Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

KASUS SUAP HAKIM PN MEDAN, MERRY PURBA

DUSUSUN OLEH :

NAMA : MOH RIZKY

NIM : 201801113

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2019/2020
A. KASUS ONLINE

Terungkapnya kasus suap hakim ini bermula dari operasi tangkap


tangan KPK selang sehari setelah putusan terhadap Tamin Sukardi
dibacakan yaitu pada 28 Agustus 2018. Dalam operasi itu, KPK
menangkap Helpandi, Tamin dan Merry Purba, serta menyita duit SGD
130 ribu yang diduga akan diberikan kepada Sontan.

Rabu, 29 Agustus 2018 16:03 WIB. Salah seorang yang ditangkap


dalam operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) bernama Tamin Sukardi (tengah) tiba di gedung KPK, Jakarta.
Tamin merupakan pihak swasta yang ditangkap bersama beberapa hakim
Pengadilan Negeri Medan. TEMPO/Syafiul Hadi. Jakarta - KPK
menangkap 4 orang hakim dari Pengadilan Negeri (PN) Medan, tetapi
hanya seorang yang ditetapkan sebagai tersangka. Hakim bernama Merry
Purba itu diduga menerima suap untuk mempengaruhi putusan perkara
korupsi. "Pemberian diduga untuk mempengaruhi putusan majelis hakim,"
ucap Ketua KPK Agus Rahardjo di kantornya, Jalan Kuningan Persada,
Jakarta Selatan, Rabu (29/8/2018).

Selasa, 28 Agustus 2018 08.00 WIB. Tim KPK mendapatkan


informasi adanya dugaan penerimaan uang oleh Helpandi yang diduga
diperuntukkan untuk Merry. Dari informasi itu, tim KPK mengamankan
Helpandi di PN Medan. Dari tangan Helpandi, tim KPK mengamankan
SGD 130 ribu dalam amplop cokelat.

Pukul 09.00 WIB. Tim KPK lainnya mengamankan staf Tamin


bernama Sudarni. Kemudian tim KPK juga mengamankan Tamin di
kediamannya di Jalan Thamrin.

Pukul 10.00 WIB. Secara berturut-turut, KPK menangkap Merry,


Sontan, Wahyu di PN Medan. Selain itu, Ketua PN Medan Marsudin
Nainggolan dan panitera pengganti PN Medan Oloan Sirait juga
diamankan. mereka yang ditangkap itu kemudian menjalani pemeriksaan
awal di kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Kemudian mereka,
kecuali Oloan, diterbangkan ke Jakarta.

Pukul 23.30 WIB. Sudarni, Helpandi, Tamin, dan Marsudin tiba di


KPK
Rabu, 29 Agustus 2018

Pukul 08.40 WIB. Merry tiba di KPK.

Pukul 11.30 WIB. Wahyu dan Sontan tiba di KPK kemudian KPK
mengumumkan penetapan tersangka. Merry dan Helpandi diduga sebagai
penerima suap, sedangkan Tamin dan Hadi sebagai pemberi suap. Hadi
yang merupakan orang kepercayaan Tamin masih bebas dan diminta untuk
segera menyerahkan diri.

B. PEMBAHASAN

1. Modus korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan adanya


penggunaan kode dalam perkara kasus suap yang melibatkan hadekim
Adhoc Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Medan, Merry Purba.
"Uang suap yang diterima Merry disamarkan menggunakan kode
'pohon' dan 'ratu kecantikan'," Kode pohon diartikan untuk uang dan
ratu kecantikan untuk nama hakim. Merry menerima suap dari Tamin
Sukardi yang duduk sebagai terdakwa dalam perkara yang diadili.
Merry duduk sebagai hakim anggota bersama Sontan Merauke Sinaga
dengan ketua majelis hakim Wahyu Prasetyo Wibowo.

Dalam kasus suap tersebut Merry diduga menerima uang sebesar


280 ribu dolar Singapura dari Direktur PT Erni Putra Terari, uang suap
tersebut diberikan secara bertahap melalui perantara. Pemberian
pertama dilakukan pada 24 Agustus 2018 di Hotel JW Marriot Medan
sebesar 150 ribu dolar Singapura melalui panitera pengganti PN Medan
Helpandi dan orang kepercayaan Tamin, Hadi Setiawan.

Adapun pemberian kedua telah dilaksanakan dan uang sebesar 130


ribu dolar Singapura yang diduga akan diberikan kepada Merry telah di
tangan Helpandi. Saat itu lah, KPK melakukan OTT di PN Medan pada
Selasa, 28 Agustus 2018. KPK menduga uang tersebut diberikan oleh
Tamin kepada Merry untuk mempengaruhi putusan perkara kasus
korupsi penjualan tanah berstatus aset negara yang menjeratnya.
Uang itu diberikan untuk mempengaruhi putusan Tamin Sukardi,
yang saat itu berstatus terdakwa. Tamin ketika itu terjerat kasus terkait
pengalihan tanah negara/milik PTPN II kepada pihak lain seluas 106
hektare eks HGU PTPN II Tanjung Morawa di Pasar IV Desa Helvetia,
Kabupaten Deli Serdang.

Sebagai pihak yang diduga menerima, Merry Purba dan Helpandi


disangkakan melanggar Pasal 12 huruf c atau Pasal 12 huruf a atau
Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Juncto
Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP

2. Putusan pengadilan

a. Pengadilan Negeri/Tipikor
Kamis, 16/05/2019 21:05
Kasus Suap, Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta menjatuhkan
vonis enam tahun penjara pada hakim ad hoc tipikor PN Medan Merry
Purba. Merry dinilai terbukti menerima suap sebesar US$150 ribu dari
pengusaha terkait pengurusan perkara korupsi di PN Medan.
"Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama enam tahun
dan pidana denda Rp200 juta dengan ketentuan apabila tidak mampu
membayar maka diganti dengan pidana kurungan selama satu bulan,"
ujar Ketua Majelis Hakim Saifudin Zuhri saat membacakan amar
putusan, Kamis (16/5).

b. Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa yakni sembilan tahun
penjara. Merry juga tidak diminta membayar uang pengganti seperti
yang dituntut jaksa kendati demikian, hakim menyatakan Merry
berperan aktif dalam pengurusan perkara tersebut. Perbuatan Merry
juga dianggap telah mencederai lembaga peradilan.

c. Dalam putusan yang dibacakan pada 27 Agustus 2018, Mery


menyatakan dissenting opinion Merry didakwa melanggar Pasal 12
huruf c Jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor: 31 Tahun 1999 tontang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang RI 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.
DAFTAR PUSTAKA

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20180829170254-12-325919/kronologi-
penangkapan-hakim-pn-medan-terkait-suap-vonis

https://nasional.tempo.co/read/1121749/kasus-suap-hakim-pn-medan-kpk-
ungkap-ada-kode-ratu-kecantikan

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190114161725-12-360694/didakwa-
terima-suap-sin-150-ribu-hakim-pn-medan-menangis

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190516204734-12-395579/kasus-suap-
hakim-tipikor-pn-medan-divonis-6-tahun-penjara

Anda mungkin juga menyukai