair, dan square, namun

bimbingan yang diberikan guru masih belum merata. Pada akhir pembelajaran,

guru langsung menyampaikan kesimpulan karena waktu telah habis.

Aktivitas siswa pada pertemuan kedua sudah lebih baik dari pada

pertemuan pertama. Siswa mulai aktif dalam proses pembelajaran. Siswa mulai
66

bersemangat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru pada

saat apersepsi. Siswa telah terorganisasi dengan baik sehingga perpindahan dari

fase think ke fase pair dan dari fase pair ke fase square dapat terlaksana dengan

baik. Pada fase think, masih ada siswa yang belum serius mengerjakan LKS.

Demikian pula pada fase pair dan square, masih ada beberapa siswa yang belum

aktif berdiskusi. Namun, siswa telah mampu melaksanakan presentasi dengan

baik.

Pada pertemuan ketiga, aktivitas siswa dan guru sudah lebih baik dari

pertemuan-pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, guru masih memiliki

kelemahan yaitu guru belum bisa mengatur waktu diskusi dengan tepat. Hal ini

menyebabkan waktu yang digunakan untuk diskusi melebihi waktu yang

ditetapkan. Aktivitas siswa mengalami perbaikan dari pertemuan sebelumnya.

Siswa mengerjakan LKS secara individu, selanjutnya mendiskusikan hasil kerja

individu dengan pasangan. Pada saat fase pair, sebagian besar pasangan telah

melakukan diskusi dengan baik. Siswa juga semakin percaya diri pada saat

melakukan presentasi didepan kelas. Demikian pula pada saat membuat

kesimpulan. Siswa antusias mengajukan dirinya untuk menyimpulkan pelajaran

Dari pertemuan keempat sampai pertemuan keenam, aktivitas guru telah

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Perbaikan aktivitas guru ini

terjadi karena guru selalu merefleksi kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada

pertemuan sebelumnya. Aktivitas siswa juga semakin baik dan sesuai dengan

yang diharapkan. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga
67

serius dalam mengerjakan LKS pada tahap think. Pada tahap pair dan square,

siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok.

B. Analisis Data Hasil Belajar

a. Analisis Ketercapaian KKM Indikator

Ketuntasan hasil belajar matematika siswa untuk setiap indikator dianalisis

secara individu. Siswa dikatakan mencapai KKM indikator jika memperoleh nilai

lebih atau sama dengan KKM setiap indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan

lampiran H3 dapat dihitung persentase ketercapaian KKM setiap indikator pada

siklus I. Persentase ketercapaian KKM pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 6. Persentase Ketercapaian Indikator pada Ulangan Harian I


Jumlah Siswa yang Persentase
No. Indikator Pembelajaran
Mencapai KKM (%)
1 Menggunakan aturan sinus untuk
menentukan unsur suatu segitiga apabila 23 71,875%
unsur lain diketahui.
2 Menentukan unsur-unsur suatu segitiga
apabila unsur lain diketahui dengan 12 37,5 %
menggunakan aturan sinus
3 Menentukan panjang sisi suatu segitiga
apabila panjang dua sisi yang lain dan
20 53,313 %
besar sudut yang diapit oleh kedua sisi itu
diketahui
4 Menentukan besar sudut suatu segitiga
14 43,75 %
apabila panjang sisi-sisinya diketahui
Sumber : Lampiran K 1

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa tidak semua siswa mencapai

KKM indikator. Ketercapaian KKM pada indikator 1 sudah lebih dari 71%.

Ketercapaian KKM terendah terjadi pada indikator 2 yaitu 37,5% atau 12 orang.

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal UH 1

dapat dilihat pada gambar berikut :


68

Indikator 1 : Menggunakan aturan sinus untuk menentukan unsur suatu segitiga

apabila unsur lain diketahui.

Gambar 2. Contoh kesalahan siswa pada indikator 1 UH 1


Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa siswa melakukan kesalahan dalam

menghitung nilai sinus 1250 dalam menggunakan kalkulator. Hal ini

mengakibatkan siswa salah dalam menghitung panjang sisi c.

Indikator 2 : Menentukan unsur-unsur suatu segitiga apabila unsur lain diketahui

dengan menggunakan aturan sinus.

Gambar 3. Contoh kesalahan siswa pada indikator 2 UH 1


Dari gamber 3 terlihat bahwa siswa melakukan kesalahan dalam

mengkontruksi gambar. Hal ini menyebabkan siswa salah dalam menentukan

besar sudut P dan sudut R.

Indikator 3. Menentukan panjang sisi suatu segitiga apabila panjang dua sisi

yang lain dan besar sudut yang diapit oleh kedua sisi itu diketahui.
69

Gambar 4. Contoh kesalahan siswa pada indikator 4 UH 1


Berdasarkan gambar 4 terlihat bahwa siswa melakukan kesalahan dalam

melakukan operasi penjumlahan. Hal ini mengakibatkan siswa salah dalam

menghitung panjang sisi t.

Indikator 4 : Menentukan besar sudut suatu segitiga apabila panjang sisi-sisinya

diketahui

Gambar 5. Contoh kesalahan siswa pada indikator 4 UH 1


Terlihat dari gambar 5 bahwa siswa melakukan kesalahan dalam

menghitung panjang garis LN. Siswa tidak mengetahui sisi mana yang akan

dimasukkan dalam dalil Pthagoras untuk menghitung panjang garis LN. Hal ini

menyebabkan siswa salah dalam menentukan panjang garis LN.

Berdasarkan lampiran H4 dapat dihitung persentase ketercapaian KKM

setiap indikator pada siklus II. Persentase ketercapaian KKM pada siklus II dapat

dilihat dari tabel berikut.

Tabel 7. Persentase Ketercapaian KKM indikator pada Ulangan Harian II

Jumlah Siswa yang Persentase


No. Indikator Pembelajaran
Mencapai KKM (%)
70

1 Menentukan luas segitiga apabila panjang


dua sisi dan besar sudut yang diapit oleh 30 93,75
kedua sisi diketahui.
2 Menentukan luas segitiga apabila panjang
dua sisi dan besar sudut dihadapan sisi 23 71,88
diketahui
3 Menentukan luas segitiga apabila besar
29 90,63
dua sudut dan panjang satu sisi diketahui
4 Menentukan luas segitiga apabila panjang
32 100
ketiga sisinya diketahui
Sumber : Lampiran K 2

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa ketercapaian KKM terendah

terjadi pada indikator 2 yaitu 71,88% atau 23 siswa. Artinya, 9 siswa lain belum

mencapai KKM. Kesalahan-kesalahan yang kebanyakan dilakukan oleh siswa

dapat terlihat pada gambar berikut :

Indikator 1 : Menentukan luas segitiga apabila panjang dua sisi dan besar sudut

yang diapit oleh kedua sisi diketahui.

Gambar 6. Contoh kesalahan siswa pada indikator 1 UH 2

Terlihat dari gambar 6 bahwa siswa tidak mengetahui rumus untuk

mencari luas dua buah segitiga untuk menghitung luas jajargenjang. Hal ini

mengakibatkan peserta didik tidak bisa menjawab pertanyaan dengan benar.

Indikator 2 : Menentukan luas segitiga apabila panjang dua sisi dan besar sudut

dihadapan sisi diketahui


71

Gambar 7. Contoh kesalahan siswa pada indikator 4 UH 2

Berdasarkan gambar 7 terlihat bahwa siswa kurang paham dalam

memasukan panjang sisi yang mana untuk mencari luas segitiga apabila dua sisi

dan satu sudut diketahui. Hal ini mengakibatkan peserta didik salah dalam

mencari luas segitiga PQR dengan benar

Indikator 3 : Menentukan luas segitiga apabila besar dua sudut dan panjang satu

sisi diketahui

Gambar 8. Contoh kesalahan siswa pada indikator 4 UH 2

Dari gambar 8 terlihat bahwa siswa salah dalam menggunakan rumus

mencari luas segitiga apabila besar dua sudut dan panjang satu sisi diketahui. Hal

ini mengakibatkan siswa salah dalam menentukan luas segitiga STU.

b. Analisis Nilai Perkembangan Siswa

Berdasarkan lampiran I dapat dilihat nilai perkembangan tiap anggota

kelompok. Nilai perkembangan pada siklus I diperoleh dari selisih skor dasar
72

dengan nilai ulangan harian I. Nilai perkembangan pada siklus II diperoleh dari

selisih nilai ulangan harian I sebagai skor dasar pada siklus II dengan nilai

ulangan harian II. Persentase sumbangan nilai perkembangan siswa pada masing-

masing siklus dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 8. Nilai Perkembangan Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Nilai Siklus I Siklus II


Perkembangan
Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase (%)
Siswa
5 9 28,13 1 3,13
10 6 18,75 0 0
20 1 3,13 2 6,25
30 16 50 29 90,63
Sumber : Lampiran M 1
Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa persentase siswa yang

menyumbangkan nilai perkembangan 5 pada siklus kedua lebih sedikit

dibandingkan siklus pertama, nilai perkembangan 10 pada siklus kedua

mengalami penurunan pada siklus pertama. Sedangkan nilai perkembangan 20

dan 30 pada pertemua kedua mengalami peningkatan dari pertemuan pertama

Artinya, jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan harian II lebih tinggi dari

pada skor dasar (ulangan harian I) meningkat. Selain itu, persentase siswa yang

menyumbangkan nilai perkembangan 30 pada siklus kedua lebih banyak

dibandingkan siklus pertama. Data ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan

pada ulangan harian II siswa. Peningkatan ini terjadi karena siswa benar-benar

teliti dalam mengerjakan soal pada ulangan harian II.

Setelah diperoleh nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan

kepada kelompok, kemudian dicari rata-rata nilai perkembangan tersebut untuk


73

menentukan penghargaan yang diperoleh kelompok. Penghargaan masing-masing

kelompok pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 9. Penghargaan yang Diperoleh Masing-Masing Kelompok Pada Siklus


I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Nilai Nilai
Kelompok Kriteria Kriteria
Perkembangan Perkembangan
Penghargaan Penghargaan
Kelompok Kelompok
I 23,5 Hebat 23,75 Hebat
II 18,75 Hebat 27,5 Super
III 23,75 Hebat 30 Super
IV 12,5 Baik 30 Super
V 21,25 Hebat 30 Super
VI 6,25 Baik 30 Super
VII 20 Hebat 27,5 Super
VIII 25 Super 30 Super
Sumber : Lampiran M 2

Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa terjadi peningkatan penghargaan

kelompok dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, terdapat dua kelompok

mendapat kelompok baik, lima kelompok mendapat penghargan kelompok hebat

dan satu kelompok mendapatkan penghargaan super. Pada siklus II, terdapat satu

kelompok mendapatkan penghargaan kelompok hebat dan tujuh kelompok yang

lainnya mendapat penghargaan super Peningkatan ini terjadi karena jumlah siswa

yang memperoleh nilai ulangan harian II lebih tinggi dari skor dasar (nilai ulangan

harian I) meningkat. Peningkatan ini mengakibatkan peningkatan nilai

perkembangan yang disumbangkan masing-masing siswa untuk kelompok.

c. Analisis Keberhasilan Tindakan


74

Keberhasilan tindakan pada penelitian ini ditinjau dari peningkatan hasil

belajar matematika siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari peningkatan

skor hasil belajar matematika siswa sebelum tindakan dengan skor hasil belajar

matematika siswa setelah diberi tindakan. Cara yang digunakan untuk melihat

peningkatan hasil belajar adalah analisis distribusis frekuensi. Distribusi frekuensi

skor dasar, skor ulangan harian I, dan skor ulangan harian II dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Dasar, Ulangan Harian I, dan Ulangan
Harian II
Distribus Frekuensi Frekuensi Ulangan Frekuensi Ulangan
i Interval Skor Dasar Harian I Harian II
10-25 - 5 -
26-41 2 4 2
42-58 6 3 -
59-74 18 5 2
75-91 6 10 6
92-100 - 5 22
Sumber : Lampiran H, L1 ,dan L2

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas terlihat bahwa terjadi

perubahan hasil belajar antara skor dasar, ulangan harian I dan ulangan harian II.

Dari skor dasar ke ulangan harian I, frekuensi siswa yang memperoleh nilai

10 ≤ x ≤74 mengalami penurunan. Frekuensi siswa yang memperoleh nilai

75 ≤ x ≤100 mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa pada siklus I

telah terjadi peningkatan hasil belajar. Dari ulangan harian I ke ulangan harian II

juga terjadi peningkatan jumlah siswa yang memiliki nilai 75 ≤ x ≤100. Mengacu

pada pendapat Suyanto, tindakan dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa

setelah tindakan lebih baik dibanding sebelum tindakan maka tindakan dikatakan

berhasil. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model


75

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas X3 SMAN 5 Pekanbaru.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan aktivitas guru dan siswa dapat dikatakan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square semakin sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran B) dan proses pembelajaran

semakin membaik. Aktivitas guru telah sesuai dengan perencanaan dan siswa juga

sudah terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan guru. Siswa aktif

berpartisipasi dalam diskusi kelompok..

Berdasarkan analisis nilai perkembangan siswa dan penghargaan

kelompok, terlihat bahwa pada ulangan harian I ada 16 siswa yang

menyumbangkan nilai perkembangan 30 dan 1 siswa menyumbangkan nilai

perkembangan 20. Ini menunjukkan bahwa ada 17 siswa yang nilai ulangan harian

I nya lebih tinggi dari pada skor dasar. Sehingga penghargaan kelompok pada

siklus I terdiri atas satu kelompok super, lima kelompok hebat dan dua kelompok

baik. Pada ulangan harian II terdapat 2 siswa yang menyumbangkan nilai

perkembangan 20 dan 29 siswa menyumbangkan nilai perkembangan 30. Hal ini

menunjukkan bahwa ada 31 siswa yang nilai ulangan harian II nya lebih tinggi

dari nilai ulangan harian I. dari siklus I ke siklus II, terjadi peningkatan jumlah

siswa yang memiliki nilai sama atau lebih tinggi dari skor dasar. Akibatnya,

penghargaan kelompok pada siklus II meningkat. Pada siklus II, ada tujuh

kelompok mendapat penghargaan super dan satu kelompok hebat.


76

Berdasarkan ketercapaian KKM pada materi Trigonometri, tidak semua

siswa yang mencapai KKM untuk setiap indikator pembelajaran. Dari tabel

ketercapaian KKM pada ulangan harian I, ketercapaian KKM yang terendah

terjadi pada indikator 2 yaitu 37,5 % (12 siswa). Hal ini terjadi karena siswa

melakukan kesalahan dalam mengalikan bilangan positif dengan bilangan negatif.

Sebagian besar siswa membuat hasil kali bilangan positif dengan bilangan negatif

adalah bilangan negatif sehingga hasil yang diperoleh salah dan siswa juga salah

dalam memasukkan nilai sudut yang akan dicari kemungkinan sudut yang lainnya.

Kesalahan lain yang dilakukan siswa adalah siswa salah dalam operasi

penjumlahan dan mengakarkan, serta salah dalam menghitung sisi mana yang

akan dimasukkan dalam dalil Pthagoras untuk menghitung panjang sisi.

Sebaiknya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa

guru harus melakukan pembelajaran tambahan serta remedial untuk menambah

pemahaman siswa dalam konsep, prinsip dan operasi atau prosedur. Sedangkan

persentase ketercapaian KKM pada indikator lainnya sudah lebih dari atau sama

dengan 46,88%. Artinya, 15 siswa sudah mencapai KKM.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada

proses pembelajaran siswa kelas X3 SMAN 5 Pekanbaru telah dapat mengubah

proses pembelajaran dikelas tersebut. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran

sehingga pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru. Siswa juga lebih

termotivasi dalam membangun pengetahuan serta berpartisipasi aktif dalam

diskusi kelompok. Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar

siswa. Jadi, hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis tindakan yang

diajukan yaitu penerapan pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas X3 SMAN 5 Pekanbaru pada materi pokok

Trigonometri semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

Anda mungkin juga menyukai