PENGERTIAN PREMATUR
WHO (1961) menambahkan bahwa usia hamil sebagai kriteria untuk bayi
prematur adalah yang lahir sebelum 37 minggu dengan lahir di bawah 2.500 g.
ACOG (1995) mengusulkan bahwa dinamakan persalinan peterm apabila bayi
lahir sebelum usia 37 minggu. Dengan perbaikan perawatan pada bayi prematur,
maka kelompok kerja sama pengobatan steroid antenatal (1981) melaporkan
bahwa morbiditasdan mortalitas terbesar pada bayi yang lahir preterm adalah pada
usia hamil dibawah 34 minggu.
Beberapa factor yang berisikn dengan kejadian persalinan preterm antara lain
sebagai berikut :
Diagnosis suatu persalinan preterm yang membakat (peterm ;abor) didasarkan atas
gejala klinis yang ditandai dengan suatu kontraksi Rahim yang teratur dengan
interval <5-8 menit pada kehamilan 20-37 minggu, yang disertai dengan satu atau
lebih gejala gejala berikut.
Oleh karena usia hamil dan berat lahir merupakan factor penentu dari fetal
survival, maka yang mejadi tujuan utama pengelolaan persalinan adalah sebagai
berikut
Istilah postmaturitas lebih banyak dipakai oleh dokter ahli kesehatan anak,
sedangkan istilah postterm banyak digunakan oleh dokter ahli kebidanan. Dua
istilah ini sering menimbulkan kesan bahwa bayi dilahirkan dari KLB disebut
sebagai postmaturitas.
1. Riwayat haid
Diagnosis KLB tidak sulit untuk ditegakkan bila hari pertama haid terakhir
(HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya,
diperlukan beberapa kriteria antara lain sebagai berikut:
a. Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya
b. Siklus 28 hari yang teratur
c. Tidak minum pil anti hamil setidaknya 3 bulan terakhir
Pengaruh KLB terhadap janin sampai saat ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli
menyatakan bahwa KLB menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli
lainnya menyatakan bahwa bahaya KLB terhadap janin terlalu dilebihkan.
Beberapa pengaruh KLB terhadap janin antara lain sebagai berikut:
1. Berat janin: bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka
terjadi penurunan berat janin. Sesudah umur kehamilan 36 minggu, grafik
rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan
sesudah 42 minggu. Namun, sering kali pula plasenta masih dapat
berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan
bertambah umur kehamilan.
2. Sindrom postmaturitas: dapat dikenali pada neonates melalui beberapa
tanda seperti: gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput
seperti kertas (hilangnya lemak subkutan), kuku tangan dan kaki panjang,
tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo,
maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genitalia luar, warna coklat
kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, serta muka tampak
menderita dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonates
KLB menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi plasenta.
Umumnya didapat sekitar 12-20% neonates dengan tanda postmaturitas
pada KLB. Berdasarkan derajat insufisiensi plasenta yang terjadi tanda
postmaturitas ini dapat dibagi dalam 3 stadium.
Stadium 1 : kulit menunjukkan kehilangan veniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium 2 : ditambah pewarnaan meconium pada kulit
Stadium 3 : disetai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
3. Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan anka meningkat setelah
kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum.
Keadaan ini umumnya disebabkan karena hal-hal berikut.
a. Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada
persalinan.
b. Insufisiensi plasenta dapat berakibat pertumbuhan terhambat,
oligohidromion (terjadi kompresi tali pusat, keluar meconium yang
kental), hipoksia janin, aspirasi meconium oleh janin
c. Cacat bawaan: terutama akibat hypoplasia adrenal da anensefalus.
1. Bila serviks sudah matang (dengan nilai bishop .5) dilakukan induksi
persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya
persalinan dan keadaan janin.
2. Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila
kehamilan tidak diakhiri, seperti berikut.
a. NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila kuduanya normal,
kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan
seminggu dua kali.
b. Bila ditemuan oligohidramion (<2 cm pada kantong yang vertical atau
indeks cairan amnion <5) atau dijumpai deselerasi variable pada NST,
maka dilakukan induksi persalinan.
c. Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes dengan
kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil CST positif, janin prlu
dilahirkan, sedangkan bila CST negative, kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
d. Keadaan servks (skor Bishop) harus diilai ulang setiap kunjungan
pasien dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
3. Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.