Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh :
NIM : 701170002
Deti Nurhayati
NIM : 701170003
NIM : 701170011
Yessi Apriani
NIM : 701170035
2020
LEMBAR
PENILAIAN TUGAS
A. Pengertian........................................................................................................ 1
B. Etiologi ............................................................................................................ 2
C. Manifestasi Klinis ........................................................................................... 2
D. Patofisiologi .................................................................................................... 3
E. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................. 4
F. Penatalaksanaan .............................................................................................. 5
G. Diet .................................................................................................................. 5
A. Pengkajian ...................................................................................................... 6
Pemeriksaan Fisik .......................................................................................... 6
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................... 7
C. Intervensi ........................................................................................................ 8
A. Pengkajian ........................................................................................................... 12
B. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................... 14
C. Analisa Data ........................................................................................................ 16
D. Diagnosa Keperawatan........................................................................................ 18
E. Tindakan Keperawatan / Intervensi .................................................................... 19
F. Implementasi dan Evalusai ................................................................................. 25
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 31
B. Saran.................................................................................................................... 31
i
BAB I
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).
1
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999 dan Lap. UPF
bedah, 1994).
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
2
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
D. PATOFISIOLOGI
Flail Chest , yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi
mempunyai kontinuitas dengankeseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut
terjadi karena fraktur iga
multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.
Ada nya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru
di bawahnya terjadisesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan
menyebabakan hipoksia yangserius.Sedangkan trauma dada/ thorax dengan benda
tajam seringkali berdampaklenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma
benda tumpul. Bendatajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada
dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus
organ yang berada pada posisitusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan
pada rongga dada(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan
peningkatantekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura
jikatertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara
progresifdalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax ,
3
penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal
nafas dan jantung. Adapungambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut
dapat dilihat pada skema
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
F. PENATALAKSANAAN
Terapi :
a. Nyeri biasanya berkurang dengan analgetik oral, seperti :
Hidrokodon atau kodein dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen
setiap 4 jam.
b. Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat
fraktur iga.
1. Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar
n. interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga di atas dan di
bawah yang cidera.
2. Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan
prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah
interkostales dan parenkim paru.
c. Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi
pernapasan. Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat
memberikan rasa nyaman, tetapi pasien harus diingatkan tentang perlunya
bernapas dalam dan panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi,
retensi secret, dan pnemounia.
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun
relaksan otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih
4
hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri,
penanganan batuk, pengisapan endotrakeal.
1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ
intratoraks lain, adalah:
• Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
• Bronchial toilet
• Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
• Cek Foto Ro berkal
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera
toraks yang lain, namun tidak perlu identifikasi fraktur iga.
2. pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
3. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
4. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
G. Diet
Diet yang diberikan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT).
Diet ini mengandung Energi dan Protein dan kebutuhan normal
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat pelayanan
kesehatan. Biasanya pasien dengan fraktur mengeluh nyeri didaerah
yang mengalami fraktur.
2. Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan
meringankan, seberapa berat keluhan dirasakan, seberapa sering
terjadinya, lokasi keluhan serta apakah terjadi mendadak atau bertahap.
Biasanya pasien merasa nyeri pada saat mobilitas, pada daerah fraktur.
3. Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini,
seperti keadaan umum kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang
pernah dialami.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri
kemungkinan adanya kecenderungan berhubungan dengan faktor
ginetik, namun fraktur tidak ada hubungan dengan herediter karena
faktornya hanya kecelakaan.
5. Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup pasien, pola
aktivitas, keadaan mental pasian. Bisanya pasien dengan fraktur marasa
kurang percaya diri, karena adanya perubahan status kesehatan.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasana.
a. Sesak napas
b. Nyeri, batuk-batuk
6
c. Terdapat retraksi klavikula/dada
d. Pengambangan paru tidak simetris
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara
sonor/hipersonor/timpani,hematotraks (redup)
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas
yang berkurang/menghilang
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal
d. Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
2. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
3. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
4. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub
kutan.
7. Sistem Endokrine :
a. Terjadi peningkatan metabolisme
b. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan
batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
C. INTERVENSI
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIOANAL
Berikan posisi yang nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
dnegan peninggian kepala tempat tidur. ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak
Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien sakit.
untuk duduk sebanyak mungkin.
Obsservasi fungsi pernapasan, catat Distress pernapasan dan perubahan pada tanda
frekuensi pernapasan, dispnea atau vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi
perubahan tanda-tanda vital. dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
syock sehubungan dengan hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
tersebut dilakukan untuk menjamin mengurangi ansietas dan mengembangkan
keamanan
8
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Posisikan sistem drainage slang untuk rasionalnya b: osisi tak tepat, terlipat atau
fungsi optimal, yakinkan slang tidak pengumpulan bekuan/cairan pada selang
terlipat, atau menggantung di bawah mengubah tekanan negative yang diinginkan.
9
saluran masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang Pengetahuan yang diharapkan akan
efektif dan mengapa terdapat penumpukan membantu mengembangkan kepatuhan
sekret di sal. pernapasan. klien terhadap rencana teraupetik
Ajarkan klien tentang metode yang tepat Batuk yang tidak terkontrol adalah
pengontrolan batuk. melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
Kriteria Hasil :
10
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kulit dan identifikasi pada tahap Rasionalnya : suhu tubuh yang
perkembangan luka. meningkat dapat diidentifikasikan
rasionalnya : mengetahui sejauh mana sebagai adanya proses peradangan.
perkembangan luka mempermudah dalam
melakukan tindakan yang tepat.
Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan luka.
rasionalnya : mengidentifikasi tingkat
keparahan luka akan mempermudah
Pantau peningkatan suhu tubuh.
Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan Rasionalnya : agar benda asing atau
lanjutan, misalnya debridement. jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit normal
lainnya.
Setelah debridement, ganti balutan sesuai balutan dapat diganti satu atau dua
kebutuhan. kali sehari tergantung kondisi parah/
tidak nya luka, agar tidak terjadi
infeksi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. antibiotik berguna untuk mematikan
mikroorganisme pathogen pada
daerah yang berisiko terjadi infeksi.
11
BAB I1
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus
bengkulu pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami kecelakaan bermobil.
Dari pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan
dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu
kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami
penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi,
dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD :
120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba
dingin, tampak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping
hidung.
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba
dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan
B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot –
otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan
pola napas.
D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)
E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri,
akral teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya
baik.
12
2. Sekunder
1. Anamnesis
a) Identitas klien
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Bahasa : Melayu
Status perkawin : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir travel
Golongan darah :B
No. register :
13
d) Riwayat kesehatan
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran TTV : : Sopor
14
c). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot- otot
pernapasan
f). Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
dicurigai fraktur cervikal.
Perkusi : Snoring
h). Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
Perkusi : Tympani
i). Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase
15
j). Ekstremitas
- Atas :Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada
jejas ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri, fleksi
dan ekstensi (-)
- Bawah
2. Data social
Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang selalu
menunggu pasien
3. Data spiritual
Pasien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk
kesembuhan pasien.
C. Analisa data
16
2 Ds : - Penolong mengatakan dada korban Trauma thorak Gangguan
membentur stir mobil sebelum pola napas
17
sopor Gangguan ventilasi
- Tampak sianosis, dan pucat
- Akral teraba dingin
- SPo2 85%
Merangsang
reseptor nyeri dada
pleura
viseralis dan
perientalis
Diskontinuitas
jaringan
E. Diagnosa keperawatan
18
F. Tindakan keperawatan
19
bersih, tidak ada - Keluarkan secret
sianosis dan dengan batuk atau
dyspneu (mampu suction
mengeluarkan - Auskultasi suara
sputum, mampu nafas, catat adanya
bernafas dngan suara tambahan
mudah, tidak ada - Atur intake untuk
pursed lips) cairan
Menunjukkan mengoptimalkan
jalan nafas yang keseimbangan
paten (klien tidak
merasa tercekik, - Monitor respirasi dan
irama napas, status O2.
frekuansi pernafasan
Respiratory Monitoring
dalam, rentang
normal, tidak ada - Monitoring
suara nafas ratarata,kedalaman,
abnormal) irama dan usaha
respirasi
dalam rentang normal - Catat gerakan
(tekanan darah, nadi, dada, amati
pernafasan) kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara
nafas seperti dengkur
- Auskultasi
suara nafas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Auskultasi
suara paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasilnya.
20
ketidakseimbangan Status : lift atau jaw thrust
ventilasi dan perfusi ventilation bila perlu
Vital Sign Status - Posisikan pasien
Definisi: kelebihan Kriteria Hasil : untuk
atau defisit pada
oksigenasi dan/atau
Mendemonstrasi kan memaksimalkan
peningkatan ventilasi
eliminasi karbon
ventilasi dan
dioksida pada - Lakukan fisioterapi
oksigenasi yang
membran
adekuat dada jika perlu
alveolarkapiler.
Memelihara
- Keluarkan secret
kebersihan paru
paru dan bebas dari dengan batuk atau
tanda tanda distress Suction
pernafasan - Auskultasi suara nafas,
endemonstras ikan catat adanya suara
batuk efektif dan tambahan
suara nafas yang - Atur intake untuk
bersih, tidak ada cairan
sianosis dan mengoptimalkan
dyspneu (mampu keseimbangan
mengeluarkan - Monitor respirasi
sputum, mampu dan status O2.
bernafas dengan Respiratory Monitoring
mudah, tidak ada - Monitoring
pursed lips) ratarata,kedalaman,
Tanda tanda vital irama dan usaha
dalam rentang respirasi
normal. - Catat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara nafas
seperti dengkur
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya.
21
4 Gangguan perfusi Energy activity therapy
jaringan berhubungan conservation - Kolaborasikan dengan
dengan suplai oksigen Activity tolerance tenaga medis dalam
dalam jaringan. Self care : ADLs merencanakan
Kriteria hasil : program terapi yang
Definisi : Berpartisipasi tepat
Ketidakcukupan energi dalam aktivitas - Bantu klien untuk
psikologis atau
fisik tanpa disertai mengidentifikasi
fisiologis untuk
melanjutkan atau peningkatan aktivitas yang mampu
menyelesaikan dilakukan
tekanan darah,
aktifitas kehidupan
sehari-hari yang harus nadi dan RR - Bantu untuk memilih
atau yang ingin Mampu aktivitas
dilakukan.
melakukan konsisten yang
aktivitas seharihari sesuai dengan
(ADLs) secara kemampuan fisik,
mandiri psikologi dan sosial
Tanda-tanda vital - Bantu untuk
normal mendapatkan alat
Energy bantuan aktivitas
psikomotor seperti kusi roda, krek
berpindah : luang
22
5 Nyeri dada Pain level Pain management
berhubungan dengan Pain control - Lakukan
infark paru-paru . Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria hasil : secara
Definisi: Mampu komprehensif
pengalaman sensori mengontrol nyeri termasuk lokasi,
dan emosional yang (tahu penyebab karakteristik,
tidak menyenangkan nyeri, mampu durasi, frekuensi,
yang muncul akibat mengguanakan kualitas dan faktor
kerusakan jaringan tehnik presipitasi
yang aktual atau nonfarmakologi - Observasi reaksi
potensial atau untuk mengurangi nonverbal dari
digambarkan dalam hal nyeri, mencari ketidaknyamanan
kerusakan sedimikian bantuan) - Gunakan tehnik
rupa Melaporkan komunikasi
bahwa nyeri teraupetik untuk
berkurang dengan mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri
manajemen pasien
nyeri - Kaji kultur yang
Mampu mempengaruhi
mengenali nyeri respon nyeri
(skala, intensitas, - Evaluasi
frekuensi dan pengalaman nyeri
tanda nyeri)
Menyatakan rasa masa lampau
nyaman setelah - Evaluasi bersama
nyeri berkurang pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
23
kontrol nyeri masa
lampau
Analgesic administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur.
24
G. Implementasi dan Evaluasi
25
- tambahan - RR : 30x/m
26
- ventilasi bernapas
Melakukan fisioterapi dada O : Tampak klien tidur
- jika perlu Mengeluarkan dengan nyenyak dan
secret dengan batuk atau tidak mengalami
suction pusing dan kesulitan
Mengauskultasi suara bernapas
-
nafas, catat adanya suara A : Masalah teratasi
tambahan sebagian
Mengatur intake untuk P : Lanjutkan intervensi
-
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
Memonitor respirasi dan
- status O2. Monitoring
ratarata,kedalaman, irama
- dan usaha respirasi
Mencatat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
- penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostals
Memonitor suara nafas
seperti dengkur
Mengauskultasi suara
- nafas, catat area
penurunan/tidak adanya
- ventilasi dan suara
tambahan
Mengauskultasi suara paru
setelah tindakan
27
untuk mengetahui hasilnya.
28
Dx. - Melakukan pengkajian nyeri S : - - keluarga mengatakan
5 secara komprehensif termasuk pasien sudah bisa
lokasi, karakteristik, durasi, menenangkan nyeri
frekuensi, kualitas yang dialaminya
dan faktor presipitasi - Pasien mengatakan nyeri
- Mengobservasi reaksi berkurang setiap selesai
nonverbal dari diberikan obat
ketidaknyamanan O : - Luka pasien tampak
- Menggunakan tehnik bersih
komunikasi teraupetik untuk - Bengkak pada pasien
mengetahui pengalaman nyeri sudah mengecil
- pasien Mengkaji kultur yang A : Masalah teratasi sebagian
mempengaruhi respon nyeri P : lanjutkan intervensi
- Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
- Mengevaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
- masa lampau Menentukan
lokasi, karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
-
Mengecek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Mengecek riwayat alergi
- Memilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
29
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.
30
BAB I11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka
atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul
yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum
dan rancu (Sudoyo, 2010)
B. Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana
gawat darurat. Padang : Medical book
32
33