Anda di halaman 1dari 36

TRAUMA DADA

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Adinda Mutia Falah

NIM : 701170002

Deti Nurhayati

NIM : 701170003

Haryuni Putri Utami

NIM : 701170011

Yessi Apriani

NIM : 701170035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2020
LEMBAR

PENILAIAN TUGAS

PAPER INI TELAH DIPERIKSA

di Bandung tanggal : ...........................

dengan Nilai Angka : ..........................

Dosen Mata Kuliah,

GANJAR SAFARI, S.Kep.,Ners. MM.,


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii


BAB I PEBMBAHASAN

A. Pengertian........................................................................................................ 1
B. Etiologi ............................................................................................................ 2
C. Manifestasi Klinis ........................................................................................... 2
D. Patofisiologi .................................................................................................... 3
E. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................. 4
F. Penatalaksanaan .............................................................................................. 5
G. Diet .................................................................................................................. 5

Konsep Asuhan keperawatan ................................................................................ 6

A. Pengkajian ...................................................................................................... 6
Pemeriksaan Fisik .......................................................................................... 6
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................... 7
C. Intervensi ........................................................................................................ 8

BAB II KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ........................................................................................................... 12
B. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................... 14
C. Analisa Data ........................................................................................................ 16
D. Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 18
E. Tindakan Keperawatan / Intervensi .................................................................... 19
F. Implementasi dan Evalusai ................................................................................. 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 31
B. Saran.................................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 32

i
BAB I

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh


benturan pada dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura
dan paru-paru, diafragma ,atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda
tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

Cedera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok:


cedera penetrasi dan tumpul. Cedera penetrasi (misalkan: pneumotoraks
terbuka, hemotoraks, ceder trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur
diafragma) mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan
dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul (nonpenetrasi) (mis. Pneumotoraks
tertutup, pneumotoraks tensi, cedera trakheobronkhial, flail chest, rupture
diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur didalam rongga
dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.

Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).

1
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999 dan Lap. UPF
bedah, 1994).

B. ETIOLOGI

Penyebab utama cedera pada dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor,


misalnya sepeda motor atau mobil. Pukulan benda-benda tumpul pada dada, atau
akibat terjatuhnya juga dapat menyebabkan cedera dada nonpenetrasi. Luks
penetrasi umumnya diakibatkan oleh tusukan senjata tajam atau luka akibat
tembakan.

Trauma dada dapat disebabkan oleh :

a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy


ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka
dada tanpa pelonggaran balutan.

b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur


oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM. Tusukan paru
dengan prosedur invasif.

c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa


benda berat.

d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)

e. Fraktu tulang iga

f. Tindakan medis (operasi)

g. Pukulan daerah torak

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.


2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea

2
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

D. PATOFISIOLOGI

Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam


bentukkompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya
menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai
sternum,trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau
kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade sp
ada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru

Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding


thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan

Flail Chest , yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi
mempunyai kontinuitas dengankeseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut
terjadi karena fraktur iga
multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.
Ada nya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru
di bawahnya terjadisesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan
menyebabakan hipoksia yangserius.Sedangkan trauma dada/ thorax dengan benda
tajam seringkali berdampaklenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma
benda tumpul. Bendatajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada
dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus
organ yang berada pada posisitusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan
pada rongga dada(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan
peningkatantekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura
jikatertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara
progresifdalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax ,

3
penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal
nafas dan jantung. Adapungambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut
dapat dilihat pada skema

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Radiologi : foto thorax (AP).


2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

F. PENATALAKSANAAN

Terapi :
a. Nyeri biasanya berkurang dengan analgetik oral, seperti :
Hidrokodon atau kodein dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen
setiap 4 jam.
b. Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat
fraktur iga.
1. Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar
n. interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga di atas dan di
bawah yang cidera.
2. Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan
prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah
interkostales dan parenkim paru.
c. Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi
pernapasan. Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat
memberikan rasa nyaman, tetapi pasien harus diingatkan tentang perlunya
bernapas dalam dan panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi,
retensi secret, dan pnemounia.
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun
relaksan otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih

4
hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri,
penanganan batuk, pengisapan endotrakeal.
1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ
intratoraks lain, adalah:
• Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
• Bronchial toilet
• Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
• Cek Foto Ro berkal

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera
toraks yang lain, namun tidak perlu identifikasi fraktur iga.
2. pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
3. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
4. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
G. Diet
Diet yang diberikan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT).
Diet ini mengandung Energi dan Protein dan kebutuhan normal

5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat pelayanan
kesehatan. Biasanya pasien dengan fraktur mengeluh nyeri didaerah
yang mengalami fraktur.
2. Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan
meringankan, seberapa berat keluhan dirasakan, seberapa sering
terjadinya, lokasi keluhan serta apakah terjadi mendadak atau bertahap.
Biasanya pasien merasa nyeri pada saat mobilitas, pada daerah fraktur.
3. Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini,
seperti keadaan umum kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang
pernah dialami.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri
kemungkinan adanya kecenderungan berhubungan dengan faktor
ginetik, namun fraktur tidak ada hubungan dengan herediter karena
faktornya hanya kecelakaan.
5. Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup pasien, pola
aktivitas, keadaan mental pasian. Bisanya pasien dengan fraktur marasa
kurang percaya diri, karena adanya perubahan status kesehatan.

 PEMERIKSAAN FISIK

1. Sistem Pernapasana.
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk

6
c. Terdapat retraksi klavikula/dada
d. Pengambangan paru tidak simetris
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara
sonor/hipersonor/timpani,hematotraks (redup)
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas
yang berkurang/menghilang
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas

2. Sistem Kardiovaskuler
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal
d. Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
2. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
3. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
4. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub
kutan.
7. Sistem Endokrine :
a. Terjadi peningkatan metabolisme
b. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang


tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.

7
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan
batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.

C. INTERVENSI

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan


trauma thorax (Wilkinson, 2006) meliputi :

 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan


ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.

Tujuan : Bersihan jalan napas kembali efektif

Kriteria hasil :

1. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.


2. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
3. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

INTERVENSI RASIOANAL
Berikan posisi yang nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
dnegan peninggian kepala tempat tidur. ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak
Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien sakit.
untuk duduk sebanyak mungkin.
Obsservasi fungsi pernapasan, catat Distress pernapasan dan perubahan pada tanda
frekuensi pernapasan, dispnea atau vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi
perubahan tanda-tanda vital. dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
syock sehubungan dengan hipoksia.

Jelaskan pada klien bahwa tindakan Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
tersebut dilakukan untuk menjamin mengurangi ansietas dan mengembangkan
keamanan

8
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Jelaskan pada klien tentang Pengetahuan apa yang diharapkan dapat


etiologi/faktor pencetus adanya sesak mengembangkan kepatuhan klien terhadap
atau kolaps paru-paru. rencana teraupetik.

Pertahankan perilaku tenang, bantu Membantu klien mengalami efek fisiologi


pasien untuk kontrol diri dnegan hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
menggunakan pernapasan lebih lambat ketakutan/ansietas.
dan dalam.
 Perhatikan alat bullow drainase gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan
berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam lubang angin dari penumotoraks/kerja yang
: diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring
 Periksa pengontrol penghisap untuk dnegan ekspansi paru dimana area pleural
jumlah hisapan yang benar. menurun. Tak adanya gelembung dapat
rasiobalnya : Mempertahankan menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau
tekanan negatif intrapleural sesuai slang buntu.
yang diberikan, yang meningkatkan
ekspansi paru optimum/drainase
cairan.
 Periksa batas cairan pada botol
penghisap, pertahankan pada batas
yang ditentukan.
rasionalnya : Air penampung/botol
bertindak sebagai pelindung yang
mencegah udara atmosfir masuk ke
area pleural.
 Observasi gelembung udara botol
penempung.

Posisikan sistem drainage slang untuk rasionalnya b: osisi tak tepat, terlipat atau
fungsi optimal, yakinkan slang tidak pengumpulan bekuan/cairan pada selang
terlipat, atau menggantung di bawah mengubah tekanan negative yang diinginkan.

9
saluran masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela perlu.

 Diagnosa II : Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan


peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.

Tujuan : Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :

1. Menunjukkan batuk yang efektif.


2. Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
3. Klien nyaman.

INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang Pengetahuan yang diharapkan akan
efektif dan mengapa terdapat penumpukan membantu mengembangkan kepatuhan
sekret di sal. pernapasan. klien terhadap rencana teraupetik

Ajarkan klien tentang metode yang tepat Batuk yang tidak terkontrol adalah
pengontrolan batuk. melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.

 Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma


mekanik terpasang bullow drainage.

Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

1. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.


2. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

10
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

INTERVENSI RASIONAL
 Kaji kulit dan identifikasi pada tahap Rasionalnya : suhu tubuh yang
perkembangan luka. meningkat dapat diidentifikasikan
rasionalnya : mengetahui sejauh mana sebagai adanya proses peradangan.
perkembangan luka mempermudah dalam
melakukan tindakan yang tepat.
 Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan luka.
rasionalnya : mengidentifikasi tingkat
keparahan luka akan mempermudah
 Pantau peningkatan suhu tubuh.

Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. tehnik aseptik membantu


Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan mempercepat penyembuhan luka dan
plester kertas mencegah terjadinya infeksi.

Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan Rasionalnya : agar benda asing atau
lanjutan, misalnya debridement. jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit normal
lainnya.
Setelah debridement, ganti balutan sesuai balutan dapat diganti satu atau dua
kebutuhan. kali sehari tergantung kondisi parah/
tidak nya luka, agar tidak terjadi
infeksi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. antibiotik berguna untuk mematikan
mikroorganisme pathogen pada
daerah yang berisiko terjadi infeksi.

11
BAB I1

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus
bengkulu pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami kecelakaan bermobil.
Dari pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan
dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu
kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami
penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi,
dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD :
120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba
dingin, tampak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping
hidung.

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba
dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan
B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot –
otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan
pola napas.
D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)
E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri,
akral teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya
baik.

12
2. Sekunder
1. Anamnesis
a) Identitas klien
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Bahasa : Melayu
Status perkawin : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir travel
Golongan darah :B

No. register :

Tanggal MRS : 21 Mei 2018


Diagnosa medis : Pulmonalis embolus

b) Identitas penanggung jawab :


Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Prempuan
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Istri
c) Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu, dengan kecelakaan
bermobil, pasien mengalami penurunan kesadaran dan ada bengkak dan jejas di
bagian dad sebelah kiri.

13
d) Riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit


karena mengalami kecelakaan bermobil. Pasien mengalami penurunan
kesadaran. Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan
pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan
dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak
dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran
sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :
35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak sianosis, penggunaan otot-
otot pernapasan, dan napas cuping hidung.

2. Riwayat penyakit dahulu


Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami kecelakaan
tetapi belum perna separah ini sampai mengaami penurunan kesadaran serta
pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun

B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran TTV : : Sopor

Tekanan Darah :120/80 mmHg


Frekuensi Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 35x/menit
Suhu : 38,7oC
a). Kepala

Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b). Mata
Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

14
c). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot- otot
pernapasan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


d). Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan
e). Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir

f). Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
dicurigai fraktur cervikal.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan


g). Toraks

Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan


dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.

Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan

Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit

Perkusi : Snoring

h). Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
Perkusi : Tympani
i). Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase

15
j). Ekstremitas
- Atas :Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada
jejas ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri, fleksi
dan ekstensi (-)

- Bawah

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
k). Data tambahan pasien
1. Data psikologi
Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses
keperawatan

2. Data social
Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang selalu
menunggu pasien

3. Data spiritual
Pasien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk
kesembuhan pasien.

C. Analisa data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds :- Penolong mengatakan pasien muntah Hematoraks Ketidakefek


darah tifan bersihan
Do : - suara napas ngorok jalan napas
Ekspensi paru
- Terdapat lendir dan gumpalan darah
di mulut pasien Gangguan ventilasi
- Frekuensi napas 35x/menit

16
2 Ds : - Penolong mengatakan dada korban Trauma thorak Gangguan
membentur stir mobil sebelum pola napas

mengalami penurunan kesadaran Reabsorsi darah


- Penolong mengtakan pasien bernapas
cepat (sesak) Do : - Suara napas Hemathorak
ronchi
- Pasien bernapas menggunakan cuping
Ekspensi paru
hidung dan oto-otot pernapasan
- Frekuensi napas 30x/menit
Gangguan ventilasi

3 Ds : - penolong mengatakan bahwa pasien Trauma thorak Gangguan


sebelum tak sadarkan diri pertukaran
gas
mengalami muntah darah Perdarahan jaringan
Do : - Terdapat gumpalan darah di area intersitium
mulut dan menggangu
proses ventilasi Reabsorsi darah
- Suara napas ngorok
- Pasien tampak sesak, pucat Hemathorak
- Napas cepat dan dangkal dengan
frekuensi nadi Ekspensi paru
35x/menit
- Pemeriksaan AGD : Saturasi 85%. Gangguan ventilasi

4 Ds : - penolong mengatakan bahwa pasien Trauma tajam dan Gangguan


mengalami kecelakaan trauma tumpul perfusi
jaringan
bermobil dengan
posisi dada membentur Trauma thorak
stir mobil kemudian
mengalami penurunan Perdarahan jaringan
kesadaran intersitium
Do :- Pasien mengalami penurunan
kesadaran Reabsorsi darah
- Terdapat bengkak dan jejas di
dada Hemathorak
- Pemeriksaan gcs 8 kesadaran

17
sopor Gangguan ventilasi
- Tampak sianosis, dan pucat
- Akral teraba dingin
- SPo2 85%

5 Ds : - Penolong mengatakan ada bengkak Trauma thorak Nyeri dada


dan jejas di bagian dada pasien
- Penolong mengatakan dada pasien Perdarahan jaringan
membentur stir intersitium
Do : - Tampak ada bengkak dan jejas di
dada pasien Reabsorsi darah
- Pengkajian PQRST
Region : Tampak ada bengkak dan Hemathorak
jejas didada pasien sebelah kiri.

Merangsang
reseptor nyeri dada
pleura
viseralis dan
perientalis

Diskontinuitas
jaringan

E. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang


berlebih, gumpalan darah yang menghalangi pernapasan
2. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan
penurunan kemampuan paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan dan suplai
oksigen turun dalam jaringan
5. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark paru-paru

18
F. Tindakan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


(Noc) (Nic)

1 Ketidakefektifan  Status pernapasan - Pastikan kebutuhan


bersihan jalan napas : oral/suction
berhubungan dengan pertukaran gas - Auskultasi suara napas
secret yang berlebih,  Airway status sebelum dan sesudah
gumpalan darah Kriteria hasil : suction
yang menghalangi  Suara napas bersih, Berikan oksigen
-
pernapasan Definisi : tidak ada sianosis, menggunakan nasal kanul
Ketidakmampuan mampu bernapas Monitor status napas dan
untuk membersihkan dengan mudah oksigen
-
sekresi atau obstruksi  Menunjukan Buka jalan napas
dari saluran pernapasan jalan napas yang pasten gunakan tekhnik
-
untuk mempertahankan (irama napas chin lift
kebersihan jalan napas dalam rentang Posisikan pasien

normal, tidak ada suara untuk memaksimalkan


- Ventilasi keluarkan secret
napas abnormal)
dengan cara suction
 Mampu
mengidentifikasi Monitor respirasi dan status
dan mencegah oksigen
faktor yang
menghambat jalan
napas

2 Gangguan pola napas,  Respiratory Airway Management


dispneu berhubungan Status : - Buka jalan nafas,
dengan penurunan ventilation gunakan teknik chin
kemampuan paru  Respiratory Status : lift atau jaw thrust bila
airway patency perlu
Definisi : Inspirasi  Vital Sign Status - Posisikan pasien
dan / ekspirasi yang Kriteria Hasil : untuk memaksimalkan
tidak memberi  Mendemonstrasi kan ventilasi
ventilasi batuk efektif dan - Lakukan fisioterapi
suara napas yang dada jika perlu

19
bersih, tidak ada - Keluarkan secret
sianosis dan dengan batuk atau
dyspneu (mampu suction
mengeluarkan - Auskultasi suara
sputum, mampu nafas, catat adanya
bernafas dngan suara tambahan
mudah, tidak ada - Atur intake untuk
pursed lips) cairan
 Menunjukkan mengoptimalkan
jalan nafas yang keseimbangan
paten (klien tidak
merasa tercekik, - Monitor respirasi dan
irama napas, status O2.
frekuansi pernafasan
Respiratory Monitoring
dalam, rentang
normal, tidak ada - Monitoring
suara nafas ratarata,kedalaman,
abnormal) irama dan usaha
respirasi
dalam rentang normal - Catat gerakan
(tekanan darah, nadi, dada, amati
pernafasan) kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara
nafas seperti dengkur
- Auskultasi
suara nafas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Auskultasi
suara paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasilnya.

3 Gangguan pertukaran  Respiratory Status : Airway Management


gas berhubungan Gas exchange - Buka jalan nafas,
dengan  Respiratory gunakan teknik chin

20
ketidakseimbangan Status : lift atau jaw thrust
ventilasi dan perfusi ventilation bila perlu
 Vital Sign Status - Posisikan pasien
Definisi: kelebihan Kriteria Hasil : untuk
atau defisit pada
oksigenasi dan/atau
 Mendemonstrasi kan memaksimalkan
peningkatan ventilasi
eliminasi karbon
ventilasi dan
dioksida pada - Lakukan fisioterapi
oksigenasi yang
membran
adekuat dada jika perlu
alveolarkapiler.
 Memelihara
- Keluarkan secret
kebersihan paru
paru dan bebas dari dengan batuk atau
tanda tanda distress Suction
pernafasan - Auskultasi suara nafas,
 endemonstras ikan catat adanya suara
batuk efektif dan tambahan
suara nafas yang - Atur intake untuk
bersih, tidak ada cairan
sianosis dan mengoptimalkan
dyspneu (mampu keseimbangan
mengeluarkan - Monitor respirasi
sputum, mampu dan status O2.
bernafas dengan Respiratory Monitoring
mudah, tidak ada - Monitoring
pursed lips) ratarata,kedalaman,
 Tanda tanda vital irama dan usaha
dalam rentang respirasi
normal. - Catat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara nafas
seperti dengkur
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.

21
4 Gangguan perfusi  Energy activity therapy
jaringan berhubungan conservation - Kolaborasikan dengan
dengan suplai oksigen  Activity tolerance tenaga medis dalam
dalam jaringan.  Self care : ADLs merencanakan
Kriteria hasil : program terapi yang
Definisi :  Berpartisipasi tepat
Ketidakcukupan energi dalam aktivitas - Bantu klien untuk
psikologis atau
fisik tanpa disertai mengidentifikasi
fisiologis untuk
melanjutkan atau peningkatan aktivitas yang mampu
menyelesaikan dilakukan
tekanan darah,
aktifitas kehidupan
sehari-hari yang harus nadi dan RR - Bantu untuk memilih
atau yang ingin  Mampu aktivitas
dilakukan.
melakukan konsisten yang
aktivitas seharihari sesuai dengan
(ADLs) secara kemampuan fisik,
mandiri psikologi dan sosial
 Tanda-tanda vital - Bantu untuk
normal mendapatkan alat
 Energy bantuan aktivitas
psikomotor seperti kusi roda, krek

 Level kelemahan - Bantu untuk membuat


 Manpu jadwal latihan diwaktu

berpindah : luang

denangan atau - Bantu


tanpa bantuan alat pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
 Status
kekurangan dalam
kardiopulmonari
beraktivitas.
adekuat
 Sirkulasi status
baik

22
5 Nyeri dada  Pain level Pain management
berhubungan dengan  Pain control - Lakukan
infark paru-paru .  Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria hasil : secara
Definisi:  Mampu komprehensif
pengalaman sensori mengontrol nyeri termasuk lokasi,
dan emosional yang (tahu penyebab karakteristik,
tidak menyenangkan nyeri, mampu durasi, frekuensi,
yang muncul akibat mengguanakan kualitas dan faktor
kerusakan jaringan tehnik presipitasi
yang aktual atau nonfarmakologi - Observasi reaksi
potensial atau untuk mengurangi nonverbal dari
digambarkan dalam hal nyeri, mencari ketidaknyamanan
kerusakan sedimikian bantuan) - Gunakan tehnik
rupa  Melaporkan komunikasi
bahwa nyeri teraupetik untuk
berkurang dengan mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri
manajemen pasien
nyeri - Kaji kultur yang
 Mampu mempengaruhi
mengenali nyeri respon nyeri
(skala, intensitas, - Evaluasi
frekuensi dan pengalaman nyeri
tanda nyeri)
Menyatakan rasa masa lampau
nyaman setelah - Evaluasi bersama
nyeri berkurang pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan

23
kontrol nyeri masa
lampau
Analgesic administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur.

24
G. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal No Implemmentasi Evaluasi Paraf

Dx. - Mempastikan kebutuhan S : -


1 oral/suction Keluarga
- Mengauskultasi suara napas mengatakan suara
sebelum dan napas pasien sudah
sesudah suction tidak ngorok
Memberikan oksigen lagi dan sesak
-
menggunakan nasal sudah
kanul berkurang
Memonitor status napas dan O : - Bersihan jalan napas
-
oksigen pasien
Membuka jalan napas tampak bersih
-
gunakan tekhnik chin lift A : Masalah
Momposisikan pasien untuk teratasi sebagian
- memaksimalkan P : Lanjutkan intervensi
ventilasikeluarkan secret
dengan cara suction
Memonitor respirasi dan
status oksigen

Dx. - Membuka jalan nafas, S : - keluarga mengatakan


2 gunakan teknik chin lift atau pasien masih sesak
jaw thrust bila perlu - Keluarga pasien

- Memposisikan pasien untuk mengatakan


memaksimalkan gerakan dinding
ventilasi dada masih tidak
Melakukan fisioterapi dada setabil
- jika perlu Mengauskultasi O : - klien tampak sesak
suara nafas, catat adanya
suara
-

25
- tambahan - RR : 30x/m

Mengatur intake untuk A : masalh belum teratasi


cairan mengoptimalkan P : lanjutkan intervensi
- keseimbangan

Memonitor respirasi dan


- status O2. Monitoring
ratarata,kedalaman, irama
dan usaha respirasi
- Mencatat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostals

- Memonitor suara nafas


seperti dengkur

- Mengauskultasi suara nafas,


catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan

Mengauskultasi suara paru


setelah tindakan untuk
- mengetahui hasilnya.

Dx. - Membuka jalan nafas, S :- Klien mengatakan


gunakan teknik chin lift atau sudah tidak sakit kepala
3
jaw thrust bila perlu lagi pada saat bangun
Memposisikan pasien untuk tidur dan tidak kesulitan
memaksimalkan lagi
-

26
- ventilasi bernapas
Melakukan fisioterapi dada O : Tampak klien tidur
- jika perlu Mengeluarkan dengan nyenyak dan
secret dengan batuk atau tidak mengalami
suction pusing dan kesulitan
Mengauskultasi suara bernapas
-
nafas, catat adanya suara A : Masalah teratasi
tambahan sebagian
Mengatur intake untuk P : Lanjutkan intervensi
-
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
Memonitor respirasi dan
- status O2. Monitoring
ratarata,kedalaman, irama
- dan usaha respirasi
Mencatat gerakan dada,
amati kesimetrisan,

- penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostals
Memonitor suara nafas
seperti dengkur
Mengauskultasi suara
- nafas, catat area
penurunan/tidak adanya
- ventilasi dan suara
tambahan
Mengauskultasi suara paru
setelah tindakan

27
untuk mengetahui hasilnya.

Dx. - Mengkolaborasikan dengan S : - Klien tidak


4 tenaga medis dalam mengeluhkan pusing
merencanakan dan sakit kepala
program terapi yang tepat - Klien mengatakan
Membantu klien untuk sudah merasa tenang
-
mengidentifikasi aktivitas yang O : Tingkat kesadaran pasien
mampu dilakukan komposmetis
Membantu untuk memilih (GCS 12)
-
aktivitas konsisten A : Masalah teratasi
yang sesuai dengan P : Intervensi selesai
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
Membantu untuk
- mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kusi roda, krek
Membantu untuk
membuat jadwal latihan

- diwaktu luang Membantu


pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
-
beraktivitas.

28
Dx. - Melakukan pengkajian nyeri S : - - keluarga mengatakan
5 secara komprehensif termasuk pasien sudah bisa
lokasi, karakteristik, durasi, menenangkan nyeri
frekuensi, kualitas yang dialaminya
dan faktor presipitasi - Pasien mengatakan nyeri
- Mengobservasi reaksi berkurang setiap selesai
nonverbal dari diberikan obat
ketidaknyamanan O : - Luka pasien tampak
- Menggunakan tehnik bersih
komunikasi teraupetik untuk - Bengkak pada pasien
mengetahui pengalaman nyeri sudah mengecil
- pasien Mengkaji kultur yang A : Masalah teratasi sebagian
mempengaruhi respon nyeri P : lanjutkan intervensi
- Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
- Mengevaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
- masa lampau Menentukan
lokasi, karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
-
Mengecek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Mengecek riwayat alergi
- Memilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu

- Menentukan pilihan analgesik


tergantung tipe dan beratnya
Menentukan analgesik pilihan,
-
rute pemberian, dan dosis
optimal Pilih rute pemberian

29
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.

30
BAB I11

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka
atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul
yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum
dan rancu (Sudoyo, 2010)

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan


diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan
insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita
per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks
sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang
memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan
tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo,
2010).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh


benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).

B. Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna


sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para
pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan
makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.

Jakarta: Interna Publishing

Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan


Holistik. Edisi - VIII Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana
gawat darurat. Padang : Medical book

Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1.
jogjakarta : penerbit buka Mediaction.

Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada.


http://asuhankeperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-
dada.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2019

Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah


penyakit dalam . yogjakarta : Nuha medika

32
33

Anda mungkin juga menyukai