Anda di halaman 1dari 27

Sari Pustaka

TRAUMA SUHU

Pembimbing:
dr. Agustinus Sitepu, M.Ked(For), Sp.F

Disusun Oleh:

Dicky 150100097
Jesslyn Wijaya 150100099

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP HAJI ADAM MALIK
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Trauma Suhu”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing dr. Agustinus Sitepu,M.Ked(For), Sp.F yang telah meluangkan
waktunya kepada kami dan memberikan bimbingan serta masukan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya.
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.

Medan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................2
2.1. Definisi...........................................................................................................2
2.2 Klasifikasi....................................................................................................2
2.2.1 Heat Burn (Luka Bakar).........................................................................2
2.2.2 Cold Trauma ........................................................................................12
2.2.3 Chemical Burn......................................................................................14
2.2.4 Electrical Burn (Luka Listrik)..............................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Semua mahkluk hidup memiliki suhu optimal dimana mereka dapat
berfungsi dengan baik, manusia sebagai mamalia berdarah panas, adalah salah
satu spesies yang dapat meregulasi suhu tubuhnya di batas yang optimal,
walaupun suhu lingkungan berubah-berubah, tetapi suhu lingkungan yang ekstrim
dapat menimbulkan luka-luka dan cedera pada berbagai organ tubuh kita, kulit
sebagai barier pertama adalah yang pertama kali rusak.1
Tubuh mempunyai mekanisme tertentu untuk selalu mempertahankan
suhu tubuh ini. Jika suhu lingkungan kita terlalu panas, maka untuk mencegah
kenaikan suhu tubuh, kita akan menghasilkan keringat. Keringat ini akan
menguap dan dalam proses menguap ini terbuang panas sehingga suhu tubuh kita
akan selalu tetap. Sebaliknya, jika suhu lingkungan kita terlalu dingin, maka tubuh
kita akan berusaha menghasilkan panas dengan cara melakukan kontraksi otot-
otot yang kita kenal dengan istilah menggigil. Akan tetapi, mekanisme ini ada
batasnya. Jika sudah mencapai batasnya, maka tubuh kita tidak mampu lagi
mentolerir suhu lingkungan yang terlalu ekstrim.1

1.2 TUJUAN PENULISAN


Penulisan makalah ini ditujukan sebagai pemenuhan salah satu syarat
kelulusan Program Pendidikan Profesi Dokter, Departemen Kedokteran
Kehakiman di RSUP Haji Adam Malik.

1.3 MANFAAT PENULISAN


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai pengertian dan pemeriksaan kasus trauma terutama trauma
suhu kepada mahasiswa/i program pendidikan dokter untuk dapat diaplikasikan di
masa mendatang.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Trauma termis adalah luka akibat persentuhan tubuh bagian luar maupun
dalam dengan bahan yang panas, dingin, bahan kimia, atau aliran listrik.2

2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi dari trauma termis adalah 3,4:
1. Heat Burn
2. Cold Trauma
3. Chemical Burn
4. Electrical Burn

2.2.1 HEAT BURN (LUKA BAKAR)


Luka bakar didefinisikan sebagai jaringan rusak yang disebabkan
oleh panas. Luka bakar biasanya terjadi karena sumber panas yang kering
”dry heat” dan sumber panas yang basah “wet heat” 1,2
Saat terjadi luka bakar berbagai respon patologi terjadi. Suhu tinggi
akan merusak lapisan kulit. Terjadi dilatasi kapiler dan permeabilitas
kapiler meningkat, protein terlepas dari plasma masuk kedalam ruang
ekstraseluler menyebabkan udem, penurunan volume darah dan gangguan
sirkulasi darah. Pada saat yang sama, timbul bula di kulit dengan
membawa serta elektrolit, sehingga terjadi penurunan cairan intravaskuler.
Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan
hematokrit dan leukosit. 3,4
Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi
kekurangan cairan.3 Faktor patofisiologis yang berpengaruh pada
gangguan sirkulasi dan metabolik akibat luka bakar sudah dapat
diidentifikasi. Peningkatan permeabilitas kapiler berhubungan dengan
aktivasi komplemen dan pelepasan histamin. Histamin berinteraksi dengan
xantin oksidase sehingga terjadi peningkatan aktivitas katalitik. Oksigen
3

yang bersifat toksik, sebagai hasil dari xantin oksidase, termasuk H2O2
dan hydroxyl radical merusak endotel pembuluh darah.3
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh
mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal
yang mana dapat terjadi ileus paralitik, tachycardia dan tachypnea
merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap jaringan yang luka. Kemudian
menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan
berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.4
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap
injury pada anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah injury
thermal.4
Penyebab kematian pada luka bakar:4
1. Syok
Keadaan ini biasanya terjadi dalam 48 jam pertama, berupa
syok neurogenik akibat rasa nyeri atau ketakutan
2. Asfiksia. Hal ini akibat asap atau gas sisa pembakaran. Pada
kasus dimana korban diambil dari rumah yang sudah terbakar,
maka luka bakar yang terjadi bisa merupakan postmortem
3. Cedera dan kecelakaan. Hal ini bisa dialami sewaktu berusaha
menghindari kebakaran dan mengakibatkan cedera fatal.
4. Inflamasi beberapa bagian tubuh, misalnya meningitis,
peritonitis, dll.
5. Lemas akibat kehilangan banyak cairan yang bisa
menyebabkan dehidrasi.
6. Septikemia, gangren, dan tetanus.

Penilaian secara klinis luka bakar


Secara klinis, luka bakar dinilai menurut persentasi dari luas
pemukaan tubuh yang terpajan dan kedalaman luka. Cara untuk menilai
derajat luka bakar menurut persentasi luas permukaan tubuh yang terpajan
pada orang dewasa dan anak-anak adalah dengan ‘rules of nines’.2
4

Gambar 2.1. Gambaran presentasi luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar “on the rule of nines”.2

Berat ringannya luka bakar dari American Burn Association dalam


Whaley and Wrong(1999) adalah sebagai berikut : 5,6
1. Luka minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh.
2. Luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20% luas pemukaan tubuh.
3. Luka bakar mayor adalah luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh.

Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar terbagi atas 3 derajat yaitu 5,6:
1. Luka bakar derajat pertama (menurut Dupuytren, luka bakar derajat
pertama dan kedua)
Setiap luka bakar yang didalam proses penyembuhannya tidak
meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu
daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung-gelembung (skin
blister, vesikulae, bullae), yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang
tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna
merah serta hiperemis. Secara mikroskopik tampak adanya kongesti dari
pembuluh darah, mungkin pula dijumpai perdarahan-perdarahan dan infiltrasi
sel radang polymorphonuclear(PMN). Pemeriksaan kimiawi dari cairan yang
terdapat di dalam gelembung-gelembung luka bakar, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa dalam cairan tersebut kaya
5

akan protein, yang kadang-kadang dapat menggumpal akibat panas; sel-sel


PMN dapat dijumpai walaupun tidak terdapat infeksi. Luka bakar derajat
pertama dapat berakhir dengan kematian korban bila luas daerah yang terbakar
sama atau lebih dari sepertiga luas permukaan tubuh.6

2. Luka bakar derajat(menurut Dupuytren) sesuai dengan luka bakar derajat


ketiga dan keempat)
Luka bakar yang pada proses penyembuhan akan selalu membentuk
jaringan parut; oleh karena pada luka bakar derajat kedua ini seluruh kulit
mengalami kerusakan, dan tergantung dari lokasi kerusakannya kontraktur
dapat terjadi. Daerah yang terbakar akan mengkerut, terdapat daerah yang
tertekan oleh karena terjadi koagulasi jaringan, dikelilingi oleh kulit yang
berwarna kemerahan dan kulit yang menggelembung. Dalam waktu sekitar satu
minggu jaringan yang nekrotik akan terlepas dan meninggalkan tukak yang
waktu penyembuhannya lama. Pengobatan biasanya memerlukan operasi
plastik. Gambaran luka bakar derajat kedua pada umumnya tidak berbeda
dengan luka bakar derajat pertama, hanya saja pada luka bakar derajat kedua
rasan nyeri sangat hebat dan seringkali diakhiri dengan shock, kemungkinan
terjadinya shock pada luka bakar derajat kedua lebih besar.5,6

3. Luka bakar derajat ketiga(menurut Dupuytren sesuai dengan luka bakar


derajat kelima dan keenam),
Tubuh akan mengalami destruksi yang hebat, tidak saja terbatas
pada kulit dan subkutis, akan tetapi sampai kelapisan yang lebih dalam,
jaringan otot atau tulang. Kerusakan pada ujung- ujung saraf pada luka bakar
derajat ketiga akan menyebabkan kurangnya rasa sakit. Terjadinya devitalisasi
jaringan akan memudahkan terjadinya infeksi dan lambatnya penyembuhan.
Bahaya lain yang dapat timbul adalah shock, yang biasanya terjadi lambat
yaitu setelah 1 atau 3 hari. Sampai fase tersebut dilewati prognosa tetap dubius
oleh karena korban dapat jatuh dalam koma ataumati.6

Penilaian Medikolegal Luka Bakar


6

Secara prinsip medikolegal, yang dinilai adalah bagaimana luka bakar


itu terjadi, apakah terjadi secara sengaja atau karena kecelakaan. Kejelasan
yang diperoleh baik dokter maupun penyidik adalah apakah korban yang
ditemukan terbakar itu memang mati karena terbakar atau sebelumnya telah
mendapat penganiayaan, peracunan atau pembunuhan terlebih dahulu, baru
kemudian mayatnya dibakar. Adanya tanda-tanda intravital, baik pada luka
bakar atau gelembung-gelembung, adanya jelaga-jelaga di saluran pernapasan/
trakea dan cabang-cabangnya serta adanya karbonmonoksida dalam darah
korban merupakan tanda bahwa yang terbakar itu adalah orang yang masih
hidup.7,8
Saturasi karbonmonoksida diatas 10 persen menunjukkan bahwa
korban masih hidup sewaktu terbakar dan kematian korban karena terbakar,
bukan karena keracunan karbonmonoksida. Tidak terlepas kemungkinan
bahwanya pada kasus kebakaran, sebab kematian justru karena keracunan gas
karbonmonoksida; ini dimungkinkan karena setiap proses pembakaran tidak
akan sempurna. Saturasi karbonmonoksida di dalam darah dapat mencapai 75
persen hanya dalam waktu 2-15 menit; dengan demikian dalam kasus ini
kematian korban adalah karena keracunan gas karbonmonoksida dan bukan
karena terbakar. Lebam mayat yang berwarna cherry red menunjukkan bahwa
kematian korban karena keracunan gas karbonmonoksida, tentunya jika tubuh
korban tidak seluruhnya hangus, sehingga penilaian lebam mayat tidak
mungkin. Kematian korban dengan demikian dapat disebabkan oleh karena
terbakar, keracunan gas karbonmonoksida serta penyebab-penyebab lain yang
memerlukan ketelitian dalam pemeriksaannya.8
Kemungkinan adanya anak peluru dalam tengkorak, patahnya tulang
lidah pada pencekikan, terberak, patahnya tulang lidah pada pencekikan,
terbelahnya jantung karena tusukan benda tajam, retaknya tengkorak yang
disertai dengan kerusakan jaringan otak dan perdarahan intrakranial akibat
kekerasan benda tumpul, demikian pula adanya racun-racun di dalam tubuh
korban, yang bila ditemukan pada korban, akan mengungkapkan sebab
kematian yang sebenarnya dan tentunya cara kematian, bukan lagi kecelakaan
melainkan pembunuhan atau bunuh diri.7
7

Karakteristik luka akibat trauma termis dipengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu :
1. Bagian tubuh yang terlibat
2. Temperatur
3. Waktu
Sumber panas yang berasal dari :
1. Radiasi
2. Air panas(wet heat)
3. .Kobaran api(flames)
4. .Kontak dengan objek panas

Rentannya kulit mengalami luka bakar tergantung dari ketebalan kulit.


Kulit yang paling tebal dan resisten terhadap pengaruh panas adalah telapak
tangan dan kaki. Dan kulit yang paling tipis dan mudah terkena adalah
permukaan fleksor dari pergelangan tangan. Temperatur minimum yang dapat
menyebabkan luka bakar adalah 44OC, ini terjadi jika terpapar selama 6 jam
atau lebih. Sebaliknya pada suhu 70OC luka bakar dapat terjadi dalam waktu
kurang lebih 1 menit.
Pola dan distribusi luka bakar tergantung pada jenis dari sumber
panas. Pada prinsipnya ada 4 jenis sumber panas yaitu yang berasal dari
radiasi, air panas(wet heat), kobaran api(flames), dan objek yang panas.4
1. Radiasi
Kerusakan kulit akibat radiasi paling umum terlihat seperti terkena sinar
matahari “sunburn”. Pola luka bakar yang disebabkan oleh radiasi tergantung
dari posisi tubuh yang berhubungan langsung terhadap sumber panas dan ada
tidaknya pakaian atau objek lain yang mengintervensi.1,4
2. Air Panas (wet heat)
Terdapat deskuamasi kulit dan eritem yang jelas dari daerah yang terbuka
pada luka bakar yang disebabkan oleh cairan panas dan gas panas. Pada luka
bakar akibat terkena air panas bentuk lukanya jelas dan khas seperti air yang
mengalir atau tertumpah pada bagian tubuh yang spesifik. Untuk membedakan
8

antara luka bakar yang terjadi karena kecelakaan dan kesengajaan dapat dilihat
dari lokasi dan bentuk luka.
Biasanya luka bakar yang berasal dari sumber panas yang “kering”
dapat dibedakan dengan luka bakar akibat terkena air panas yaitu adanya
jaringan yang hangus dan destruksi rambut pada luka bakar yang berasal dari
sumber panas yang “kering” sedangkan pada luka bakat akibar terkena air
panas biasanya tidak ada. Adatidaknya tanda hangus(charring) tidak dapat
mengidentifikasikan hal itu berasal dari sumber panas yang ”basah”. 4

Tanda-tanda luka:
1. Bagian bulu yang hangus
2. Warna pakaian terbakar
3. Terkelupas
4. Biasanya terdapat pada pinggiran luka
5. Terdapat pada luka serta pada bagian atasnya berwarna hitam terbakar.
Akibat panas dan bentuk uap atau cairan dari berbagai jenis bahan.
6. Tampak basah dan kehilangan sifat elastisitasnya.
7. Vesikel terdapat di seluruh luka serta bagian bawahnya.
8. Warnanya pudar
9. Basah dan tidak terbakar

3. Kontak dengan Objek Panas


Luka bakar akibat kontak dengan objek panas biasanya terjadi karena
kecelakaan dan paling banyak ditemukan dibagian tangan. Bentuk luka
bakarnya sering berhubungan dengan objek panas yang menyebabkan luka
bakar, contohnya terbakar rokok, bentuknya biasanya kecil dan sirkular.
Identifikasi
Keadaan sekitar dari kasus kebakaran secara langsung membantu
identifikasi korban. Jika ditemukan tubuh dengan ditutupi oleh jelaga dan tidak
begitu parah, jelaganya bisa dibersihkan terlebih dahulu agar wajah dan
gambaran eksternal lainnya dapat terlihat secara visual. Pakaian dan personal
effects, jika tidak terbakar, dapat membantu identifikasi. Hangus dapat
9

melenyapkan identifikasi gambaran eksternal. Tinggi badan dan berat badan


tidak dapat dijadikan identifikasi yang akurat karena terjadi reduksi tinggi
badan dan berat badan oleh karena kontraksi panas. Sesuai dengan observasi
splitz rambut warna kelabu berubah F). Setelah 10-15 menit pada
suhuC(250menjadi pirang pada suhu 120 F), rambut coklat akan berubah
menjadi sedikit kemerahan. DanC(400205 rambut hitam tidak mengalami
perubahan warna.9
Jika terdapat identifikasi sementara, seperti gigi dan catatan medis harus
diperoleh oleh penyidik. Kegunaan dari catatan ini tergantung dari spesifitas
dan keakuratannya. Salah satu cara untuk mengidentifikasi tubuh yang hangus
dilakukan pemeriksaan radiologi. Jika kecocokan antara informasi antemortem
dan postmortem tidak jelas, ketetapannya masih dapat masih dapat diperkuat
oleh ahli patologi dan ahli lainnya yang terlibat. Jika metode pembanding
konvensional tidak jelas, maka gigi dan tulang dapat digunakan untuk analisa
DNA.4,8
Gambaran post-mortem Pemeriksaan luar :
1. Pakaian dari korban diambil dan diperiksa secara teliti untuk mencari
terdapatnya minyak tanah,bensin atau bahan lainnya yang mudah
terbakar.6,7,8
2. Gambaran kulit bisa bervariasi, misalnya :
a. Putih. Pada luka bakar akibat panas radiasi.
b. Melepuh dan merah. Ukuran dan bentuknya bergantung pada ukuran
benda panas. Bentuk luka seperti ini adalah karena bersentuhan dengan
benda panas.
c. Luka merah terpanggang. Merupakan akibat bersentuhan dengan benda
panas dalam waktu yang cukup lama.
d. Kehitaman dan seperti tattoo. Merupakan luka akibat ledakan tambang
batubara. Biasanya ukuran luka sangat luas.
e. Hitam dan berjelaga pada beberapa bagian tubuh, yaitu luka bakar akibat
minyak tanah.
f. Kemerahan dan pembentukan vesikel pada kulit, yaitu akibat terkena uap
panas,misalnya dari air mendidih atau uap panas.
10

g. Luka basah dan kulit kehilangan sifat elastisnya, yaitu pada luka bakar
akibat uap yang sangat panas.
3. Sikap pugilistik.
Sikap ini mirip sikap defensive dan terdapat pada mayat yang lama terpapar
temperatur tinggi sehingga mayat menjadi kaku. Pada beberapa kasus
temperatur yang sangat tinggi ini bisa mengakibatkan keretakan dan celah
sehingga sangat mirip dengan luka potong.

Gambar 2.2. Api akan menyebabkan sendi berkontraksi.Sehingga lengan dan kaki dapat ditekuk. Ini adalah
gambaran (pugilist),dimana membuat orang yg meninggal, seolah-olah dia sedang bertempur
Sumber : Dix Jay. In : Color Atlas of Forensic Pathology, 2000

4. Penentuan jenis kelamin adalah berdasarkan :


a. Adanya uterus atau kelenjar prostat. Kedua jaringan tersebut lebih tahan
terhadap suhu tin dibandingkan jaringan tubuh lainnya.
b. Jika yang tertinggal hanya tulang kerangka, maka proses identifikasinya
berdasarkan ukuran dan bentuk tulang pelvis.
Pemeriksaan dalam 2,4,8:
11

 Hematoma dalam kepala (pseudoepidural hematom) hampir selalu


ada jika tulang tengkorak terbakar. Hematoma ini lunak, berupa
bekuan darah berwarna coklat dan sangat rapuh serta tampak seperti
sarang lebah.
 Tulang tengkorak sering mengalami fraktur pada kematian akibat
kebakaran. Jaringan otak sangat menyusut walau bentuknya masih
dapat dikenali. Lapisan yang menutupi otak dan meanings
mengalami kongesti.
 Jika kematian akibat asfiksia, pada traktus respiratorius bisa
ditemukan partikel karbon. Seluruh traktus respiratorius bagian atas
mengalami kongesti dan dilapisi cairan mukus yang berbusa.
 Inflamasi pleura bisa terjadi dan terdapat efusi ke dalam rongga
pleura
 Bilik jantung penuh berisi darah.
 Lambung dan duodenum menunjukkan reaksi inflamasi. Setelah
kematian, pada duodenum mungkin terdapat tukak yang disebut
tukak Curling (Curling’s ulcer).
 Pada hati terdapat perlemakan.
 Pada ginjal terdapat pembengkakan (cloudy swelling), thrombosis
kapiler, bahkan mengalami infark.
 Limpa dan kelenjar mengalami kongesti.

Perbedaan antara luka bakar antemortem dengan luka bakar post mortem
Batas kemerahan. Batas kemerahan pada luka bakar antemortem selalu
ada. Batas ini berupa garis yang permanen yang tampak setelah kematian. Eritema
pada daerah disekitar luka tidak ada karena dilatasi pembuluh darah hanya
sementara dan semakin tidak jelas setelah kematian.2,7,8
Pembentukan vesikel. Luka bakar sewaktu masih hidup menyebabkan
terbentuknya vesikel yang mengandung albumin dan klorida. Dasar vesikel
mengalami inflamasi dengan papil yang menonjol. Keadaan ini sangat berbeda
dengan luka bakar postmortem dimana vesikel biasanya berisi udara. Walaupun
12

sangat jarang ada juga vesikel yang mengandung cairan serosa, tetapi hanya
mengandung albumin dan tidak ada klorida. Dasar vesikel kering dan keras.
Proses penyembuhan. Pada luka bakar antemortem bisa tampak proses
perbaikan luka, berupa inflamasi, pembentukan pus, pembentukan jaringan
granulasi atau pengelupasan kulit. Hal ini tidak terdapat pada luka bakar
postmortem.8

2.2.2 COLD TRAUMA


Jarang terjadi, biasanya pada Negara dingin. Lokalisasi terutama
pada tangan, kaki, hidung, telinga, pipi. Hawa dingin yang basah lebih
berbahaya daripada yang kering.2,10
Cara kematian:10
1.Kecelakaan
2.Pembunuhan (infanticide)

Ada 2 jenis jejas akibat suhu dingin :


1. Jejas dingin lokal
Jejas lokal yang diakibatkan oleh suhu dingin tergantung pada
temperatur, laju pendinginan, lama pemaparan. Terdapat dua keadaan
yang khusus, yaitu:7,8
a. Kaki terendam (trench foot): trench foot mulai dikenal saat terjadi
perang dunia pertama. Keadaan ini sebagai akibat dari pemaparan
kaki secara jangka panjang dengan air dan lumpur pada suhu yang
dingin namun tidak membeku. Perubahan dapat juga terjadi pada
bagian lain dari tubuh kita.
Respon awal jaringan terhadap air dingin adalah vasokontriksi.
Vasokonstriksi yang berkepanjangan akan mengakibatkan
kerusakan iskemik pada ototdan saraf. Setelah beberapa jam kaki
terendam, maka terjadi paralisis vasomotor, yang mengakibatkan
dilatasi yang menetap dan kerusakan terhadap miikrosirkulasi.
Jaringan yang bersangkutan akan membengkak (edem) dan
membiru sehingga tidak jarang dapat terjadi blister. Pada akhirnya
13

dapat terjadi thrombosis biasanya setelah beberapa hari terendam


air, dan terjadi ganggren.8
b. Frosbite: frosbite terjadi lebih cepat daripada trench foot, dan
terjadi pada bagian tubuh yang terpapar dengan temperatur beku.
Kejadian ini bukan merupakan hal yang tidak lazim pada negara
yang mempunyai empat suhu udara. Bilamana seseorang
terperangkap pada udara dingin yang membeku (misalnya dalam
badai salju) tanpa persiapan, maka kecelakaan tersebut dapat
terjadi. Vasokonstriksi, vasodilatasi dan oklusi pembuluh darah
oleh sel darah yang teraglutinasi dan thrombi, akan mengakibatkan
nekrosis iskemia pada jaringan yang terpapar hanya dalam
beberapa jam saja.9
2. Jejas dingin menyeluruh (hipotermi)
a. Mekanisme terjadinya jejas: hipotermia generalisata terjadi
bilamana seluruh tubuh terpapar dengan suhu yang rendah.hal ini
sering terjadi pada penderita usia lanjut (lansia) di musim dingin,
terutama pada gelandangan. Pemaparan terhadap suhu dingin akan
mengakibatkan generalized vasocontriction pada kulit, hal ini
terjadi sebagai respons refleks untuk mengkonservasi panas
tubuh.Vasokonstriksi organ-organ dalam terjadi hanya bilamana
temperatur “core” menurun. Setelah beberapa waktu pemaparan,
refleks vasokonstriksi pembuluh darah kulit gagal, sehingga terjadi
vasodilatasi yang luas. Vasodilatasi yang menyeluruh ini
mengakibatkan penurunan temperatur “core”, sehingga terjadi
pengumpulan darah (pooling) pada pembuluh darah perifer.
Keadaan ini pada gilirannya akan mengakibatkan volume plasma
efektif menurun, dan terjadi kegagalan sirkulasi.2,7.8
b. Gambaran klinis: perubahan klinis yang terjadi tergantung pada
temperatur dan lamanya pemaparan terhadap suhu rendah. Bilama
penurunan temperatur secara cepat dan mendadak, maka dapat
mengakibatkan kematian. Kematian pada kasus demikian
14

disebabkan oleh kegagalan metabolisme selluler sebagai


konsekuensi turunnya temperatur “core”.
c. Pemanfaatan terapi hipotermia: penurunan tingkat metabolisme
selluler/ jaringan sebagai akibat dari hipotermi dapat dimanfaatkan
untuk pembedahan di bidang kardiovaskuler dan operasi otak.
Sirkulasi pada organ tersebut dapat dihentikan beberapa menit pada
suhu hipotermia, sehingga dapat dilakukan pembedahan sederhana
seperti operasi aneurysma, valvotomy mitral, penggunaan lemari
pendingin juga penting untuk blood bank (4oC dapat mengawetkan
darah sampai beberapa minggu).3,4,7

PEMERIKSAAN
1. Reaksi Lokal
a. Kulit pucat (vasokontriksi) → kemerahan (vasodilatasi oleh karena
vasomotorcenter)
b. Merah kehitaman, bengkak (skin blister) → ganggren superficial yang
irreversible.
2. Reaksi Umum
a. Kulit pucat, menggigil, cutis anserine
b. Kepucatan bercampur warna cyanosis (oleh karena organ dalam
keadaan kongesti sehingga darah dipaksa masuk kembali ke
pembuluh perifer)
c. Lethargy → coma → death (bila lama)
d. Otopsi :Jantung berisi darah merah cerah.Organ dalam kongesti
hebatLebam Bright Red (merah cerah bercampur bercak merah gelap)
Cairan tubuh menjadi es (bila lama baru ditemukan)3,7,9

2.2.3 CHEMICAL BURN


Chemical burn adalah luka bakar pada organ luar maupun organ
dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang merupakan
asam kuat atau basa kuat (sering disebut alkali). Luka bakar akibat bahan
kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit terpapar oleh asam atau basa.
15

Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada
seluruh tubuh ataupun keduanya.2
Kekuatan dari asam dan basa ditentukan oleh skala pH, yang berkisar
antara 1-14. Asam kuat biasanya memiliki pH kurang dari 2. Bahan yang
mengandung alkali biasanya memiliki pH 11,5 atau lebih untuk dapat
melukai kulit.2,8
Luka bakar oleh bahan kimia biasanya merupakan kecelakaan,
pembunuhan dengan cara ini sangat jarang dilakukan, melemparkan cairan
yang bersifat korosif seperti cairan asam pada korban lebih sering
dimaksudkan untuk melukai dibandingkan untuk membunuh korban.
Bunuh diri dengan menggunakan asam maupun basa kuat sangat jarang
dilakukan saat ini tetapi ditemukan di negara-negara miskin.4,8

Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan-bahan kimia, tergantung
pada beberapa faktor termasuk :
 pH
 Konsentrasi
 Durasi
 Bentuk fisik dari bahan (padat, cair atau gas)
 Lokasi (mata, kulit, mukosa)
 Tertelan atau terhirup

Asam dengan pH kurang dari 2 mempercepat proses nekrosis koagulasi


yang disebabkan oleh protein. Luka bakar tampak dengan batas jelas, kering dan
kasar, dengan warna luka tergantung dari bahan asam. Asam nitrat menyebabkan
warna luka coklat kekuningan, asam sulfat (vitriol) berwarna coklat kehijauan,
hidroklorin berwarna putih hingga abu-abu dan asam karbol (fenol atau lisol)
menyebabkan warna luka abu-abu sampai coklat terang.4,6
Alkali dengan pH 11,5 atau lebih menyebabkan kerusakan jaringan yang
lebih luas dibandingkan dengan asam karena sifatnya yang mencairkan jaringan
yang nekrosis, yang menyebabkan alkali dapat berpenetrasi lebih dalam. Alkali,
16

seperti sodium hidroksida (soda atau sabun) dan amonium hidroksida,


menimbulkan luka berwarna coklat keabu-abuan.4,6
Substansi alkalin dalam bentuk padat yang tertelan menampilkan
keuntungan dari faktor ini. Bahan padat ini akan tinggal dalam lambung dalam
waktu yang lama, hal ini akan menghasilkan luka bakar yang berat. Faktor lain
yang penting adalah bentuk lain dari substansi asam dan basa yang
menghasilkan panas ketika mereka terdilusi, hal ini tidak hanya menyebabkan
luka bakar akibat bahan-bahan kimia tetapi juga luka bakar akibat suhu.4,6,8
Beberapa tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan kimia, Pada
daerah yang terkena akan terasa panas, terjadi iritasi serta kemerahan.Nyeri dan
terasa baal. Pembentukan jaringan kulit mati yang berwarna hitam (eschar) - ini
sebagian terjadi akibat luka bakar yang diakibatkan oleh bahan asam yang
menghasilkan neksrosis koagulasi dengan jalan denaturasi protein. Luka bakar
akibat alkali menghasilkan luka bakar yang dalam pada jaringan akibat produksi
dari pengenceran jaringan nekrosis yang melibatkan denaturasi protein dan juga
saponifikasi jaringan lemak.
Gangguan penglihatan atau kebutaan total terjadi bila bahan kimia masuk ke
dalam mata.
Pada kasus luka bakar akibat bahan-bahan kimia yang berat dimana bahan
tersebut tertelan, terhirup atau terabsorbsi ke dalam pembuluh darah, 8,9
gejala sistemik yang dapat timbul antara lain :
Batuk atau sesak napas.
Penurunan tekanan darah.
Pusing, lemas sampai pingsan.
Nyeri kepala.
Kejang otot.
Henti jantung atau aritmia.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan korban luka bakar akibat bahan kimia Meskipun
pengobatan memiliki peran yang terbatas pada kebanyakan kasus luka bakar
oleh bahan kimia, antibiotik topikal, kalsium dan magnesium masih tetap
17

digunakan. Setelah dekontaminasi pemberian cairan intravena dan terapi


narkotik diperlukan 6:
Antibiotik.
Silvadene digunakan pada luka bakar pada kulit dan berguna untuk
mencegah infeksi pada luka bakar derajat dua dan tiga. Ini harus
diberikan pada luka satu sampai dua kali sehari dan membersihkan sisa
obat sebelumnya sebelum memberikan yang baru.
Erytromisin oinmen (bacitracin) digunakan untuk mencegah infeksi
akibat luka bakar pada mata.
Analgetik.
Morfin, acetaminophen diberikan untuk mengatasi nyeri dan bias
digunakan untuk memberikan efek sedasi yang menguntungkan pada
pasien yang menderita luka bakar pada mata. Nonsteroid Anti-
inflammatory Agents. Advil, Motrin Ansaid, Naprosyn dan anaprox
adalah golangan anti-inflamasi yang digunakan untuk pasien dengan
nyeri ringan sampai sedang.13

IV. ELECTRICAL BURN (LUKA LISTRIK)

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat dua jenis tenaga listrik yang


dapat kita manfaatkan, yaitu tenaga listrik alam seperti petir dan kilat, serta
tenaga listrik buatan meliputi arus searah (DC) seperti telepon (30-50 volt)
dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik rumah, pabrik, dan lain-
lain.
Terdapat tiga jenis tegangan (voltase) yang umumnya kita gunakan
dalam melangsungkan rutinitas setiap harinya, yaitu:2,4,8
a. Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.
b. Voltase tinggi (>1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
c. Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays therapy
dan diatermi
18

Beberapa faktor yang mempengaruhi efek listrik pada tubuh kita, yaitu:
1. Tegangan listrik (voltase)
Tegangan listrik minimal yang dapat menyebabkan kematian yaitu 50-
60 volt. Voltase yang rendah, yaitu sekitar 100 volt lebih sering menyebabkan
kematian bila dibandingkan dengan voltase yang lebih tinggi; misalnya 10.000
volt malah tidak mematikan. Kematian orang yang terkena arus listrik yang
bertegangan rendah berbeda dengan mereka yang terkena arus listrik
bertegangan tinggi,dimana pada kematian akibat listrik tegangan rendah
disebabkan karena terjadinya fibrilasi ventrikel,sedangkan pada tegangan
tinggi biasanya disebabkan karena luka bakar / panas.8,10
2. Kuat arus listrik (ampere)
Kuat arus listrik minimal yang dapat menimbulkan kematian yaitu 65
miliampere. Semakin tinggi kuat arus listrik semakin besar efek listrik pada
tubuh.
3. Tahanan listrik (resistensi)
Besarnya tahanan pada manusia tergantung dari banyak sedikitnya air
yang terdapat pada bagian tubuh. Tahanan yang paling besar adalah kulit,
kemudian tulang, lemak, saraf, otot, darah, dan yang paling rendah adalah
cairan tubuh. Semakin tinggi tahanan listrik semakin besar efek listrik
lokalnya namun efek listrik generalnya semakin kurang membahayakan jiwa
kita. Tahanan listrik pada kulit basah 2.000-3.000 Ohm sedangkan kulit
kering 5.000-10.000 Ohm. Korban yang meninggal akibat arus listrik yang
kehujanan atau berada dalam air sangat sulit kita temukan current mark /
electric mark / electric burn pada kulit korban karena tahanan listrik pada
tubuh korban rendah.4,6,10
4. Arah aliran
Manusia dapat mati bila terkena arus listrik bila aliran dari arus
listrik tersebut melintasi otak atau jantung; misalnya arah aliran dari kepala ke
kaki atau dari lengan satu ke lengan yang lainnya.
5. Lama kontak dengan arus listrik
Waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran
listrik menentukan kecepatan datangnya kematian. Sebagai contoh, bila
19

intensitas sekitar 70-300 mA, maka kematian akan terjadi dalam waktu 5 detik.
Sedangkan pada intensitas sekitar 200-700 mA, kematian akan terjadi dalam
waktu 1 detik.10
Patofisiologi
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat
kecelakaan, dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai
penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC) lebih
jarang dan pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian
logam dan penyepuhan.
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-
balik bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena
arus listrik bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan
6,10
arus listrik searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian.
Pada eksperimen didapatkan hasil sebagai berikut: manusia yang terkena
arus listrik (AC) dengan intensitas dibawah 25 mA; atau arus listrik (DC) sekitar
25-80 mA, tidak akan menimbulkan efek apa-apa. Sedangkan bila terkena arus
listrik (AC) dengan intensitas 25-80 mA atau arus listrik (DC) sebesar 80-300
mA, akan terjadi penurunan kesadaran dan gangguan denyut jantung (fibrilasi
ventrikel). Bila kekuatan arus listrik melebihi 3 Amper, maka akan terjadi
penghentian denyut jantung (cardiac arrest).8,10
Ada dua penyebab kematian pada kasus luka listrik (electrical burn), yaitu:
1. Fibrilasi ventrikel. Keadaan yang paling berbahaya apabila arus listrik
masuk melalui tangan kiri lalu keluar melalui kaki yang berlawanan.
2. Paralisis sentrum medullare (pusat pernapasan). Paralisi ini terjadi
akibat spasme otot pernapasan sehingga korban meninggal karena
asfiksia. Hal ini juga menyebabkan jantung berhenti lalu terjadi shock
respiratory paralysis.

Cara Menentukan Kematian Akibat Aliran Listrik


Untuk dapat memastikan korban meninggal akibat sengatan arus listrik
atau bukan, dapat dilakukan beberapa hal berikut ini:13
20

1. Penemuan korban. Kita menemukan masih berhubungan dengan kawat


yang beraliran listrik.
2. Tidak ada tanda-tanda penyebab kematian lain dan tanda-tanda
kekerasan.
3. Otopsi.
Hasil Otopsi (Gambaran Post-Mortem)
1. Pemeriksaan Luar
Ada tiga tanda penting yang dapat kita temukan pada pemeriksaan luar
otopsi,yaitu:
a. Current mark / electric mark / electric burn
Derajat luka bakar bervariasi.Energi listrik diubah menjadi energi
panas karena tingginya tahanan listrik pada kulit.Port de entry listrik ke
badan (tidak khas). Biasanya ditemukan pada telapak tangan, telapak kaki,
atau punggung tangan.Warna kuning, cokelat putih atau cokelat hitam
(luka bakar) dikelilingi oleh daerah halo. Daerah halo berwarna kemerahan
dan edema yang lebih menonjol dari daerah sekitarnya.2,8,10
Cara mencarinya yaitu mencuci sampai bersih daerah telapak
tangan, telapak kaki, atau punggung tangan. Kadang-kadang kita tidak
dapat menemukan current mark / electric mark / electric burn karena kulit
korban dalam keadaan basah saat tersengat aliran listrik (tahanan listrik
sangat rendah)

Gambar 3 : Electrical Mark


21

b. Electrische metalisatie (metalisasi)


Metalisasi terjadi karena metal / logam dari kabel kawat meleleh atau
menguap lalu mengalami deposisi metal dan menempel pada kulit korban.
c. Luka keluar
Luka keluar dari luka listrik tidak khas dapat berupa luka lecet, luka robek,
atau luka bakar. Sepatu korban dapat terkoyak, pakaian korban dapat
sobek dan terbakar.2,4

2. Pemeriksaan Dalam
a. Otak. Otak korban mengalami perdarahan kecil pada ventrikel III dan
IV dan terjadi vakuolisasi di sekitar pembuluh darah otak.
b. Jantung. Jantung korban berhenti akibat fibrilasi ventrikel lalu terjadi
dilatasi jantung sehingga jantung berisi penuh darah.
c. Paru-paru. Paru-paru korban mengalami kongesti dan edema.
d. Organ viscera lainnya mengalami kongesti.
e. Tulang. Tulang korban meleleh (fusi CaPO4) dan terjadi fraktur.
Lelehan tulang tersebut membentuk butiran kalsium fosfat yang mirip
mutiara. Butiran ini disebut pearl like body.
f. Otot. Otot korban putus akibat perubahan hialin.
g. Perikard, pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-bintik
perdarahan.
h. Ekstremitas. Pembuluh darah korban mengalami nekrosis dan ruptur
lalu terjadi perdarahan kemudian terbentuklah gangren.3,4.8

3. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Sel epitel memipih.
b. Stratum korneum menggelembung dan vakum (vakuolisasi). Vakum
akibat penguapan keringat korban.
c. Stratum basale menjadi lonjong (tersusun polidase) dan memutar ke
arah bagian yang terkena listrik.
d. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang dan memutar ke arah
bagian yang terkena listrik.8,9
22

Petir (Lightning / Eliksem)


Petir / Lighting / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir.
Petir termasuk arus searah (DC) dengan tegangan 20 juta volt dan kuat
arus 20 ribu ampere. Petir mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dalam
waktu yang sangat singkat. Beberapa loncatan arus listrik ini ada yang
menuju ke bumi dan mencederai orang-orang yang ada di sekitarnya.5,6,8
Ada tiga keadaan yang berpotensi besar terkena petir, yaitu:
1. .Berada di tanah lapang.
2. .Berada di bawah pohon yang tinggi.
3. Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari logam.
Adapun bukti secara tidak langsung yang dapat memperkuat dugaan
korban meninggal akibat tersambar petir adalah:4,8
1. Adanya riwayat terjadinya badai petir pada daerah tersebut disertai
dengan bukti adanya kerusakan.
2. Benda-benda yang terbuat dari besi menjadi mengandung magnet
3. Tidak terdapat bukti-bukti yang mengarah ke pembunuhan

Luka Akibat Sambaran Petir


Akibat yang ditimbulkan oleh petir disebabkan oleh dua hal, pertama arus
listrik bertegangan sangat tinggi dan oleh karena adanya efek ledakan (blast
effect) dari udara yang ekspansi dengan cepat. Penyebab pertama (akibat arus
listrik bertegangan tinggi) akan menimbulkan luka bakar, yang biasanya relatif
terbatas hanya pada permukaan saja (superfisial). Sedangkan “blast effect” akan
dapat menyebabkan robek atau pecahnya pakaian korban, yang sering
menimbulkan kesan akan adanya unsur kejahatan.
Bila korban kebetulan memakai jam tangan atau perhiasan yang terbuat
dari metal pada tempat masuk dan keluarnya arus, maka logam tersebut dapat
meleleh.
Luka bakar yang primer biasanya terjadi pada daerah kepala dan dapat pula difus.
Jalannya luka bakar dapat diketahui dari adanya robekan atau pakaian yang
terbakar.
23

Petir bila mengenai tubuh manusia dapat menimbulkan beberapa jenis luka,
yaitu: surface burns, linear burns, dan arborescence / filigree burns9,10
1. Surface burn. Merupakan suatu keadaan dimana luka bakar yang terdapat
pada tubuh biasanya berkaitan dengan benda-benda metal yang dipakai
korban.
2. Linear burn. Adalah luka bakar yang mempunyai ukuran 2,5 cm – 25 cm x
3 mm – 2,5 mm yang sering didapatkan di daerah kulit yang mempunyai
tahanan rendah, misalnya pada daerah yang basah atau daerah lipatan
kulit.
3. Arborescence / filigree burn. Arborescence atau filigree dari luka bakar
yang mempunyai gambaran bercabang-cabang seperti cabang atau ranting
pohon, yang akan menghilang bila korban cepat mendapat pertolongan.6,8

Hasil Otopsi (Gambaran Post-Mortem)5


1. Pemeriksaan Luar
a. Kaku mayat cepat terbentuk dan cepat menghilang
b.Tanda-tanda luka atau cedera eksternal bisa ada, bisa tidak ada.
2 .Pemeriksaan Dalam
Tanda-tandanya tidak begitu khas, mungkin terdapat beberapa hal seperti
yang tercantum di bawah ini:
a. .Laserasi dan perdarahn otak
b. .Perdarahan pada perikardium jantung
c. .Kongesti paru-paru
d. Organ tubuh lainnya mungkin mengalami perdarahn, kongesti, atau
nekrosis.
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbott,Allegran,Aveeno,et al. Darm Net NZ. Thermal burns.


http://www.dermnetnz.org/reaction/thermal-burns.html. Diakses pada
tanggal 07 februari 2013.
2. Dix Jay.Chapter 10 : Thermal Injury. Color Atlas of Forensic Pathology.
New York: CRC Press LLC ; 2000. P.116.
3. Dollnak David, Matshes Evan. Environmental Injury. Forensic Pathology
principles and practice. New York : Elsevier academi press ; 2005.p 239-
257.
4. Dimaio Vincent, Dimaio Dominic. Fire Deaths. Forensic Pathology second
edition. Florida : CRC Press ; 2001.
5. Lybarger, M Patricia, Pactrick Kadilak. Thermal Injury.
6. Mosier Michael, Gibran Nicole. Management of the patient with termal
injuries. ACS Surgery. New york : Decter Intellectual properties ; 2010.
7. Simpson CK. Injury due to heat, cold and electricity. In: Knight B, editor.
Simpson's Forensic Medicine. 11 ed. New York: Oxford University Press
Inc.; 1997. p.143.
8. Sharkum J, Michael, Ramsay A David. Chapter 4 : Thermal Injury.
Forensik Pathology of trauma. Totowa : Human Press Inc ; 2007.
9. Spector Jordan, Fernandez Wiliam. Chemical, Thermal and Biological
ocular Exposure. Emergency Medicine Clinic of North America.
Philadelphia : Boston University ; 2008.
10. Wilson Wiliam, Grade Chistoper, Hoyt David. Burn Injury. Critical Care
Volume 1. New York ; Informa Healthycare. 2007.

Anda mungkin juga menyukai