Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

DASAR KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA (K3)

NAMA: YOGLIADITIA KOLI


NIM: 17 704 070
KLS: 1A

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya sehingah saya dapat menyelesaikan tugas mandiri ini. dimana tugas ini
merupakan salah satu dari tugas Produktif, untuk memenuhi tugas mandiri, yaitu tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dosen dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. saya menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Amin...

Tondano, 8 maret 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang
diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik
jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja,
proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja
dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang
terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan
adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar
kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah

Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk


memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Berdasarkan
hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1.      Mengenali kebisingan di tempat kerja?


2.      Jenis dan contoh kebisingan apa saja yang terjadi di tempat kerja?
3. Nilai ambang batas kebisingan ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel(dB). Kebisingan
juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi
yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan pendengaran.

B. Jenis dan Contoh Kebisingan di Tempat Kerja

Jenis-jenis Kebisingan:

1. Kebisingan continue (tunak)


-  Contoh : kipas angin, dapur pijar
- Fluktuasi SPL < 3 dB

2. Kebisingan terputus-putus (intermitten, fluktuatif)


- Contoh : lalu lintas, suara pesawat 
       terbang di bandara
- Fluktuasi SPL 3 s/d 10 dB
3. Kebisingan Impulsive
- pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam
- Fluktuasi SPL > 10 dB

Nilai Ambang Batas Kebisingan angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga
kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Alat ukur yang digunakan adalah Sound Level
Meter dan Noise dosimeter
Norma Kebisingan ada pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja pasal 5. 

Nilai Ambang Batas kebisingan sebesar 85 dB

C. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar
tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan
di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus
tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah
sebagai berikut

 Desibel (db) yang di Sarangkan Aman

Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan

Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS,
tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.

Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan
dan rekreasi.

Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan
pasar.
Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA,
terminal bis dan sejenisnya.

 Desibel yang Mengangu Pendengaran

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)

Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari

Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga
(earmuff dan earplug)

Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff

Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug


BAB III
PENUTUP

Dari pemaparan materi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang
dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Sumber:

Nasri, Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja, 1997

Sastrowinoto, Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari Sarana


Transportasi, 1985

Anda mungkin juga menyukai