Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembangunan di bidang kesehatan, mempunyai arti penting dalam kehidupan
nasional, khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu usaha yang dilakukan dalam pembangunan bidang kesehatan adalah dengan
melaksanakan upaya Safe Motherhood. Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk
menyelamatkan ibu agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat dan aman,
serta menghasilkan bayi yang sehat. (Depkes RI, WHO & FKM UI,1999).
Penyakit jantung merupakan salah satu kondisi tertentu yang termasuk dalam
kehamilan dan persalinan risiko tinggi pada seorang ibu. (Bambang Karsono, 1987).
Menurut Gilbert (2003), insiden penyakit jantung pada ibu hamil berkisar 0,5%
sampai 2%. Dari angka tersebut, penyakit jantung rematik yang menyebabkan kerusakan
katup, terjadi pada 95% ibu hamil; kelainan congenital sistem konduktif, septal dan katup
terhitung 3%. Dari ibu yang mengalami sakit jantung berat pada kehamilan yang
menyebabkan kematian 1% sampai 3%.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu penyakit jantung pada ibu hamil?
2. Apa saja gejala dan tanda yang muncul?
3. Apa saja perubahan fisiologis pada sistem kardiovaskuler selama masa
kehamilan?
4. Apa itu stenosis mitral?
5. Bagaimana cara penulisan asuhan keperawatan gangguan kardiovakular pada
kehamilan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami penyakit jantung pada ibu hamil, mengenal
risiko tentang penyakit jantung pada ibu hamil, mengetahui cara penanganan
penyakit jantung pada ibu hamil, dan mengetahui cara penulisan asuhan
keperawatan gangguan kardiovaskular pada kehamilan.
1.3.2 Tujuan khusus
Memperluas pengetahuan mahasiswa terkait gangguan kardiovaskular pada
kehamilan dalam mata kuliah maternitas.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Jantung merupakan suatu organ berotot yang di bentuk oleh empat rongga atau ruang
terpisah, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung terletak didalam rongga dada (thorax)
diantara kedua paru-paru dalam rongga mediantinum, jantung berukuran kira-kira sebesar
kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-260 gram.
Kehamilan adalah peristiwa sementara dalam kehidupan wanita,tetapi kehamilan
dengan penyakit jantung dapat menimbulkan perubahan yang mempunyai akibat yang nyata.
Kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada penyakit jantung, dan sebaliknya penyakit
jantung itu sendiri dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan (Wijaya Y, dkk, dalam
buku Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan penyakit jantung yang terjadi pada
wanita hamil yang memenuhi salah satu atau lebih dari kriteria berikut: Ditemukan tanda-
tanda bising diastolik dan presestolik atau bising kontinyu; Pembesaran jantung yang nyata,
bising sistolik tingkat tiga atau lebih apalagi bila di sertai “thrill”, aritmia yang nyata
(Rachimhadi T, 1987, dalam Materi Kursus Penyegar Bagi Paramedik).
2.2 Klasifikasi Fungsional
Klasifikasi penyakit jantung bersifat fungsional dan berdasarkan keluhan-keluhan
yang dahulu dan sekarang yang dialami oleh penderita, seperti yang dinyatakan oleh New
York Heart Association (NYHA), sangat praktis dalam penanggulangan dan penentuan
prognosis penyakit jantung dalam kehamilan. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
Kelas I : Penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan
fisik serta tidak menunjukan gejala-gejala penyakit jantung
seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar (atau tanpa
keluhan-keluhan lemah jantung) apabila melakukan kegiatan
biasa.
Kelas II : Penderita penyakit jantung dengan sedikit pembatasan dalam
kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat,
akan tetapi kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung (lemah jantung) seperti : kelelahan, jantung
berdebar, sesak nafas atau nyeri dada.
Kelas III : Penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam
kegiatan fisik. Pada waktu istirahat tidak mengeluh apa-apa,
akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa

2
sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung (lemah
jantung) seperti yang tersebut diatas (kelas II).
Kelas IV : Penderita penyakit jantung yang dalam waktu istirahatpun
timbul gejala-gejala lemah jantung makin bertambah berat.
(Istilah lainnya adalah dekompensasi kordis).
2.3 Gejala dan Tanda
1. Gejala
a. Sesak nafas baik pada saat istirahat maupun beraktivitas (orthopnoe).
b. Sesak nafas pada malam hari. Sering mengeluh terbangun tengah malam
akibat kesulitan bernafas (paroxysmal nocturnal dyspnea).
c. Rasa letih, sering kali susah diinterpretasikan.
d. Pergelangan kaki membengkak (edema pada ekstremitas).
e. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas normal.
f. Nyeri dada
g. Batuk dan hemoptisis.
h. Sianosis (warna kebiruan yang disebabkan karena kadar oksigen rendah
dalam darah).
i. Sakit kepala/pusing.
2. Tanda
a. Palpitasi (denyut jantung yang tidak teratur).
b. Nadi tidak teratur.
c. Takikardia (pada saat istirahat > 100 kali per menit).
d. Nadi terada lemah.
e. Sianosis
f. Jari tabuh (Clubbing of finger).
2.4 Perubahan Fisiologis Pada Sistem Kardiovaskuler Selama Masa Kehamilan
Adaptasi normal yang dialami seorang ibu yang mengalami kehamilan termasuk sistem
kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit
jantung. Perubahan sistem kardiovaskuler selama kehamilan diantaranya berupa :
a. Peningkatan Curah Jantung
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung/ventrikel kiri setiap
menitnya (cardiac output) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada
kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 16-28 minggu, dalam hal
ini maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat dari 70 kali/menit menjadi 80-
90 kali/menit.

3
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya
perubahan dalam aliran darah ke rahim. Pada akhir kehamilan, rahim menerima seperlima
dari seluruh darah ibu.
Posisi ibu hamil turut mempengaruhi curah jantung dimana dibandingkan dengan
posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi maka curah jantung akan menurun 0,61/menit
dan pada posisi tegak akan menurun sampai 1,21/menit. Tetapi pada posisi supinasi yang
dipertahankan akan memberi gejala hipotensi, yang sering dikenal dengan supine
hipotensive syndrome. Pada waktu melakukan olahraga atau aktivitas, maka curah
jantung, denyut jantung, dan laju pernafasan pada ibu hamil lebih tinggi.
b. Volume Darah
Terjadi perubahan hemodinamik karena terjadi peningkatan volume darah sekitar
1500 ml atau 45% dari volume darah sebelum hamil. Biasanya hal ini terjadi sejak
kehamilan usia 10 minggu dan puncaknya pada usia 32-36 minggu.
Peningkatan volume plasma hingga 40-50% dan sel darah merah yang mengangkut
oksigen meningkat 15-20%. Meskipun produksi sel darah meningkat, nilai normal
hemoglobin (12-16 gr%) dan nilai normal hematokrit (37% sampai 47%). Keadaan ini
dapat mengakibatkan anemia fisiologis. Karena adanya hemodilusi, maka viskositas darah
menurun sekitar 20%.
c. Pengaruh Hormonal
Terjadi karena adanya peningkatan hormonal, seperti progesteron dan esterogen.
Pengaruh hormonal mempengaruhi resistensi/tahanan terhadap aliran darah dan
kontraktilitas miokardium. Peningkatan esterogen menimbulkan vasodilatasi sistemik.
Vasodilatasi meningkatkan curah jantung karena adanya penurunan resistensi perifer.
Prolaktin meningkatkan kontraktilitas miokard (Shabetai, 1999; Tomlinson&Colton,
2000).
2.5 Stenosis Mitral (Penyempitan katup mitral)
Terjadi akibat daun katup yang kaku, yang mengopstruksi aliran darah dari atrium ke
ventrikel. Stenosis katup mitral merupakan penyebab 90% penyakit jantung rematik yang
terjjadi pada masa hamil (Scott, dkk, 1990).
Atenosis mitral, terjadi karena adanya selisih tekanan (pressure gradient) pada katup
mitral yang menyebabkan bertambah besar dengan meningkatnya denyut jantung dan volume
darah pada kehamilan. Peningkatan tekanan atrium kiri dapat menyebabkan atrial fibrilasi yang
mempercepat denyut ventrikel sehingga lebih meningkatkan tekanan atrium kiri.
2.6 Patofisiologi
Stenosis mitralis menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase
diastolik ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah
jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar guna mendorong darah

4
melampaui katup yang menyempit. Sehingga, selisih atau gradien tekanan antara dua ruang
tersebut meningkat. Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut minimal.

Endokarditis rematik,
Stenosis Mitral
trombus, klasifikasi katup

Aliran darah menurun dari atrium kiri


ke ventrikel kiri selama fase diastolik
ventrikel

Takikardia Peningkatan tekanan


atrium kiri
Waktu diastolik
Dilatasi/hipertrofi
Tekanan dalam vena
Volume sekuncup pulmonalis dan kapiler
Fibrilasi atrium
Curah jantung Kongesti paru

Cepat lelah Batuk Sesak napas


Hipertensi

Gangguan aktivitas sehari- Resistensi ejeksi ventrikel


kanan Jalan napas Pola napas tidak
hari
tidak efektif efektif
Peningkatan beban
tekanan ventrikel kanan

Gagal jantung kanan

Pembesaran vena
sistemis, hepatomegali,
edema perifer, dan asites

5
2.7 Pengkajian
pasien dengan stenosis mitral biasanya mengalami kelelahan sebagai akibat curah jantung
yang rendah, batuk darah (hemoptisis), kesulitan bernafas (dispnea) saat latihan akibat hipertensi
vena pulmonal, batuk, dan infeksi saluran nafas berulang. Denyut nadi lemah serta sering tidak
teratur karena fibrilasi atrial yang terjadi sebagai akibat dari dilatasi dan hipertrofi atrium.
2.8 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru
sekunder , perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interisial.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakeal/faringeal.
3. Gangguan aktifitas sehari hari yang berhubungan dengan penurunan curah jantung ke
jaringan.
2.9 Rencana Intervansi

Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan
cairan di paru sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam pola nafas kembali efektif.
Kriteria : klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 16-20 x permenit , respon batuk
berkurang, urin output 30ml/jam
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas (krakles) Indikasi edema paru,sekunder akibat
ekompensasi jantung.
Kaji adanya edema. Curiga gagal kongestif atau kelebihan volume
cairan.
Ukur intake dan uotput. Penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi netrium atau
air, dan penurunan pengeluaran urin
Timbang berat badan Perubahan tiba tiba dari berat badan
menunjukan gangguan keseimbangan cairan.
Pertahankan pemasukan total cairan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
2000ml/24jam dalam toleransi kardiovaskular dewasa , tetapi memerlukan pembatasan
dengan adanya dekompensasi jantung.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptisis, kelemahan ,upaya batuk buruk, dan edema trakeal atau faringeal.
Tujuan : dalam waktu 2x24jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan nafas kembali
efektif
Kriteria :
 Klien mampu melakukan batuk efektif
 Pernafasan klien normal (16-20 x permenit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.
Bunyi nafas normal, Rh -/- dan pergerakan pernafasan normal.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, Penurunan bunyi nafas menunjukan atelektasis,
kecepatan,irama,kedalaman,dan penggunaan ronki menunjukan akumulasi sekret dan
otot acesoris ). ketidak efektifan pengeluaran sekresi yang
selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan
otot aksesori dan peningkatan kerja pernafasan
Kaji kemampuan klien sekresi catat karakter , Pengeluaran sulit bila sekret bila sangat kental
volume seputum dan adanya hemoptisis. (efek infeksi dan dihidrasi yang tidak

6
adekuat ). Sekutum berdarah bila ada luka
(kafitasi) paru atau luka bronkial dan
memerlukan intervensi lebioh lanjut.
Berikan posisi semi fawler tinggi kemudian Posisi fawler memaksimalkan ekspansi paru
bantu pasien latihan nafas dalam dan bantuk dan menurunkan upaya bernafas .ventilasi
yang efektif maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sektret kedalam jalan
nafas besar untuk di keluarkan .
Pertahankan asupan cairan sedikitnya Hidrasi yang adekuat membuat mengencerkan
2500ml/hari, kecuaki tidak di indikasikan. sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan
nafas.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila Mencegah opstruksi dan aspirasi .pengisapan
perlu lakukan penghisapan (suction) diperlukan bila pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret.

2.10 Implementasi

Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan
cairan di paru sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam pola nafas kembali efektif.
Kriteria : klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 16-20 x permenit, respon batuk
berkurang, urin output 30ml/jam
Kolaborasi natrium meningkatkan retensi cairan dan
 Berikan diet tanpa garam volume plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung dan akan
meningkatkan kebutuhan miokardium
 Berikan diuretik, contoh : furosemide, Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume
sprenolakton, hidronolakton plasma dan menurunkan retensi cairan di
jaringan, sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptisis, kelemahan ,upaya batuk buruk, dan edema trakeal atau faringeal.
Tujuan : dalam waktu 2x24jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan nafas kembali
efektif
Kriteria :
 Klien mampu melakukan batuk efektif
 Pernafasan klien normal (16-20 x permenit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.
Bunyi nafas normal, Rh -/- dan pergerakan pernafasan normal.
Kolaborasi pemberian obat Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
 Agen mukolitik perlengketan sekret paru untuk memudahkan
pembersihan.
 Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas
dengan hipoksemia, terutama bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung sangat penting diperhatikan dalam masa kehamilan, karena dapat
menyebabkan bahaya-bahaya seperti peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Kematian
janin dan bayi baru lahir juga lebih tinggi pada ibu dengan penyakit jantung.
Gejala-gejala gagal jantung ini adalah meningkatnya rasa letih dan sesak nafas
dengan kegiatan biasa, perasaan tercekik, episode palpitasi dan takikardia, murmur dan rales
pada paru-paru, serta hemoptisis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardivaskular dan
Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Penyakit Jantung Dalam Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas.
Jakarta timur : Trans info media.

Medforth, Janet, dkk. 2014. Kebidanan Oxford Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai