Anda di halaman 1dari 6

Pusat Penelitian BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

Badan Keahlian DPR RI


Gd. Nusantara I Lt. 2
Jl. Jend. Gatot Subroto
Jakarta Pusat - 10270
c 5715409 d 5715245
m infosingkat@gmail.com KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 08/II/Puslit/April/2018

REMAJA DAN PERILAKU BERISIKO TERHADAP


MINUMAN KERAS (MIRAS) OPLOSAN
Sulis Winurini
13
Abstrak
Miras oplosan telah mengakibatkan banyak korban jiwa, bahkan Kabupaten
Bandung telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Meskipun saat ini
status tersebut telah berakhir, namun perlu upaya antisipasi agar kasus serupa
tidak terulang. Tulisan ini mengkaji mengapa perilaku berisiko terhadap miras
oplosan terus terjadi pada remaja dan bagaimana mengatasinya. Meminum
miras oplosan merupakan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan. Beberapa
faktor penyebab, yaitu: 1) Faktor dari dalam diri remaja: pengetahuan, sikap,
dan keyakinan yang keliru mengenai miras oplosan; 2) Faktor pendorong: harga
murah, mudah didapat, dinilai lebih enak karena cepat mabuk; 3) Faktor penguat:
lingkungan sosial yang mendukung. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk
mengatasinya, yaitu: 1) edukasi yang masif; 2) penguatan fungsi keluarga; 3)
pengupayaan menutup peluang pengaruh negatif bagi remaja; 4) razia rutin;
5) penegasan sanksi terhadap pengonsumsi, pembuat, pengedar, dan penjual
miras oplosan. Terhadap hal ini, DPRI RI perlu merumuskan sanksi tegas
untuk pengonsumsi, pembuat, pengedar, dan penjual miras tak berizin dalam
substansi RUU Larangan Minuman Beralkohol.

Pendahuluan Jumlah pasien yang dirawat setiap


Beberapa pekan terakhir, kasus hari berkurang karena kondisi pasien
miras oplosan telah menimbulkan membaik. Sebagai gambaran, di
banyak korban dalam waktu singkat, RSUD Cicalengka, hingga 13 April
terutama di daerah Jawa Barat. 2018 lalu, jumlah pasien yang masih
Kabupaten Bandung sebagai daerah dirawat tersisa 2 pasien. Sementara
yang warganya terbanyak menjadi pasien lainnya, sebanyak 201
korban miras oplosan, menetapkan orang sudah kembali ke rumahnya
PUSLIT BKD status Kejadian Luar Biasa (KLB) (Republika, 2018).
6-12 April 2018. Selama penetapan Penetapan KLB miras oplosan
KLB, biaya pengobatan pasien di Bandung memang telah berakhir.
ditanggung pemerintah daerah. Namun demikian, bukan berarti
Saat ini status KLB sudah berakhir. permasalahan miras oplosan
berhenti di sini. Masih banyak rasa terbakar, menghambat
kasus miras oplosan di wilayah konsentrasi, memperlambat refleks,
lain di Indonesia yang belum menghilangkan keseimbangan,
terungkap. Selain itu, selama ini merusak lambung (Republika, 2018),
upaya yang dilakukan lebih bersifat bahkan kematian. Media Indonesia
reaktif. Kasus miras oplosan terus (2016) menyebutkan, total korban
terjadi dari tahun ke tahun karena jiwa miras oplosan pada tahun
penanganan tidak menyentuh 2015 adalah 28 orang, kemudian
ke akar masalah. Banyak kasus pada tahun 2016 adalah 57 orang,
menunjukkan penanganan dilakukan pada tahun 2017 adalah 32 orang,
lebih kepada pembuat, pengedar, dan pada tahun 2018 adalah 114
dan penjual miras oplosan. Padahal, orang. Rincian korban jiwa pada
kunci dari permasalahan adalah tahun 2018 adalah sebagai berikut:
pengonsumsi miras oplosan, yang Jawa Barat sebanyak 58 orang,
sebagian besar adalah remaja.
Pertanyaan yang ingin dijawab
Jabodetabek sebanyak 37 orang,
dan Papua sebanyak 19 orang.
14
melalui tulisan ini adalah: Mengapa Data ini menunjukkan korban jiwa
perilaku meminum miras oplosan miras oplosan terus mengalami
terus terjadi pada remaja? Bagaimana peningkatan dari tahun ke tahun.
mengatasinya? Tahun 2018 adalah yang terparah
dengan kasus terbanyak di Jawa
Miras Oplosan dan Dampaknya Barat.
Minuman keras (miras) adalah
semua jenis minuman beralkohol. Remaja dan Perilaku Berisiko
Menurut Permendagri No.20/ terhadap Miras Oplosan
M-DAG/PER/1/2014 tentang Sebagian besar pengonsumsi
Pengendalian dan Pengawasan miras oplosan adalah remaja.
Terhadap Pengadaan, Peredaran, Survei Lembaga Kajian dan
dan Penjualan Minuman Beralkohol, Pengembangan Sumber Daya
minuman beralkohol adalah Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul
minuman yang mengandung Ulama menunjukkan sekitar 65%
etanol yang diproses dari bahan remaja pernah meminum miras
hasil pertanian yang mengandung oplosan. Penelitian ini melibatkan
karbohidrat dengan cara fermentasi 327 responden remaja berusia 12-
dan destilasi atau fermentasi tanpa 21 tahun di wilayah Jabodetabek,
destilasi. Sementara oplosan, menurut dilakukan dari Februari-Maret 2017.
KBBI adalah hasil mengoplos, Hasil penelitian lain menunjukkan
campuran, larutan. Miras oplosan adanya peningkatan konsumsi
adalah minuman beralkohol yang miras yang signifikan di kalangan
dicampur dengan bahan lainnya, remaja. Apabila pada tahun 2007
seperti minuman berenergi, susu, Riset Kesehatan Dasar Departemen
minuman bersoda, spritus, obat- Kesehatan menunjukkan jumlah
obatan (Mulyadi, 2014). pengonsumsi miras di Indonesia
Miras oplosan memiliki efek ada di angka 4.9%, maka pada
pada tubuh, yaitu melemahkan tahun 2014, riset yang dilakukan
sistem kekebalan tubuh, merusak oleh Gerakan Nasional Anti Miras
liver, menyebabkan diare dan (GeNAM) menunjukkan angka 23%
dari total jumlah remaja Indonesia Perilaku berisiko terhadap miras
saat ini yang berjumlah 63 juta jiwa oplosan terealisasi karena didukung
atau sekitar 14.4 juta jiwa (Detik.com, beberapa faktor. Remaja menganggap
2015). miras oplosan memiliki nilai lebih.
Lebih spesifik lagi, Clara (dalam Temuan Survei Lakpesdam NU (2017)
Kompas.com, 2013), Sosiolog UNJ, menyebutkan alasan responden
menyebutkan bahwa pengonsumsi mengonsumsi miras oplosan, yaitu
miras oplosan umumnya remaja karena harganya murah. Miras
yang berasal dari kalangan sosial oplosan dijual seharga Rp.25.000,-
menengah ke bawah. Banyak kasus hingga Rp.100.000,-. Polsek Serang
menunjukkan remaja tersebut bahkan menyebutkan bahwa miras
berkumpul di suatu tempat (tempat oplosan bisa didapat dengan harga
“nongkrong”) untuk meminum miras Rp.5.000,- (Suara.com, 2018). Untuk
oplosan bersama-sama. remaja menengah ke bawah, harga
15 Remaja tersebut termasuk
dalam remaja berisiko. Departemen
sebesar ini masih terjangkau. Selain
terjangkau, pengonsumsi juga mudah
Kesehatan RI (2003) mendefinisikan mendapatkan miras oplosan. Hasil
remaja berisiko sebagai remaja Survei Lakpesdam NU menyebutkan,
yang pernah melakukan perilaku dari 65% responden pengonsumsi
yang berisiko bagi kesehatan, miras oplosan, 71% responden
termasuk diantaranya meminum mendapatkan miras oplosan dari
miras oplosan. Ada tiga faktor yang warung jamu, 14,3% dari warung
mempengaruhi perilaku berisiko kelontong, 7,1% dari perantara,
pada remaja. Pertama, faktor yang sisanya tidak menjawab.
berasal dari dalam diri remaja yang Menurut Wasisto (2018),
menjadi alasan untuk berperilaku. Kadiv Humas Polri, dengan harga
Kedua, faktor yang mendorong suatu murah, konsumen mendapatkan
perilaku dapat terlaksana. Ketiga, efek yang luar biasa. Kandungan
faktor yang dapat memperkuat methanol dalam miras mempercepat
perilaku (Lestari dan Sugiharti, 2011). efek mabuk. Menurut Hasyim
Faktor yang berasal dari dalam (2017), Kepala Departemen Peneliti
diri remaja mencakup pengetahuan, Lakpesdam PWNU DKI Jakarta,
sikap, nilai remaja terhadap miras miras oplosan juga dinilai lebih
oplosan. Hasil penelitian Fitria enak dibanding alkohol murni.
(2015) terhadap remaja pengonsumsi Hasil Survei Lakpesdam NU (2017)
miras oplosan menyebutkan bahwa menyebutkan, dari 65% responden
pengetahuan, sikap, keyakinan pengonsumsi miras oplosan, 35,7%
yang keliru mengenai miras responden mengonsumsi campuran
oplosan membuat responden tidak minuman beralkohol (minol) dengan
menyadari bahwa mengonsumsi minuman bersoda, 28,6% dengan
miras adalah perbuatan yang tidak alkohol lainnya, 21,4% dengan
baik dan dapat menimbulkan minuman energi, sisanya menjawab
dampak buruk pada kesehatan. tidak tahu.
Keyakinan bahwa mereka dapat Persepsi remaja tentang nilai
mengendalikan diri saat minum lebih miras oplosan sayangnya
miras oplosan menjadi alasan bagi tidak diimbangi dengan persepsi
mereka untuk terus meminum miras mengenai adanya konsekuensi
oplosan. negatif miras oplosan. Sejauh ini,
pengonsumsi miras oplosan belum Raharni (2002), Ismail (2006), dan
dikenai sanksi tegas. Pengonsumsi Iqbal (2008) menunjukkan bahwa
baru akan mendapat sanksi apabila remaja yang memiliki teman
setelah meminum miras oplosan berperilaku berisiko cenderung akan
mengakibatkan terganggunya berperilaku berisiko juga. Hal ini
ketertiban umum, terjadinya terjadi karena remaja ingin diakui
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, oleh lingkungan pertemanannya
pembunuhan, dan tindak kekerasan (dalam Lestari dan Sugiharti, 2011).
lainnya. Kurangnya rasa terancam Ketiga faktor tersebut, yaitu:
pada pengonsumsi semakin faktor yang berasal dari dalam
mendorong munculnya perilaku diri, faktor yang mendorong dan
berisiko terhadap miras oplosan. memperkuat perilaku; tampak
Perilaku berisiko terhadap nyata dalam kehidupan remaja dan
miras oplosan diperkuat oleh menyumbang perilaku berisiko
lingkungan sosial. Beberapa remaja
minum alkohol karena faktor
terhadap miras oplosan. Hal ini
menjelaskan mengapa pengonsumsi
16
pertemanan, kebanggaan, agar miras oplosan terus ada, dan bahkan
menjadi berani, faktor pergaulan, mengalami peningkatan dari tahun
ingin coba-coba, agar percaya ke tahun.
diri, dan melarikan diri dari
masalah keluarga (dalam Lestari Upaya yang Perlu Dilakukan
dan Sugiharti, 2011). Faisal (2017) Mengacu pada beberapa
menyebutkan salah satu karakteristik permasalahan di atas, ada beberapa
dalam kehidupan sosial remaja upaya yang perlu dilakukan terhadap
kelas menengah ke bawah adalah remaja, terutama remaja menengah ke
melakukan kegiatan apapun secara bawah.
kolektif. Mereka merasa hebat ketika Pertama, pemberian edukasi
menjadi bagian dari keramaian. Pada secara masif terkait bahaya miras
kasus ini, kebanyakan dari remaja oplosan, yaitu bisa melalui media
menjadi pengonsumsi miras oplosan massa seperti TV, dalam bentuk
karena faktor sosial, yaitu tuntutan iklan atau dalam acara yang diminati
“nongkrong” bersama. remaja, bisa juga dengan melibatkan
Dalam beberapa penelusuran tokoh masyarakat, tokoh agama,
yang dilakukan oleh Faisal (2017), serta tokoh dalam komunitas remaja.
ditemukan bahwa mayoritas Kedua, penguatan fungsi keluarga,
remaja menengah ke bawah jarang misalnya dengan menghidupkan
berinteraksi dengan orang tuanya program semacam PKK (Pembinaan
karena orang tuanya bekerja. Kesejahteraan Keluarga). Edukasi
Semakin buruk tingkat komunikasi mengenai keberfungsian keluarga dapat
antara remaja dengan orang tuanya, diberikan kepada orang tua, terutama
semakin besar kemungkinan ibu, melalui program tersebut.
remaja melakukan perilaku berisiko Ketiga, pengupayaan untuk
(Sarwono, 2001 dalam Lestari dan menutup peluang bagi pengaruh
Sugiharti, 2011). Kurang dekatnya negatif masuk dalam kehidupan
hubungan antara remaja dengan remaja. Keinginan remaja untuk
orang tuanya menyebabkan remaja diakui dan dilihat hebat bisa
lebih dekat dengan teman sebayanya. diarahkan pada kegiatan positif.
Hasil penelitian yang dilakukan Faisal (2017) menemukan bahwa
keberadaan ruang publik, khususnya bagi pengonsumsi. Perilaku ini
di daerah rural, dapat menambah diperkuat oleh lingkungan sosial yang
pengaruh positif bagi kehidupan mendukung, yaitu tuntutan teman
remaja menengah ke bawah. Ruang sebaya dan lemahnya pengawasan
publik dapat dimanfaatkan remaja orang tua. Terhadap permasalahan
untuk berkegiatan positif, seperti ini, DPR RI dapat menjalankan
olahraga. Upaya lain adalah dengan fungsinya. Pertama, fungsi legislasi,
menghidupkan kegiatan karang dengan merumuskan sanksi tegas bagi
taruna dan kegiatan keagamaan di pengonsumsi, pembuat, pendistribusi
daerah rural. Budaya sosial positif dan penjual miras tak berizin
di kalangan remaja dapat dibangun dalam substansi RUU Larangan
melalui kegiatan-kegiatan tersebut. Minuman Beralkohol. Kedua, fungsi
Keempat, pengupayaan untuk pengawasan, dengan mendorong
meningkatkan persepsi keterancaman pemerintah, terutama Kapolri, untuk
17 remaja terhadap miras oplosan, yaitu
dengan melakukan razia tempat-
melakukan razia secara rutin kepada
pengonsumsi, pembuat, pengedar,
tempat nongkrong remaja secara penjual miras oplosan.
rutin dan penegasan sanksi terhadap
mereka yang mengonsumsi miras Referensi
oplosan. “23 Persen Remaja Indonesia Pernah
Kelima, pengupayaan untuk Konsumsi Miras”, https://news.
mempersulit remaja mengakses miras detik.com/berita/2852915/23-
oplosan, yaitu dengan membatasi persen-remaja-indonesia-pernah-
ruang gerak pembuat, pengedar, dan konsumsi-miras, diakses 16 April
penjual miras oplosan. Upaya konkrit 2018.
yang bisa dilakukan, yaitu melakukan “65,3 Persen Remaja Konsumsi
razia tempat-tempat penjualan miras Minuman Beralkohol Oplosan”,
oplosan secara rutin, penegasan http://www.pikiran-rakyat.com/
sanksi terhadap pembuat, pengedar, nasional/2017/08/15/653-persen-
dan penjual miras oplosan, serta remaja-konsumsi-minuman-
memperketat pengawasan penjualan beralkohol-oplosan-407472, diakses
alkohol. Kelima upaya ini, apabila 16 April 2108.
dilakukan dengan konsisten, akan Departemen Kesehatan RI. (2003). Materi
dapat memperkecil faktor perilaku Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
berisiko remaja terhadap miras (PKPR). Jakarta: Departemen
oplosan. Kesehatan RI.
Faisal, Mohammad. (2017). “Generasi
Penutup Phi: Memahami Milenial Pengubah
Perilaku meminum miras Indonesia”, Republika, hal. ...
oplosan di kalangan remaja terjadi Fitria, Alfi Laili. (2015). “Determinan
karena pengetahuan, sikap, keyakinan Perilaku Konsumsi Minuman
yang keliru mengenai miras oplosan. Keras Pada Remaja di Desa
Perilaku ini terealisasi, didorong Tanggul Kulon Kecamatan Tanggul
harga miras oplosan yang murah, Kabupaten Jember”, http://
terjangkau bagi remaja menengah repository.poltekkesmajapahit.
ke bawah, mudah diperoleh, ac.id/index.php/PUB-KEP/
berefek mempercepat mabuk, dan article/view/597/509, diakses 16
tidak adanya sanksi yang tegas April 2018.
“Jangan Ada Lagi Nyawa Mulyadi, Mohammad. (2014). “Darurat
Meregang”, Media Indonesia, 16 Miras Oplosan”, https://berkas.
April 2018, hal. 12. dpr.go.id/puslit/files/info_
“Korban Miras Cicalengka 307 singkat/Info%20Singkat-VI-24-
Orang”, Republika, 16 April II-P3DI-Desember-2014-30.pdf,
2018, hal. 3. diakses 16 April 2018.
Lestary, H., & Sugiharti. (2011). “Tewas Karena Miras, Efek
“Perilaku Berisiko Remaja di Budaya Nongkrong”, https://
Indonesia Menurut Survey megapolitan.kompas.com/
Kesehatan Reproduksi Remaja read/2013/10/13/1200028/
Remaja Indonesia (SKRRI) Tewas.karena.Miras.Efek.Budaya.
Tahun 2007.” Jurnal Kesehatan Nongkrong, diakses 16 April 2018.
Reproduksi, hal. 136-144.
“Mematikan, Miras Oplosan Dijual
Rp5000 dan Mudah Dibeli
Remaja”, https://www.suara.
18
com/news/2018/04/12/104749/
mematikan-miras-oplosan-dijual-
rp5000-dan-mudah-dibeli-remaja,
diakses 16 April 2018.

Sulis Winurini
sulis.winurini@dpr.go.id

Sulis Winurini, S.Psi., M.Psi., menyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Psikologi


Universitas Indonesia tahun 2004 dan pendidikan S2 Psikologi Industri dan Organisasi
Universitas Indonesia tahun 2007. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Muda Psikologi
pada Pusat Penelitian-Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah
dipublikasikan melalui jurnal dan buku antara lain: “Fenomena Kecemasan pada Siswa
saat Menghadapi Ujian Nasional” (2013), “Kontribusi Psychological First Aid (PFA)
dalam Penanganan Korban Bencana Alam” (2014), dan ”Praktik Bullying dalam Masa
Orientasi Peserta Didik Baru dan Upaya Pemerintah Mengatasinya” (2015).

Info Singkat
© 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang
http://puslit.dpr.go.id mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
ISSN 2088-2351 isi tulisan ini tanpa izin penerbit.

Anda mungkin juga menyukai