PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Medis dalam Asuhan
Keperawatan Pada Mahasiswa/i dengan Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
b. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan.
c. Asuhan Keperawatan kepada Ny. M dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Inkontinensia Urin
BAB II
2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan tempat
yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial. Aspek sosial
yang akan dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri, merasa terisolasi
dan depresi.
Inkontinensia urine adalah sering berkemih/ngompol yang tanpa disadari
merupakan salah satu keluhan orang lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi
yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan
sosial.
Inkontinensia urin adalah kondisi yang ditandai oleh defek spingter kandung
kemih atau disfungsi neurologis yang menyebabkan hlangnya control terhadap
buang air kecil. Masalah inkontinensia urin ini bukan saja menimbulkan persoalan
fisik melainkan menyebabkan masalah psikologis, social dan ekonomi sehingga
mempengaruhi kualitas hidup lansia.
2.2 Klasifikasi
1) Inkontinensia Stress
Akibat adanya tekanan didalam abdomen, seperti bersin, atau selama
latihan, menyebabkan kebocoran urine dari kandung kemih. Tidak
terdapat aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine ini sering
diderita wanita yang mempunyai banyak anak.
2) Inkontinensia Mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum
sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk berkemih.
Kondisi ini terjadi karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa
didahului oleh keinginan untuk berkemih.
Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi persarafan yang mengatur perkemihan.
3) Inkontinensia Overflow
3
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh bahwa
urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi
saluran kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk
pembesaran prostat yang menyebabkan inkontinensia dibutuhkan
tindakan pembedahan. Dan untuk konstipasinya relatif mudah diatasi.
4) Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi
refleks yang dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih
dan berhenti berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya dengan permintaan
untuk miksi secara teratur setiap jam atau dengan menggunakan diapers
ukuran dewasa.
5) Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh
dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung
mempengaruhi sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat
ketidakmampuan lain yang mengurangi kemampuannya untuk
mempertahankan kontinensia.
2.3 Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono,
2001) :
a. Poliuria, noktoria
b. Gagal jantung
c. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan
oleh:
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra
dan efek akibat dilahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot
dasar panggul.
2) Perokok, minum alkohol.
3) Obesitas.
4) Infeksi saluran kemih (ISK)
4
2.4 Anatomi Fisiologi
1) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya sekitar 25 cm dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos (smooth muscle)
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
2) Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang
kuat dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius.
3) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada
laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa ke bangian penis. Uretra pada
wanita terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan mirirng sedikit
kearah atas, panjangnya sekitar 3-4 cm.
2.5 Patofisiologi
5
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
a. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika
urinaria (kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar
300-600 ml. Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350
ml. Berkemih dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih
dirasakan. Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot
detrusor kontrasi dan sfingter internal dan sfingter ekternal relaksasi,
yang yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir semua
urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak semua urine
dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap adekuat.
Jumlah yang lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine.
Perubahan yang lainnya pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi
kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi
estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar ( Stanley M & Beare G
Patricia, 2006 ).
b. Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung
kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila
batuk atau bersin .
2.6 Tanda dan Gejala
a. Melaporkan merasa desakan berkemih, disertai ketidakmampuan
mencapai kamar mandi karena telah mulai berkemih.
b. Desakan, frekuensi, dan nokturia.
c. Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urine
ketika tertawa, bersin, melompat, batuk, atau membungkuk.
d. Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urine buruk atau lambat
dan merasa menunda atau mengejan.
e. Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran urine yang
adekuat.
f. Higiene atau tanda-tanda infeksi.
6
g. Kandung kemih terletak diatas simfisis pubis.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan
glukosa dalam urine.
b. Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan
menunjukkan obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur
laju aliran ketika pasien berkemih.
c. Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung
kemih dengan mengukur efisiensi refleks otot detrusor, tekanan dan
kapasitas intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan
panas.
d. Urografi eksretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk
mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter, dan kandung kemih.
e. Voiding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi
ketidaknormalan kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi
lobus prostat, struktur uretra, dan tahap gangguan uretra prostatik
stenosis (pada pria).
f. Urterografi retrograde, digunakan hampir secara eksklusif pada pria,
membantu diagnosis struktur dan obstruksi orifisium uretra.
g. Elektromiografi sfingter eksternal mengukur aktivitas listrik sfingter
urinarus eksternal.
h. Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan pembesaran
prostat atau nyeri, kemungkinan menandakan hipertfrofi prostat jinak
atau infeksi. Pemeriksaan tersebut juga dapat menunjukkan impaksi yang
mungkin dapat mentebabkan inkontinensia.
i. Kateterisasi residu pascakemih digunakan untuk menentukan luasnya
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam
kandung kemih.
7
a. Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik
diresepkan jika inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Obat antikolinergik digunakan untuk memperbaiki fungsi
kandung kemih dan mengobati spasme kandung kemih jika dicurigai ada
ketidakstabilan pada otot destrusor. Obat antispasmodik diresepkan untuk
hiperrefleksia detrusor aktivitas otot polos kandung kemih. Estrogen baik
dalam bentuk oral, topikal, maupun supositoria, digunakan jika ada
vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat diterapi dengan obat
antidepresan.
b. Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan waktu
berkemih, penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul (latihan
kegel). Pendekatan yang dipilih disesuaikan dengan masalah pasien yang
mendasari. Latihan kebiasaan dan latihan berkemih sangat sesuai untuk
pasien yang mengalami inkontinensia urgensi. Latihan otot panggul
sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi kognitif yang utuh yang
mengalami inkontinensia stress. Intervensi perilaku umumnya tidak
dipilih untuk pasien yang mengalami inkontinensia sekunder akibat
overflow. Teknik tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan
listrik, berfungsi sebagai tambahan pada terapi perilaku.Latihan
kebiasaan, bermanfaat bagi pasien yang mengalami demensia atau
kerusakan kognitif, mencakup menjaga jadwal berkemih yang tetap,
biasanya setiap 2 sampai 4 jam.
c. Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami kelainan
anatomi seperti prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik. Spiral tersebut
dapat dipakai secara internal, seperti diafragma kontrasepsi, dan
menstabilkan dasar kandung kemih serta uretra, yang mencegah
inkontinensia selama ketegangan fisik.
d. Toileting terjadwal
e. Penggunaan pads
f. Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara
medis/pembedahan dan untuk kenyamanan klien terakhir.
2.9 Komplikasi
8
a. Infeksi saluran kemih.
b. Kerusakan kulit
c. Infeksi kulit daerah kemaluan
d. Gangguan tidur
e. Masalah psiko sosial seperti depresi, mudah marah, dan rasa terisolasi
BAB III
9
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
3.1 Pengkajian
Adapun data-data yang akan di kumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan
klien dengan diagnosa medis inkontinensia urine :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
b. Keluhan utama
Pada kelayan inkontinensia urine keluhan-keluhan yang ada adalah
nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan strategi
c. Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha
yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK ( infeksi saluran kemih )
yang berulang, penyakit kronis yang pernah di derita
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit inkontinensia urine, adakah anggota keluarga yang
menderita DM, hipertensi
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang digunakan adalah B1-B6 :
1) B1 (breathing)
Kaji adanya pernafasan adanya gangguan pada palo nafas, sianosis
karena suplai oksigen menurun. Kaji ekspansi dada, adakah kelainan
pada perkusi
2) B2 (blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan
gelisah
3) B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
4) B4 (bladder)
10
Inspeksi : periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau
menyengat karena adanya aktifitas mikroorganisme (bakteri) dalam
kandung kemih serta disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi
pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada neatus uretra,
banyak kencing dan nyeri saat berkemih mendadah disurea akibat dari
infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : rasa nyeri disapat pada daerah supra pubik atau pelvis,
seperti rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga
diluar waktu kencing.
5) B5 (bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan
palpasi pada ginjal.
6) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkan dengan ekstremitas
yang lain, adakah nyeri pada persendian.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi
untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat
kontraksi kantung kemih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu
yang lama.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras
oleh urine
d. Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat
11
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi
untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat
kontraksi kandung kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan
bisa melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinesia.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menjelaskan penyebab inkontinesia dan rasional
penatalaksaan.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari.
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri
distensi kandung kemih
2) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah
terjadinya enurasis
3) Bila masih terjadi inkontinesia kurangi waktu antara berkemih yang
telah direncanakan
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk
menampung volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering
berkemih.
4) Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada
kebocoran, ulangi dengan posisi klien membentuk sudut 45,
lanjutkan dengan klien berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih
dulu.
Rasional : Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung
kemih.
5) Pantau pemasukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat
masukan cairan 2000 ml, kecuali harus dibatasi.
Rasional : Dehidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan
batu ginjal
12
6) Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan
tentukan kemungkinan perubahan obat, dosis/ jadwal pemberian obat
untuk menurunkan frekuensi inkontinensia.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinesia, imobilitas dalam waktu
yang lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
berkemih dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
Urine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukan
tidak adanya bakteri.
Intervensi :
1) Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien
inkontinensia, cuci daerah perineal segera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra .
2) Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari
(Merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan
tidur) dan setelah buang air besar.
Rasional : Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
3) Ikuti kewaspadaan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak dengan cairan
tubuh atau darah yang terjadi (Memberikan perawatan perineal,
pengosongan kantung drainase urine, penampungan spesimen urine).
Pertahankan teknik aseptik bila melakukan kateterisasi, bila
mengambil contoh urine dari kateter Indwelling.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang
4) Kecuali dikontra indikasikan, ubah posisi pasien setiap 2 jam dan
anjurkan masukan sekurang-kurangnya 2400ml / hari. Bantu
melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan .
Rasional : Untuk mencegah stasis urine.
13
5) Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine.
a) Tingkatkan masukan sari buah berri .
b) Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.
c) R : Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman . Karena
jumlah sari buah berri diperlukan untuk mencapai dan
memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari
buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran
kemih.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras
oleh urine
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan
integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil:
1) Jumlah bakteri <100.000/ml
2) Kulit periostomal penuh
3) Suhu 37c
4) Urine jernih dengan sendimen minimal.
Intervensi
1) Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8 jam
Rasional : untuk mengindetifikasi kemajuan atau penyimpanan dari
hasil yang diharapkan
2) Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdefekasi.
Yakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang
baru. Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dan
diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang
benar-benar menutupi kulit periastomal. Kosongkan kantung
urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.
Rasional : peningkatan berat urine dapat merusak segel
periostomal,memungkinkan kebocoran urin. Pemajanan menetap
pada kulit periostomal terhadap asam urin dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.
14
d. Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume
cairan seimbang
Kriteria hasil : pengeluaran urine tepat, berat badan 50 kg
Intervensi
1) Awasi tanda-tanda vital
Rasional : pengawasan invasive diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskular, khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk.
2) Catat pemasukan dan pengeluaran
Rasional : untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
3) Awasi berat jenis urine
Rasional : untuk mengukur kemampuan ginjal dalam
mengkonsestrasikan urine
4) Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 jam
Rasional : membantu periode tanpa cairan meminimalkan kebosanan
pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa haus
5) Timbang BB setiap hari
Rasional : untuk mengawasi status cairan
3.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana
tindakan keperawatan yang telah diterapkan. Meliputi tindakan independent,
dependent, dan interpendent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan,
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat
menemukan intervensi yang akan dilanjutkan.
15
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
a. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri
Nama : Ny. M
Tempat/tanggal Lahir : Sumbul, 17 Juli 1922
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat
Diagnosa Medik : Inkontinensia Urine
Alamat : Jl. Amaluhur, Gg. Semar No 45
2. Keluarga atau Orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi:
Nama : Tn.P
Alamat : Jl. Amaluhur, Gg. Semar No 45
No. Telpon : 082153532121
Hubugan Dengan Klien : Anak Kandung
3. Riwayat pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan Saat Ini :-
Pekerjaan Sebelumnya :-
Sumber Pendapatan : Uang dari anak-anaknya
Kecukupan pendapatan : Cukup
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Tidak Ada
Berpergian/wisata : Tidak Pernah
Keanggotaan organisasi : Tidak tergabung
Lain-lain :-
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
16
b. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 kali sehari
b. Nafsu makan : ada
c. Jenis makanan : nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
d. Kebiasaan sebelum makan : berdoa terlebih dahulu
e. Maknan yang tidak disukai : ada, masakan yang berbau laut
f. Alergi terhadap makanan : tidak ada
g. Pantang makan : tidak ada
h. Keluhan yang berhubungan : tidak ada
dengan makan
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu : 15-18x sehari
2) Kebiasaan BAK pada malam hari : ya, ada
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari
2) Konsistensi : lembek, berwarna kuning
3) Keluhan yang berhubu- : tidak ada
ngan dengan BAB
4) Pengalaman memakai : tidak pernah
Laxantif/Pencahar
3. Personal Higiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu : 2x/sehari, pagi dan sore hari
mandi
2) Pemakaian sabun : ya
(Ya/Tidak)
b. Oral Higiene
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari, sehabis mandi dan
sebelum tidur
gosok gigi
2) Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : 3x seminggu
2) Penggunaan shampo : ya
(Ya/Tidak)
d. Kuku dan Tangan
1) Frekuensi gunting kuku : 2x dalam sebulan
2) Kebiasaan mencuci : ya.
tangan pakai sabun
4. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur malam : 5 jam sehari
b. Tidur siang : 1 jam sehari
c. Keluhan yang berhubungan : tidur terganggu sering ke WC
karna mau kencing
17
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Klien mengatakan mengisi waktu luangnya dengan bermain bersama
cucu
c. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama selama 1 tahun terakhir
Ny.M mengatakan 1 tahun terakhir sering mengeluh nyeri saat
berkemih, kalau bersin atau batuk kencing keluar secara tiba-tiba,
nokturia.
b. Gejala yang dirasakan
Kencing dalam sehari 1-18x/hari
c. Faktor pencetus
18
Dimensia, ISK
d. Timbulnya keluhan
( ) Mendadak (V) Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Satu tahun
f. Upaya mengatasi
1) Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktik
3. Pengkajian/pemeriksaan Fisik
(Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD 120/90 mmHg, Nadi
80x/menit Pernapasan 18x/menit,
Suhu 36oC
b. BB/TB : 45 Kg, 150 cm
c. Rambut : Bersih, berwarna putih, tidak ada
ketombe
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis,
palpebrae gelap, sclera anikterik
e. Telinga : bersih, tidak ada benda asing
f. Mulut, gigi dan bibir : bersih, tidak berbau, gusi tidak ada
peradangan, tidak ada karies, tidak
ada gigi palsu, lidah bersih, mampu
untuk mnegunyah
keras
g. Dada : bentuk dada simetris, getaran
dinding kiri dan kanan sama, tidak
ada suara tambahan, payudara
menyusut, tidak teraba massa,
tidak ada suara tambahan
h. Abdomen : datar, tidak ada bendungan vena
pada abdomen, tidaka da striae,
kendung kemih teraba keras, tidak
ada mengalami usus buntu,
tidak ada pembesaran limfe
19
i. Kulit : tekstur kulit terhilat kendur,
keriput, tugor kulit jelek, terdapat
ruam dan kemerahan disekitar
genetalia
j. Ekstremitas atas : tonus otot baik, kekuatan otot
tangan kiri kanan sama yaitu pada
skala 5
k. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kiri dan kanan
sama yaitu pada skala 5, tidak ada
nyeri persendian, tidak terjadi
osteoporosis, dan tidak ada
kelainan tulang
20
6. Batuk lama disertai keringat 0
malam
7. Sesak napas 0
8. Berdahak/sputum 0
D Fungsi Jantung
9. Jantung berdebar-debar 0
10. Cepat lelah 0
11. Nyeri dada 0
E Fungsi pencernaan
12. Mual muntah 0
13. Nyeri ulu hati 0
14. Makan dan minum banyak 0
(berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan buang air 0
besar (mencret atau sembelit)
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan 0
17. Nyeri pinggang atau tulang 0
belakang
18. Nyeri persendian/bengkak 0
G Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki 0
atau tangan
20. Kehilangan rasa 0
21. Gemetar atau tremor 0
22. Nyeri/pegal pada daerah tekuk 0
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak 2
24. Sering buang air kecil pada 2
malam hari
25. Tidak mamapu mengontrol 2
pengeluaran urine kemih
(mengompol)
Jumlah 6
Analisa hasil : Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis sampai
dengan masalah kesetahan kronis ringan
g. FUNGSI KOGNITIF
21
Jawab :
5 Dimana alamatt Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab :
6 Berapa jumlah anggota keluara yang tinggal
bersama Bapak/Ibu?
Jawab :
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu?
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia?
Jawab :
9 Siapa nama presiden Republik Indonesia ?
Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 !
Jawab :
Jumlah benar 6
Analisa hasil :
Jumlah skor = salah 3 berarti ada ganggguan intelek ringan
h. STATUS FUNGSIONAL
22
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 1
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan danmengambil keputusan unutk 0
kepeentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan
hobi)
Jumlah Poin Mandiri 13
Analisa hasil :
Jumlah skor 13, disimpulkan bahwa klien dapat mandiri
i. STATUS PSIKOLOGIS
23
anda?
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? Tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? ya
27 Menikmati tidur? tidak
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? Tidak
29 Mudah mengambil keputusan? Tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya
Jumlah item yang terganggu
Analisa Hasil :
Jumlah terganggu sebanyak 3. Jadi kesimpulannya Status psikologis
dalam rentang normal.
24
j. ANALISA DATA
25
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
Diganosa Keperawatan
DP
I Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan untuk
menghambat kontraksi kandung kemih
III Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nokturia pada malam hari
26
4.3 RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional
keperawatan
Gangguan Setelah 1. Kandung 1. Kaji kebiasaan pola 1. Berkemih yang
Eliminasi dilakukan kemih berkemih dan sering dapat
Urine b.d tindakan kosong gunakan catatatn mengurangi
kehilangan keperwatan secara penuh berkemih sehari dorongan dan
kemampuan selama 1x24 2. Intake cairan beri distensi
untuk jam, klien dalam kandung kemih
menghambat mampu rentang 2. Ajarkan unutk 2. Pembatasan
kontraksi mengontrol normal membatasi cairan pada
kandung eliminasi urine 3. Balance masukan cairan malam hari dapat
kemih cairan pada malam hari mencegah
seimbang terjadniya
4. Keluhan enurasis
tidak bisa 3. Unutk membantu
menahan 3. Ajarkan teknik dan melatih
kencing unutk mencetuskan pengosongan
berkurang refleks berkemih kandung kemih
5. Keluhan (ransangan
nyeri di pacantus dengan
daerah perut penepukan supra 4. Hidrasi optimal
hilang pubik) diperlukan unutk
4. Berikan penjelasan menegah ISK dan
tentang penitngnya batu ginjal
hidrasi optimal,
sedikitnya
2000cc/hari bila 5. Kapasitas
tidak ada kontra kandung kemih
indikasi mungkin tidak
5. Bila masih terjadi cukup untuk
inkontinensia menumpang
kurangi waktu volume urine
antara berkemih sehingga
yang telah diperlukan untuk
direncaakan lebih sering
berkemih
6. Menurunkan
frekuensi
inkontinensia
6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
mengkaji efek
medikasi dan
tentukan
27
kemungkinan
perubahan obat,
dosis/jadwal
pemberian obat
28
saat menjelang tidur berkemih pada
malam hari
4. Jika perlu tingkatkan 4. Untuk
aktivitas lansia pada meningkatkan
siang hari seperti frekuensi tidur,
berkebun karena dengan
aktivitas maka
akan membuat
pasien tidur
lebih nyenyak
5. Beritahu lansia 5. Menambah
tentang manfaat pengetahuan
istirahat lansia tentang
pentingnya tidur
29
malam hari unutk mengatakan
08.55 mengurangi resiko jatuh. minum sebelum
IV Menganjurkan pasien untuk tidur sebanyak
11.00 senam kegel jika ½ gelas
I kencingnya sering. - Pasien
Menciptakan lingkungan mengatakan tadi
11.05 yang tenang untuk lansia. pagi bangun,
I mandi, sarapan,
11.10 bermain dengan
I&IV cucu, dan
11.15 berjemur
IV didepan rumah.
11.20 - Klien
I mengatakan
11.25 lampu - kamar
IV saya cukup
terang, kalau
tidur saya lebih
senang
lampunya
dihidupkan, di
wc lampunya
kurang terang,
lantainya agak
licin
- Pasien dapat
beristirahat
dengan nyaman
- Pasien
mengatakan
sudah 6 kali
kencing bolak-
balik WC, tadi
hampir jatuh d
wc karena lantai
licin.
O:
- warna urine
putih
kekuningan,
jumlah + 200ml,
keluarnya
seperti air
mancur,
biasanya keluar
sebelum klien
samapi ke wc.
- wc karena lantai
30
licin.
- pasien belum
dapat menulis
angka dengan
urutan yang
benar.
A:
- Diagnosa
I,II,III,IV belum
teratasi
P:
Melanjutkan ke
intervensi
selanjutnya
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi
yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan
sosial. Inkontinensia urine banyak terjadi pada lansia perempuan, karena sistem
anatomis dan oersonal higiene.
Pengkajian untuk lansia difokuskan pada poin-poin yang didalamnya berisi
data yang abnormal. Diagnosa yang diangkat mendekati KMB namun lebih
spesifiknya karena proses degeneratif, maka dari itu intervensi yang diberikan
adalah intervensi yang lebih mengarah ke lansia. Seperti senam kegel. Senam
kegel berfungsi untuk mempertahankan status berkemih.
5.2 Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna dan masih banyak
kekurangan, maka saya membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah saya kedepannya.
32