Anda di halaman 1dari 56

1

Daftar Isi

Daftar Isi.......................................................................................................i

BAB I...........................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1.Latar Belakang Masalah.........................................................1

1.2.Tujuan Penulisan.....................................................................4

1.3.Rumusan Masalah...................................................................4

1.4.Sistematika Penulisan..............................................................5

BAB II..........................................................................................................6

TINJAUAN TEORITIS.............................................................................6

A. Konsep Penyakit......................................................................6

B. Pengkajian..............................................................................12

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul................20

D. Rencana Asuhan Keperawatan............................................21

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN.................................................24

3.1 Laporan Asuhan Keperawatan...........................................24

3.2.Analisa Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti


(hasil penelitian).....................................................................45

3.3.Analisis Masalah Prinsip Legal Etis dalam Pelayanan


Keperawatan..........................................................................47

2. Beneficence (Berbuat Baik)................................................47

3. Justice (Keadilan)...............................................................48

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan).................................48

5. Veracity (Kejujuran)...........................................................48

i
6. Fidelity (Menepati Janji)....................................................49

7. Confidentiality (Kerahasiaan).............................................49

8. Accountability (Akuntabilitas)...........................................49

3.4.Analisis Penerapan Fungsi Advokasi dalam Pelayanan


Keperawatan..........................................................................51

BAB IV.......................................................................................................52

PENUTUP.................................................................................................52

4.1.Kesimpulan.............................................................................52

4.2.Saran.......................................................................................52

Daftar Pustaka..........................................................................................53

ii
BAB I
PENDAHULUAN
.1. Latar Belakang Masalah

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya


melahirkan/ sebelum inpartu , pada pembukaan <3 cm pada primipara dan <5cm
pada multipara. Hal ini terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan (Nugroho, 2013: 113).
KPD biasanya terjadi pada usia kehamilan yang sangat awal yaitu usia
kehamilan sebelum 28 minggu atau pada trimester ketiga (Antara 28 minggu
hingga 34 minggu), hal ini biasanya di sebabkan apabila leher rahim tertutup atau
melebar. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi pada KPD adalah
paritas, kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks yang pendek, indeksi, serviks
yang inkompeten, trauma, gemeli, hidromnion, kelainan letak, alkohol, dan
merokok
(Nugrahini, et al:2017).
Komplikasi yang bisa di sebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi masa nifas,
meningkatkan operatf obstetric (khususnya SC), morbiditas, mortalitas maternal.
Sedangkan pada janin KPD dapat menyebabkan prematuritas (sindrom distress
pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan pada neonatal, perdarahan
intraventikuler, gangguan otak, dan resiko cerebral palsy, anemia, skor APGAR
rendah, ensefelopati,cerebral palsy, perdarahan intracranial,gagal ginjal, distress
pernafasan). Dan oligohidromnion (sindrom defornits janin, hipolapsia paru,
deformitas ekstrimitas dan pertumbuhan janin terhembat), morbiditas dan
mortalitas perinatal (Marni dkk,2016:105-106).
Penyebab Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menurut dinas
kesehatan RI tahun 2013 yaitu perdarahan, infeksi, dan abortus. Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum inpartu atau persalinan, yaitu apabila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm. dalam keadaan
normal ketuban pecah pada saat persalinan. Bila periode laten panjang dan ketuban sudah
pecah, maka akan menyebabkan infeksi yang bisa menyebabkan kematian ibu
(Sofian,2013).
Penyebab kematian langsung ibu akibat dari penyakit penyulit kehamilan,
persalinan, dan nifas. misalnya infeksi, eklamsia, perdarahan, emboli air ketuban,
trauma anestesi, trauma operasi, dan lain-lain. Infeksi yang banyak dialami oleh
ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan,
seperti febris, korioamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah
KPD karena KPD yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.
KPD disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks. KPD merupakan suatu kejadian obstetrik yang banyak ditemukan,
dengan insiden sekitar 10,7% dari seluruh persalinan, dimana 94% diantaranya
terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ini terjadi pada sekitar 6-20% kehamilan
Pada tahun 2012 kementrian kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS), dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25% Program ini dilaksanakan di provinsi dan
kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera
Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Dasar pemeliharaan pemeliharaan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari


jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi
tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi
tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia
secara signifikan (Dekpes,2016:104).
Angka insidensi ketuban pecah dini pada tahun 2010 berkisar antara 6-10 %
dari semua kelahiran. Angka kejadian KPD yang paling banyak terjadi ada
kehamilan cukup bulan yaitu 95 %, sedangkan pada kehamilan prematur terjadi
sedikit 34 %. (Depkes, 2010). Sedangkan AKI akibat infeksi terjadi sebanyak
7,3% selama tahun 2013.
Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian neonatal dengan cara yaitu pertama, meningkatkan kualitas pelayanan
emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONED dan
300 Puskesmas/Balkesmas mampu PONED . Pemerintah juga telah meluncurkan
program Jampersal sejak tahun 2012, yang telah di lanjutkan ke era JKN saat ini
dengan tujuan utama mendekatkan akses layanan untuk seluruh ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir ke fasilitas. Diharapkan upaya ini dapat

2
menekan kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes Kota Makassar, 2016: 37).

Kesakitan dan angka kematian ibu masih merupakan masalah serius di


Negara bekembang. Menurut World Health Organization (WHO) menegeskan
setiap tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000(99%)
dari Negara berkembang. Angka Kematian Ibu(AKI) di Negara berkembang
merupakan peringkat tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup jika di bandingkan dengan AKI di Negara maju yaitu 14 kematian per
100.000 kelahiran hidup.
AKI tahun 2015 di dunia yaitu 303.000 menurun sekitar 44% di bandingkan
dengan tahun 1990 (WHO 2015).
Presentase komplikasi pada persalinan dengan KPD yaitu infeksi sebanyak
28,3%, premature 19,1%, partus lama sebanyak 13,4%, perdarahan 7,3%, sindrom
gawat napas 33%, dan kompresi tali pusat yaitu 32% (Prediatri, 2013:318).
AKI dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
untuk mencerminkan derajat kesehatan ibu dan anak, selain sekaligus menjadi
cerminan dari status kesehatan suatu Negara. Hasil survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2015, AKI yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup yang
mengalami penurunan dari 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
menurut Survey Penduduk Atau Sensus (SUPAS) pada tahun 2015 yaitu 22 per
100.000 kelahiran hidup.
Di Cirebon jumlah AKI yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan kabupaten /
kota, di tahun 2017 adalah 84,3 persen per 100.000 KH, tahun 2018 73,3 persen
per 100.000 KH dan, di tahun 2019 jumlahnya 70,2 persen per 100.000 KH.
Sedangkan AKB juga sama mengalami penurunan di tahun 2017 jumlahnya 3,9
persen per 1.000 KH, di tahun 2018 2,9 persen per 1.000 KH, dan di tahun 2019
jumlahnya mencapai 2,6 persen per 1000 KH.

3
.1. Tujuan Penulisan
1.1. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu melakukan asuhan
keperawatan pada ibu inpartu
1.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengkajian dan analisa data
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan masalah potensial
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan tindakan segera
5. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan sesuai dengan rencana dan
masalah
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.

.1. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari Ketuban Pecah Dini?
2. Apakah etiologi Ketuban Pecah Dini?
3. Apakah manifestasi klinis Ketuban Pecah Dini?
4. Bagaimanakah penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini?
5. Bagaimanakah komplikasi yang terjadi pada Ketuban Pecah Dini?
6. Apakah diagnosa banding Ketuban Pecah Dini?
7. Bagaimanakah ASKEP Intranatal dengan indikasi Ketuban Pecah Dini?

4
.1. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Bekalang Masalah
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
1.2.2. Tujuan Khusus
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB III KASUS & PEMBAHASAN
.1. Laporan Asuhan Keperawatan
3.2. Analisis Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti (Hasil
Penelitian)
3.3. Analisis Masalah Prinsip Legal Etis Dalam Pelayanan Keperawatan
3.4. Analisis Penerapan Fungsi Advokasi Dalam Pelayanan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
4.1. Simpulan
4.2. Saran
Daftar Pustaka

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum


tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <
4 cm (masa laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput
amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan
atau tanpa kontraksi (Mitayani, 2011).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan (Sujiyati, 2009).
Ketuban pecah dini (KPD)  merupakan pecahnya selaput janin
sebelum proses persalinan dimulai, pada usia kurang dari 37 minggu
(Errol Norwiz & John).

II. Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature
alias bayi terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih
awal bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh
Geri Morgan (2009) yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin

6
3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi
terapeutik, LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks
selama pelahiran sebelumnya
c. Inkompeteni serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kehamilan
7. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
daripada ibu muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.

III. Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer, 2001 menifestasi klinis ketuban pecah dini adalah :


1. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam sudah tidak ada selaput ketuban, air ketuban
sudah bersih
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering

IV. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung
untuk mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil

7
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester
akhir bila ada faktor predisposisi.
2. Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat
berikut ini saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila
ketuban peccah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan
prolaps tali pusat:
a. Letak kepala selain vertex
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya.
4. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban
b. Bila robekan ketuban tampak kasar:
1) Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat
adanya semburan cairan dari vagina.
2) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada
slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
3) Sebagian cairan diusapkan ke kertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak
melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak
dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
1) Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop).
2) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
3) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang
dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning di bawah
mikroskop.
d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit
Herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.

8
5. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam  24-72 jam setelah ketuban
pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan
ke vagina, kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaan
vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien  dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara
signifikan, dan/ atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik
dan pelahiran harus diselesaikan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apa pun.
6. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak
berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila
tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks
untuk diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum.
Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi
pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan
maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai

9
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi
pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih
sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia
janin yang merupakan salah satu tanda infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
2) Terjadi takikardia janin
3) Lokia tampak keruh
4) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5) Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6) Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
7. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada
demam
2) Anjurkan pemantauan janin internal
3) Beritahu dokter  spesialis obstetri dan spesialis anak atau
praktisi perawat neonatus
4) Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan,
banyak yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g
Mefoxin per IV setiap 6 jam sebagai profilakis. Beberapa
panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu
dan DJJ  untuk menentuan kapan antibiotik mungkin
diperlukan.

10
V. Komplikasi

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37


minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40%
bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu
hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia.

VI. Diagnosa Banding


a. Cairan dalam vagina bisa urine atau flour albus
b. “Hind Water” and “Fore water rupture of the membrane”

11
B. Pengkajian
I. Wawancara

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar  tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan
klien( Hidayat, 2000 ).

1. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register, dan diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,


hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban


yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-
tanda persalinan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,


HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien

d. Riwayat psikososial

12
Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah. (Depkes RI, 1993:66)

3. Pola-pola fungsi kesehatan


a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah


dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah
dalam perawatan dirinya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan


karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti


biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d. Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering


/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.

e. Pola istirahat dan tidur

13
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

f. Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan


keluarga dan orang lain.

g. Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.

h. Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka


janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya

i. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,


lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi 
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

j. Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan


seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan


klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah  partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)

14
II. Pemeriksaan fisik
a. Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang


terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,


karena adanya proses menerang yang salah.

c. Mata

Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,


dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

d. Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana


kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

e. Hidung

15
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

f. Dada

Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi


areola mamae dan papila mamae.

g. Abdomen

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih


terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

h. Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila


terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

i. Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.

j. Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena


membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.

k. Muskulis skeleta

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena


adanya luka episiotomi.

l. Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,

16
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun. (Ibrahim christina,
1993: 50)

III. Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan
keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas.
Selain keterangan yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air
ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah
dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di
froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan
pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak
banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan
kemungkinan infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah


dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

17
IV. Analisa Data

DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


·  DS :  Beberapa factor resiko Resiko Infeksi
mengeluh keluar cairan ↓
dari jalan lahir sejak Mempengaruhi pembentukan dan
kemarin pagi, pasien tidak pemeliharan kolagen
berani beraktivitas selaput amnion kurang optimal
berat  dan hanya tiduran ↓
sepanjang hari, mengeluh Selaput ketuban mudah pecah
badannya demam, dan ↓
dari hasil anamnesa Cairan amnion merembes keluar
perawat, pasien melalui jalan lahir
mengatakan jarang control ↓
kehamilan ke puskesmas Adanya kondisi kelembabab dan
·    DO :  kebersihan daerah parineal yang
Td :120/80, buruk
suhu : 37’C, ↓
DJJ : 120x. Perkembangan pathogen dan
pH amnion netral & invasi
keruh. ↓
Meningkatkan resiko terjasdinya
infeksi
·    DS : Beberapa factor resiko Ansietas
 mengeluh keluar cairan ↓
dari jalan lahir sejak Mempengaruhi pembentukan dan
kemarin pagi, pasien tidak pemeliharan kolagen
berani beraktivitas selaput amnion kurang optimal
berat  dan hanya tiduran ↓
sepanjang hari, mengeluh Selaput ketuban mudah pecah
badannya demam, dan ↓
dari hasil anamnesa Cairan amnion merembes keluar
perawat, pasien melalui jalan lahir

18
mengatakan jarang control ↓
kehamilan ke puskesmas Kurangnya pajanan informasi
·    DO :  tentang kondisinya
Td :120/80, ↓
suhu : 37’C, Memicu kondisi tegang, gelisah
DJJ : 120x. dan penuruna konsentrasi
pH amnion netral &
keruh.
Pasien tampak tegang,
pucat dan gelisah.

·    DS: Selama kehamilah, ibu jarang Ketidakefektifan


mengeluh keluar cairan control ke RS (pernah tapi tidak manajemen
dari jalan lahir sejak rutin sesuai jadwal) kesehatan diri b.d
kemarin pagi, pasien tidak ↓ kurang
berani beraktivitas Ibu kurang informasi tentang pengetahuan
berat  dan hanya tiduran tanda-tanda dan gejala di setiap
sepanjang hari, mengeluh usia kehamilan, apa yang harus
badannya demam, dan dilakukan dan apa yang harus
dari hasil anamnesa dihindari selama kehamilan
perawat, pasien ↓
mengatakan jarang control Ibu terpajan dengan factor resiko
kehamilan ke puskesmas. ekternal ataupun internal yang
·    DO : membuat membrane amnion tidak
Pasien tampak tegang, adekuat
pucat dan gelisah. ↓
Ketuban pecah dini terjadi pada
ibu

Ibu tidak tau apa yang terjadi dan
apa yang harus dilakukan

Ibu hanya tiduran sepanjang hari

19

ketidakefektif dalam manajemen
kesehatan dirinya

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan
premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi
lahir premature.

20
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria


Intervensi Rasional
. Keperawatan Hasil
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan tanda-tanda tanda-tanda infeksi
dengan selama 3×24 jam  infeksi yang muncul
ketuban diharapkan pasien 2. Pantau 2. Untuk melihat
pecah dini tidak menunjukan keadaan umum perkembangan
tanda-tanda infeksi pasien kesehatan pasien
dengan kriteria hasil : 3. Bina 3. Untuk memudahkan
hubungan perawat melakukan
1. Tanda-tanda
saling percaya tindakan
infeksi tidak tidak
melalui 4. Agar istirahat pasien
ada.
komunikasi terpenuhi
2. Tidak ada lagi
terapeutik 5. Untuk proses
cairan ketuban
4. Berikan penyembuhan pasien
yang keluar dari
lingkungan
pervaginaan.
yang nyaman
3. DJJ normal
untuk pasien
4. Leukosit kembali
5. Kolaboras
normal
i dengan dokter
5. Suhu tubuh normal
untuk
(36,5-37,5ºC)
memberikan
obat antiseptik
sesuai terapi
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kali 1. Untuk mengetahui
rasa nyaman: tindakan keperawatan tanda-tanda keadaan umum pasien
nyeri selama 3×24 jam  di Vital pasien 2. Untuk mengetahui
berhubungan harapkan  nyeri 2. Kaji skala derajat nyeri pasien
dengan berkurang atau nyeri nyeri (1-10) dan menentukan
ketegangan hilang dengan kriteria 3. Ajarkan tindakan yang akan

21
otot rahim hasil : pasien teknik dilakukan
relaksasi 3. Untuk mengurangi 
1. Tanda-tanda vital
4. Atur nyeri yang dirasakan
dalam batas
posisi pasien pasien
normal.
5. Berikan 4. Untuk memberikan
TD:120/80 mm Hg
lingkungan rasa nyaman
N: 60-120 X/ menit. yang nyaman 5. Untuk mengurangi
dan batasi tingkat stress pasien
2. Pasien tampak
pengunjung dan pasien dapat
tenang dan rileks
beristirahat
3. Pasien
mengatakan nyeri
pada perut
berkurang

3. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji apa 1. Untuk mengetahui


pengetahuan tindakan keperawatan pasien tahu tentang pemahaman
berhubungan selama 3×24 jam  di tentang  tanda- pasien untuk tindakan
dengan harapkan pasien tanda dan selanjutnya
pengakuan memahami gejala normal 2. Mencegah terjadinya
persalinan pengetahuan tentang selama hal-hal yang tidak
premature penyakitnya dengan kehamilan diinginkan terjadi
criteria hasil : 2. Ajarkan yang bisa
tentang apa membahayakan ibu-
1. Pasien terlihat tidak
yang harus janin
bingung lagi
dilakukan jika 3. Untuk membantu
2. Pengetahuan
tanda KPD merencanakan
Pasien dan
muncul tindakan berikutnya
keluarga dapat
kembali
bertambah
3. Libatkan
keluarga agar
memantau
kondisi pasien
4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui tingkatan

22
berhubungan tindakan keperawatan tingkat kecemasan yang
dengan selama 3×24 jam  di kecemasan dialami pasien
persalinan harapkan ansietas pasien 2. Untuk mempercepat 
premature pasien teratasi dengan 2. Dorong proses penyembuhan
dan neonatus kriteria hasil : pasien untuk 3. Untuk memberikan
berpotensi istirahat total rasa nyaman dan
1.Pasien tidak cemas
lahir 3. Berikan menurunkan
lagi
premature suasana yang kecemasan pasien
2.Pasien sudah
tenang dan
mengetahui tentang
ajarkan
penyakit
keluarga untuk
memberikan
dukungan
emosional
pasien.

23
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Laporan Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
A. Biodata
I. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : Tamat SLTP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Gol.darah :O
Alamat : Jl. Pelita 2 Gg. Kebon tomat pegajahan selatan Rt.04 /
Rw.05 Jagasatru pekalipan
Tgl. Masuk RS : 12 Februari 2020
Tgl.Pengkajian : 12 Februari 2020
Diagnosa medis : KPD
No. Medrek : 100652

4. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn.E
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Pelita 2 Gg. Kebon tomat pegajahan selatan Rt.04 /


Rw.05 Jagasatru pekalipan

Hub dengan klien : Suami

24
B. Keluhan utama
Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir berwarna putih kekuningan
sejak pukul 05 WIB
C. Riwayat kesehatan saat ini
Pasien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
D. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu
2. Riwayat hospitalisasi
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit

5. Riwayat pembedahan cedera

Pasien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat pembedahan dan cedera

6. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

7. Riwayat pengobatan

Pasien mengatakan tidak ada riwayat pengobatan

8. Riwayat bepergian

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat bepergian

9. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap


penyakit keturunan

10. Riwayat obstetri ginekologi


- Riwayat ginekologi
- Riwayat menstruasi
Manarche pada umur 15 Tahun, siklus haid ± 30 hari, teratur,
lamanya 4 hari keluar darah haid sebanyak 2 kali ganti pembalut sehari,
keluhan saat haid nyeri dan mulas.

25
a.) Riwayat perkawinan
Pasien mengatakan menikah 1 kali, menikah saat usia 26 Tahun
b.) Riwayat kontrasepsi
Pasien mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi dengan jenis pil
pemakaian selama 3 bulan

1. Riwayat obstetri
a.) Riwayat kehamilan sekarang
1.) Kehamilam direncanakan atau tidak
Pasien mengatakan merencanakan kehamilannya
2.) G4 P2 A1
3.) HPHT : 05 Mei 2019
4.) Usia kehamilan : 9 bulan
5.) Taksiran partus :12 Februari 2020
6.) Keikutsertaan kelas prenatal : tidak ada
7.) Jumlah kunjungan pemeriksaan selama hamil : 11 kali

b.) Riwayat persalinan dan nifas masa lalu


1.) G4 P2 A1

Tanggal Usia Jenis Tempat Jenis BAB Keadaan


NO Partus Kehamilan Partus Penolong Kelami Anak Anak
n

1 2013 - - - - - Keguguran

2 2014 9 bulan normal Klinik bidan P 2,9 Hidup

3 2018 9 bulan normal Klinik bidan L 3,0 Hidup

4 Hamil - - - - - -

26
2.) Masalah dalam persalinan masa lalu
Pasien mengatakan tidak ada masalah saat persalinan masa lalu
c.) Riwayat persalinan sekarang
1.) Mulai persalinan
Pukul 08.00 WIB
2.) Keadaan kontraksi
Tidak ada
3.) Frekuensi dan kualitas denyut jantung janin
149x/menit, teratur
4.) Pemeriksaan fisik
i) Keadaan umum : Baik
ii) Kesadaran : Composmentis
iii) Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 73x/ menit
S : 36,4oC
RR : 21x/menit
iv) Keadaan ketuban : pecah

27
28
Jenis Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Kepala dan wajah a. Wajah bersih


V. Pemeriksaan Head to Toe
tidak pucat
b. Bentuk wajah
bulat
c. Tidak ada lesi
d.Kepala simetris
e. Mata simetris
f. Sclera
berwarna putih
bersih
g. Konjungiva
berwarna
merah muda
h.Mulut dan gigi
bersih

Leher a. Tidak ada lesi a. Tidak ada


benjolan
b. Tidak ada
nyeri tekan

Dada
a. Paru-paru a. Simetris a. Tidak ada a. Normal a. Tidak ada suara
b. Jantung kanan dan kiri nyeri tekan b. Normal nafas
c. Payudara b. Simetris b. Tidak ada b. Normal
kanan dan kiri nyeri tekan
c. – Puting c. Tidak ada
menonjol benjolan
- Areola - Tidak
berwarna ada nyeri
coklat tekan
kehitaman
- Areola
meluas
- Tidak ada
varises
- ASI belum
keluar

Abdomen 29

a. Lambung - Terlihat adanya - Leopold I : Normal Normal


b. Usus linea nigra TFU 28cm
E. Riwayat psikososial
1. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Pasien mengatakan mampu mengenai maslah kesehatan yang di alaminya
2. Konsep diri
Pasien mengatakan ingin yang terbaik dibuktikan pasien selalu mengikuti
perintah dan arahan tenaga medis
3. Sumber stress
Pasien mengatakan merasa khawatir karena keluarnya cairan ketuban
4. Mekanisme koping
Pasien lebih mendekatkan diri pada Allah SWT
5. Kebiasaan dan pengaruh budaya
Pasien mengatakan tidak ada kebiasaan dan pengaruh budaya yang di alami
6. Spiritual
Pasien mengatakan kegiatan spiritual yang dilakukan yaitu shalat dan berdoa

F. Dukungan keluarga
1. Emosional
Emosi pasien stabil
2. Finansial
Pasien mengatakan menggunakan jaminan kesehatan BPJS untuk membiayai
proses penyembuhannya.

30
G. Pola aktivitas

Aktivitas Sebelum masuk RS Setelah masuk RS

1. Nutrisi
a) Makan
1. Jenis makanan Nasi, sayur Nasi, sayur dan buah
2. Frekuensi 2-3x/hari 3x/hari
½
3. Porsi Dapat menghabiskan - 1 porsi
1 porsi
4. Pantangan Tidak ada Tidak ada
5. keluhan Tidak ada Tidak ada

31
b) Minum
1. Jenis minuman Air mineral Air mineral
2. Frekuensi 6-7x/ hari 6-7x/ hari
3. Jumlah 6-7 gelas 6-7 gelas
4. Pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Keluhan Tidak ada Tidak ada
c) Keluhan makan Tidak ada Tidak ada
dan minum

2. Personal hygine
a) Oral hygine
1. Frekuensi gosok gigi 2x/ hari Pasien mengatakan
selama di rumah
sakit jarang
b) Mandi menggosok gigi
2. Frekuensi 2x/ hari dibantu oleh
2x/ hari
keluarga
3. Penggunaan sabun Menggunakan sabun Menggunakan sabun

c) Berpakaian
1. Frekuensi ganti baju 2x/ hari
2x/ hari dibantu oleh keluarga
Harus dibantu oleh
d) Kesulitan pada personal Tidak ada
anggota keluarga
Hygine

32
3. Istirahat dan tidur
a) Malam
1. Durasi 7-8 jam 6-7 jam
2. Waktu Pukul 21.00 / Pukul 21.00 / 22.00 WIB
22.00 WIB
3. Kesulitan tidur Tidak ada Pasien mengatakan kurang
nyenyak ketika tidur.
Karena merasa tidak
nyaman dan tidak betah

b) Siang
1. Durasi 2 jam 1-1,5 jam
2. Waktu Pukul 13.00 WIB Pukul 13.00 WIB
3. Kesulitan tidur Tidak ada Pasien mengatakan kurang
nyenyak saat tidur siang.

4. Mobilitas dan aktivitas


a) Aktivitas yang dilakukan Melakukan aktifitas Tidak ada
Ibu rumah tangga
pada umumnya
b) Kesulitan Tidak ada Tidak ada

H. Laporan persalinan
1. Pengkajian awal
a) Tanggal : 12 Februari 2020
b) Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg

33
N : 75x/menit
S : 36,2oC
RR : 21x/ menit
c) Pemeriksaan palpasi abdomen
 Leopold I
Didapatkan hasil TFU : 28 cm usia kehamilan 39-40 minggu
 Leopold II
Didapatkan hasil bagian kanan perut ibu teraba panjang datar yaitu
punggung janin, bagian kiri perut ibu teraba bulat-bulat kecil yaitu
ekstermitas janin DJJ : 149x/menit
 Leopold III
Didapatkan hasil bagian bawah uterus teraba bulat, melenting keras yaitu
kepala janin
 Leopold IV
Didapatkan hasil janin sudah masuk pintu atas panggul PAP
d) Pemeriksaan dalam
Ketuban sudah pecah, tidak ada yang menghalangi jalan lahir saat ini sudah
masuk pembukaan I
e) Dilakukan klisma
Tidak dilakukan klisma
f) Pengeluaran pervaginam
Tidak ada cairan ketuban yang keluar dari vagina
g) Perdarahan pervaginam
Tidak ada perdarahan pervaginam
h) Kontraksi uterus
Pasien mengatakan belum mengalami kontraksi uterus

i) Denyut jantung janin


148x/ menit
j) Status janin
- Hidup
- Jumlah : Tunggal

34
- Presentasi : presentasi kepala
2. Kala persalinan
a) Kala I
1. Mulai persalinan : tanggal 12 Februari 2020 jam 08.00
2. Tanda dan gejala
Terjadi kontraksi uterus 1x dalam10 menit pemeriksaan dalam
pembukaan 2 cm
3. Lama kala I : 17,45 menit
4. Keadaan psikososial
Pasien tampak gelisah
5. Kebutuhan khusus klien
Klien merasa pegal. Pegal pada pinggang
6. Tindakan
Pijat pinggang dan anjurkan pasien untuk selalu berdoa
7. Pengobatan
-

8. Observasi kemajuan persalinan

Tanggal & jam Kontraksi uterus DJJ Keterangan

12 Februari 2020

35
13.00 1x/30 menit durasi 10 detik 148x/menit

14.00 1x/30 menit durasi 10 detik 142x/menit

15.00 2x/30 menit durasi 15 detik 151x/menit

16.00 3x/30 menit durasi 15 detik 149x/menit

17.00 3x/30 menit durasi 15 detik 148x/menit

18.00 3x/30 menit durasi 15 detik 152x/menit

19.00 3x/30 menit durasi 15 detik 150x/menit

20.00 3x/30 menit durasi 15 detik 149x/menit

21.00 3x/30 menit durasi 25 detik 147x/menit

22.00 3x/30 menit durasi 25 detik 148x/menit

23.00 3-4x/30 menit durasi 25 detik152x/menit

00.00 3-4x/30 menit durasi 25 detik149x/menit

01.00 3-4x/30 menit durasi 25 detik142x/menit

02.00 4x/30 menit durasi 25 detik 149x/menit

b) Kala II
1. Mulai : Tanggal 13 Februari 2020 Jam 20:00
2. Lama Kala : 15 Menit

36
3. Tanda dan Gejala : Pembukaan lengkap kepela menonjol ibu
ingin mengejan.
4. Upaya meneran : Pasien meneran dengan di bantu dan
dibimbing selama 15 menit pasien mengejan, bayi lahir.
5. Keadaan Psikososial : Pasien tampak gelisah
6. Tindakan : Bimbing mengejan, suntik Oxytocin
Setelah bayi lahir.

c) Kala III
1. Tanda dan gejala : Bayi lahir keluar darah divagina.
2. Waktu lahir plasenta : Jam 02:15 WIB.
3. Cara lahir plasenta : Spontan.
4. Karakteristik plasenta.
Ukuran :
Panjang tali pusat :
Pembuluh darah :
Kelainan : Tidak ada
5. Perdarahan : Jumlah ±70cc
6. Keadaan Psikososial : Pasien sangat senang melihat bayinya
7. Kebutuhan Kusus Klien : -
8. Tindakan :-
9. Pengobatan :-

d) Kala IV
1. Mulai jam : Jam 02:30 WIB
2. Tanda-tanda Vital .
Tekanan Darah : 120/70 MmHg
Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36.5 oC
Respirasi Rate : 22 x/ menit
3. Keadaan Uterus : Uterus mengacil karena bayi sudah lahir.
4. Perdarahan : Jumlah ±70cc

37
Karakteristik : Darah keluar merembes dari vagina
5. Bonding ibu dan bayi : Di Lakukan IMD setelah bayi lahir.
6. Tindakan :-
3. Keadaan Bayi
a. Waktu lahir : Tanggal 13 Februari 2020 Jam 22:00
WIB.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Nilai APGAE : 8/9.
d. BB dan PB : BB 3320 gram , PB 48 cm.
e. Lingkar Kepala : 32 cm.
f. Kaput : Tidak ada
g. Suhu : 36,5 oC
h. Anus :
i. Perawatan tali pusat :
j. Perawatan mata : Pemberian salep Eritromisin.

I. Pemeriksaan Penunjang.
a. Laboratorium

No Jenis Pemeriksaan Nilai Hasil Nilai Normal Interpretasi

1 Haemoglobin 11.2 g/dl 12,0 - 14 g/dl Turun


2 Leukosit 10,2 rubu/mm3 4,0 - 10,0 ribu/mm3 Naik
3 Eritrosit 5,36 juta/mm3 4 - 4,5 Juta/mm3 Naik
4 Heamatokrit 36,7% 37 – 43 % Turun
5 Trombosit 322 ribu/mm3 150 – 390 ribu/mm3 Normal
6 GDS 101,4 mg/dl <150 mg/dl Normal

b. Radiologi
-

38
c. Lain-lain
-

J. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

- Pasin mengatakan keluar cairan dari vagina - Kain yang dipakai ibu tampak basah
berwarna putih ke kuningan karena cairan.
- Pasien Mengatan cemas dengan keadaanya - Wajah klien tampak gelisah
- Pasien Mengatakan nyeri pada perut dan - Wajah klien tampak gelisah
punggungnya.

IV. Diagnosa Keperawatan


A. Analisis Data

39
No Masalah Penyebab Data

1 Resiko tinggi Kontraksi Uterus DS:


terhadap infeksi Pasien mengatakan usia kehamilannya
9 bulan dan keluar cairan dari vagina
DO :
Keadaan umum baik, ketuban pecah,
Pembukaan 1cm

2 Gangguan ras Ketuban Pecah DS:


Nyaman nyeri Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut, pasien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
DO:
Ekspresi wajah meringis
menahan sakit

3 Intoleransi AktivitasRasa Nyeri DS:


Pasien mengatakan tidak dapat
turun dari tempat tidur dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari
DO:
Aktivitas sehari-hari dibantu oleh
keluarga

B. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan pervagina.

40
2. Gangguan rasa nyaman b.d kontraksi uterus ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian perut.
3. Intoleransi aktivitas b.d keterbatasan mobilitas fisik ditandai dengan
klien tidak dapat memenuhu kebutuhan sehari-hari secara mandiri.

41
V. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
Keperawatan

1. Resiko tinggi Memperlihatka 1. Kaji kondisi 1. Mencegah Tidak


terhadap infeksi n kemajuan ketuban terjadinya terjadi
b.d ketuban tanpa terjadi 2. Pantau infeksi infeksi
pecah dini komplikasi tanda-tanda 2. Untuk akibat
infeksi dengan infeksi mengetahui ketuban
kriteria : 3. Dengarkan keadaan pecah
DJJ janin
- Cairan
4. Kolaborasi 3. Perihal
amnion ibu
pemberian pemberian
tidak
antibiotik antibiotik
menyengat
- Hindari
pemeriksaa
n
pervaginam
- Observasi
drainasemi
k terhadap
warna,
jumlah dan
baunya tiap
2 sampai 4
jam.

2. Gangguan rasa Nyeri teratasi 1. Kaji skala 1. Untuk - Dapat


nyaman nyeri setelah nyeri menentuka mengata
b.d kontraksi dilakukan 2. Beritahu n tingkat si rasa
uterus tindakan pasien aktivitas nyeri
keperawatan penyebab dan yang
selama 2x24 bantuan

42
jam diharapkan rasa nyeri yang akan muncul
nyeri dapat 3. Anjurkan dilakukan - Nyeri
teratasi dengan pasien 2. Bantuan berkurang
kriteria hasil : miring ke yang
kiri dibutuhkan
- Nyeri
4. Kolaborasi untuk
berkurang
dengan memenuhi
- Klien
dokter kebutuhan
tampak
pemberian klien
tenang
terapi 3. Aktivitas
- Keadaan
bertahap
umum baik
untuk
mencegah
terjadinya
kontraktur

3. Intoleransi Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk Pasien


aktivitas b.d dilakukan kemampuan mencegah dapat
keterbatasan tindakan klien untuk cedera beraktivitas
mobilitas fisik keperawatan beraktivitas akibat jatuh .
selama 2x24 2. Kaji 2. Mempermu
jam diharapkan pengaruh dah klien
pasien mampu aktivitas untuk
memenuhi terhadap beraktivitas
kebutuhan kondisi
sehari-hari tubuh
secara mandiri 3. Bantu klien
dengan kriteria untuk
hasil : memenuhi
kebutuhan
- Pasien dapat
aktivitas
beraktivitas
sehari-hari
secara

43
mandiri

44
3.2. Analisa Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti (hasil
penelitian)
a. Implementasi Keperawatan

Tanggal dan
No. DX Implementasi Evaluasi TTD
Jam

1. 1 08.00 WIB 1. Mengkaji kondisi S : Pasien


12-02-2020 ketuban mengatakan
2. Memantau tanda- keluar cairan
tanda infeksi dari vagina,
3. Mendengarkan DJJ cairan berwarna
4. Kolaborasi putih
pemberian antibiotik kekuningan
O : keadaan umum
pasien baik.
DJJ : 149
x/menit
A : pengeluaran
pervaginam
terus dipantau
P : - kolaborasi
pemberian
antibiotik
- Observasi TTV
dan DJJ

45
2. 2 08.30 WIB 1. Mengkaji skala nyeri S : pasien
13-02-2020 2. Menginformasikan mengatakan
pada pasien pada perut
penyebab rasa nyeri, P : kontraksi uterus
menganjurkan pasien Q : seperti ditusuk-
untuk tidur dengan tusuk
posisi miring ke kiri R : pada perut
3. Observasi TTV S : 3 dari 1-10
4. Kolaborasi dengan T : hilang timbul
dokter pemberian Pasien
terapi mengatakan
nyeri
berkurang saat
berbaring ke
kiri
O : pasien tampak
tenang
Tanda-tanda
Vital
TD : 120/70
mmHg
N : 76 x/menit
S : 36,20C
RR : 21
x/menit
DJJ : 151
x/menit
A : nyeri teratasi
P : pertahankan
intervensi

3. 3 12.00 WIB 1. Mengkaji tingkat S : Pasien


13-02-2020 kemampuan klien mengatakan

46
untuk beraktivitas bisa beraktivitas
2. Mengkaji pengaruh walaupun masih
aktivitas terhadap didampingi
kondisi tubuh dengan keluarga
3. Membantu klien O : pasien bisa
untuk memenuhi berpindah dan
kebutuhan aktivitas berjalan
sehari-hari ditemani
keluarganya
A : Masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi

3.3. Analisis Masalah Prinsip Legal Etis dalam Pelayanan Keperawatan.


1. Autonomy (Kemandirian)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang


menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa menghormati dan
menghargai kemandirian ini.

Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah


memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan
atau penyimpangan

2. Beneficence (Berbuat Baik)

47
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.

Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung tentang


program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat
menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.

Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun


memperbaiki kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga
resiko serangan jantung adalah prioritas kebaikan yang haruslah dilakukan.

3. Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku.

Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru
masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)

Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai


dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien.

Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan
(melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus
menginstrusikan pemberian transfusi darah.

48
Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena prinsip beneficence
walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip non-
maleficence.

5. Veracity (Kejujuran)

Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti.

Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.


Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien
memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia
ingin tahu.

Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan
meninggal dunia. Ny. A selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya.
Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan
kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh
konflik kejujuran.

6. Fidelity (Menepati Janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan


kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen
menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.


Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas

49
permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang


professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien,


sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional.

50
3.4. Analisis Penerapan Fungsi Advokasi dalam Pelayanan Keperawatan

51
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum


tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput
amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
kontraksi (Mitayani, 2011).
Tahapan persalinan dapat dibagi menjadi empat yaitu Kala I, Kala II,
Kala III, dab Kala IV. Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan
keperawatan pada ibu bersalin (intranatal) antara lain sebagai berikut :
Mengumpulkan data, melakukan interpretasi data dasar, melakukan
identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya, menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau
masalah potensial, menyusun rencana asuhan yang menyeluruh,
melaksanakan perencanaan.

4.2. Saran

52
Sebagai seorang perawat dalam melakukan tindakan dan
pendokumentasian keperawatan intra haruslah sesuai dengan standard asuhan
keperawatan agar dapat dipertanggungjawabkan.

Daftar Pustaka

Errol Norwiz. 2011. Anatomi dan Fisiologi.


Geri, Morgan. 2009. Obsteri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Sujiyati. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Numed.

53

Anda mungkin juga menyukai