Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Agritechno, Vol. 12, No.

1, April 2019
http://agritech.unhas.ac.id/ojs/index.php/at
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187
ISSN Online : 2656-2413
ISSN Print : 1979-7362

Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama Daerah Irigasi Bantimurung


Kabupaten Maros

(Evaluation Performance of the Main Irrigation System in Bantimurung


Irrigation Area, Maros Regency)
Siti Masita Fachrie1*), Mahmud Achmad2) dan Samsuar 3)
1)
Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Hasanuddin
2)
Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Hasanuddin
3)
Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Hasanuddin
*)
Email korespondensi: masyitafachrie@yahoo.co.id

ABSTRAK
Bangunan irigasi mengalami penurunan fungsi akibat bertambahnya umur bangunan atau
pengaruh ulah manusia. Sesuai dengan amanat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) No. 12/PRT/M/2015 bahwa evaluasi kinerja sistem irigasi dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi kinerja sistem irigasi, agar kebutuhan air tanaman dapat tercapai
dengan optimal. Sistem irigasi dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu: prasarana fisik,
produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A). Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan penilaian tentang
kinerja sistem irigasi Utama Bantimurung Kabupaten Maros yang berguna untuk menyusun
program tindak lanjut seperti perbaikan, rehabilitasi, dan pemeliharan jaringan irigasi.
Metode penelitian dilakukan dengan cara obeservasi langsung ke lapangan dengan
melakukan penelusuran jaringan irigasi DI Bantimurung, wawancara dan analisis data
sekunder. Penelusuran jaringan irigasi ini dilakukan untuk mendapatkan data kondisi
prasarana fisik. Metode wawancara dan analisis data sekunder digunakan untuk mendapatkan
data produktivitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi dan P3A.
Hasil yang diperoleh menunjukkan kinerja sistem irigasi utama daerah irigasi Bantimurung
ialah Kurang dan Perlu Perhatian (55,41%). Perhitungan penilaian kinerja sistem irigasi
Bantimurung meliputi 6 aspek indikator yaitu kondisi prasarana fisik, produktivitas tanam,
sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi dan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A).
Kata Kunci: DI Bantimurung, Penilaian, Kinerja, Daerah Irigasi.

PENDAHULUAN Pemberian air pada lahan pertanian menjadi


prioritas utama pembangunan Indonesia.
Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan
Keterbatasan air pada musim pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
kemarau menyebabkan kebutuhan air air dengan mendirikan sistem irigasi.
tanaman tidak terpenuhi dan menurunkan Dengan demikian kebutuhan air tanaman
hasil produksi pertanian. Sehingga Air setiap musimnya dapat terpenuhi. Hal ini
menjadi salah satu faktor yang sesuai dengan Peraturan pemerintah (PP)
mempengaruhi pertumbuhan, dan No. 20 Tahun 2006 tentang irigasi
peningkatan produksi pertanian, mengamanatkan bahwa pengembangan dan
ketersediaanya mutlak diperlukan, baik pengelolahan irigasi dilakukan oleh petani
secara jumlah maupun kualitasnya. dan pemerintah sesuai dengan arasnya.
Irigasi menjadi pendukung keberhasilan

66
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

pembangunan pertanian dan kebijakan GPS (Global Positioning Sistem), Current


pemerintah yang strategis untuk meter, Kamera, Laptop, Meteran, dan ATK.
mempertahankan swasembada pangan. Sedangkan Perangkat lunak yaitu, Software
Sehingga diperlukan pengelolaaan Microsft Axcel, Google Earth, Arcgis.
dan perhatian khusus dalam Bahan yang digunakan pada
memanenjemen sumber daya air. penelitian ini yaitu, peta citra satelit, Peta
Pengelolaan yang dimaksudkan adalah DI, Skema dan Jaringan Irigasi.
peningkatan kinerja pendistribusian dan
pengalokasian secara efektif dan efisien Prosedur Penelitian
pada setiap saluran irigasi, sehingga Adapun prosedur penelitian penilaian
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, kinerja sistem irigasi utama ini dilakukan
tepat ruang, dan tepat waktu. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Untuk mendukung hal tersebut Persiapan
Mentri Pekerjaan Umum dan Rumah Pada tahap ini dilakukan persiapan
Rakyat mengeluarkan peraturan No. alat dan bahan, surat perizinan pengambilan
12/PRT/M/2015 yang mengamanatkan, data pada instansi terkait serta form
bahwa evaluasi kinerja sistem irigasi penilaian kinerja irigasi.
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi Pengumpulan data
kinerja sistem irigasi. Hal ini selaras Data yang diperlukan dalam
dengan surat Mentri Koordinator Bidang penelitian yaitu data primer dan data
Perekonomian No. S-44 tahun 2016 tentang sekunder.
pendataan dan pengembangan sistem irigasi Data Primer
yang substansinya antara lain meminta Data yang diperoleh dengan cara
Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan pengukuran dan survei yaitu, data koordinat
Rakyat melakukan penilaian kinerja sistem letak bangunan irigasi, data kondisi
irigasi secara lengkap pada sistem irigasi prasarana fisik irigasi. Sedangkan data yang
(sistem irigasi utama dan sistem irigasi diperoleh dengan cara wawancara yaitu,
tersier). Berdasarkan permasalahan yang data tugas dan tanggung jawab organisasi
telah dipaparkan maka perlu dilakukan pelaksana irigasi dan inventarisasi dan
penelitian Penilaian Kinerja Sistem Irigasi kondisi kelembagaan IP3A/GP3A/P3A
Utama Daerah Irigasi Bantimurung daerah irigasi Bantimurung.
Kabupaten Maros untuk mengetahui kinerja Data Sekunder
sistem irigasi utama. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari instansi yang terkait, data
Tujuan dan Kegunaan sekunder meliputi:
Tujuan dari penelitian ini untuk 1. Luas wilayah Daerah Irigasi (termasuk
melakukan penilaian tentang kinerja sistem data luasan baku, luas potensial, luas
irigasi Utama Bantimurung Kabupaten fungsional)
Maros yang menjadi kewenangan 2. Peta daerah irigasi Bantimurung
pemerintah kabupaten yang selanjutnya 3. Skema jaringan irigasi dan skema
berguna untuk menyusun program tindak bangunan irigasi
lanjut seperti perbaikan, rehabilitasi, serta 4. Data inventarisasi prasarana fisik irigasi
operasi dan pemeliharan jaringan irigasi. (bangunan utama, bangunan pelengkap,
saluran pembawa dan pembuangan
serta bangunan bagi, bangunan sadap)
METODOLOGI PENELITIAN 5. Data inventarisasi tenaga operasi dan
pemeliharaan daerah irigasi
Alat dan Bahan 6. Data inventarisasi sarana dan prasaran
Alat yang digunakan pada penelitian OP
ini terbagi menjadi 2 yaitu Perangkat keras, 7. Data inventarisasi IP3A/GP3A/P3A
66
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

8. Data inventarisasi produktifitas 1. Bangunan Utama meliputi bendung,


tanaman (luas tanam dan luas panen pintu-pintu bendung, kantong lumpur
dan produktivitas padi) pada wilayah dan pintu penguras.
pelayanan irigasi bantimurung 2. Saluran pembawa meliputi kapasitas
9. Susunan organisasi pelaksana (OP) saluran, dan tinggi tanggul.
daerah irigasi Bantimurung 3. Bangunan pada saluran pembawa
10. Susunan organisasi P3A/GP3A daerah meliputi bangunan pengatur (seperti
irigasi Bantimurung Bagi/Bagi Sadap/Sadap), bangunan
11. Data debit kebutuhan/rencana pelengkap, dan pengukuran debit
maksimum padasetiap bangunan pengatur.
12. Data produktifitas tanaman 4. Saluran Pembuangan dan bangunannya.
Survei dan Inventarisasi 5. Jalan masuk/inspeksi
Inventarisasi jaringan irigasi 6. Kantor, perumahan, dan gudang
dilakukan untuk mendapatkan data jumlah, Sarana penunjang (10%)
dimensi, dan fungsi seluruh aset irigasi. Penilaian kinerja komponen prasarana
Sedangkan survei untuk mengetahui penunjang dilakukan dengan mengevaluasi
kondisi seluruh aset irigasi. Survei dan 4 komponen yaitu:
inventarisasi prasarana pada jaringan 1. Peralatan O&P
dilakukan dengan menggunakan blanko 2. Transportasi
inventarisasi jaringan irigasi (terlampir) 3. Alat komunikasi
meliputi: 4. Alat kantor Ranting/Pengamat/ UPTD
1. Inventarisasi data prasarana fisik irigasi Produktivitas tanaman (15%)
(bangunan utama, saluran dan Penilaian kinerja komponen prasarana
bangunan bagi, bangunan sadap) penunjang dilakukan dengan mengevaluasi
2. Inventarisasi data tenaga operasi dan 3 komponen yaitu:
pemeliharaan daerah irigasi 1. Pemenuhan kebutuhan air
3. Inventarisasi data sarana dan prasaran 2. Realisasi luas tanam.
OP 3. Produktivitas padi
4. Inventarisasi data IP3A/GP3A/P3A Organisasi Personalia (15%)
5. Inventarisasi data indeks pertanaman Penilaian kinerja organisasi personalia
dan produktivitas padi pada wilayah dilakukan dengan mengevaluasi komponen
pelayanan irigasi bantimurung yaitu:
Penilaian Indeks Kinerja Jaringan 1. Organisasi O&P telah disusun dengan
Irigasi Utama tugas dan batasan tanggung jawab yang
Pada proses ini penilaian kinerja jelas.
sistem jaringan irigasi utama dilakukan 2. Personalia
dengan pengisian form indeks kinerja Komponen dokumentasi (5%)
(terlampir), yang mengacu pada pedoman Penilaian dokumentasi pada sistem irigasi
Penilaian Kinerja Sistem Irigasi utama dilakukan dengan mengevaluasi 2
(Permukaan) Kewenangan Pusat, komponen yaitu:
Kementrian Pekerjaan Umum dan 1. Buku data DI (Daerah irigasi)
Perumahan Rakyat, Direktoral Jenderal 2. Peta dan gambar (skema DI, Skema
Sumber Daya Air, 2017. Analisis penilaian Bangunan, dan petaikhtisar)
kinerja dilakukan sesuai dengan Kondisi kelembagaan Perkumpulan
pembobotan yang telah ditetapkan. Petani Pemakai Air (P3A) (10%)
Tahapan analisis diuraikan sebagai berikut; Penilaian kinerja P3A sistem irigasi utama
Prasarana fisik (45%) dilakukan dengan mengevaluasi 4
Penilaian kinerja komponen prasarana fisik komponen yaitu:
dilakukan dengan mengevaluasi 6 1. GP3A/IP3A yang berbadan hukum
kompenen yaitu: 2. Kondisi kelembagaan
67
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

3. Rapat ulu-ulu/P3A Desa/GP3A/ IP3A


dengan Rating/Pengamat/ UPTD Diagram Alir Penelitian
4. Partisipasi GP3A/IP3A
Penentuan Kondisi Mulai

Dalam penentuan Kondisi penilaian


dibagi dalam beberapa kelompok kondisi Persiapan
sebagai berikut:
Pengumpulan data
1) Untuk prasarana fisik
a) Kondisi baik sekali (>90-100%) atau
Inventarisasi Prasarana
tingkat kerusakan (≤0-10%) Jaringan Utama

b) Kondisi baik (>80-90%) atau


tingkat kerusakan (≤10-20%)
c) Kondisi sedang (>60-80%) atau tingkat Inventarisasi Inventarisasi
prasarana fisik prasarana Non
kerusakan (≤20-40%) fisik
d) Kondisi kurang (<60%) atau tingkat
kerusakan ( 40%)
Penilaian Kinerja Sistem
Pengolahan data dan pembuatan Peta Irigasi Utama

daerah irigasi
Pada tahap ini terdapat 2 jenis data
yang akan dikelolah yaitu data hasil Penilaian
Komponen
Penilaian
Komponen
Penilaian
Komponen
Penilaian
Komponen
Penilaian
Komponen
Penilaian
Komponen
Prasarana Sarana Produktivitas Organisasi
penilaian kinerja irigasi dan peta daerah Fisik Penunjang Tanaman Personalia
Dokumentasi P3A

irigasi. Pengolahan data kinerja irigasi


dengan menggunakan software Microsof
Excel untuk menghitung bobot dari kinerja Indikator Penilaian Prasarana
a. Nilai kondisi baik sekali (>90-100%) atau tingkat kerusakan (≥0-
irigasi, sedangkan untuk peta daerah irigasi 10%)
b. Nilai kondisi baik (>80-90%) atau tingkat kerusakan (≥10-20%)

dibuat dengan software Arcgiss sehingga c. Nilai kondisi sedang (>60-80%) atau tingkat kerusakan (≥20-40%)
d. Nilai kondisi kurang (<60%) atau tingkat kerusakan (≥40%)

menghasilkan peta Kondisi Jaringan Utama


Daerah Irigasi Bantimurung.
Pengolahan Data
Output dan pembuatan
Peta Daerah Irigasi
Output dari penelitian ini berupa nilai
kinerja jaringan irigasi utama dan peta
kondisi saluran pembawa dan bangunan 1. Laporan kinerja
Jaringan Utama Daerah irigasi kondisi jaringan
utama irigasi
Bantimurung. 2. Peta Kondisi
saluran dan pintu
air Daerah irigasi

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

68
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

HASIL DAN PEMBAHASAN utama dilakukan karena tidak adanya


kantong lumpur bendung. Uraian penilaian
Kondisi Umum DI Bantimurung dapat dilihat pada tabel 2.
Daerah Irigasi (DI) Bantimurung
secara astronomi terletak antara Tabel 2. Penilaian kinerja sistem irigasi
119˚40’05”-119˚47’40” BT dan 04˚59’20”- bantimurung pada komponen bangunan
05˚05’50” LS. Daerah aliran sungai utama tanpa kantong lumpur
Bantimurung merupakan anakan sungai Indeks
utama dari sistem DAS Maros yang Kondisi Nilai Kondisi
Uraian Eksisting Bagian Bobot Bobot
mencakup empat wilayah yaitu (%) (%) Final Maks
Bantimurung, Cenrana, Tompobulu, dan (%) (%)
Simbang. Luas baku Daerah Irigasi (1) (2) (3) (4) (5)
Bantimurung 6.513 ha, mencakup enam 1. Bendung 65,4 100 3,27 5
kecamatan yaitu Maros Baru, Lau, Bontoa, 2. Pintu-
Simbang, Bantimurung, dan Turikale. pintu 81,8 100 6,55 8
Bendung
3. Kantong
Analisis Kinerja Sistem Irigasi Kondisi lumpur
0 100 0 0
Prasarana Fisik dan pintu
Penilaian kondisi prasarana fisik penguras
dilakukan dengan menelusuri jaringan Total Bobot
Bangunan 75,5 9,82 13
irigasi. Penelusuran dilakukan mulai dari Utama
hulu ke hilir. Kondisi prasaran irigasi Hasil penilaian pada tabel
mempunyai nilai bobot maksimum 45%. menunjukkan komponen yang
Uraian penilaian kinerja pada prasarana berkonstribusi tinggi yaitu pintu-pintu
fisik dapat dilihat pada Tabel 1. bendung (6,55%). Sedangkan yang
Tabel 1. Penilaian kinerja prasarana fisik berkonstribusi rendah ialah komponen
sistem irigasi utama daerah irigasi kantong lumpur dan pintu penguras (0%).
Bantimurung Di lapangan pintu penguras mempunyai
Kondisi
No Uraian Eksisting
Bobot fungsi ganda yaitu untuk mencegah
Maks (%) sedimen kasar masuk kesaluran irigasi dan
(%)
(1) (2) (3) (4) untuk mengendapkan frasik kasar maupun
1 Bangunan utama 9,82 13 fraksi halus agar tidak masuk ke dalam
Saluran jaringan irigasi.
2 4,82 10
pembawa
Bangunan pada
Kondisi Saluran Pembawa
3 saluran 4,53 9 Komponen penilaian kondisi saluran
pembawa pembawa terdiri dari kapasitas tiap saluran,
Saluran tinggi tanggul dan perbaikan saluran.
4 pembuangan dan 0,66 4 Penilaian kondisi saluran pembawa
bangunannya
Jalan
memiliki nilai bobot maksimum 10%. Hasil
5 3,30 4 penilaian komponen kapasitas tiap saluran
masuk/inspeksi
Kantor, cukup untuk membawa debit kebutuhan
6 perumahan dan 2,18 5 bernilai 3,23% dari bobot maks 5% yang
gudang diharapkan. Sedangkan komponen tinggi
Total bobot Prasarana
25.17 25,17 tanggul cukup untuk menghindari limpahan
Fisik
bernilai 0,58% dari bobot maks 2% yang
Kondisi Bangunan Utama
diharapkan. Dan untuk perbaikan saluran
Penilaian pada bangunan utama
bernilai 1,01% dari bobot maks 3% yang
mengalami perubahan pembobotan karena
diharapkan.
adanya penyesuaian kondisi lapangan.
Perubahan pembobotan pada bangunan

69
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

Komponen yang berkonstribusi tinggi tiap bangunan pengatur apakah dapat


yaitu kapasitas tiap saluran (3,32%) dan dilakukan sesuai rencana DI, Bangunan
yang berkonstribusi rendah yaitu komponen pelengkap pada saluran sekunder berfungsi
tinggi tanggul (0,58%). Di lapangan tinggi dan lengkap serta tidak terjadi sumbatan,
tanggul tidak dapat menampung debit maks dan semua perbaikan bangunan pengatur,
atau debit pada musim hujan karena mistar ukur, skala liter, tanda muka air,
tanggul tidak memiliki tinggi jagaan yang papan operasi, dan bangunan pelengkap
seuai dengan standar PU dimana tinggi telah selesai diperbaiki.
jagaan untuk saluran primer 100 cm dan Tabel 4. Penilaian kinerja sistem irigasi
tinggi jagaan untuk saluran sekunder 50 Bantimurung pada komponen bangunan
cm, hal ini sesuai dengan kriteria penilaian. pada saluran pembawa.
Penilaian ini dapat diuraikan sebagaimana Indeks Kondisi
Kondisi Nilai
pada Tabel 3. Bobot Bobot
Uraian Eksisting Bagian
Final Maks
Tabel 3. Penilaian kinerja sistem irigasi (%) (%)
(%) (%)
Bantimurung pada komponen saluran (1) (2) (3) (4) (5)
pembawa a. Bangunan
Indeks Kondisi Pengatur
Kondisi Nilai (Bagi/Bagi
Bobot Bobot 55 100 1,10 2,00
Uraian Eksisting Bagian sadap/sadap)
Final Maks
(%) (%) lengkap dan
(%) (%)
berfungsi.
(1) (2) (3) (4) (5) b. Pengukuran
1. Kapasitas debit dapat
tiap saluran dilakukan 20 100 0,5 2,50
cukup sesuai rencana
untuk operasi DI
membawa 64.6 50 3,23 5 c. Bangunan
debit Pelengkap
kebutuhan/ 83 100 1,66 2,00
berfungsi dan
Rencana
lengkap
Maksimum
d. Semua
2. Tinggi
perbaikan 50,8 100 1,27 2,50
tanggul telah selesai
cukup
Total Bobot
untuk
Bangunan pada
menghinda
saluran
50,2 100 4,53 9,00
ri limpahan 29.1 20 0,58 2 Pembawa
limbah
setiap saat
selama Hasil penilaian menunjukkan
pengoprasi
an
komponen terendah dalam berkonstribusi
3. Semua yaitu pengukuran debit dapat dilkaukan
perbaikan setiap saat 0,5% dari bobot maks 2,5%
saluran 33.7 30 1,01 3 sedangkan yang berkonstribusi tinggi yaitu
telah
selesai bangunan pelengkap 1,66% dari bobot
Total Bobot maks 2%. Padahal pengukuran debit yang
Saluran 46.9 100 4,82 10 mengalir pada setiap saluran merupakan hal
Pembawa
yang urgent karena untuk mengetahui
Bangunan Pada saluran Pembawa volume air yang mengalir diperlukan
Komponen penilaian kondisi rekaman data yang akurat hal ini dapat
bangunan pada saluran pembawa terdiri memudahkan proses pembagian air.
dari bangunan pengatur (Bagi/Bagi Kondisi Saluran Pembuangan dan
sadap/Sadap) apakah lengkap dan berfungsi Bangunannya
setiap saat. Pengukuran debit pada Penilaian pada kondisi saluran
bangunan pengambilan dan tiap bangunan pembuangan dan bangunannya seharusnya
dilakukan pada semua saluran pembuangan
70
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

dan bangunannya yang telah dibangun dan disebabkan karena besarnya debit yang
berfungsi serta tercantum dalam daftar mengalir di saluran dan besarnya intensitas
pemeliharaan. Sedangkan kondisi di hujan sehingga pada musim hujan lahan
lapangan tidak didapatkan data terkait pertanian (Sawah) tergenangi sekitar ≥20
saluran pembuangan hal ini di sebabkan cm. Akan tetapi air tidak menggenangi
karena yang menjadi saluran pembuagan sawah dalam jangka waktu yang lama
pada irigasi Bantimurung ialah sungai- setalah 6 hari air tidak lagi menggenagi
sungai kecil kemudian diteruskan sampai areal pertanian. Data ini di peroleh dari
ke laut, sehingga tidak terdapat bangunan hasil wawancara pada setiap kelompok
pada saluran pembuangan. Sehingga salah P3A DI Bantimurung.
satu cara untuk memperoleh data tersebut Jalan Masuk/Inspeksi
dilakukan digitasi aliran sungai pada data Komponen penilaian kondisi jalan
citra daerah irigasi bantimurung. Penilaian masuk/inspeksi terdiri dari kondisi jalan
ini dapat diuraikan sebagaimana pada Tabel masuk/inspeksi ke banguan utama, jalan
5. masuk/inspeksi sepanjang saluran
Tabel 5. Penilaian kinerja sistem irigasi pembawa, dan jalan masuk ke saluran
Bantimurung pada komponen saluran maupun bangunan dapat dicapai dengan
pembuangan dan bangunannya. mudah. Penilaian ini dapat diuraikan
Indeks sebagaimana pada Tabel 6.
Kondisi Nilai Kondisi Tabel 6. Penilaian kinerja sistem irigasi
Uraian Eksisting Bagian Bobot Bobot
(%) (%)
Bantimurung pada komponen saluran jalan
Final Maks
(%) (%) masuk/Inspeksi.
(1) (2) (3) (4) (5) Indeks Kondisi
Kondisi Nilai
1. Semua saluran Bobot Bobot
Uraian Eksisting Bagian
pembuangan Final Maks
(%) (%)
dan (%) (%)
bangunannya (1) (2) (3) (4) (5)
telah 1. Jalan masuk ke
dibangun dan bangunan
terantum
0 75 0 3,00 98 50 1,96 2,00
utama dalam
dalam daftar kondisi baik
pemeliharaan 2. Jalan inspeksi
serta telah dan jalan
diperbaiki dan setapak
berfungsi. 73,5 25 0,74 1,00
sepanjang
2. Tidak ada saluran telah
masalah banjir diperbaiki
66 25 0,66 1,00
yang 3. Setiap
menggenangi bangunan dan
Total Bobot saluran yang
Saluran dipelihara dapat
60,8 25 0,61 1,00
Pembuangan dan
66 100 0,66 4,00
dicapai dengan
Bangunannya mudah
Total Bobot Jalan
Saluran pembuangan DI Bantimurung Masuk/Inspeksi
82,5 100 3,30 4,00
masih berupa saluran tanah karena
terbentuk secara alami sehingga tanggul Jalan masuk/inspeksi ke bangunan
saluran pembuangan masih berupa tanggul utama (bendung) merupakan jalan poros
tanah. Oleh karena itu tinggi tanggul, Kabupaten Maros-Bone. Pada DI
elevasi tanggul, kestabilan tanggul tersebut Bantimurung Terdapat 13 saluran, baik itu
tidak direnacakan. saluran primer dan sekunder, kemudian
Pada daerah irigasi Bantimurung terdapat 46 buah bangunan baik itu bagi
lahan sawah yang berada di kecamatan sadap maupun sadap. Namun untuk
Maros Baru, Simbang dan Bontoa sering mengaksesnya hanya terdapat 28 bangunan
mengalami banjir pada musim hujan hal ini yang dapat diakses dengan mudah

71
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

menggunakan kendaraan roda dua, ada 9 memadai


untuk:
buah bangunan dan 2 saluran yang sulit Total Bobot
untuk diakses dengan kendaraan dan Kantor,
43,6 100 2,18 5,00
berjalan kaki disebabkan karena jalan Perumahan,
dan Gudang
inspeksi hanya berupa tanggul tanah atau
pematang sawah yang sering banjir karena
limpasan air dari sawah atau air dari Kondisi Produktivitas Tanam
saluran. Komponen penilaian produktivitas
Perumahan dan Gudang tanam yaitu pemenuhan kebutuhan air, luas
Komponen penilaian kondisi jalan realisasi tanam, dan produktivitas padi. Sub
masuk/inspeksi terdiri dari apakah kantor, Komponen pemenuhan kebutuhan air
perumahan, dan gudang memadai OP mempunyai nilai 6,20% dari bobot maks
Ranting DI antimurung. Kantor Ranting DI 9%. Hasil penilaian sub komponen realisasi
Bantimurung di tempati oleh Pengamat, luas tanam mempunyai nilai 1,73% dari
Mantri/Juru, PPS dan PPA kondisi kantor bobot maks 4%, dan untuk komponen
tersebut dalam keadaan baik dan memadai produktivitas padi 1,75% dari bobot maks
hanya saja terdapat beberapa keretakan 2%. Penilaian ini dapat diuraikan
pada dinding dan kaca pada jendela yang sebagaimana pada Tabel 8.
lepas serta halaman kantor yang tidak Tabel 8. Penilaian kinerja sistem irigasi
terawat. Kemudian untuk peralatan yang Bantimurung pada komponen Produktivitas
terdapat di kantor (seperti meja, kursi, tanam DI bantimurung.
Indeks Kondisi
lemari, rak buku administrasi, atk dll) tidak Kondisi Nilai
Bobot Bobot
memadai serta tidak terawat karena tidak Uraian Eksisting Bagian
Final Maks
(%) (%)
pernah di perbaharui jika terjadi kerusakan. (%) (%)
Rumah dinas hanya tersedia untuk (1) (2) (3) (4) (5)
PPA dan POB, terdapat 9 rumah dinas 1. Pemenuhan
Kebutuhan 68,9 60 6,20 9,00
dimana 8 rumah untuk PPA dan 1 rumah Air
untuk POB. Dimana setiap rumah 2. Realisasi
43,23 27 1,73 4,00
dilengkapi dengan ruangan tamu, 2 kamar Luas Tanam
3. Produktivitas
tidur dan dapur. Akan tetapi 7 rumah PPA Padi
87,57 13 1,75 2,00
dalam kondisi yang rusak dengan Total Bobot
persentase 70% kerusakan dan tidak Produktivitas
Tanaman 64,53 100 9,68 15
terawat sedangkan 1 rumah dinas telah (tahun
rusak berat dan untuk peralatan rumah tidak sebelumnya)
disediakan oleh dinas tetapi milik pribadi
dari pegawai. Penilaian ini dapat diuraikan Perhitungan faktor K dihitung
sebagaimana pada Tabel 7. berdasarkan kebutuhan air di pintu tersier
Tabel 7. Penilaian kinerja sistem irigasi dan debit air yang dikeluarkan pada
Bantimurung pada komponen kantor, masing-masing Musim Tanam (MT) I, II,
perumahan dan gudang. dan III. Namun tidak ada data yang akurat
Indeks Kondisi mengenai rekaman debit yang mengalir
Kondisi Nilai
Bobot Bobot pada saluran sehingga untuk menghitung
Uraian Eksisting Bagian
Final Maks
(%) (%)
(%) (%)
debit yang tersedia dilakukan dengan
(1) (2) (3) (4) (5) menghitung debit dengan manning dan
1. Kantor diverifikasi dengan menghitung debit
memadai 42,5 100 0,85 2,00 secara langsung di lapangan.
untuk:
2. Perumahan
Untuk perhitungan realisasi tanam
memadai 0 100 0 1,00 membutuhkan data areal baku DI
untuk: Bantimurung, Realisasi Luas Tanam MT
3. Gudang 66 100 1,33 2,00

72
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

I,II,III yang di dapatkan dari dinas Penilaian pada sub komponen alat-
ketahanan pangan pertanian kabupaten alat kantor mempunyai nilai 0,2% dari 2%
Maros, sedangkan untuk indeks pertanaman yang diharapkan, hal ini disebabkan karena
(IP) Maksimal 300%. Serta perhitungan perlengkapan kantor dalam kondisi tidak
produktivitas padi dihitung berdasarkan terawat dan tidak memadai untuk pegawai
luas rencana tanam rata-rata dengan ranting DI Bantimurung. Sedangkan alat
produksi Kondisi yang ada selama MT komunikasi mendapatkan nilai 0% dari 2%
I,II,III. Data rencana produktivitas di yang diharapkan hasil penilaian pada sun
peroleh dari dinas ketahanan pangan komponen alat komunikasi rendah,
kabupaten Maros. dikarenakan tidak adanya prasana jaringan
komunikasi dari Dinas PU Bidang PSDA
Kondisi Prasarana Penunjang Kabupaten Maros. Penilaian sarana
Perhitungan kondisi sarana penunjang penunjang secara keseluruhan
juga dipengaruhi penilaian terhadap alat menghasilkan nilai 1.39% dari 10% yang
transportasi perwakilan balai, pengelola diharapkan.
irigasi maupun Petugas Pintu Air (PPA)/ Kondisi Organisasi Personalia
Petugas Operasi Bendung (POB), alat-alat Perhitungan penilaian organisasi
kantor pelaksana OP dan alat komunikasi. personalia dipengaruhi oleh penilaian
Perhitungan penilaian kondisi sarana terhadap organisasi OP, baik dari
penunjang dapat dilihat pada Tabel 9. perwakilan balai, pengelola irigasi,
Tabel 9. Penilaian kinerja sistem irigasi PPA/POB terdapat batasan tanggung jawab
Bantimurung pada komponen Sarana dan tugas yang jelas. Kesesuaian jumlah
Penunjang DI bantimurung. kebutuhan dan status petugas yang sudah
Indeks
menjadi Pegawai Negeri Sipil serta
Kondisi Nilai Kondisi
Uraian Eksisting Bagian Bobot Bobot pengetahuan OP oleh perwakilan balai,
(%) (%) Final Maks pengelola irigasi dan PPA/POB juga
(%) (%) mempengaruhi penilaian dalam komponen
(1) (2) (3) (4) (5) Organisasi personalia ini. Perhitungan
1. Peralatan O&P 29,75 100 1,19 4,00 penilaian kondisi sarana penunjang dapat
2. Transportasi 0 100 0 2,00
3. Alat-alat Kantor
dilihat pada Tabel 10.
Ranting/Pengamat/ 10 100 0,2 2,00 Tabel 10. Penilaian kinerja sistem irigasi
UPTD Bantimurung pada komponen Organisasi
4. Alat Komunikasi 0 100 0 2,00 Personalia DI bantimurung.
Total Bobot Sarana
13,9 1,39 10 Indeks Kondisi
Penunjang Kondisi Nilai
Bobot Bobot
Uraian Eksiting Bagian
Final Maks
Sub Komponen Peralatan Operasi (%) (%)
(%) (%)
dan Pemeliharaan mempunyai nilai 1.19% (1) (2) (3) (4) (5)
dari 4,00% yang diharapkan. Hasil 1. Organisasi
O&P telah
penilaian sub komponen Transportasi disusun dengan
mempunyai nilai 0% dari 2% yang batasas-batasan 61 100 3,05 5,00
diharapkan. Hasil penilaian pada sub tanggung jawab
dan tugas yang
komponen Transportasi sangat rendah, jelas
dikarenakan tidak adanya kendaraan dinas 2. Personalia 61 100 6,1 10
maupun biaya operasional dari Dinas PU Total Bobot
bidang PSDA Kabupaten Maros untuk Organisasi 61 9,15 15
Personalia
Perwakilan Balai, dan tidak adanya sepeda
untuk Petugas Pintu Air/Petugas Operasi
Penilaian personalia mengacu pada
Bendung (PPA/POB) dari Dinas PU bidang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
PSDA Kabupaten Maros.
No.32/PRT/M/2007 tentang pedoman

73
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

Operasi dan Pemeliharaan (OP) Jaringan kelengkapan data dinding di kantor hanya
Irigasi. Pedoman tersebut menjelaskan terdapat 4 peta yang terpasang yaitu peta
tentang jumlah kebutuhan tenaga pelaksana skema jaringan, peta skema ploting tenaga
OP yaitu sebagai berikut: kerja, peta struktur organisasi dan peta
a. Kepala kalender tanam, namun peta yang tersedia
Ranting/pengamat/UPTD/cabang di kantor ranting tidak di perbaharui secara
dinas/korwil: 1 orang + 5 staff per rutin sehingga terdapat beberapa pintu air
5.000 – 7.500 Ha. yang tidak terinformasikan dari peta skema
b. Mantri Juru pengairan: 1 orang per 750 jaringan tersebut. Untuk skema ploting
– 1.500 Ha. kegiatan pemeliharaan belum terdapat di
c. Petugas Operasi Bendung (POB): 1 kantor ranting DI Bantimurung.
orang per bendung, dapat ditambah Kondisi kelembagaan IP3A/GP3A/P3A
beberapa pekerja untuk bendung besar Penilaian Perkumpulan Petani
d. Petugas Pintu Air (PPA): 1 orang per 3- Pemakai Air meliputi Gabungan P3A
5 bangunan sadap dan bangunan bagi (GP3A). Perhitungan penilaian kondisi
pada saluran berjarak antara 2-3 km sarana penunjang dapat dilihat pada Tabel
atau daerah layanan 150-500 ha. 12.
e. Pekerja/Pekarya Saluran (PS): 1 orang Tabel 12. Penilaian kinerja sistem irigasi
per 2-3 km panjang saluran. Bantimurung pada komponen
Kondisi Dokumentasi IP3A/GP3A/P3A DI Bantimurung.
Penilaian komponen dokumentasi Indeks Kondisi
Kondisi Nilai
dipengaruhi oleh tersedianya buku data DI, Bobot Bobot
Uraian Eksiting Bagian
Final Maks
peta maupun gambar-gambar pada dinding (%) (%)
(%) (%)
kantor, gambar pelaksana maupun skema (1) (2) (3) (4) (5)
jaringan. Perhitungan penilaian kondisi 1. GP3A/IP3A
sarana penunjang dapat dilihat pada Tabel sudah Berbadan 85.7 15 1,29 1,50
Hukum
11. 2. Kondisi
Tabel 11. Penilaian kinerja sistem irigasi kelembagaan 100 5 0,50 0,50
Bantimurung pada komponen Dokumentasi GP3A/IP3A
DI bantimurung. 3. Rapat Ulu-
ulu/P3A
Indeks Desa/GP3A/IP3
Kondisi Nilai Kondisi 40 20 0,8 2
A dengan
Uraian Eksiting Bagian Bobot Bobot Ranting/Penga
(%) (%) Final Maks mat/UPTD
(%) (%) 4. GP3A/IP3A
(1) (2) (3) (4) (5) aktif mengikuti
survey/penelusa
80 10 0,8 1
1. Buku data DI 51 20 1,02 2,00
ran jaringan
2. Peta dan
Gambar
34,3 20 1,03 3,00 5. Partisipasi
GP3A/IP3A
Total Bobot
Dokumentasi
54,6 100 2,73 5,00 dalam
perbaikan 85 20 1,7 2
jaringan dan
Buku data DI Bantimurung dibuat penanganan
bencana alam.
pada tahun 1990 untuk kelengkapan buku
6. Iuran
data DI termasuk dalam kategori baik GP3A/IP3A
karena di dalam buku tersebut banyak digunakan 70 20 1,4 2
memuat informasi seperti inventarisasi untuk perbaikan
jaringan
saluran, pintu air, bangunan ukur, bangunan 7. Partisipasi
pelengkap, akan tetapi data-data tersebut P3A/GP3A/IP3
tidak pernah di perbaharui terkait masalah A dalam 80 10 0,8 1
perencanaan
kondisi bangunannya. Sedangkan tata tanam dan

74
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

pengalokasian IP3A/GP3A
6 7,29 10
air / P3A
Total Bobot Total Bobot 55,41 100
Perkumpulan
72.8 100 7,28 10
Petani Pemakai
Air (P3A) KESIMPULAN

GP3A DI Bantimurung berjumlah 6 Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


Gabungan dan sudah berbadan hukum Daerah Irigasi (DI) Bantimurung dapat
sejak tahun 2002, namun untuk IP3A DI disimpulkan sebagai berikut:
Bantimurung belum berbadan hukum sejak 1. Dari hasil analis Kinerja Sistem Irigasi
berdiri tahun 2008 sampai sekarang DI Bantimurng menggunakan 6 aspek
Sehingga nilai yaitu 85,7%. Konstribusi indikator diperoleh kinerja kurang dan
terendah ialah penilaian untuk rapat ulu- perlu perhatian khusus dengan nilai
ulu/P3A desa/GP3A/IP3A 0.8%, 55,41%.
berdasarkan hasil wawancara GP3A dan 2. Pada 6 aspek indikator penilaian yang
P3A tidak mempunyai jadwal pertemuan paling banyak berkontribusi dalam
rutin. Berdasaran wawancara rapat hanya penilaian yaitu komponen prasarana
akan dilakukan jika memasuki masa tanam fisik dengan nilai kondisi eksisting
untuk membahas rencana tanam, kebutuhan 25,17% dan yang paling kurang
air dan pengalokasian air. berkontribusi yaitu komponen
dokumentasi dengan nilai kondisi
Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama eksisting 2,73%.
DI Bantimurung
Hasil Perhitungan Penilaian Kinerja DAFTAR PUSTAKA
Sistem Irigasi Daerah Irigasi (DI) masuk Ars, A. 2015. Evaluasi Kinerja Operasi
dalam kurang dan perlu perhatian dan Pemeliharaan Sistem Irigasi
(54.41%). Nilai tersebut, berdasarkan Bandar Sidoras di Kecamatan Percut
Pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Umum nomor 32/PRT/M/2007 Tanggal 11 Program Studi Keteknikan Pertanian
September 2007. Perhitungan Penilaian Fakultas Pertanian Universitas
Kinerja Sistem Irigasi DI Bantimurung Sumatera Utara: Medan.
secara terperinci dapat dilihat pada tabel 13.
Pada 6 aspek indikator penilaian yang Barkey, R.A. 2009. Buku Ajar Sistem
paling banyak berkontribusi dalam Informasi Geografis. Fakultas
penilaian yaitu komponen Organisasi Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Personalia dan yang paling kurang Makassar.
berkontribusi yaitu komponen Sarana Direktoral Jendral Pengairan. 2010.
Penunjang. Standar Perencanaan Irigasi kriteria
Tabel 13. Rekapitulasi Penilaian Kinerja Perencanaan Saluran Irigasi (KP-
Sistem Irigasi Utama DI Bantimurung. 03). Departemen Pekerjaan Umum.
Bobot Final Bobot
No Uraian Jakarta.
(%) Mask (%)
(1) (2) (3) (4) Direktoral Jendral Pengairan. 2013.
Prasarana Standar Perencanaan Irigasi (KP-
1 Fisik
25,17 45
Produktivit 01). Departemen Pekerjaan Umum.
2 9,68 15 Jakarta.
as Tanam
Sarana
3 Penunjang
1,39 10 Harseno, E. dan Vikey I.R.T. 2007.
4
Organisasi
9,15 15 Aplikasi Sistem Informasi Geografis
Personalia
Dokumenta
dalam Pemetaan Batas Administrasi,
5 2,73 5 Tanah, Geologi, Penggunaan Lahan,
si

75
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

Lereng, Daerah Istimewa Yogyakarta Mujabuddawat, M.A. 2016. Perangkat


dan Daerah Aliran Sungai di Jawa Sistem Informasi Geografis (SIG)
Tengah Menggunakan Software dalam Penelitian IInformasi
Arcview GIS. Jurusan teknik Spil Arkeologi. Balai Arkeologi Maluku-
Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta; Indonesia; Maluku.
Yogyakarta.
Nasution, N.S. 2017. Hak atas Irigasi
Hasriani, S. 2011. Evaluasi Kinerja Menurut Wahbah Az-Zuhaili (Studi
Jaringan Irigasi Di Saluran Sekunder Kasus Desa Panyabungan Tonga
pada Berbagai Tingkat Pemberian Kec. Panyabungan). Skripsi.
Air di Pintu Ukur.Vol 15 No. 3. Universitas Islam Negri. Medan:
Universitas Lampung. Bandar Medan.
Lampung. Novitasari, W.N. 2015. Pemetaan Multi
Isnaeni, B.S. 2016. Penerapan Metode Hazards Berbasis Sistem Informasi
Servqual untuk Perbaikan Mutu Geografis di Kabupaten Demak Jawa
Pelayanan Pembagian Irigasi. Tengah. Jurnal Geodepis Vol. 8 No.2.
Fakultas Teknik Universitas Universitas Diponegoro: Semarang.
Pancasakti: Tegal. Pramono, S. 2017. Evaluasi dan Penentuan
Kementrian Pekerjaan Umum dan Prioritas Rehabilitasi Jaringan
Perumahan Rakyat. 2017. Penilaian Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah
Kinerja Sistem Irigasi (Permukaan) Irigasi di Kabupaten Brebes). Jurnal.
Kewenangan Pusat. Ditjen Sumber Universitas Islam Sultan Agung.
Daya air, Direktorat Bina Operasi dan Semarang Vol. 10 No. 2.
Pemeliharaan, serta Satuan Kerja Setyawan, C., S. Susanto dan Sukirno.
Direktorat Bina Operasi dan 2011.Evaluasi Kinerja sistem Irigasi.
Pemeliharaan, Kementerian Jurnal Teknotan Vol. 7, No 2.
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat: Jakarta. Sidra, A.T.W. 2012. Skripsi Sistem
Informasi Spasial Kondisi Fisik
Majuar, E. 2013. Partisipasi Petani Dalam Jaringan Irigasi Bantimurung
Sistem Pengambilan Keputusan Kabupaten Maros. Fakultas Pertanian
Peningkatan Kenerja Jaringan Universitas Hasanuddin: Makassar.
Irigasi. Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negri Lhokseumawe;
Aceh
Mawardi dan Moch. M. 2006. Desain
Hidraulik Bendung Tetap untuk
Irigasi Teknis. Alfabeta: Bandung.
Mubarok, C. 2017. Penilaian Kinerja
Irigasi Berdasarkan Pendekatan
Permen PUPR No.12/Prt/M/2015
dan Metode Masscote dengan
Evaluasi Rapid Appraisal Procedure
(Rap) di Daerah Irigasi (Studi Kasus
Glapan, Jawa Tengah). Jurusan
Teknik Sipil. Fakultas Teknik
Universitas Islam Sultan Agung:
Semarang.

76
Jurnal AgriTechno. Vol. 12 (1): 66-77
https://doi.org/10.20956/at.v12i1.187

77

Anda mungkin juga menyukai