Anda di halaman 1dari 13

“WANITA SEBAGAI IBU”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Psikologi Perkembangan


Dosen Pengampu :Surachmindari, S.ST.,M.Pd

Disusun:
Alvin Nisrina R.A (P17311181014)
Fajria Cahyaningrum (P17311181023)
Triska Ferdiana P (P17311183037)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESIKEBIDANAN MALANG

1
TINGKAT 2
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang mengulas mengenai “Wanita Sebagai Ibu” dengan
sebaik-baiknya.

Makalah ini merupakan sebuah makalah dimana para pembaca diharapkan dapat
memahami Psikologi Perkembangan. Didalamnya penulis menjelaskan beberapa teori
perkembangan sosial. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat dijadikan pendamping
belajar bagi mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait, yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa agar
lebih kompeten.

Malang, 12 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4

1.3Tujuan....................................................................................................................4

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1 Peran Wanita sebagai Ibu......................................................................................5

2.1.1Fungsi Ibu.....................................................................................................5

2.1.2 Sifat Keibuan...............................................................................................5

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Ibu Tiri Dan Ibu Angkat........................................................................................6


3.2 Peran Wanita sebagai Istri.....................................................................................8
3.3 Relasi Ibu dan Anak..............................................................................................9

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................11

4.2 Saran ..................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga. Jantung dalam tubuh
merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung berhenti
berdenyut maka orang itu tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Dari perumpamaan ini
dapat disimpulkan bahwa kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral sangat penting untuk
melaksanakan kehidupan. Pentingnya seorang ibu terutama terlihat sejak kelahiran anaknya, dia
harus memberikan susu agar anak itu bisa melangsungkan kehidpupannya. Mula-mula ibu
menjadi pusat logistic, memenuhi kebutuhan fisik, fisiologi, agar ia dapat meneruskan hidupnya.
Baru sesudahnya terlihat bahwa ibu juga harus memenuhi kebutuhan” lainnya, social, psikis
yang bila tidak dipenuhi bisa mengakibatkan suasana keluarga menjadi tidak optimal.Peran dan
tugas perempuan dalam keluarga tergantung peran mereka di dalam keluarga itu sendiri bisa
sebagai istri, anak, mertua, dll. Secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu peran wanita sebagai
ibu, sebagai istri, dan anggota keluarga. Tugas perempuan dalam membina kesehatan mental
bagi dirinya maupuan keluarganya. Agar dapat melakukan peran dan tugasnya dengan baik,
maka perlu dihayati benar mengenai sasaran dan tujuan dari peran itu.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana peranan wanita sebagai ibu?


 Bagaimana peran wanita sebagai istri?
 Bagaimana pengertian relasi ibu dan anak ?

4
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui peran wanita sebagai ibu


 Untuk mengetahui peran wanita sebagai istri
 Untuk mengetahui pengertian tentang relasi ibu dan anak

BAB 2

KAJIAN TEORI

Peranan wanita sebagai manusia adalah peranannya yang pertama dalam kehidupan, meliputi :
2.1Peran wanita sebagai ibu

2.1.1 Fungsi Keibuan

Hadits Riwayat Imam Ahmad, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Surga itu
terletak di bawah telapakkaki "ibu". "Ibu" sebagai makhluk yang dikodratkan sebagaiperantara
lahirnya manusia di bumi ini. "Ibu" sanggupmengandung, melahirkan, memelihara calon
manusia danmendidiknya."Wanita" sebagai "ibu" adalah pendidik paling primerbagi manusia.
Kaum "ibu". yang ideal tidak sekedar dapathamil, namun "ibu" harus berbobot (berkualitas).
Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya,namun rohaninya.Sesungguhnya
pengasuhan ibu terhadap anaknya mempunyai kepentingan besar berkaitan dengan anak.
Namun,tidak ada keharusan bagi wanita untuk selalu bersamaanak, dan tidak juga bersama
suami, kecuali apabila dia(suami) membutuhkannya secara khusus.Bila ibu sibuk sehingga tidak
mempunyai banyak waktuuntuk anaknya dikarenakan bekerja atau dikarenakansebab apapun
yang lain, maka ia dapat menyerahkantugas pengasuhan kepada siapa saja yang
dianggapnyajujur untuk mengisi kekosongan yang disebabkan kepergiannya. Namun sebisa
mungkin ibu harus berusahamenyisakan waktu agar dapat memberikan perasaannyadan kasih
sayangnya kepada anaknya yang dapat mengurangi perasan gelisah yang biasa dialami anak
karenakepergiannya.

2.1.2 Sifat Keibuan

5
Beruntunglah bagi mereka yang mempunyai sifat keibuan,Meski belum menjadi ibu,
wanita yang mempunyai sifatlemah lembut dan penyayang layaknya seorang ibu
bisamenghasilkan sel-sel saraf baru di otaknya yang mungkin akanmembuatnya lebih cerdas.
Demikian hasil studi di yang diiungkapkan oleh peneliti dari Tufts University's Cummings
Schoolof Veterinary Medicine, London, Robert Bridges (dilansir dariLivescience, 2009). Meski
studi ini baru dilakukan pada tikus, namun otak tikus yang dianalogikan sebagai otak anusiaitu
terbukti mengalami pertumbuhan sel-sel baru ketikamelakukan aktivitas seorang ibu.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Ibu Tiri dan Ibu Angkat


o Ibu Tiri

Ibu tiri, memang sebuah status yang terkadang menakutkan. Image negatif terlanjur melekat
dibenak sebagiankaum wanita, bahwa ibu tiri selalu digambarkan jahat danlicik. Sering pula
anak beranggapan ibu tirinya adalahmusuh atau pesaing, seakan-akan dalam keluarga
kelakterjadi kompetisi seru, berebut perhatian dan cinta ayahdan suami.Menjadi istri dari seorang
duda, sekaligus menjadi ibu tiridari anak kandungnya adalah dua hal nyata yang akanditerima,
siapapun Anda yang berada pada posisi inisekarang. Dan sebelum Anda mengetahui saran
bijaknya,terlebih dulu ketahui betul peran Anda sebagai ibu barudari anaknya.Hal-hal yang perlu
diperhatikan jika Anda sebagai ibu tiri :

a. Ketahui posisi Anda

Anda memang bukan ibu kandungnya, seberapapun Andaberusaha keras untuk mendekatkan diri
pada mereka. Ibukandung tentu akan selalu mendapatkan tempat spesial dihatinya, seperti halnya
cinta sang ayah. Namun kenyataannya sekarang, Anda adalah istri dari ayah kandungnya.
Danbijaknya, mulailah secara pelan tapi pasti Anda menanamkandalam benak mereka, bahwa
mereka adalah anak Anda juga,yang menjadi bagian dari hidup dan prioritas Anda.

b. Sikap take and give


6
Menikah dengan duda yang memiliki anak, itu berarti Andaharus bisa menerima mereka dalam
satu paket. Sikap takeand give sangat dibutuhkan agar Anda jauh lebih ikhlas dannyaman
menyandang status tersebut dan menjalani hidupberumah tangga dengan sang duda.Bijaknya,
jika pendekatan kepada anak-anaknya, dilakukanbersamaan saat Anda masih berpacaran dengan
ayahnya.Setidaknya Anda bisa mengenali karakter buah hatinya,mengenal dekat dunianya dan
menjadi teman yang baik,bukan sebagai musuh baginya., Pendekatan ini adalah saranabelajar
untuk saling menerima keberadaan masing-masing.Pun memudahkan Anda saat berinteraksi
dengannya kelak.

c. Memahami dan toleransi

Pahamilah, bahwa sebuah perceraian masih menyisakan lukadan trauma mendalam di jiwanya
sehingga menimbulkansikap agresif atau penolakan mereka terhadap "ibu baru".Bersabar adalah
saran bijak, dan jangan jadikan sikap-sikaphegatif yang mereka tunjukkan sebagai alasan Anda
untukmembenci atau sakit hati pada mereka.Coba lihat dari kaca mata dan sudut pandang
mereka, karenamungkin saja beberapa kejadian buruk seperti pertengkaranhingga timbulnya
perpisahan diantara kedua orang tuanya,masih sangat membekas di hati hingga masih begitu sulit
bagimereka untuk menerima kehadiran Anda sebagai "ibu baru".

d. Ikhlas menyayangi

Mulailah belajar untuk menerima keberadaan mereka diantara Anda dan suami. Ini adalah
sebuah awal yang tepat meskimungkin berat dan susah dijalani. Sikap ikhlas Anda
sangatdibutuhkan, karena Anda telah bersedia menerima resiko dankonsekuensi menikahi duda
dengan anak. Komunikasi dankedekatan Anda yang intens dengan mereka, juga
sebuahpembuktian bahwa Anda telah diterima menjadi "ibu baru"mereka.Namun perlu
digarisbawahi, jangan pernah memaksakandiri untuk menggantikan posisi ibunya. Sayangi saja
merekasepenuhnya, dan biarkan kasih sayang itu mengalir sebagaimana mestinya. Yang
terpenting Anda mengetahui denganjelas batasan-batasannya.

e. Jadi teman terbaik

Awalnya, mereka akan merasa asing dengan keberadaan anda di tengah-tengah mereka, namun
jangan dulu bereaksiatas sikap ini. Sebuah pendekatan yang terarah dengankomunikasi dua arah
7
yang intensif sangat bagus dilakukan.Siapkan diri Anda selayaknya teman terbaik, yang
bersediamendengar segala cerita dan keluh kesahnya. Dan inilahsaatnya Anda melenyapkan
segala rasa canggung dantakutnya, dan menjadi teman terbaik mereka.Menjadi teman baginya,
akan terasa lebih nyaman bagi Anda,karena Anda tidak mungkin bisa menggantikan peran
ibunyadi hati mereka. Saat mereka bersikap tidak baik, dan tidaksopan, tak perlu dengan
kekerasan. Berikan nasihat dan teguran yang sepantasnya. Jika memang sudah melewati
batas,diskusikan segera dengan suami dan bersama-sama mencarijalan keluar yang terbaik bagi
semua pihak.

f. Bersikap adil
Pada saatnya nanti, Anda akan memiliki momongan sendiri,yang berarti anggota keluarga akan
bertambah. Hal ini berartianak-anak Anda akan memiliki saudara tiri. Dibeberapakasus, sadar
atau tidak, faktor ketidakadilan muncul saat Andamembagi perhatian dan kasih sayang kepada
anak, baik anakkandung maupun anak tiri.Agar tidak menimbulkan kecemburuan dan konflik
persainganberebut perhatian, sebagai ibu tiri yang bijak, bijaknya Andatetap menjaga perasaan
dan perhatian kepada anak tiri.Sebagai anak yang sudah mulai menerima kehadiran Andasebagai
ibu mereka, jangan sampai ketidakadilan yang terlihatitu membuatnya sedih.

3.2 Peran Wanita Sebagai Istri

Peran perempuan sebagai istri yang mendampingi suami, tidak kalahpentingnya dengan
peranan istri sebagai ibu rumah tangga. Melaksanakan tugas sebagai istri tentu akan banyak
menemui suka dan dukanya, banyak ujian dan cobaan disamping banyak pula kesenangan dan
kebahagiaan, oleh karenanya perempuan harus siap akan apapun yang terjadi bila ia menjadi
seorang istri. Seorang yang memiliki tugas yang sudah menjadi kewajibannya untuk dijalankan
yang sesuai dengan perannya, namun ada pula seorang yang menjalankan dua peran sekaligus
walaupun itu sebenarnya bukan kewajibannya. Peran ganda yang seperti ini juga dijalankan oleh
seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki suami, didalam keluarganya dia memiliki
peran ganda sebagai seorang istri atau ibu untuk suami sekaligus anak-anaknya(ibu rumah
tangga) dan juga sebagai seorang pekerja mencari nafkah tambahan (wanita karir) berbagai
macam pekerjaan dijalankannya untuk membantu suaminya mencari nafkah tambahan untuk

8
memenuhi kebutuhan domestik keluarga maupun kebutuhan material yang dibutuhkan dalam
keluarga.

Dengan turut sertanya wanita dalam pekerjaan mencari nafkah, mereka telah bersumbangsih
tenaga dan kemampuannya dalam membantu memikul beban perekonomian keluarganya
bersama suami yang sebagai kepala rumah tangga dan penanggung jawab utama perekonomian
keluarga dari semua kebutuhan maupun keperluan keluarganya. Tanpa melupakan tugas dan
kewajibannya seorang wanita yang dengan panggilannya sebagai istri dan ibu rumah tangga tetap
menjalankan kewajiban dan tanggung jawab perannya didalam keluarga yakni mengerjakan
peran domestiknya (sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah,
menyiapkan hidangan makanan) dan juga menjalankan peranannya sebagai seorang istri yang
melayani suaminya.

3 Peranana wanita sebagai istri ialah berkaitan dengan perannya dalam menuntut
ketergantungan kepada rumah untuk menjaga anak-anak, serta memenuhi semua kebutuhan
suami

• Juga berperan terhadap anaknya dengan adanya hak asuh untuk menjaga anak-anaknya.

• Sebagai mitra bersama suami yang efektif untuk dalam proses pendidikan anak-anaknya

3.3 Relasi Ibu dan Anak

Dalam KBBI dinyatakan bahwa relasi berarti hubungan, perhubungan, pertalian . Dalam istilah
sosiologi, relasi atau relation digunakan sebagai sebutan bagi hubungan antara sesama. Relasi
sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang
sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar
individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau
hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat seperti halnya
tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Sesuatu yang bersifat prinsipil dalam
perkembangan hidup manusia antara lain adalah terwujudnya hubungan timbal balik antara satu
potensi dengan potensi lainnya.S Astuti dalam penelitiannya mengutip pendapat Spradley dan
McCurdy yang menyatakan bahwa relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin antara
individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola
9
hubungan ini juga disebut sebagai pola relasi sosial. Termasuk di dalamnya adalah relasi antara
anak dan orang tua, karena relasi tersebut telah terjalin bahkan sejak anak masih di dalam
kandungan ibunya.

3.1.3 Pola Relasi Ibu dan Anak Serta Pengaruhnya Terhadap Kepribadian Anak

Berdasarkan tingkat kasih sayang dan tuntutan orang tua dalam pengasuhan, pola pengasuhan
dibedakan atas empat jenis, yaitu:

1. Pola asuh otoriter

adalah tipe pengasuhan dengan tuntutan yang tinggi, tidak fleksibel (kaku), tidak
responsif, mendesak anak mengikuti arahan-arahan orang tua, penerapan hukuman, dan
menghargai kerja keras.

1 Pola asuh demokratis

adalah pengasuhan yang memberikan tuntutan kepada anak sekaligus responsif terhadap
kemauan dan kehendak anak.

2 Pola asuh permisif

adalah pengasuhan yang lebih mengedepankan kasih sayang, tetapi tidak memberi
batasan berupa tuntutan.

3 Pola asuh abai (tidak peduli)

adalah jenis pengasuhan dengan kasih sayang dan tuntutan yang sangat sedikit/rendah
terhadap anak.

Dari keempat jenis pola asuh di atas, pola asuh demokratis adalah yang paling baik untuk
diterapkan. Adapun ciri utama pola asuh demokratis adalah :

1. Orang tua suportif dan komunikatif.

2. Orang tua menerapkan disiplin yang konsisten.

3. Orang tua mengawasi.


10
4. Orang tua membantu anak untuk mengembangkan kesadaran, pengekspresian dan
kontrol emosional

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian kami maka dapat menarik kesimpulkan yaitu keluarga
adalah satuan paling mendasar, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga
merupakan institusi primer yang paling utama sebelum anak mendapatkan pendidikan
dilembaga lain. Pada institusi primer inilah anak mendapatkan pengasuhan. Keberhasilan
seorang anak dalam hubungan sosialnya tergantung dari pola pengasuhan yang
diterapkan orangtua dalam keluarga. Setiap orangtua memiliki peran dan kewajibannya
masing-masing. Adapun peranan orangtua yaitu mendidik, membimbing, mengasuh,
mengawasi, dan memberikan kasih sayang. Orangtua khusunya ibu mempunyai peran
yang sangat penting dalam keluarga yaitu untuk mengurus dan merawat anaknya. Karena
anak merupakan karunia Tuhan. Kepribadian anak dapat dibentuk melalui proses
pengasuhan yang baik. Terutama pada masa balita (0-5 tahun), hal ini dikarenakan masa
balita merupakan masa keemasan (golden age) sehingga para orangtua khusunya ibu
dapat mudah menanamkan budi pekerti, agar anak memiliki kepribadian (sifat dan sikap)
11
yang baik sehingga anak dapat hidup bermasyarakat dengan mematuhi norma-norma
yang berlaku.

4.2 Saran

o Mengingat begitu pentingnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian (sifat
dan sikap) anak maka dibutuhkan sekali bimbingan, pengawasan, pengarahan, dan kasih
sayang orangtua terhadap anak.
o Masa balita (0-5 tahun) adalah masa dimana anak memerlukan pengasuhan yang baik
dari orangtuanya. Karena pada masa ini kepribadian anak dapat terbentuk dengan mudah
sesuai dengan pengasuhan yang diterapkan.
o Pada saat ini peranan ibu kandung banyak digantikan oleh orang lain yaitu pengasuh anak
(baby sitter), sebaiknya ibu kandung tetap mengawasi dan mengontrol kerja pengasuh
(baby sitter) dalam menjaga dan mengasuh anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008),hlm. 1159


5 Dhamayanti, Chandra. 2012. Psikologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
6 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), hlm. 17-18.
7 Nilam Widyarini, Seri Psikologi Populer: Relasi Orang Tua dan Anak, (Jakarta: Elex
Media Komutindo, 2009), Hlm.9
8 Satuan Tugas Penyusun Naskah Pengembangan Motivasi Agama Terhadap Peran Wanita
Menurut Pandangan Islam, Motivasi Peningkatan Peran Wanita Menurut Ajaran Islam.
(Jakarta: Departemen Agama R.I. Proyek Peningkatan Peranan Wanita, 1995)
9 Rani Razak Noe‘man, Amazing Parenting; Menjadi Orang tua Asyik, Membentuk Anak
Hebat, (Jakarta: Noura Books, 2012), hlm. 31-32.

12
13

Anda mungkin juga menyukai