Anda di halaman 1dari 18

1

MAKALAH E-LEARNING
Judul:
MANFAAT ASUHAN KEBIDANAN
KOMPLEMENTER
JENIS ASUHAN KEBIDANA KOMPLEMENTER

Dosen Pengampu:
1. Yuliana Dwi Hastuti,SKp,M.Bio,Med
2. Yusniar Siregar,SST,M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. Cut Annisah
2. Dormian
3. Elsa Safitri
4. Fitri
5. Hillary Uur Uli Sianipar
(P075244019061)

i
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN
T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis bisa
membuat makalah l

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang selalu


memberikan dukungan serta bimbingannya dan teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Medan, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................... 4

A. Pengertian Psikologi, Persalinan Dan Pasca Bersalin............... 4

B. Perubahan Psikologi Ibu Bersalin Dan Pasca Bersalin............. 6

C. Gambaran Kecemasan Ibu Bersalin.......................................... 17

BAB III : PENUTUP................................................................................... 21

A. Kesimpulan............................................................................... 21

B. Saran.......................................................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,
tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yangmembahayakan
ibu maupun janinya sehingga memerlukan pengawasan,pertolongan dan
pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 1998, dikutip dalam buku
prawirohardjo Psikologi Kehamilan, 2001).Beberapa penyesuaian dibutuhkan
oleh perempuan dalam menghadapiaktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada
minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik
maupun segi psikologis.
Sebagian perempuan berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagianlainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-
gangguanpsikologis dengan berbagai gejala atau sindroma (Iskandar, 2009).Salah
satu yang harusdipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari kepanikan
danketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui saat-
saatpersalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungandari orang-
orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akanmembantu memberikan
semangat untuk ibu yang akan melahirkan.Keluarga baik dari orang tua maupun
suami merupakan bagianterdekat bagi calon ibu yang dapat memberikan
pertimbangan sertabantuan sehingga bagi ibu yang akan melahirkan merupakan
motivasitersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapipersalinan dan pasca bersalin/nifas (Sjafriani, 2007).
Pada proses pasca bersalin juga membutuhkan dukungan yang lebih dari
keluarga dekat karena ibu pasca bersalin memiliki tingkat emosional yang lebih
sensitif sehingga dapat menimbulkan beberapa kejadian yang berkaitan dengan
gangguan psikologis pascapersalinan adalah 1) adanya perasaan cemas, khawatir

1
ataupun was-was yangberlebihan, sedih, murung dan sering menangis tanpa ada
sebab. 2) seringmerasa kelelahan dan sakit kepala seperti migren. 3)
perasaanketidakmampuan misalnya mengurus si kecil dan 4) adanya perasaan
putusasa (Panji, 2009).Gangguan-gangguan emosional yang biasanya terjadi
pasca persalinansecara umum dikelompokkan menjadi tiga yaitu post-partum
blues, depresipasca partum, psikosis pascapartum dan skizofrenia (Bobak, dkk,
2005).Gangguan yang ringan seperti post partum blues bisa terjadi pada hari-
haripertama pasca persalinan (masa nifas) dan umumnya akan membaik
dengansendirinya dalam beberapa jam atau beberapa hari. Tapi umumnya
terjadisetelah pasien pulang dari rumah sakit, sekitar dua minggu atau lebih
setelahmelahirkan (Murwati,dkk, 2014). Masa nifas ini dimulai setelah plasenta
lahir danberakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Masa nifas ini berlangsung sekitar 6 minggu (Prawiroharjdo, 2001).
Selain itu dimasyarakat banyak kepercayaan-kepercayaan yang
dikontstruksikan dalam kehidupan ibu bersalin dan nifas. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup
maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan ibu dan anak yang sering
dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan
budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu
(Bobak, 2005).
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peran penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu
daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negative
bagi ibu pada saat proses persalinan maupun pasca bersalin.Dengan demikian
dalam makalah ini, akan membahas tentang perubahan psikologi ibu bersalin dan

2
pasca bersalin serta kultur atau budaya masyarakat dalam menghadapi proses
bersalin dan pasca bersalin.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami jadikan sebagai rumusan masalah,
adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan psikologi, persalinan dan pasca bersalin
(nifas) ?
2. Bagaimanakah perubahan psikologi ibu bersalin dan pasca bersalin ?
3. Bagaimanakah gambaran kecemasan ibu bersalin ?
4. Bagaimanakah kultur atau budaya masyarakat dalam menghadapi proses
bersalin dan pasca bersalin ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pre Eklampsia Ringan


1. Pengertian
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau
edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas.
2. Patofisiologi
Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini
dianggap sebagai “maladaption syndrome” akibat vasospasme general dengan
segala akibatnya.
3. Gejala Klinis
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi:
 Hipertensi: sistolik/diastolic e” 140/90 mmHg.
 Proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2)
 Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumboskral, wajah atau tangan.
 Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat.
4. Pemeriksaan dan Diagnosis
 Kehamilan 20 minggu atau lebih.
 Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan2
kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama
dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit)

4
 Ederma pada tungkai (pretibial),dinding perut,lumbosacral,wajah atau
tungkai.
 Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam,kualitatif (++).
5. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklamsia ringan:
 Banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
 Diet:cukup protein,rendah karbohidrat,lemak dan garam .
 Sedativa ringan: tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam
3 x 2mg per oral selam a7 hari.
 Roborantia
 Kunjungan ulangan setipa minggu.
 Pemeriksaan laboratorium :
hemoglobin,hematokrit,trombosit,urine lengkap,asam urat
darah,fungsi hati,fungsi ginjal.
 Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklamsi ringan berdasarkan
kriteria
 Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukan
adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklamsi seperti :
 Kenikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2
kali berturut-turut (2 minggu).
 Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda – tanda pre
Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre eklamsi ringan
di anggap pre eklamsi berat.Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan keamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama
2 hari lagi baru di pulangkan.Perawatan baru di sesuaikan dengan perawatan jalan.

Perawatan obstetric pasien pre eklamsi ringan :

5
 Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
 Bila desakan darah mencapai nomortensif selama
perawatan,persalinan ditunggu sampai aterm.
 Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensive
selama perawatan makakhamilannya dapat di akkhiri pada
umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
 Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) persalinan di tunggu
sampai terjadi usia persalinan atau di pertimbangkan untuk
melakukan persalinan pada taksiran tanggal persainan.
 Cara persalinan : Persalinan dapat di lakukan secara
spontan.Bila perlu memperpendek kala `II.

B. Gambaran Kecemasan Ibu Bersalin


Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan
atau kejadian dalam hidupnya. Lefrancois (1980, dalam Kartikasari, 1995)
menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak
menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan, adanya hambatan terhadap
keinginan pribadi dan perasaan – perasaan yang tertekan yang muncul dalam
kesadaran. Biasanya perubahan emosi pada ibu hamil muda yang tidak stabil,
umumnya muncul pada usia kehamilan 6-10 minggu pertama. Kemudian kondisi
ini akan membaik menjelang trimester kedua dan muncul lagi pada saat
menjelang persalinan.Hal ini dipicu oleh perubahan hormon dalam kehamilan

6
yaitu peningkatan kadar hormon progesteron dan hormon estrogen. Hal tersebut
dapat memengaruhi kondisi kimiawi pada otak yang mengatur mood atau suasana
hati.Selain itu, kondisi emosi yang tidak stabil pada ibu hamil juga dapat
disebabkan oleh perubahan metabolisme, stres fisik, ataupun kondisi lingkungan
yang dialami.
Pada dasarnya Menurut Mochtar (1998), terdapat tiga faktor utama dalam
persalinan, yaitu faktor jalan lahir (passage), faktor janin (passenger), dan faktor
tenaga atau kekuatan (power). Selain itu, dalam persalinan dapat ditambahkan
faktor psikis (kejiwaan) wanita menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas.Para
ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu :
1. Tingkat psikologis; kecemasan yang berwujud sebagai gejala‐gejala
kejiwaan, seperti tegang,bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak
menentu dan sebagainya,
2. Tingkat fisiologis; kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud
padagejala‐gejala fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat
tidur, jantung berdebar‐debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan
terwujud dalam empat hal yaitu :
a. Manifestasi kognitif, terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali
memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi,
b. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak
menentu seperti gemetar.
c. Perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki
kaku, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan
lain‐lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan
detak jantung, peningkatan respirasi, ketegangan otot, peningkatan tekanan
darah dan lain‐lain.
d. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, perasaan tegang yang berlebihan.

7
Efek dari kecemasan dalam persalinan dapat mengakibatkan kadar
katekolamin yang berlebihan pada Kala 1 menyebabkan turunnya aliran darah ke
rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya
oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan
Kala 1. Selain itu ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan Kala 1
yang meliputi faktor pengetahuan yaitu hasil dari tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan di mana
seorang ibu mengalami kecemasan dengan tidak diketahuinya tentang persalinan
dan bagaimana prosesnya.
Pada primigravida tidak ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi
saat bersalin sehingga ibu merasa ketakutan karena sering mendengar cerita
mengerikan tentang pengalaman saat melahirkan dan ini mempengaruhi ibu
berfikiran proses persalinan yang menakutkan. Bisa ibu belum mengerti dan
belum pernah mengalami persalinan, ibu akan merasa cemas dan gelisah, kalau
ibu sudah punya pengetahuan mengenai hal ini, biasanya ibu akan lebih percaya
diri menghadapinya. Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan,
karena itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga
latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun peristiwa kehamilan
dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun banyak ibu-ibu yang tidak
tenang, merasa khawatir akan hal ini. Untuk itu, penolong persalinan harus dapat
menanamkan kepercayaan kepada ibu hamil dan menerangkan apa yang harus
diketahuinya karena kebodohan, rasa takut, dan sebagainya dapat menyebabkan
rasa sakit pada waktu persalinan dan ini akan mengganggu jalannya persalinan,
ibu akan menjadi lelah dan kekuatan hilang. Untuk menghilangkan cemas harus
ditanamkan kerja sama pasien-penolong (dokter, bidan) dan diberikan penerangan
selagi hamil dengan tujuan menghilangkan ketidaktahuan, latihan-latihan fisik
dan kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan bayi, dan berdiskusi tentang
peristiwa persalinan fisiologis. Bila persalinan dimulai, interaksi antara passanger,

8
passage, power, dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran pervaginam
spontan.Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu. Meskipun
persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses
persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang
dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi
serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin,
2001). Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain :
a. Cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan,
b. Keadaan fisik ibu,
c. Riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC),
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan,
e. Dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta latar
belakang psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial
ekonomi (Aryasatiani, 2005).
Selama persalinan teruama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa
pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas. Menurut Klaus dan Kennel
(1993), ibu bersalin yang didampingi selama persalinan memberikan banyak
keuntungan, antara lain menurunkan sectio caesarea (50%), waktu persalinan
lebih pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan
penggunaan oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan
menurunkan kelahiran dengan forcep (40%). Dilaporkan juga bahwa dengan
kehadiran suami selama proses persalinan secara bermakna lama persalinan
menjadi lebih pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran
suami atau anggota keluarga lain yang mendampingi ibu saat bersalin banyak
memberi dampak positif bagi ibu khususnya dalam mengurangi kecemasan dan
ibu akan menjadi lebih nyaman sehingga mendukung kelancaran proses
persalinan. Ketenangan yang seharusnya didapatkan ibu selama persalinan tidak
tercapai, semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri ibu

9
dan kepada petugas kesehatan baik dokter maupun bidan agar memberi perawatan
selama kehamilan dan memberi perhatian kepada ibu dengan penuh kesabaran.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi pada umumnya memberikan arti
emosional yang besar pada setiap wanita, dan juga pada kedua orang tuanya.
Wanita-wanita hamil pada umumnya dihinggapi keinginan-keinginan dan
kebiasaan yang aneh-aneh serta irrasional, yang disebut sebagai peristiwa
"mengidam". Peristiwa ini biasanya disertai emosi-emosi yang kuat, oleh sebab
itu wanita yang bersangkutan jadi sangat perasa, sehingga mudah terganggu
keseimbangan mentalnya (Kartono, 2007)
Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses
melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu, terutama
pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman melahirkan.
Rasa cemas, panik, dan takut yang melanda ibu dengan semua ketidakpastian

10
serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses
persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan. Rasa cemas dapat
timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan
bayinya.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peran penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu
daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negative
bagi ibu pada saat proses persalinan maupun pasca bersalin.

B. Saran
Dalam proses menghadapi persalinan dan nifas, untuk menghindari
terjadinya gangguan psikologi maka diperlukan dukungan keluarga atau suami
untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dan
nifas dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan
dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga serta memberikan
bimbingan untuk berdoa sesuai agama dan keyakinan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk, 2005.Psikologi Pada Persalinan Dan Postpartum Edisi 4. Penerbit :


EGC. Jakarta

Dayakisni & Yuniardi, 2012. Bebas Stress Usai Melahirkan. Penerbit : Javalitera.
Jogjakarta

Kartono. 2010.Budaya bersumber dari cerita turun menurun dalam masyarakat


kepercayaan.Penerbit : Alfabeta. Bandung

Supiati, Murwat. 2014. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi depresi
postpartum. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.Volume 3 No 2 November 2014,
hlm 106-214.

12
Herman. 2009. Prevalence Of Depression Among Postpartum Women. Journal of
Nursing

Iskandar. 2009. Penerapan Edinburgh Postpartum Depression Scale sebagai alat


deteksi resiko depresi nifas pada primipara dan multipara.
JurnalKeperawatan Indonesia Vol.14, no 2, juli 2011; hal 95-100.

Sosa, Roberto. 2001.yang dikutip dari Musbikin tentang pendamping atau kehadiran
orang kedua dalam proses persalinan,

Wikipedia.org. 2015. Diakses tanggal 05 Maret 2018

Mochtar. 2013. Postpartum Depression In Asian Culture . Journal ofNursing studies.

Saifuddin. 2001. Problem Psikologis Pasien Pra dan Pasca Melahirkan dan
Solusinya dengan Bimbingan Rohani Islam. Skripsi. Universitas Walisongo

Sjafriani, 2007. Psikologi Ibu Dan Anak P. 45k. Penerbit : Fitramaya. Yogyakarta

Aryasatiani. 2005. Asuhan kebidanan persalinan. Penerbit : Pustaka Rihama.


Yogyakarta:

Susianawati. 2009.Pengaruh pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu


selama proses persalinan normal.

13
14

Anda mungkin juga menyukai