Anda di halaman 1dari 17

BIMBINGAN DAN KONSELING POLA KOMPREHENSIF

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Bimbingan Dan Konseling

Oleh Kelompok 4
NIZAR GALANG H. 1102419023
NAUFAL DAFFA W. 1102419061
AGIS AHMAD R. 2401417041
PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi..
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) setiap

satuan pendidikan tidak hanya memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan

teknologi (perkembangan aspek kognitif) namun juga memfasilitasi perkembangan

peserta didik secara optimal. Upaya untuk memberikan pembekalan ilmu

pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif) merupakan tugas dari

guru bidang studi sedangkan upaya untuk memfasilitasi perkembangan peserta

didik merupakan tugas guru bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara

proaktif dan berbasis data tentang perkembangan peserta didik beserta faktor yang

mempengaruhinya. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya layanan bimbingan

dan konseling memerlukan kolaborasi antara konselor dengan pimpinan sekolah,

guru mata pelajaran, staf administrasi, orang tua peserta didik dan pihak-pihak

terkait begitu juga sebaliknya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan program bimbingan dan

konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling yang akan

diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang tercapainya tujuan

pendidikan nasional pada umumnya dan visi/misi yang ada di sekolah secara

khusus. Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merujuk pada

pedoman kurikulum dan berdasarkan kondisi objektif yang berkaitan dengan


kebutuhan nyata di sekolah yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan

peserta didik. Sehingga program yang dilaksanakan merupakan program yang

realistik dan layak untuk diimplementasikan dan dapat mengembangkan potensi

peserta didik secara optimal di sekolah-sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Bimbingan dan konseling komprehensif ?

1.2.2. Apa saja komponen-komponen yang terdapat pada Bimbingan dan

konseling komprehensif ?

1.2.3. Bagaimana sejarahnya BK komprehensif?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Bimbingan dan konseling

komprehensif.

1.3.2. Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen yang terdapat pada

Bimbingan dan konseling komprehensif.

1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana lahirnya BK Komprehensif


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian BK Komprehensif

Bimbingan dan konseling merupakan sistem kegiatan yang dibuat guna

membantu klien dalam mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.

Namun dalam prosesnya, siswa tidak selalu mengalami perkembangan yang baik,

namun terkadang sifatnya fluktuatif atau tak stabil. Oleh sebab itulah, guna

membantu siswa dalam perkembangannya perlu diberikan layanan bimbingan dan

konseling yang komprehensif. Bimbingan dan konseling komprehensif

diprogramkan bagi seluruh siswa, artinya bahwa semua peserta didik wajib

mendapatkan layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, menurut

Suherman bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan:

1. Ruang lingkup yang menyeluruh,

2. Dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan

3. Tujuannya pengembangan potensi peserta didik (Sugiyo, 2011:16).

Ruang lingkup bimbingan dan konseling komprehensif tidak hanya

berorientasi pada peserta didik sebagai pribadi saja, namun semua aspek kehidupan

siswa sejak usia dini sampai usia remaja (SMA/SMK).

Dimana fokus utamanya adalah teraktualisasinya potensi peserta didik dan

berkembang optimal sehingga peserta didik dapat meraih sukses di sekolah maupun

masyarakat. Titik berat bimbingan dan konseling komprehensif adalah


mengarahkanpeserta didik agar mampu mencegah berbagai hal yang dapat

menghambat perkembangannya.

Selain itu, melalui hal preventif peserta didik mampu memutuskan dan

memilih tindakan-tindakan tepat ang dapat mendukung perkembangannya. Agar

pelaksanaan program bimbingan dan konseling komprehensif berjalan sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka harus dipahami 5 premis dasar

Bimbingan dan konseling komprehensif. Menurut Gysbers dan Henderson dalam

Sugiyo, (2011:16) lima presmis tersebut adalah:

1. Tujuan Bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan

pendidikan.

2. Fokus utama layanan bimbingan dan konseling adalah mengawal

perkembangan peserta didik melalui pemenuhan fasilitas peserta didik agar

dapat tumbuh dan berkembang menjadi mandiri dan lebih optimal.

3. Program bimbingan dan konseling merupakan Team Building approach

artinya merupakan suatu tim yang bersifat kolaboratif antar staff.

4. Program bimbingan dan konseling merupakan sebuah proses yang tersusun

secara sistematis dan dikemas melalui tahap-tahap perencanaan, desain,

implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut.

5. Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh

kepemmimpinan yang memiliki visi dan misi yang kuat mengenai

bimbingan dan konseling.


2.2 Sejarah lahirnya BK Komprehensif

Selama empat hari (11-14 Desember 2007) ada pelatihan Keterampilan

Manajemen Bimbingan dan Konseling“, bertempat di Cikole Lembang

Bandung, yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan

Konseling Indonesia (PB-ABKIN) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.

Dalam pelatihan, setiap anggota yang megikuti pelatihan menerima

berbagai materi dan penjelasan dari para nara sumber seputar penyelenggaraan

Bimbingan dan Konseling di sekolah yang tampaknya akan menjadi cikal bakal

untuk lahirnya kebijakan penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di

sekolah. Dalam ppertemuan ini disampaikan keprihatinan atas ketidakpastian

dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling selama ini, seperti :

ketidakjelasan dalam sertifikasi guru bimbingan dan konseling, standar

kompetensi konselor, Standar Kompetensi Lulusan atau sekarang dikenal

dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), dan hal-hal lainnya

tentang praktik Bimbingan dan Konseling, melalui kegiatan pelatihan ini

sebagian besar terjawab sudah. Hanya mungkin ada beberapa persoalan teknis

yang belum bisa terjawab dan perlu ada tindaklanjut tertentu.

Ketika membuka kegiatan pelatihan, Prof. Dr. Sunaryo, M.Pd. selaku

ketua PB- ABKIN, dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam satu tahun

terakhir ini, ABKIN telah bekerja secara intensif untuk mencari formulasi

terbaik tentang bagaimana seharusnya penyelenggaraan Bimbingan dan


Konseling di sekolah, yang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan belum

terakomodir dengan baik.

Hasil kerja keras ABKIN dalam satu tahun terakhir ini telah

menghasilkan draft Naskah Akademik berupa “Rambu-Rambu

Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal“,

yang sekarang sedang dikaji oleh pihak yang kompeten untuk dijadikan sebagai

kebijakan resmi penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Salah satu rencana yang dibuat bahwa depannya Bimbingan dan

Konseling di Indonesia tidak lagi bersandar pada Konsep Pola 17 yang selama

ini digunakan dalam praktik bimbingan dan konseling di sekolah, tetapi justru

akan lebih mengembangkan model bimbingan dan konseling yang

komprehensif

Jika kita perhatikan komponen-komponen program di atas, tampaknya

ada upaya dari ABKIN untuk mengelaborasi konsep bimbingan dan konseling

sebelumnya, baik dalam Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, mau pun

Kurikulum 1994. Selain itu, keempat komponen program bimbingan dan

konseling di atas tampaknya menggunakan rujukan model penyelenggaraan

bimbingan dan konseling yang saat ini sedang dikembangkan di Amerika

Serikat. Perbedaannya, untuk komponen layanan dasar di Amerika cenderung

menggunakan istilahguidance curriculum.

Kolaborasi antarprofesi dalam satuan pendidikan (sekolah). Unjuk kerja

profesi guru di sekolah, termasuk BK belum sepenuhnya mengimplementasikan


pola kerja yang bersifat komprehensif yang sangat menekankan pada aspek

hubungan kolaboratif dan saling mendukung antarguru yang terlibat.

Premis utama yang ingin dikembangkan dalam paradigm layanan

komprehensif, yakni: tujuan layanan BK pada dasarnya selaras dan sejalan

dengan tujuan pendidikan pada umumnya, layanan BK hanya dapat tercapai

optimal bila terjadi kolaborasi profesional antarguru, dan implementasi layanan

2.3 Komponen Bimbingan dan Konseling Komprehensif

Menurut Gybers dan Henderson dalam Sugiyo, (2011:16)

pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif dikemas dalam empat

komponen yaitu:

1. Kurikulum bimbingan

2. Perencanaan incividual

3. Pelayanan responsif

4. Dukungan sistem.

2.3.1 Kurikulum bimbingan dan konseling

Kurikulum bimbingan dan konseling merupakan seperangkat aktifitas

yang dirancang secara sistematis untuk memfasilitasi perkembangan peserta

didik yang mencakup perkembangan akademis, karir, pribadi dan sosial. Strtegi

yang dilakukan konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan pelayanan dasar ini

dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2008: 224-230) sebagai

berikut:
1. Bimbingan kelas, merupakan suatu strategi yang digunakan konselor untuk

memberikan layanan kepada peserta didik dengan jalan berinteraksi secara

langsung didalam kelas.

2. Pelayanan orientasi, salah satu kegiatan kkonselor dalam membantu peserta

didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan situasi dan

kondisi yang baru.

3. Pelayanan informasi, berupa layanan yang mennitikberatkan pada

pemberian informasi kepada peserta didik agar bisa memahami dirinya dan

lingkungannya.

4. Bimbingan kelompok, merupakan bentuk layanan bimbingan yang

diberikan kepada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 sampai

12 peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar

dapat merespon kebutuhan dan minatnya.

5. Pelayanan pengumpulan data, berupa layanan yang bermaksud untuk

mengumpulkan berbagai data/informasi mengenai peserta didik secara

lengkap dan komprehensif.

Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh

perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh

keterampilan dasar hidupnya. Tujuan layanan ini dapat juga dirumuskan sebgai

upaya membantu siswa agar:

1. memiliki kesadaran pemahaman tentang diri dan lingkungannya

(pendidikan, pekerjaan, sosial-budaya, dan agama)


2. mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung

jawab atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai) bagi penyesuaian

dirinya dengan lingkungannya;

3. mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, serta

mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kepada para siswa disajikan

materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karier

yang kesemuanya terkait dengan pencapaian tugas-tugas perkembangannya.

Secara rinci materi aspek-aspek tugas-tugas perkembangan itu dapat

dirumuskan sebagai berikut.

a) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Pengembangan kemandirian emosional.

c) Pengembangan kemampuan individual (problem solving/ decision making)

d) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau keterampilan

belajar yang efektif.

e) Pengembangan perilaku sosial yang bertanggung jawab (sikap altruis, sikap

toleran dalam suasana kehidupan yang heterogen: multi budaya, etnis, ras

dan agama.

f) Pengembangan upaya pencapaian peran sosial sebagai pria atau wanita.

g) Pengembangan sikap penerimaan diri secara objektif dan pengembangan

secara tepat.
h) Pengembangan sikap dan kemampuan mempersiapkan karier di masa

depan.

i) Pengembangan upaya pencapaian hubungan baru yang lebih matang dengan

teman sebaya, baik pria maupun wanita

j) Pengembangan sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.

2.3.2 Perencanaan individual

Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan

bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan

perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan

kelemahan dirinya. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan

yang bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan

rencanarencana dalam hal pendidikan, karir, social pribadinya. Dapat juga

dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa

agar:

1. Memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan,

2. Perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik

menyangkut aspek pribadi, soaial, belajar maupun karir,

3. Belajar dapat memantau dan memehami perkembangan dirinya,

4. Dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya

atau tujuan yang telah dirumuskan secara proaktif. Teknik

bimbingannya adalah konsultasi dan konseling.

Isi layanan perencanaan individual adalah:


1. Bidang pendidikan dengan topic-topik belajar yang efektif, belajar

memanfaatkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat, dan

karakteristik kepribadian lainnya,

2. Bidang karir dengan topic-topik mengidentifikasi kesempatan karir

yang ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap yang positif

terhadap dunia kerja , dan merencanakan kehidupan karirnya,

3. Bidang social-pribadi dengan topic-topik mengembangkan konsep diri

yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan social yang

tepat, belajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar memahami

perasaan orang lain.

Satu hal yang perlu dilakukan konselor adalah memahami klien/peserta

didik /konseli secara mendalam beserta aspek kepribadiannya melalui berbagai

assesmen dan menyajikan informasi yang akurat tentang potensi diri dan

lingkungan serta peluang yang tersedia sehingga klien dapat:

1. Menganalisis kekuatan dan kelemahannya baik yang berkaitan dengan

potensi, bakat, minat, kepribadian dan lingkungannya.

2. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan yang sesuai

dengan dirinya sehingga dapat mengikuti pendidikan lanjutan dengan

suasana yang kondusif.

3. Mengukur dan menilai ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.

4. Mempertimbangkan dan selanjutnya memilih serta menentukan pilihan

melalui keputusan yang tepat dan bijak, sehingga apa yang nantinya

dilakukan adalah buah dari perencanaan yang matang.


Strategi yang dikembangkan oleh Gysber dan Henderson dalam Sugiyo,

(2011:16) meliputi:

1. Individual appraisal, yaitu suatu strategi dimana konselor membantu

peserta didik untuk dapat menilai dan menafsirkan potensi-potensi yang

dimilikinnya, minat, keterampilan, prestasi dan aspek kepribadiannya.

2. Individual advisement, yaitu suatu strategi yang mebantu klien agar

dapat menggunakan segala informasi untuk mengarahkan dirinya

snndiri.

3. Transition planning, yaitu suatu strategi yang dimaksudkan untuk

mebantu peserta didik dalam memahami dunia kerja melalui transisi dari

dunia sekolah ke dunia kerja.

4. Follow up, yaitu suatu stategi guna memberikan layanan tindak lanjut

melalui berbagai kumpulan datauntuk evaluasi dan perbaikan program

mendatang.

2.3.3 Pelayanan responsif

Layanan responsif merupakan “layanan bantuan bagi para siswa yang

memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan)

dengan segera”. Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa memenuhi

kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang

mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.

Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri

atau perilaku bermasalah, atau malasuai (maladjustment).


Layanan responsif merupakan layanan yang bersifat kuratif/langsung,

sehingga berbagai strategi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

1. Konseling individual dan kelomppok

2. Referal (alih tangan atau rujukan)

3. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas

4. Kolaborasi dengan orang tua

5. Kolaborasi dengan pihak luar sekolah

6. Konsultasi

7. Konferensi kasus

8. Kunjungan rumah

2.3.4 Dukungan sistem

Dukungan system merupakan komponen layanan dan kegiatan

manajemen yang secara tidak langsung memberaikan bantuan kepada

siswa, atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa.

Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang

bertujuan memantapkan, dan meningkatkan program bimbingan secara

menyeluruh melalui pengembangan professional, hubungan masyarakat dan

staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/ penasehat, masyarakat yang lebih

luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis,

1990).

Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam

rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan di atas.


Sedangkan bagi personel pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar

penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.

Komponen dukungan system mencakup dua bagian:

1. program bimbingan dan konseling.

2. layanan pendukung. Strategi yang digunakan dalam dukungan

system ini berupa:

a) Pengembangan jejaring (networking) yaitu upaya menjalin kerjasama

dengan guru, orang tua dan masyarakat serta seluruh personil sekolah agar

tercipta suasana kondusif dalam proses pembelajaran dan layanan

bimbingan dan konseling.

b) Pengembangan konselor yang meliputi: pelatihan-pelatihan yang tekait

dengan bimbingan dan konseling, aktif dalam organisasi seperti ABKIN,

aktif dalam pertemuan ilmiah seperti seminar, workshop, dan lain

sebagainya
Daftar Pustaka

Setiawati, Tuti. 2018. “Peranan Teknologi Dalam Dunia Pendidikan”,

https://www.kompasiana.com/amp/tutinamaku/peranan-teknologi-dalam-

dunia-pendidikan (akses 25 oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai