TRAUMA SUHU
Pembimbing:
dr. Agustinus Sitepu, M.Ked(For), Sp.F
Disusun Oleh:
Dicky 150100097
Jesslyn Wijaya 150100099
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Trauma Suhu”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing dr. Agustinus Sitepu,M.Ked(For), Sp.F yang telah meluangkan
waktunya kepada kami dan memberikan bimbingan serta masukan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya.
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................2
2.1. Definisi...........................................................................................................2
2.2 Klasifikasi....................................................................................................2
2.2.1 Heat Burn (Luka Bakar).........................................................................2
2.2.2 Cold Trauma ........................................................................................12
2.2.3 Chemical Burn......................................................................................14
2.2.4 Electrical Burn (Luka Listrik)..............................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Trauma termis adalah luka akibat persentuhan tubuh bagian luar maupun
dalam dengan bahan yang panas, dingin, bahan kimia, atau aliran listrik.2
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi dari trauma termis adalah 3,4:
1. Heat Burn
2. Cold Trauma
3. Chemical Burn
4. Electrical Burn
yang bersifat toksik, sebagai hasil dari xantin oksidase, termasuk H2O2
dan hydroxyl radical merusak endotel pembuluh darah.3
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh
mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal
yang mana dapat terjadi ileus paralitik, tachycardia dan tachypnea
merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap jaringan yang luka. Kemudian
menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan
berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.4
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap
injury pada anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah injury
thermal.4
Penyebab kematian pada luka bakar:4
1. Syok
Keadaan ini biasanya terjadi dalam 48 jam pertama, berupa
syok neurogenik akibat rasa nyeri atau ketakutan
2. Asfiksia. Hal ini akibat asap atau gas sisa pembakaran. Pada
kasus dimana korban diambil dari rumah yang sudah terbakar,
maka luka bakar yang terjadi bisa merupakan postmortem
3. Cedera dan kecelakaan. Hal ini bisa dialami sewaktu berusaha
menghindari kebakaran dan mengakibatkan cedera fatal.
4. Inflamasi beberapa bagian tubuh, misalnya meningitis,
peritonitis, dll.
5. Lemas akibat kehilangan banyak cairan yang bisa
menyebabkan dehidrasi.
6. Septikemia, gangren, dan tetanus.
Gambar 2.1. Gambaran presentasi luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar “on the rule of nines”.2
Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar terbagi atas 3 derajat yaitu 5,6:
1. Luka bakar derajat pertama (menurut Dupuytren, luka bakar derajat
pertama dan kedua)
Setiap luka bakar yang didalam proses penyembuhannya tidak
meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu
daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung-gelembung (skin
blister, vesikulae, bullae), yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang
tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna
merah serta hiperemis. Secara mikroskopik tampak adanya kongesti dari
pembuluh darah, mungkin pula dijumpai perdarahan-perdarahan dan infiltrasi
sel radang polymorphonuclear(PMN). Pemeriksaan kimiawi dari cairan yang
terdapat di dalam gelembung-gelembung luka bakar, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa dalam cairan tersebut kaya
5
antara luka bakar yang terjadi karena kecelakaan dan kesengajaan dapat dilihat
dari lokasi dan bentuk luka.
Biasanya luka bakar yang berasal dari sumber panas yang “kering”
dapat dibedakan dengan luka bakar akibat terkena air panas yaitu adanya
jaringan yang hangus dan destruksi rambut pada luka bakar yang berasal dari
sumber panas yang “kering” sedangkan pada luka bakat akibar terkena air
panas biasanya tidak ada. Adatidaknya tanda hangus(charring) tidak dapat
mengidentifikasikan hal itu berasal dari sumber panas yang ”basah”. 4
Tanda-tanda luka:
1. Bagian bulu yang hangus
2. Warna pakaian terbakar
3. Terkelupas
4. Biasanya terdapat pada pinggiran luka
5. Terdapat pada luka serta pada bagian atasnya berwarna hitam terbakar.
Akibat panas dan bentuk uap atau cairan dari berbagai jenis bahan.
6. Tampak basah dan kehilangan sifat elastisitasnya.
7. Vesikel terdapat di seluruh luka serta bagian bawahnya.
8. Warnanya pudar
9. Basah dan tidak terbakar
g. Luka basah dan kulit kehilangan sifat elastisnya, yaitu pada luka bakar
akibat uap yang sangat panas.
3. Sikap pugilistik.
Sikap ini mirip sikap defensive dan terdapat pada mayat yang lama terpapar
temperatur tinggi sehingga mayat menjadi kaku. Pada beberapa kasus
temperatur yang sangat tinggi ini bisa mengakibatkan keretakan dan celah
sehingga sangat mirip dengan luka potong.
Gambar 2.2. Api akan menyebabkan sendi berkontraksi.Sehingga lengan dan kaki dapat ditekuk. Ini adalah
gambaran (pugilist),dimana membuat orang yg meninggal, seolah-olah dia sedang bertempur
Sumber : Dix Jay. In : Color Atlas of Forensic Pathology, 2000
Perbedaan antara luka bakar antemortem dengan luka bakar post mortem
Batas kemerahan. Batas kemerahan pada luka bakar antemortem selalu
ada. Batas ini berupa garis yang permanen yang tampak setelah kematian. Eritema
pada daerah disekitar luka tidak ada karena dilatasi pembuluh darah hanya
sementara dan semakin tidak jelas setelah kematian.2,7,8
Pembentukan vesikel. Luka bakar sewaktu masih hidup menyebabkan
terbentuknya vesikel yang mengandung albumin dan klorida. Dasar vesikel
mengalami inflamasi dengan papil yang menonjol. Keadaan ini sangat berbeda
dengan luka bakar postmortem dimana vesikel biasanya berisi udara. Walaupun
12
sangat jarang ada juga vesikel yang mengandung cairan serosa, tetapi hanya
mengandung albumin dan tidak ada klorida. Dasar vesikel kering dan keras.
Proses penyembuhan. Pada luka bakar antemortem bisa tampak proses
perbaikan luka, berupa inflamasi, pembentukan pus, pembentukan jaringan
granulasi atau pengelupasan kulit. Hal ini tidak terdapat pada luka bakar
postmortem.8
PEMERIKSAAN
1. Reaksi Lokal
a. Kulit pucat (vasokontriksi) → kemerahan (vasodilatasi oleh karena
vasomotorcenter)
b. Merah kehitaman, bengkak (skin blister) → ganggren superficial yang
irreversible.
2. Reaksi Umum
a. Kulit pucat, menggigil, cutis anserine
b. Kepucatan bercampur warna cyanosis (oleh karena organ dalam
keadaan kongesti sehingga darah dipaksa masuk kembali ke
pembuluh perifer)
c. Lethargy → coma → death (bila lama)
d. Otopsi :Jantung berisi darah merah cerah.Organ dalam kongesti
hebatLebam Bright Red (merah cerah bercampur bercak merah gelap)
Cairan tubuh menjadi es (bila lama baru ditemukan)3,7,9
Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada
seluruh tubuh ataupun keduanya.2
Kekuatan dari asam dan basa ditentukan oleh skala pH, yang berkisar
antara 1-14. Asam kuat biasanya memiliki pH kurang dari 2. Bahan yang
mengandung alkali biasanya memiliki pH 11,5 atau lebih untuk dapat
melukai kulit.2,8
Luka bakar oleh bahan kimia biasanya merupakan kecelakaan,
pembunuhan dengan cara ini sangat jarang dilakukan, melemparkan cairan
yang bersifat korosif seperti cairan asam pada korban lebih sering
dimaksudkan untuk melukai dibandingkan untuk membunuh korban.
Bunuh diri dengan menggunakan asam maupun basa kuat sangat jarang
dilakukan saat ini tetapi ditemukan di negara-negara miskin.4,8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan korban luka bakar akibat bahan kimia Meskipun
pengobatan memiliki peran yang terbatas pada kebanyakan kasus luka bakar
oleh bahan kimia, antibiotik topikal, kalsium dan magnesium masih tetap
17
Beberapa faktor yang mempengaruhi efek listrik pada tubuh kita, yaitu:
1. Tegangan listrik (voltase)
Tegangan listrik minimal yang dapat menyebabkan kematian yaitu 50-
60 volt. Voltase yang rendah, yaitu sekitar 100 volt lebih sering menyebabkan
kematian bila dibandingkan dengan voltase yang lebih tinggi; misalnya 10.000
volt malah tidak mematikan. Kematian orang yang terkena arus listrik yang
bertegangan rendah berbeda dengan mereka yang terkena arus listrik
bertegangan tinggi,dimana pada kematian akibat listrik tegangan rendah
disebabkan karena terjadinya fibrilasi ventrikel,sedangkan pada tegangan
tinggi biasanya disebabkan karena luka bakar / panas.8,10
2. Kuat arus listrik (ampere)
Kuat arus listrik minimal yang dapat menimbulkan kematian yaitu 65
miliampere. Semakin tinggi kuat arus listrik semakin besar efek listrik pada
tubuh.
3. Tahanan listrik (resistensi)
Besarnya tahanan pada manusia tergantung dari banyak sedikitnya air
yang terdapat pada bagian tubuh. Tahanan yang paling besar adalah kulit,
kemudian tulang, lemak, saraf, otot, darah, dan yang paling rendah adalah
cairan tubuh. Semakin tinggi tahanan listrik semakin besar efek listrik
lokalnya namun efek listrik generalnya semakin kurang membahayakan jiwa
kita. Tahanan listrik pada kulit basah 2.000-3.000 Ohm sedangkan kulit
kering 5.000-10.000 Ohm. Korban yang meninggal akibat arus listrik yang
kehujanan atau berada dalam air sangat sulit kita temukan current mark /
electric mark / electric burn pada kulit korban karena tahanan listrik pada
tubuh korban rendah.4,6,10
4. Arah aliran
Manusia dapat mati bila terkena arus listrik bila aliran dari arus
listrik tersebut melintasi otak atau jantung; misalnya arah aliran dari kepala ke
kaki atau dari lengan satu ke lengan yang lainnya.
5. Lama kontak dengan arus listrik
Waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran
listrik menentukan kecepatan datangnya kematian. Sebagai contoh, bila
19
intensitas sekitar 70-300 mA, maka kematian akan terjadi dalam waktu 5 detik.
Sedangkan pada intensitas sekitar 200-700 mA, kematian akan terjadi dalam
waktu 1 detik.10
Patofisiologi
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat
kecelakaan, dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai
penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC) lebih
jarang dan pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian
logam dan penyepuhan.
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-
balik bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena
arus listrik bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan
6,10
arus listrik searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian.
Pada eksperimen didapatkan hasil sebagai berikut: manusia yang terkena
arus listrik (AC) dengan intensitas dibawah 25 mA; atau arus listrik (DC) sekitar
25-80 mA, tidak akan menimbulkan efek apa-apa. Sedangkan bila terkena arus
listrik (AC) dengan intensitas 25-80 mA atau arus listrik (DC) sebesar 80-300
mA, akan terjadi penurunan kesadaran dan gangguan denyut jantung (fibrilasi
ventrikel). Bila kekuatan arus listrik melebihi 3 Amper, maka akan terjadi
penghentian denyut jantung (cardiac arrest).8,10
Ada dua penyebab kematian pada kasus luka listrik (electrical burn), yaitu:
1. Fibrilasi ventrikel. Keadaan yang paling berbahaya apabila arus listrik
masuk melalui tangan kiri lalu keluar melalui kaki yang berlawanan.
2. Paralisis sentrum medullare (pusat pernapasan). Paralisi ini terjadi
akibat spasme otot pernapasan sehingga korban meninggal karena
asfiksia. Hal ini juga menyebabkan jantung berhenti lalu terjadi shock
respiratory paralysis.
2. Pemeriksaan Dalam
a. Otak. Otak korban mengalami perdarahan kecil pada ventrikel III dan
IV dan terjadi vakuolisasi di sekitar pembuluh darah otak.
b. Jantung. Jantung korban berhenti akibat fibrilasi ventrikel lalu terjadi
dilatasi jantung sehingga jantung berisi penuh darah.
c. Paru-paru. Paru-paru korban mengalami kongesti dan edema.
d. Organ viscera lainnya mengalami kongesti.
e. Tulang. Tulang korban meleleh (fusi CaPO4) dan terjadi fraktur.
Lelehan tulang tersebut membentuk butiran kalsium fosfat yang mirip
mutiara. Butiran ini disebut pearl like body.
f. Otot. Otot korban putus akibat perubahan hialin.
g. Perikard, pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-bintik
perdarahan.
h. Ekstremitas. Pembuluh darah korban mengalami nekrosis dan ruptur
lalu terjadi perdarahan kemudian terbentuklah gangren.3,4.8
3. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Sel epitel memipih.
b. Stratum korneum menggelembung dan vakum (vakuolisasi). Vakum
akibat penguapan keringat korban.
c. Stratum basale menjadi lonjong (tersusun polidase) dan memutar ke
arah bagian yang terkena listrik.
d. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang dan memutar ke arah
bagian yang terkena listrik.8,9
22
Petir bila mengenai tubuh manusia dapat menimbulkan beberapa jenis luka,
yaitu: surface burns, linear burns, dan arborescence / filigree burns9,10
1. Surface burn. Merupakan suatu keadaan dimana luka bakar yang terdapat
pada tubuh biasanya berkaitan dengan benda-benda metal yang dipakai
korban.
2. Linear burn. Adalah luka bakar yang mempunyai ukuran 2,5 cm – 25 cm x
3 mm – 2,5 mm yang sering didapatkan di daerah kulit yang mempunyai
tahanan rendah, misalnya pada daerah yang basah atau daerah lipatan
kulit.
3. Arborescence / filigree burn. Arborescence atau filigree dari luka bakar
yang mempunyai gambaran bercabang-cabang seperti cabang atau ranting
pohon, yang akan menghilang bila korban cepat mendapat pertolongan.6,8
DAFTAR PUSTAKA