Anda di halaman 1dari 19

24 Fisika Lingkungan

2
lingkungan tanah
Hukum-hukum Thermodinamika, struktur litosfer, metode-metode
eksplorasi, serta berbagai macam kerusakan tanah dan penanggulangannya
dibahas dalam bab ini dengan harapan bahwa setelah mempelajari
mahasiswa dapat menjelaskan hukum temodinamika untuk tanah, struktus
dari litosfer, dan bermacam-macam metode eksplorasi. Di samping itu
mahasiswa juga diharapkan dapat menerapkan ketrampilannya untuk
mengantisipasi berbagai macam kerusakan tanah.
Bab ini penting dipelajari agar kita dapat mencegah degradasi
berbagai fungsi tanah, sehingga dapat melakukan konservasi tanah untuk
menjamin kelanjutan perikehidupan demi tercapainya kesejahteraan umat
manusia. Usaha konservasi mutlak dilakukan pada semua aspek tinjauan
bidang keilmuan dan kepentingan sehingga dicapai suatu keseimbangan
dan kesesuaian yang maksimal.

2.1. HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA


Hukum-hukum dasar termodinamika sangat diperlukan untuk
mengenali keadaan sistem-sistem alami mantap serta memahami
bagaimana energi mempengaruhi sistem tersebut. Sistem dapat
dikatagorikan dalam tiga macam, yaitu sistem terbuka, sistem tertutup, dan
sistem terpencil. Sistem terbuka dapat mempertukarkan energi dan materi.
Sistem tertutup hanya dapat mempertukarkan energi, sedangkan sistem
terpencil tidak dapat mempertukarkan baik energi maupun materi.

2.1.1. Hukum Pertama Termodinamika


Konsep termodinamika untuk sistem tertutup, berlaku Hukum
Pertama Termodinamika tentang konservasi energi. Secara umum dapat
dinyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan
dalam suatu sistem yang bermassa tetap. Hubungan matematis Hukum
Pertama Termodinamika adalah:

dE = dq + dw (2.1)
dengan: E = energi dalam
q = kalor
w = usaha.
Persamaan diatas mempunyai arti fisis perubahan energi dalam
(dE) suatu sistem tertutup adalah sama dengan jumlah fluks kalor (dq) dan
masukan atau keluaran usaha (dw). Atau dapat dikatakan bahwa panas
yang diserap oleh sistem apapun adalah sama dengan usaha yang
Lingkungan Tanah 25

dijalankan oleh sistem ditambah dengan perubahan energi dalam sistem,


secara matematis
dq = dw + dE (2.2)
Energi dalam suatu sistem dapat berujud sebagai energi mekanik, energi
kinetik, energi listrik, energi kimia, atau energi materi.
Energi dalam minimum dicapai setelah terjadi keadaan setimbang
pada proses-proses takterbalikkan yang menyebabkan terjadinya perubahan
spontan energi dalam menjadi kalor dan usaha.
Semua sistem tertutup akan bergerak ke keadaan energi bebas
minimum (entalpi maksimum), yang akhirnya akan menuju ke
ketidakteraturan. Konsep ini tidak berlaku bagi tanah sebagai sistem hidup,
yang tetap bersifat sangat beraturan dan kaya energi. Keadaan ini hanya
dimungkinkan oleh adanya impor energi dan materi ke dalam sistem
tersebut. Sehingga tanah dapat dikatagorikan sebagai sistem alami yang
merupakan sistem terbuka. Oleh karenanya tidak dapat diberlakukan
hukum pertama Thermodinamika pada tanah.

2.1.2. Hukum Kedua Termodinamika


Semua sistem terpencil akan menuju suatu keadaan setimbang
secara spontan. Pernyataan ini tidak lain adalah Hukum Kedua
Termodinamika secara umum yang merupakan konsekuensi dari suatu fakta
bahwa pengalihan kalor tidak dapat menentang gradien suhu. Dengan kata
lain kalor tidak dapat beralih dari proses swalanjut (self-sustaining) dari
bahan yang lebih dingin ke yang lebih panas (Tejoyuwono 1998).
Energi bebas (G) yang terkandung dalam besaran entropi (S)
merupakan ukuran untuk melakukan usaha. Dapat pula dikatakan bahwa
entropi adalah ukuran pola distribusi energi total sistem dikalangan atom-
atom penyusunnya. Makin luas distribusinya maka semakin tersebar dan
kurang teratur strukturnya, sehingga tingkat ketersediaan energi untuk
melakukan usaha semakin rendah. Jadi entropi dapat juga dikaitkan dengan
tingkat keteraturan sistem dan ketersediaan energi (energi bebas) untuk
melakukan usaha.
Pada sistem terpencil dS = 0, yang berarti tidak ada perubahan
entropi. Sebaliknya dalam proses spontan dS > 0 yang berarti entropi
meningkat terus sampai mencapai harga maksimum pada kesetimbangan.
Pencapaian gerakan menuju ke entropi maksimum dan energi minimum
pada suhu dan tekanan tetap dapat ditaksir dengan rumus:

dG = dH + T.dS (2.3)

dengan H adalah entalpi dan T adalah suhu dalam Kelvin.


Persamaan (2.3) memuat arti bahwa penurunan jumlah energi
bebas dalam suatu sistem pada suhu dan tekanan tetap akan menyebabkan
kecenderungan menuju entropi maksimum. Tanda negatif pada entropi
mengandung arti semakin rendah kandungan energi bebas bila entropi
semakin besar, atau semakin tinggi tingkat keteraturan sistem untuk entropi
yang makin rendah. Erosi dan segregasi zarah-zarah sedimen menuju ke
keseragaman besar zarah adalah contoh berlangsungnya peningkatan
26 Fisika Lingkungan

entropi. Tetapi pada sistem tertutup, S dapat mencapai maksimum hanya


bila energi tetap, sebaliknya energi dapat mencapai minimum hanya bila S
dibuat tetap.
Perubahan entropi dapat diartikan juga sebagai energi yang diserap
pada setiap satuan suhu. Persamaannya:

dq
dS  (2.4)
T

atau dapat dituliskan sebagai dq = - T dS. Sehinga persamaan (2.3) dapat


dituliskan menjadi:

dG  dH  dq (2.5)

Yang berarti perubahan energi bebas tergantung kepada perubahan entalpi


dan perubahan fluks kalor. Perubahan negatif energi bebas dapat terjadi bila
entropi atau kenaikan fluks kalor bersamaan dengan penurunan entalpi.
Pada proses pembentukan tanah menjadi pedon oleh peristiwa
horisonisasi dimana terjadi fluks energi dan bahan, tampak konsep yang
mengarah pada penurunan entropi. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem
hidup dan tanah tidak tunduk pada Hukum Kedua Termodinamika, karena
memang hukum kedua ini hanya diterapkan pada sistem terpencil
(Tejoyuwono 1998).
Untuk dapat menerapkan Hukum Pertama dan Hukum Kedua
Termodinamika pada sistem terbuka, harus melibatkan lingkungan sistem
bersama sistemnya sendiri. Perubahan total entropi dalam sistem terbuka
adalah:

dS  dS e  dS i (2.6)

dengan dSe adalah perubahan entropi karena interaksi sistem dengan


lingkungan dan dSi merupakan produksi entropi dalam sistem sendiri. Ini
berarti dSi selalu positif sedangkan dSe dapat positif atau negatif. Sehingga
positif atau negatifnya perubahan entropi total tergantung pada besaran dSe.
Proses-proses yang mengarah pada arah timbal balik pada aras
energi potensial tinggi untuk sistem terbuka digerakkan oleh aliran energi
kedalam sistem atau oleh degradasi bahan yang memasuki sistem. Sesuai
dengan hukum kedua, penurunan entropi sistem harus disertai dengan
peningkatan entropi lingkungan. Dengan kata lain entropi mengalir dari
sistem terbuka ke lingkungan.

Latihan
Soal 2.1. Mengapa hukum kedua Thermodinamika tidak dapat diterapkan
pada sistem tanah?
Lingkungan Tanah 27

Jawab. Bila tanah dibayangkan sebagai suatu sitem terpencil, maka pada
pencapaian entropi maksimum segala mineral akan hancur, tidak
ada lagi gradien suhu sehingga lahan yang terbentang akan rata
sempurna dan tanah tak dikenali lagi, karena tidak ada perbedaan
antara bumi, air, dan udara. Hal ini dapat dipahami karena pada
sistem terpencil, S tidak pernah dapat menurun. Bila ini terjadi maka
sistem akan berubah menuju entropi maksimum yang melenyapkan
energi bebas dan sistem menjadi tidak berbentuk.

2.2. STRUKTUR LITOSFIR


Pernyataan bumi adalah satu-satunya benda langit yang memenuhi
syarat untuk kehidupan mahkluk (karena mempunyai atmosfir/udara, air, dan
juga temperatur) sudah tidak relevan dengan kemajuan IPTEK. Manusia
sedang berupaya mencari alternatif baru di planet lainnya sebagai tempat
untuk hidup walaupun masih dalam taraf penelitian. Namun demikian
sampai saat ini pernyataan bumi sebagai satu-satunya planet untuk
kehidupan dapatlah kita terima.
Bagian bola bumi yang sangat dekat (berhubungan langsung)
dengan lingkungan kita adalah Litosfir, yaitu bagian padat bola bumi yang
seakan-akan menjadi kulit bumi atau sering disebut kerak bumi. Tebalnya
mencapai puluhan kilometer, sebagian kecil merupakan daratan dan
sebagian besar merupakan dasar laut. Yang tampak secara kasat mata
adalah litosfir sebagai daratan dengan berbagai tinjauan bidang keilmuan.
Beberapa hal yang dapat kita pelajari tentang litosfir antara lain: raut muka
bumi, bahan pembentuk kerak bumi, vulkanisme, gempa bumi, dan bahan
tambang.

2.2.1. Raut Muka Bumi


Permukaan bumi dapat berupa gunung, pegunungan, bukit, daratan,
lembah, pantai, dan sebagainya. Hamparan dari berbagai macam bentuk
muka bumi itu disebut bentang alam yang mempunyai dua unsur, yaitu
kemiringan dan ketinggian. Suatu bentang alam dikatakan miring jika
kedudukannya membuat sudut dengan bidang datar. Pada gunung bagian
yang miring disebut lereng. Lereng landai mempunyai kemiringan 5 0, lereng
terjal mempunyai kemiringan sekitar 70 0,dan lereng tegak mempunyai
kemiringan 900. Bagian gunung yang tertinggi disebut puncak, sedangkan
bagian yang terendah disebut kaki. Ketinggian suatu tempat biasanya diukur
dari permukaan laut.
Dataran adalah bentang alam yang ketinggian bagian-bagiannya
hampir sama. Dataran yang terdapat di daerah pantai mempunyai ketinggian
yang rendah sehingga digolongkan sebagai dataran rendah. Dataran dapat
pula terbentuk diantara gunung-gunung, dataran semacam ini digolongkan
sebagai dataran tinggi atau plato.
Bentuk permukaan dasar laut sama dengan daratan. Ada gunung,
pegunungan, daratan, lembah atau palung, dan cekungan.
28 Fisika Lingkungan

Gambar 2.1. Lapisan bumi

2.2.2. Pembentukan kerak bumi


Teori kabut atau teori nebula dikenal orang sebagai salah satu teori
bagaimana bumi terbentuk. Para ahli telah memperkirakan bahwa ada
kaitan yang erat antara perkembangan lapisan kerak bumi dengan
perkembangan mahkluk hidup. Sejak terjadinya “hujan pertama” di
permukaan bumi diduga proses sedimentasi juga sudah mulai berlangsung
dalam perkembangan lapisan kerak bumi. Hujan pertama terjadi dari proses
pendinginan lapisan bumi yang menghasikan uap air hingga menyelubungi
bola bumi dan menghalangi cahaya matahari. Uap air tersebut berangsur-
angsur naik keatas, semakin tinggi dari permukaan bumi suhu udara makin
rendah sehingga uap air berubah menjadi awan yang kemudian
mengembun dan akhirnya terjadilah hujan. Hujan itu diduga sangat lebat
sehingga mampu mengisi lembah menjadi lautan dan menghapus awan
yang menyelimuti bumi, pada saat itulah sianar matahari mulai menyentuh
semua permukaan bumi.
Sinar matahari yang mulai menyentuh bumi meningkatkan daur air
sehingga terjadi peningkatan sedimentasi. Selain lapukan batuan, benda-
benda lain termasuk sisa-sisa mahkluh hidup yang nantinya akan menjadi
fosil juga turut hanyut terbawa aliran air. Gaya eksogen banyak
mempengaruhi perubahan kerak bumi terutama pada saat pembentukan
tanah dan berbagai lapisan tanah. Secara keseluruhan lapisan kerak bumi
tersusun atas lapisan demi lapisan dimana setiap lapisan diduga tejadi pada
waktu yang berbeda.
Tampakan perbatasan muka daratan bumi adalah tanah.
Lingkungan yang berbeda akan membentuk tanah yang berbeda pula. Bila
suatu daerah terdiri dari sekumpulan tanah yang berbeda-beda dan
membentuk suatu mosaik maka tempat tersebut disebut sebagai pedosfir.
Pedosfir dapat didefinisikan juga sebagai tempat faktor-faktor lingkungan
(litosfir, atmosfer, hidrosfir, dan biosfir) bertemu muka dan saling
berinteraksi. Litosfir, hidrosfir, dan atmosfer secara bersama-sama disebut
Lingkungan Tanah 29

geosfer yang merupakan faktor lingkungan abiotik, sedangkan biosfir adalah


faktor lingkungan hayati.
Litosfir sendiri merupakan lingkungan padat yang berada pada
bagian luar kerak bumi (gambar 2.1) mempunyai dua peran dalam proses
pembentukan tanah. Yang pertama adalah aspek geologi yang
menyediakan bahan mentah berupa batuan, mineral, serta suatu daya atau
kemampuan untuk pendistribusi ulang materi. Kedua adalah aspek energi
yang didalamnya berlangsung berbagai perubahan bentuk energi. Dimana
setiap perubahan bentuk energi berhubungan dengan salah satu bentuk
materi.
Tanah merupakan sistem ruang dengan tubuh yang statis
berdemensi tiga. Dua dimensi mewujudkan luas hamparan dan satu dimensi
mewujudkan tebal. Dengan tambahan dimensi waktu maka tanah
merupakan suatu wujud berdimensi empat yang dapat kita pandang sebagai
suatu sistem ruang-waktu. Hal ini dapat dipahami mengingat adanya faktor
waktu dalam pembentukan tanah. Sebagai tubuh yang dinamik tingkat
perkembangan atau umur tanah dipengaruhi faktor waktu.

Proses Pembentukan Tanah


Tanah terbentuk melalui tiga tahapan yang berkesinambungan.
Tahap pertama adalah pembentukan bahan induk tanah yang berasal dari
bahan litosfir dan bahan biosfir. Berikutnya adalah tahapan pengubahan
bahan induk tanah menjadi bahan tanah. Terakhir adalah tahapan
penyusunan bahan tanah menjadi suatu tubuh yang berdimensi ruang.
Bahan pratanah atau bahan induk tanah yang berasal dari bahan
litosfir proses pembentukannya berlangsung dengan cara pelapukan,
sedangkan yang dari bahan biosfir secara dekomposisi dan mineralisasi.
Pelapukan adalah proses perombakan dan pengubahan fisik, kimia, dan
hayati batuan atau mineral yang berlangsung di dekat bumi (Strahler 1973).
Dekomposisi adalah perombakan bahan organik menjadi senyawa organik
yang lebih sederhana. Mineralisasi adalah dekomposisi tuntas sampai pada
penguraian penyusun dasar bahan organik berupa senyawa organik dan
unsur kimia (Joffe 1953).
Bahan litosfir berasal dari lingkungan di dalam bumi yang bersuhu
dan bertekanan tinggi, serta berkadar oksigen dan air rendah. Karena bahan
litosfir berupa batuan dan mineral maka tanah yang terbentuk disebut tanah
mineral. Bahan biosfir berupa serasah dan longgokan bahan organik sisa
tumbuhan dan hewan. Oleh karena itu tanah yang berasal dari bahan biosfir
disebut tanah organik atau lebih dikenal dengan istilah tanah gambut. Di
alam tidak ada yang murni sebagai tanah mineral atau tanah gambut. Tanah
mineral selalu mengandung campuran bahan organik walaupum dalam
jumlah yang sedikit, demikian pula sebaliknya tanah organik yang juga
mengandung bahan mineral.
Proses perkembangan pembentukan tubuh tanah makro
berlangsung secara horisonisasi dan haploidasi. Horisonisasi membuat
tubuh tanah tersegregasi menjadi berbagai ragam bagian yang biasanya
berbentuk lapisan-lapisan yang terletak searah dengan permukaan tanah.
Segregasi tubuh tanah berlangsung lewat transformasi dan translokasi
bahan tanah. Haploidasi adalah pencegahan atau penghambatan
horisonisasi, dapat juga berupa pembauran atau perusakan horizon.
30 Fisika Lingkungan

Proses perkembangan tanah makro ditunjang oleh sejumlah proses


perkembangan tanah mikro. Ada banyak proses mikro, namun yang perlu
dikemukakan antara lain peristiwa penambahan, penyingkiran, serta
pelindian yang berlangsung antara tanah dan dan lingkungannya.

Morfologi Tanah
Pola distribusi sifat tanah sepanjang tubuh tanah dinamakan
morfologi tanah dan pembentukannya disebut morfogenesis. Morfologi tanah
menyimpan banyak informasi tentang watak, perilaku, serta potensi fungsi
tanah, sehingga morfologi tanah dapat dijadikan dasar untuk klasifikasi,
pengharkatan, dan inventarisasi tanah.
Horisonisasi mengarah ke anisotropi yang membuat susunan tubuh
tanah bertambah majemuk dan cenderung rumit. Sedangkan haploidasi
mengarah ke isotropi yang membuat susunan tubuh tanah menjadi lebih
sederhana atau simpel. Lebih menonjolnya tampakan horisonosasi dari
haploidasi atau sebaliknya tergantung pada keadaan lingkungan.

Manfaat Tanah
Perspektif ketermanfaatan tanah adalah sebagai sumberdaya,
ruang, dan lingkungan. Pengertian sumberdaya selalu berkaitan dengan
kebutuhan manusia, sesuatu yang belum ditemukan kegunaannya bagi
manusia jadi tidak bernilai tidak dapat disebut sebagai sumberdaya. Tanah
dari segi pertanian, peternakan, dan kehutanan adalah masukan kedalam
proses produksi biomassa yang berfungsi sebagai medium tumbuh-
tumbuhan. Tanah sebagai bahan mentah digunakan dalam kerajinan atau
industri untuk bahan produksi barang-barang tembikar atau bahan-bahan
bangungan.
Sebagai perspektif ruang, tanah digunakan untuk pembangunan
kawasan industri, perkotaan, dan prasarana pengembangan wilayah. Istilah
ruang mencakup pengertian luasan, bentang lahan, dan lokalitas. Lokalitas
dalam hal ini mengimplikasikan keadaan setempat yang menyediakan
kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan usaha tertentu.
Tanah sebagai perspektif lingkungan dapat dimanfaatkan untuk
sanitasi dan penaggulangan pencemaran. Tanah untuk sanitasi sudah
dikenal lama, sebagai jamban keluarga atau umum. Tanah mempunyai
kemampuan menyaring cairan, menjadikannya jernih dan bersih,
membebaskan bahan-bahan tersuspensi, sebelum masuk ke air bumi atau
air sungai. Selain itu dengan zarah-zarah penyerap ion (mineral lempung,
oksida, dan hidroksida,serta senyawa humik), tanah mampu menyerap ion-
ion terlarut dalam cairan dan menjadikannya bebas ion pencemar. Dengan
basa-basa dan asam-asam yang dikandungnya tanah berkemampuan
mengatur pH cairan.

2.2.3. Gaya yang Bekerja pada kerak bumi


Gaya yang berasal dari dalam bumi yang dapat mengakibatkan
perubahan kulit bumi adalah gaya tektonik. Gaya tektonik ada dua macam
yaitu gaya Epirogenetik dan gaya Orogenetik. Gaya epirogenetik adalah
Lingkungan Tanah 31

gaya yang meliputi daerah-daerah yang sangat luas dan berlangsung dalam
waktu yang sangat panjang (lambat). Sedangkan gaya Orogenetik adalah
gaya pembentuk pegunungan dimana terjadi peristiwa dislokasi atau
beralihnya letak lapisan kulit bumi.

Gempa Bumi
Gempa bumi adalah gerak atau getar kulit bumi yang disebabkan
oleh gaya endogen. Walaupun menimbulkan bencana disebabkan
datangnya yang sekonyong-konyong karena tidak dapat diperhitungkan
terlebih dahulu, dari kecepatan getaran serta perubahannya kita dapat
mengetahui macam-macam batuan di dalam bumi. Alat pencatat getaran
gempa adalah seismograf. Seismograf horisontal digunakan untuk mencatat
getaran gempa bumi pada arah mendatar, dan untuk menghitung getaran
gempa pada arah vertikal digunakan seismograf vertikal.
Ada tiga macam gempa yaitu gempa tektonis (dislokasi), gempa
vulkanis (gunung berapi), dan gempa guguran. Gempa tektonik terjadi
karena pergeseran letak lapisan kulit bumi yang sering menimbulkan
malapetaka besar karena amat hebatnya. Gempa vulkanis terjadi
bersamaan waktunya dengan meletusnya gunung berapi ataupun tidak lama
sesudahnya, biasanya hanya terasa di daerah sekitar gunung berapi.
Gempa guguran terjadi karena dinding gua di dalam tanah gugur, hanya
merupakan gempa bumi kecil yang kebanyakan terjadi di daerah kapur dan
pertambangan.

Vulkanisme
Magma adalah batuan cair yang pijar atau sangat panas sekali.
Peristiwa gunung berapi (vulkanisme) dapat terjadi bila tekanan gas pada
magma yang terdapat didalam bumi bertambah besar dan mencapai tingkat
tertentu sehingga magmanya menjadi aktif menerobos lapisan-lapisan kerak
bumi. Peristiwa menerobosnya magma kedalam lapisan batuan dan belum
mencapai permukaan bumi disebut plutonisme (gunung berapi tersembunyi).
Sedangkan peristiwa meletusnya magma ke permukaan bumi dengan
segala sesuatu yang menyertainya adalah erupsi. Dan magma yang telah
berada pada permukaan bumi dinamakan lava.
Gunung berapi adalah tempat meletusnya magma pada permukaan
bumi, sedangkan mulut tempat memuntahkan magma yang berada di
puncak gunung berapi disebut kawah. Ada 3 macam Gunung berapi yaitu
Gunung berapi perisai, Maar, dan Gunung berapi strato. Gunung berapi
perisai hanya mengeluarkan lava cair sehingga selalu meleleh dan tak dapat
menimbun lava menjadi tinggi. Gunung lava yang terbentuk tidak tinggi
dengan lereng yang sangat landai hingga menyerupai perisai. Maar adalah
gunung berapi yang hanya meletus sekali saja dan setelah itu vulkanisme
terhenti, sehingga yang tinggal hanya kawahnya. Sedangkan Gunung berapi
strato membentuk gunung berupa kerucut, karena selain lava cair keluar
pula bahan-bahan padat (bom, lapilli, pasir, dsb). Bom adalah batu lava
yang cukup besar ( besarnya lebih dari sekepalan tinju), Lapilli adalah batu
lava yang kecil (sebesar kacang atau kerikil), dan Pasir adalah batu lava
yang agak halus. Debu adalah batu lava yang paling halus.
32 Fisika Lingkungan

Gunung berapi di Indonesia adalah gunung-gunung berapi strato


berjumlah sekitar 400 buah dan hanya 80-an saja yang masih bekerja.
Seluruhnya dapat digongkan dalam 3 barisan, yaitu barisan Sumatra – Jawa
- Nusa Tenggara - sekitar laut banda, barisan Halmaherah dan Pulau-pulau
sebela baratnya, serta barisan Sulawesi Utara – Sangihe – Mindano.
Pada waktu meletus terjadilah bencana, beribu-ribu manusia dan
ternak dapat jadi korban, kebun dan sawah baik di lereng atau di kakinya
musnah. Namun Gunung berapi juga mendatangkan manfaat, antara lain:
abunya sangat subur, karena tingginya yang menjulang maka mampu
mendatangkan hujan, hutan-hutan di lerengnya dapat menyimpan air hujan,
dan di kakinya yang agak landai baik sekali untuk dijadikan sawah.

2.3. METODE-METODE EKSPLORASI


Ilmu yang mempelajari mengenahi struktur dan gejala-gejala yang
terjadi di bumi dan sekitarnya dengan mempergunakan hukum-hukum dan
metoda-metoda fisika adalah Geofisika. Namun demikian fisika bukan satu-
satunya cabang ilmu yang dapat dipakai atau membamtu dalam
penyelidikan bumi, karena kita mengenal juga Geokimia, Geologi, ataupun
Geodesi. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia,
geofisikawan berlomba-lomba menemukan mineral-mineral, minyak, dan
gas bumi. Usaha ini dikatakan sebagai kegiatan eksplorasi.
Berdasarkan tujuan eksplorasi, Geofisika masih dapat dibagi lagi menjadi
dua cabang. Geofisika murni yang bertujuan mempelajari susunan dalam
dan sifat-sifat fisik bumi berdasarkan gejala-gejala yang berhubungan
seperti sifat-sifat medan statik (gravitasi, magnetik, dan listrik), sifat elastik
(seismik), dan lainnya. Kita juga mengenal Geofisika terapan atau kadang-
kadang disebut juga sebagai geofisika eksplorasi yang mempelajari sifat-
sifat spesifik dan relatif berskala kecil bila dihubungkan dengan sifat-sifat
yang terdapat dalam kerak bumi. Tujuan praktis dari geofisika terapan
adalah mencari endapan minyak bumi, air tanah, mineral, dan masih banyak
lagi yang berhubungan dengan Geoteknik serta mempunyai nilai-nilai
komersial.
Kegiatan eksplorasi itu sendiri dapat dilakukan dengan beberapa
cara atau metode, yaitu Gravitasi, Magnetik, Listrik, Elektromagnet, Seismik,
Radiaktifitas, Log sumur, Kimia, Thermal dan metode lainnya.

2.3.1. Metode Gravitasi


Teori yang mendasari metode ini adalah hukum Newton yang
menyatakan gaya tarik antara dua titik massa m dan M dengan jarak r
besarnya:
mM
F G (2.7)
r2
dengan G = konstanta gravitasi universal = 6.67x10 11 m3/kg.s2. Intensitas
gravitasi adalah gaya persatuan massa
Lingkungan Tanah 33

F M
g G m/s2. (2.8)
m r2

Karena satuan intensitas medan gravitasi adalah percepatan maka disebut


juga percepatan gravitasi. Besaran ini merupakan besaran vektor.
Berdasarkan pengukuran-pengukuran geodesi bumi mempunyai
bentuk yang spheroid dengan rapat massa material yang merupakan inti dan
mantel bumi berubah secara secara radial. Sisanya 2% dari massa total
bumi yang merupakan kerak bumi mempunyai sifat heterogen. Sehingga
permukaaan bumi dapat didefinisikan sebagai bentuk matematis yang
dinyatakan dalam harga-harga gravitasi disemua titik di permukaan.
Harga gravitasi disebarang titik di spheroid dapat diuraikan dalam
bentuk:

g ()  a sin 2 (n) (2.9)


n

dengan  menyatakan garis lintang dan a n adalah konstanta yang diperoleh


dari hasil pencocokan pengukuran gravitasi yang diredusir ke permukaaan
laut.
Semua material dalam bumi mempengaruhi harga intensitas
gravitasi, tetapi karena hukum Newton berbanding terbalik dengan kwadrat
jarak, maka batuan yang dekat dengan titik pengamatan akan lebih besar
gaya tariknya dari pada yang jauh dari titik pengamatan. Sebagian besar
gravitasi disebabkan oleh massa mantel dan inti dan karena benturk regular
dan dan rapat massanya berubah secara teratur, gravitasinya juga berubah
secara teratur. Hanya 0.3% g berasal dari material yang terdapat pada kerak
bumi, dan dari prosentase yang kecil ini kira-kira 0.05% g berasal dari
batuan 5 km bagian atas kerak bumi yang struktur lapisannya terdiri atas
berbagai jenis batuan.
Perubahan rapat massa batuan pada daerah 5 km bagian atas
kerak bumi akan menghasilkan variasi g yang umumnya tidak lebih dari
0.01% harga g dimana saja. Fluktuasi dalam harga g yang dihubungkan
dengan benda-benda yang mempunyai nilai mineral komersial adalah dalam
orde 10-5 g. Jadi struktur batuan memberikan sumbangan sangat kecil pada
harga gravitasi bumi tetapi sumbangan yang kecil masih dapat dipetakan
perubahannya dari titik ke titik.
Alat yang dipakai untuk mengukur adalah gravimeter dan harus
sensitif karena harus dapat mengukur perubahan gravitas dalam orde 10 -8
medan gravitasi bumi. Selain dipakai untuk mencari mineral secara langsung
juga dapat dipakai untuk mencari air tanah maupun minyak secara tidak
langsung yaitu dengan mencari patahan atau kubahan garam. Sayangnya
cara ini membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk
mengumpulkan dan mengolah data yang didapatkan di lapangan.

2.3.2. Metode Magnetik


34 Fisika Lingkungan

Metode ini mempunyai kesamaan dengan metode gravitasi dalam


hal pengukuran perbedaaan medan-medan gaya. Meskipun demikian
perbedaan mendasar antara kedua cara tersebaut adalah variasi rapat
massa yang relatif lebih kecil dan uniform dibanding dengan perubahan
dalam susceptibilitas, sehingga medan gravitas perubahannya lebih kecil
dibading medan magnetik.
Dasar metoda magnetik adalah hukum gaya Coulomb F antara dua
kutub magnetik m1 dan m2 gr yang berjarak r cm dalam bentuk:
m1 m2
F r dyne (2.10)
r 2

dengan  permiabilitas medium yang mengelilingi magnet.


Kekuatan medan magnetik H didefinisikan sebagai gaya pada satu
satuan kutub magnet:

F m
H  22 r Oersted. (2.11)
m1 r

Tetapi di alam tidak pernah dijumpai kutub-kutub magnet yang terjadi secara
sendirian seperti muatan listrik. Kutub-kutub magnetik selalu berada dalam
pasangan sehingga dalam medan magnetik besarannya adalah dwikutub
(dipole) magnetik yang terdiri dari dua kutub berkekuatan +m dan –m yang
terpisah pada jarak l. Dan besaran momen magnetik M didefinisikan
sebagai:

M=mlr (2.12)

Jika suatu benda magnetik diletakkan dalam medan magnetik luar


maka benda tersebut akan terimbas dan menjadi termagnetisasi. Intensitas
magnetisasi I sebanding dengan kekuatan medan dan arahnya dalam arah
medan luar:

M mlr
I  (2.13)
V V

dengan V adalah isi benda. Magnetisasi imbas menyebabkan dwikutub


material magnet menyearah, sehingga I juga disebut polarisasi magnetik.
Jika I konstan dan mempunyai arah yang sama diseluruh benda maka
bendanya dikatakan dimagnetisasi serba sama.
Derajat benda dimagnetisasi ditentukan oleh besaran yang
dinamakan susceptibilitas magnetik k, yang besarnya:

I = k H. (2.14)
Lingkungan Tanah 35

Fungsi suscepyibilitas dalam metode magnetik adalah sama dengan fingsi


rapat massa dalam medan gravitasi karena respon magnetik batuan
ditentukan oleh banyaknya material magnetik didalamnya.
Benda magnetik tersebut bila kita letakkan dalam medan magnet
luar H akan menyearah kutub-kutub internalnya dan terbentuk H’ yang akan
menambah medan total dalam benda yang dinamakan induksi magnetik B
sebesar:

B = H + H’ = H + 4  I = (1 + 4  k) H =  H Gauss. (2.15)

Karena variasi medan magnet yang diukur mempunyai orde 10 -4 kali medan
magnet bumi, maka dalam hal ini digunakan kekuatan medan atau intensitas
magnetik dengan satuan gamma () dengan relasi 1 = 10-5 Oersted.
Alat yang digunakan untuk mengukur medan magnet adalah
magnetometer dan ada beberapa macam, meliputi: Instrumen jarum
berporos, Variometer tipe Schmidt, Variometer kompensasi, Instrumen flux-
gate, dan Magnetometer presisi-bebas proton. Pengukuran medan magnetik
adalah relatif artinya harga satu atau lebih komponen medan magnet di
sebarang titik dinyatakan sebagai perbedaan dengan harga pada suatu titik
basis yang dipilih. Pada umumnya luas pengamatan relatif kecil (dalam
beberapa kilometer persegi) sehingga medan medan geomagnetik normal
dalam daerah dipandang konstan dan sama dengan titik basis. Untuk
daerah yang lebih luas (lebih dari ratusan kilometer persegi) variasi medan
normal dapat signifikan terutama dalam arah utara-selatan dan ini dapat
dikoreksi.
Perubahan struktur atau batu-batuan yang terukur sebagaai
perubahan medan magnetik pada kerak bumi dapat dipetakan dalam
basement karena susceptibilitas magnetik batu-batuan sedimen (endapan)
jauh lebih kecil dari pada susceptibilitas magnetik batu-batuan beku dan
malihan. Basement adalah permukaan lapisan batu yang dibawahnya tidak
ditemukan batuan endapan dan merupakan batuan beku (magma), batuan
malihan atau granit.

2.3.3. Metode Seismik


Metode ini paling banyak digunakan alam geofisika terapan karena
memberikan hasil yang mudah ditranslasikan kedalam istilah geologi
walaupun secara intrinsik lebih ruwet pelaksanaannya. Di lapangan
dibutuhkan energi yang dimasukkkan ke dalam bumi dengan membuat
suatu ledakan meskipun peledaknya dapat dikontrol. Ada dua cara dalam
metode ini yaitu refraksi dan refleksi dengan instrumen yang dalam prinsip
dan desainya hampir sama. Dalam survey meskipun ada beberapa
perbedaan prosedur di lapangan untuk kedua tehnik tersebut namun
keduanya secara prinsip operasinya sama.
Geophone (detektor, seismometer) merubah getaran seismik bumi
menjadi sinyal listrik dan hanya mencatat komponen vertikal getaran
perpindahan bumi. Dan masih diperlukan amplifier agar semua getaran bumi
(dalam orde 10-8 inci) dapat terdeteksi dan teramati. Untuk kegiatan
36 Fisika Lingkungan

eksplorasi minyak alat tersebut hanya sensitif untuk getaran tertentu yaitu:
antara 5-100 cps untuk tehnik refraksi dan 10-150 cps untuk refleksi.
Tehnik refleksi hanya memberikan informasi geometri formasi
bawah permukaan dan tak dapat memberikan informasi komposisi batu-
batuan, oleh karena itu tehnik ini banyak digunakan untuk mencari minyak.
Yang diamati adalah waktu yang diperlukan gelombang seismik kembali ke
permukaan setelah mengalami refleksi oleh formasi. Kelemahan metoda ini
adalah lebih lambat dan lebih mahal.
Sedangkan tehnik refraksi memberikan data kecepatan seismik dan
geometrinya bermacam-macam formasi sehingga memungkinkan untuk
mengidentifikasi formasi yang dipetakan. Secara operasional, survey refraksi
lebih kompleks dari refleksi karena pekerjaan yang harus dilakukan lebih
jauh sebarannya. Dalam refleksi jarak tembak dan detektor tak pernah lebih
jauh dari kedalaman formasi yang dipetakan sedangkan dalam refraksi jarak
pisah jauh lebih besar dari pada kedalaman formasi.

R2

R1

Sumbe
r

Gambar 2.3. Rambatan gelombang bola.

Ada dua macam gelombang seismik yaitu gelombang dalam lapisan


bumi (body waves) dan gelombang permukaan (surface waves). Masing-
masing terdiri dari gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Gelombang transversal mempunyai arah rambat tegak lurus dengan arah
getaran partikel sedangkan gelombang longitudinal arah rambatnya sejajar
dengan getaran partikel. Gelombang yang menjalar pada medium,
energinya menurun atau berkurang sesuai dengan jarak tempuh. Hal ini
dapat dimengerti mengingat energi yang dibawa gelombang dalam suatu
medium sebanding dengan kuadrat amplitudo, sedangkan amplitudo
menyusut disebabkan adanya absorbsi medium yang dilaluinya. Untuk lebih
jelasnya kita tinjau gelombang bola yang menjalar dari sumbernya seperti
gambar (2.3).
Karena energi/luas berbanding lurus dengan 1/R 2 sehingga
amplitudonya sebanding dengan 1/R. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa amplitudo berkurang karena menyebarnya gelombang. Sedangkan
penyusutan yang disebabkan adanya absorbsi medium (akibat disipasi
gesekan energi elastik menjadi panas) besarnya:

I = I0 {exp(-gr)/r}
Lingkungan Tanah 37

dengan: I adalah amplitudo pada jarak r dari sumber


I0 adalah amplitode sumber
g adalah konstanta atenuasi medium (ada hubungannya dengan
frekuensi gelombang seismik g ~ f2).

 arah penjalaran gelombang


D C D : gerak dilatasi
C : gerak kompresi

arah gerak pratikel/medium

Gambar 2.4. Gerak gelombang longitudinal.

Kedua metode dapat dibedakan berdasarkan prinsip berikut:

Refleksi
Berdasarkan prinsip Huygens, gelombang datang longitudinal
sampai di A dan A sendiri merupakan sumber sekunder memancarkan baik
gelombang longitudianal maupun transversal. Bila sudut datang : i, sudut
refleksi gelombang longitudinal : rL, dan sudut refleksi gelombang transversal
: rT maka berlaku hubungan: a. i = rL
b. sin(rT) = (VT1,/VL1) sin (i).

g. longitudinal g. transversal refleksi


datang g. longitudinal refleksi
B

Medium 1, 1, VL1, VT1


A C Medium 2, 2, VL2, VT2
Refraksi
Dari hukum Snell, bila sudut datang : i, sedangkan sudut refraksi
gelombang longitudinal : RL, dan sudut refraksi gelombang transversal : RT
maka didapatkan: a. [sin(i)/sin(RL)] = [VL1/VL2]
b. [sin(i)/sin(RT) = [VL1,/VT2].

Medium 1, 1, VL1, VT1


Medium 2, 2, VL2, VT2
A g. refraksi longitudinal
2.4. KERUSAKAN TANAH DAN g. refraksi transversal
PENANGGULANGANNYA
38 Fisika Lingkungan

Tanah merupakan komponen lingkungan hidup yang harus


dilindungi secara mutlak dari dampak yang merugikan. Allan dkk dalam
Tejoyuwono (1998) menyebutkan fungsi-fungsi vital tanah sebagai:
1. pelaku kegiatan, keanekaan, dan produktivitas hayati
2. pengatur dan pembagi aliran air dalam larutan
3. penyaring, penyanga, pendegradasi, imobilisasi, dan detoksifikasi bahan
organik dan anorganik, termasuk hasil samping industri dan kota serta
endapan atmosfir
4. penyimpan dan pendaur ulang hara dan unsur-unsur lain di dalam biosfir
bumi
5. penopang bagi bangunan sosioekonomi dan perlindungan bagi khasanah
arkeologi yang berhubungan dengan pemukiman manusia.
Tanah sebagai benda alami heterogen yang terdiri dari komponen padat,
cair, dan gas mempunyai perilaku yang dinamik. Dua konsep utama
dipandang dari segi ilmu tanah, yaitu tanah sebagai hancuran biofisika-kimia
atau tanah sebagai habitat tumbuh-tumbuhan yang diklasifikasikan
berdasarkan fungsi tanah. Kedua fungsi tersebut dapat berkurang atau
hilang sama sekali oleh campur tangan manusia ataupun karena proses
alam yang berkesinabungan. Menurun atau hilangnya fungsi tanah disebut
dengan peristiwa degradasi tanah.
Parameter-parameter yang mempengaruhi kualifikasi tanah:
1. Kestabilan struktur.
Tanah yang strukturnya stabil akan tahan terhadap pukulan air hujan
sehingga tidak mudah longsor.
2. Porositas.
Erat hubungannya dengan lebar lubang (pori-pori) dalam tanah sebagai
ruang yang dapat menampung air sehingga kandungan air dalam tanah
dapat dideteksi.
3. Solum.
Kedalaman solum berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan akar-akar tumbuhan.
Erosi sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya bagian-bagian
tanah dari satu tempat ke tempat lainnya oleh media alami dapat terjadi
secara normal ataupun secara tiba-tiba (dipercepat). Erosi normal atau erosi
geologi atau dapat juga disebut sebagai erosi alamiah merupakan proses
pengangkutan tanah dibawah keadaan vegetasi alami dengan kelajuan yang
lambat sehingga memungkinkan terbentuknya tanah tebal yang mampu
mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Proses ini memberikan
kontribusi terhadap bentuk permukaan tanah di bumi secara alamiah.
Erosi yang dipercepat merupakan proses pengangkutan tanah
secara cepat yang mengakibatkan kerusakan tanah. Peristiwa ini terjadi
karena terganggunya keseimbangan antara proses pembentukan dan
pengangkutan tanah. Istilah erosi yang akan dibicarakan selanjutnya adalah
erosi jenis ini meskipun sudah diperkenalkan kedua macam erosi.
Bahaya erosi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya iklim,
bentuk wilayah, vegetasi, tanah, dan manusia. Hubungannya dapat
dituliskan sebagai:
E = f(i, b, v, t, m)
dengan : i adalah iklim, b = bentuk wilayah, v = vegetasi, t = tanah, dan
m = manusia.
Lingkungan Tanah 39

Sehingga erosi dapat dicegah dengan menyeleksi faktor-faktor


mana yang dapat atau sukar diubah. Dari persamaan diatas, faktor iklim dan
bentuk wilayah adalah dua faktor yang jelas-jelas sukar dirubah oleh karena
itu ada tiga kemungkinan faktor yang dapat diantisipasi untuk mengurangi
bahaya erosi. Berapa besar prosentase peluang untuk dirubah? Dalam
kenyataannya faktor manusialah yang justru sulit dicegah. Namun kita tetap
haus mengupayakannya semaksimal mungkin.
Pengaruh masing-masing faktor dapat diperinci sebagai berikut:
1. Iklim.
Di Indonesia (secara umum dikatagorikan sebagai daerah basah), unsur
iklim yang banyak mempengaruhi adalah hujan, sedangkan angin dan
temperatur kecil sekali pengaruhnya. Parameter-parameter yang
mempengaruhi adalah: curah hujan (mm), kederasan hujan, dan tetes
hujan. Derajat erosi semakin besar apabila jumlah dan kecepatan aliran
air juga besar, ditambah besarnya ukuran tetes hujan yang erat
hubungannya dengan kuatnya pukulan yang dapat menguraikan agregat
tanah.
2. Bentuk Wilayah (topografi).
Unsur yang mempengaruhi adalah derajat kemiringan atau lereng tanah
(%) dan panjang lereng. Semakin curam makin besar derajat erosi,
sedangkan semakin panjang lereng makin berkurang jumlah aliran air
permukaan tetapi volume tanah yang dihanyutkan maka semakin besar
pula derajat erosinya.
3. Vegetasi.
Tanah yang tertutup vegetasi seperti hutan dan rumput-rumputan yang
cukup tebal kecil kemungkinannya terjadi erosi.
a. Vegetasi yang tumbuh diatas tanah menghalangi jatuhnya curah
hujan sekaligus melindungi tanah dari daya rusak akibat pukulan
tetes-tetes hujan sehingga kecepatan dan daya kikis aliran
permukaan berkurang.
b. Akar-akar tanaman memperbaiki permeabilitas tanah dan
mendorong pembentukan struktur tanah yang mantap. Lubang-
lubang atau saluran-saluran bekas akar tanaman melonggarkan
tanah dan memudahkan perembesan air.
c. Kegiatan mafrofauna seperti cacing, insekta, dan binatang kecil
lainnya dalam tanah membantu menguraikan bahan organik yang
secaara tidak langsung memperbaiki keadaan fisik tanah.
4. Tanah.
Unsur-unsur tanah yang menentukan besarnya derajat erosi adalah
tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik, dan lapisan bawah tanah.
a. Tekstur Tanah.
Tanah pasir mempunyai permeabilitas yang cepat dan mudah
merembeskan air, sedangkan tanah liat mudah larut dan cepat
menjadi padat kembali sehingga mudah hanyut dan terkikiskan air
permukaan.

b. Struktur Tanah.
40 Fisika Lingkungan

Tanah yang stabil (berstruktur mantap) relatif lebih tahan terhadap


bahaya erosi.
c. Bahan Organik.
Bahan organik sisa tanaman yang tertimbun di permukaan tanah
disamping melindungi dan menutupi tanah terhadap pukulan tetes-
tetes hujan juga dapat menyerap air dan mengurangi aliran air
permukaaan.
d. Lapisan Bawah Tanah.
Lapisan bawah tanah yang padat atau pejal akan memperlambat
perembesan air dan cenderung meningkatkan derajat erosi.
5. Manusia
Erosi sering disebut erosi buatan manusia karena faktor ini memang
paling sulit dikendalikan. Penggundulan hutan, pembakaran hutan, dan
sistem perladangan berpindah adalah contoh sederhana dari tindakan
manusia yang menimbulkan bahaya erosi.
Jenis-jenis erosi dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Erosi Permukaan (Sheet Erosian).
Erosi ini tidak jelas penampakannya karena yang dihanyutkan hanya
sebagian tipis lapis dan merata. Gejala yang mudah dikenali adalah
warna lapisan yang lebih muda karena menurunnya kandungan organik
sehingga produktivitasnya menurun. Disamping itu, pengolahan tanah
menjadi lebih berat dengan tersembulnya perakaran dekat pangkal
batang.
2. Erosi Jalur (Riil Erosian).
Erosi ini diakibatkan terkikisnya permukaan tanah oleh air yang tidak
merata sehingga timbul jalur-jalur kecil sedalam 1- 4 cm dan masih
mudah dihilangkan dengan pembajakan.
3. Erosi Parit (Gully Erosian).
Tingkatan lebih lanjut dari erosi jalur dimana jalur menjadi semakin lebar
dan dalam.
4. Tanah Longsor (Landslides).
Erosi ini disebabkan karena adanya lapisan kedap air dibawah tanah
yang dapat mengalir setelah sampai titik jenuhnya dan membawa
seluruh tanah yang ada diatasnya.
Berbagai kerugian yang ditimbulkan akibat erosi antara lain:
hilangnya kesuburan tanah, pengendapan bahan-bahan disuatu lokasi, dan
akibat yang paling fatal adalah musibah banjir. Untuk itu perlu suatu upaya
konservasi untuk menanggulanginya. Ada dua macam cara dalam rangka
mengatasi bahaya erosi yaitu secara vegatatif dengan memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan sebagai tameng atau pelindung tanah terhadap unsur-
unsur hujan atau secara mekanik dengan upaya pengaturan aliran air
permukaan.
Dari segi efisiensi pengawetan, cara mekanik lebih mahal dan sukar
dilakukan. Hal ini dapat dimengerti karena cara ini menyangkut pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat teknis seperti pembuatan teras-teras, tanggul-
tanggul, drainase-drainase, dan sejenisnya. Walaupun demikian, pelaksaan
Lingkungan Tanah 41

usaha konservasi pada prakteknya tetap menggunakan kedua cara secara


bersamaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum bahwa tanah adalah
terdiri dari unsur-unsur makro ataupun mikro sebagi penyusun senyawanya.
Dengan komposisi yang bergantung kepada:
- proses pembentukan
- iklim
- jenis tumbuhan yang hidup
- keadaan air, suhu dan sebagainya.

SOAL-SOAL
1. Buktikan bahwa tanah merupakan sistem pendukung utama kehidupan, terutama
kehidupan manusia!
2. Untuk mengenali keadaan sistem alami mantap dan memahami bagaimana
energi mempengaruhi system tersebut diperlukan pengetahuan tentang hukum
termodinamika. Jabarkanlah secara ringkas konsep-konsep termodinaka yang
dimaksudkan!
3. Apakah yang dimaksudkan dengan litosfir, atmosfir, biosfir, hidrosfir, serta
pedofir?
4. Gaya-gaya apa saja yang terjadi pada kerak bumi? Bagaimana pula
pengaruhnya terhadap perkembangan bumi?
5. Sebutkanlah berapa metode untuk mendapatkan bahan-bahan mineral yang
mempunyai nilai komersial tinggi berikut kelemahan dan kelebihannya!
6. Apakah yang dimaksud dengan erosi tanah?

7. Apa penyebab terjadinya erosi? Bagaimana cara mengatasi atau


menanggulangi bahaya-bahaya yang diakibatkan erosi?

DAFTAR PUSTAKA

Faul, H. 1966. Ages of Rocks, Planets, and Stars. Mc. Graw-Hill Inc. New
York.

Harbeck,RM and Johnson, LK. 1965. Eart and Space Science. Holt,
Rinehart and Winston Inc. New York.

Monteith, JL. 1973. Principle of Environmental Physics. William Clowes &


Sons, Limited. London

Priest, Joseph.1973. Problems of Our Physical Environment. Addison-


Wesley Publishing Company. London.

Soendjojo, D. 1986. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Karunika


Universitas Terbuka. Jakarta.
42 Fisika Lingkungan

Soendjojo, D. 1982. Melukis Roman Muka Bumi. FMIPA IKIP Bandung.


Bandung.

Soendjojo, D. 1976. Mineral. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Jakarta.

Soendjojo, D. 1982. Sejarah Kulit Bumi. FMIPA IKIP Bandung. Bandung.

Stacey, FD. 1977. Physics of the Eart (second edition). John Willey and
Sons: Canada

Tejoyuwono, N.1998. Tanah dan Lingkungan. Dirjen Dikti Depdikbud.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai