Anda di halaman 1dari 9

77 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

KONSEP MUDHARABAH
Antara Kajian Fiqh dan Penerapan Perbankan

Rahman Ambo Masse

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: rahman_ambo@yahoo.co.id

Abstract: This article tries to study how the concept of mudharabah in classical
Islamic legal theories implemented in Islamic monetary institution, especially
Islamic banking. Using library research, this study shows that there exists
discrepancy between the concept of mudharabah in classical Islamic books and its
implementation in Islamic banking. The discrepancy indicates that the door of
ijtihad is still widely open in contemporary Islamic law. The prudential principle
necessitates Islamic banking to contextualize the classical concept of mudharabah
in contemporary socio-cultural situation.

Kata Kunci: Mudharabah, Fiqh, Bank Syariah, Surplus unit, deficit unit.

I. PENDAHULUAN tangani. Dan pada tahun 1992 bank


muamalat Indonesia resmi beroperasi
Gagasan berdirinya bank syariah di dengan modal awal Rp.106.126.382.000
tingkat Internasional, muncul dalam yang bersumber dari Presiden dan Wakil
konferensi Negara-negara Islam sedunia Presiden, serta beberapa menteri kabinet
di Maroko pada tahun 1969 dengan pembangunan V, dan beberapa yayasan,
memutuskan beberapa hal, diantaranya serta badan usaha milik Negara lainnya.
adalah, saling membantu dibidang Di Indonesia, sistem ekonomi Islam
ekonomi, keilmuan, budaya, dan bidang diwujud-kan dalam kerangka sistem
keagamaan. Draft kesepakatan itu perekonomian Indonesia, khususnya
kemudian ditindak lanjuti pada per- berdasarkan UU No.7/1993 tentang
temuan penting di Kairo pada Tahun Perbankan, yakni Bank Umum dan Bank
1972 yang melahirkan dokumen penting Perkreditan Rakyat. Kemudian UU
yang dikenal dengan “Egyptyan Studi” tersebut diganti dengan UU No.10 tahun
yang selanjutnya menjadi dasar bagi 1998 yang mengatur dengan rinci
terciptanya Bank Pembangunan Islam. landasan hukum serta jenis-jenis usaha
Sehingga kurun waktu antara tahun yang dioperasi-kan dan diimplemen-
1971-1980 telah berdiri beberapa Bank tasikan oleh bank syariah.
Islam di Negera-negara Timur Tengah. Setelah lahirnya BMI (bank
Sejarah lahirnya bank syariah di muamalat Indonesia). Bank Syariah
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pertama di Indonesia, menyusul
berbagai pertemuan, kajian dan seminar kemudian lembaga-lembaga perbankan
yang diadakan oleh para ulama dan konvensional yang menerapkan prinsip
pemerhati ekonomi Islam. Hasilnya, syariah, baik yang dimiliki pemerintah
pada tahun 1991 akte pendirian PT Bank maupun swasta.
Muamalat Indonesia resmi ditanda-
78 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

Dari penelitian yang pernah dilaku- Konsep bagi hasil (mudharabah)


kan oleh Karim Bussiness Consulting, digali dari pemikiran-pemikiran para
diproyeksikan bahwa total asset bank ahli jurispendensi Islam yang kemudian
syariah di Indonesia akan tumbuh dimodifikasi untuk diterap-kan pada
sebesar 356,25% pertahunnya. Hal perbankan syariah. Konsep ini ternyata
tersebut dapat tercapai, disebabkan mampu mendogkrak perkembangan
adanya kepastian regulasi tentang perbankan syariah di-tengah dominasi
perbankan syariah di Indonesia. Meski perbankan konvensional dalam per-
demikian, pangsa pasar perbankan caturan perekonomian.
syariah dibanding perbankan nasional
masih sangat kecil. Berdasarkan data II. PEMBAHASAN
dari Direktorat perbankan Syariah Bank A. Pengertian Mudharabah (bagi
Indonesia, total asset dari seluruh bank hasil)
syariah nasional adalah sebesar Rp.
20,9 triliun, atau 1,42% dari total asset Kata bagi hasil berasal dari bahasa
seluruh perbankan nasional. Dana pihak Arab “mudharabah”. Menurut bahasa
ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun kata ‘Mudharabah’ semakna dengan al-
sebesar Rp.15,6 triliun atau 1,38 persen Qath’u (potongan), berjalan, dan atau
dari DPK perbankan nasional, dan bepergian”. Seperti yang terlihat dalam
pembiayaan yang disalurkan oleh Q.S al-Muzammil: 20:
perbankan syariah sebesar Rp. 15,2
triliun atau 2,19 persen dari jumlah      
penyaluran pem-biayaan.3
Fenomena ini hendaknya disikapi   
dengan bijak. Sebagai lembaga
intermediasi, perbankan syariah harus Terjemahnya:
memain-kan peranan yang sangat vital “Dan yang lainnya, bepergian di
dalam menggerakkan roda per- muka bumi mencari karunia Allah”
ekonomian bangsa. Dengan bagi hasil Dalam alquran tidak ditemukan
sebagai brand image (gambaran istilah mudharabah secara langsung,
merek)nya, bank syariah seyogyanya akan tetapi melalui akar kata darb yang
mampu mendorong peningkatan diungkapkan sebanyak lima puluh
investasi sector riil. delapan kali.2 Dari akar kata inilah
Keunikan perbankan syariah kemudian lahir istilah mudharabah.
terletak pada sistem operasionalnya Menurut istilah, mudharabah me-
yang berbeda dengan perbankan kon- miliki beberapa pengertian sebagai
vensional. Sistem bagi hasil atau profit berikut:
and loss sharing merupakan kerangka 1. Menurut para fuqaha. Mudharabah
sistem yang menjadi dasar operasional adalah akad antara dua pihak (orang)
bank syariah. Konsep tersebut pada saling menanggung, salah satu pihak
intinya membagi ke-untungan dan menyerahkan hartanya kepada pihak
pendapatan riil sesuai porsi yang lain untuk diper-dagangkan dengan
disepakati dalam kontrak, sedangkan bagian yang telah ditentukan dari
kerugian ditanggung oleh si pemodal keuntungan dengan syarat-syarat
selama kerugian itu bukan kelalaian yang telah ditentukan.4
mudharib (pengusaha). 2. Menurut Sayyid Sabiq, Mudha-rabah
adalah akad antara dua belah pihak
79 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

untuk salah satu pihak mengeluarkan 5. Amal, yaitu bidang pekerjaan


sejumlah uang untuk diperdagangkan (proyek) pengelolaan yang dapat
dengan syarat keuntungan dibagi dua menghasilkan laba.
sesuai dengan perjanjian. 6. Keuntungan.
3. Mudharabah adalah akad kerja sama Sedangkan syarat sahnya mudha-
usaha antara dua pihak, dimana pihak rabah sangat berhubungan dengan
pertama (shahibul maal) rukun-rukun mudharabah. Diantara
menyediakan seluruh/100 persen syarat sahnya adalah:
modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Ke-untungan 1. Modal atau barang yang diserahkan
usaha secara mudharabah dibagi itu berbentuk uang tunai. Apabila
menurut kesepakatan yang barang itu berbentuk mas atau perak
dituangkan dalam kontrak. Sedang- batangan, perhiasan, dll, maka
kan apabila rugi ditanggung oleh mudharabah ter-sebut batal.
pemilik modal selama kerugian itu 2. Bagi orang yang melakukan akad
bukan akibat kelalaian si pengelola.5 disyaratkan mampu melakukan
tasharruf, akad yang dilakukan oleh
B. Hukum dan Syarat Mudharabah anak-anak kecil, orng gila, dan orang
yang dibawah kekuasaan orang lain,
Dalam interaksi mu’amalah antara akad mudharabahnya batal.
satu orang dengan lainnya, melakukan 3. Modal harus jelas, agar dapat
perjanjian mudharabah adalah boleh dibedakan antara modal usaha dengan
(mubah). Hukum ini diambil dari hadis laba. Sebab laba/keuntungan inilah
Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu yang akan dibagi hasil sesuai
Majah dari Shuhaib r.a. Nabi bersabda: kesepakatan.
4. Prosentase keuntungan antara pe-
‫ثالث فيهن الربكة البيع إيل أجل واملقارضة‬ modal dengan pengusaha harus jelas.
5. Melafazkan ijab (bagi pemodal) dan
‫وخلط الرب بالشعري للبيت وال للبيع‬ qabul (bagi pengusaha).
Artinya: C. Konsep Mudharabah dalam Fiqh
“Ada tiga perkara yang diberkati: Mudharabah dalam fiqh adalah
jual beli yang ditangguhkan, memberi seseorang menyerahkan modal kepada
modal, dan mencampur gandum pengusaha/pekerja untuk di usahakan
dengan jelai untuk keluarga, bukan dengan syarat keuntungan dibagi sesuai
untuk dijual”. kesepakatan yang telah ditetapkan dalam
Adapun rukun mudharah menurut kontrak. Adapun kerugian sepenuhnya
ulama Syafi’iyah, rukun qiradh ada ditanggung pemilik pemodal.6 Mudharib
enam: (pengusaha) dalam hal ini akan
memberikan kontribusi pekerjaan,
1. Pemilik barang yang menyerahkan
waktu, fikiran dan tenaga dalam
barang-barangnya.
mengelola usaha sesuai ketentuan yang
2. Orang yang bekerja, yaitu pengelola
dicapai dalam kontrak, yaitu untuk
barang yang diterima dari pemilik
mendapatkan keuntungan usaha yang
barang.
akan dibagi berdasarkan kesepakatan.
3. Aqad mudharabah, dilakukan oleh
Ada beberapa ketentuan-ketentuan
pemilik dengan pengelola
yang ditetapkan dalam fiqh berkaitan
4. Maal, yaitu harta pokok atau modal
80 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

dengan sistem mudharabah, diantara-nya mudharabah yang dijalankan mutlaqah


adalah sebagai berikut: atau muqayaddah. Para fuqaha sepakat
bahwa apabila pemodal ikut campur
1. Modal
dalam manajemen usaha, maka secara
Modal dalam wacana fiqh otomatis kontrak mudha-rabah menjadi
diistilahkan dengan “ra’sul maal”. Para batal.
ulama men-syaratkan bahwa modal itu
3. Jaminan
harus memenuhi pen-syaratan: (1)
Terdiri dari mata uang yang beredar atau Esensi kontrak mudharabah adalah
berlaku. Pensyaratan ini diajukan untuk terjadinya kerjasama dan saling tolong
menghindari perselisihan dikemudian menolong antara pemilik modal atau
hari. Oleh karenanya tidak sah orang yang surplus modal dengan orang
memudharabah-kan harta dalam bentuk yang hanya memiliki keahlian dan
piutang, karena sulit untuk mengukur ketrampilan, sehingga jurang pemisah
keuntungan darinya, dan dapat antara kaya dan miskin dapat dikikis.
menimbulkan per-selisihan dalam Harta dalam presfektif Islam hanyalah
pembagian ke-untungan. (2) Modal merupakan titipan Tuhan yang
harus diserahkan sepenuhnya kepada seharusnya dikelola untuk kepentingan
pengusaha. Modal tersebut harus bersama dan untuk mewujudkan
diserah-kan seluruhnya pada saat ikatan kesejahteraan bersama. Oleh karenanya,
kontrak. (3). Modal harus jelas jumlah Islam menganjurkan harta itu tidak
dan jenisnya.6 hanya berputar pada kelompok tertentu,
tetapi harus dikembangkan dan
2. Manajemen
diusahakan pada kegiatan-kegiatan
Kontrak mudharabah dalam fiqh ekonomi riil. Atas dasar itu, kontrak
dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) mudharabah tidak mensyaratkan adanya
Mudharabah Mutlaqah, yaitu Pemilik jaminan atas sejumlah modal yang
dana (shahibul maal) memberikan diberikan kepada pengusaha (mudharib).
keleluasaan penuh kepada pengelola Tolak ukur atas terjaminnya modal
(mudharib) dalam menentukan jenis hanyalah kejujuran, sehingga kegiatan
usaha maupun pola pengelolaan yang mudharabah harus diiringi dengan
dianggapnya baik dan menguntungkan, tingkat kejujuran yang tinggi dari
sepanjang tidak bertentangan dengan mudharib.
ketentuan syariah. (2) Mudharabah
4. Jangka waktu
Muqayyadah, yaitu Pemilik dana
memberikan batasan-batasan tertentu Mengenai pembatasan jangka waktu
kepada pengelola usaha dengan mudharabah diperdebatkan oleh para
menetapkan jenis usaha yang harus ahli fiqh. Sebagian ulama berpendapat
dikelola, jangka waktu pengelolaan, bahwa dengan adanya batasan waktu
lokasi usaha dsb. berlakunya kontrak akan menjadikan
kontrak itu batal, sebab hal tersebut
Dalam kontrak mudharabah, pihak
dapat menghilangkan kesem-patan
pemodal atau investor tidak diper-
pengusaha untuk mengem-bangkan
kenankan untuk ikut campur dalam
usahanya, sehingga ke-untungan
mengelola manajemen usaha, ketika
maksimal dari kegiatan itu sulit untuk
akad mudharabah telah diberlakukan,
tercapai. Sedangkan sebagian yang lain
maka pihak mudharib (pengusaha)
beranggapan bahwa boleh saja terjadi
memiliki kewenangan penuh dalam
kesepakatan antara pemodal dan
mengelola usaha, terlepas apakah bentuk
81 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

pengusaha mengenai jangka waktu agama, bukan saja pada agama Islam,
mudharabah, dengan catatan apabilah melainkan juga oleh agama samawi
salah satu pihak ingin mengundurkan lainnya. (2) dari aspek ekonomi,
diri dari ikatan kontrak harus terlebih penyerahan risiko usaha terhadap salah
dahulu memberitahu yang lainnya.7 satu pihak dinilai melanggar norma
keadilan. Dalam jangka panjang sistem
5. Nisbah keuntungan
perbankan konvensional akan
Nisbah keuntungan merupakan menyebabkan penumpukan kekayaan
rukun khas yang ada pada akad pada segelintir orang yang memiliki
mudharabah, hal inilah yang mem- kapital besar.
bedakannya dengan akad-akad yang Lembaga keuangan syariah
lain. Nisbah ini merupakan bagian yang menerapkan sistem bagi hasil sebagai
akan diperoleh oleh masing-masing landasan operasionalnya dengan meka-
pihak yang berkontrak. Penetapan nisme pen-dapatan bagi hasil berlaku
nisbah dilakukan diawal dan untuk produk-produk penyertaan, baik
dicantunkan dalam akad. Dalam proses penyertaan menyeluruh maupun
tersebut, boleh jadi terjadi tawar sebagian sebagai bentuk bisinis
menawar dan negosiasi pembagian koorporasi (kerjasama). Pihak-pihak
nisbah. Negosiasi dilakukan dengan yang terlibat dalam ke-pentingan bisnis,
prinsip musyawarah dan antaradin harus melakukan transparansi dan
minkum (saling ridha). kemitraan secara baik dan ideal. Sebab
6. Bentuk Mudharabah semua pengeluaran dan pemasukan rutin
yang berkaitan dengan bisnis
Dalam kajian fiqh klasik, bentuk penyertaan, bukan untuk kepentingan
mudharabah yang dijalankan dalam pribadi yang menjalankan proyek. Itulah
akad dilakukan dengan modus pem- sebabnya, sebagian besar pembiayaan
biayaan/ investasi langsung (direct bisnis dalam suatu per-ekonomian Islam
financing), dimana shahibul maal akan berbentuk penyertaan modal di
bertindak sebagai surplus unit mana penyedia dana (financier/finance
melakukan investasi langsung kepada provider) akan berbagi hasil rugi atau
mudharib yang bertindak sebagai deficit untung dari aktivitas bisnis yang
unit. Ciri dari model mudha-rabah ini dibiayainya. Pembiayaan demikian tidak
adalah, biasanya hubungan antara saja akan mendistribusikan ke-untungan
shahibul maal dengan mudharib pada investasi total antara penyedia dana
merupakan hubungan personal dan dan pelaku bisnis (enterpreneur/ finance
langsung serta transaksi dilandasi saling user) secara adil, tetapi juga akan
kepercayaan (amanah).8 mentransfer saham risiko investasi yang
D. Sistem Penerapan Konsep fair kepada penyedia dana dan bukan
Mudharabah pada Perbankan meletakkan keseluruhan beban pada
Syariah pundak pelaku bisnis.
Adapun bentuk-bentuk usaha
Sejarah berdirinya perbankan mudharabah pada bank syari’ah berupa:
dengan sistem bagi hasil didasarkan a. Pada Bank Umum Berdasarkan
pada 2 (dua) alasan utama, yaitu: (1) Prinsip-prinsip Syari’ah:
adanya pandangan bahwa bunga - Menghimpun dana dari masya-rakat
(interest) pada bank konvensional berupa simpanan dalam bentuk
hukumnya haram karena termasuk tabungan, deposito, atau bentuk
dalam kategori riba yang dilarang dalam
82 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

lainnya yang berbentuk Kontrak mudharabah umumnya


mudharabah. digunakan untuk tujuan perdagangan
- Melakukan penyaluran dana dalam jangka pendek (short-term commercial)
bentuk pembiayaan usaha. yang dapat dengan mudah menentukan
- Melakukan kegiatan usaha lain yang masa berlakunya kontrak. Dengan
lazim bagi bank sepanjang disetujui mengetahui batas berakhirnya kontrak,
oleh Dewan Syari’ah Nasional tingkat keuntungan dapat dihitung dan
diketahui hasilnya. Bank syariah dalam
b. Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
melaksanakan kontrak mudharabah
Berdasarkan Prinsip Syari’ah:
membuat kesepakatan dengan nasabah
- Menghimpun dana dari masya-rakat mengenai tingkat perbandingan ke-
dalam bentuk tabungan atau untungan (profitratio) yang ditentukan
deposito atau bentuk lain yang dalam kontrak. Perbandingan
menggunakan bentuk mudharabah keuntungan tersebut dipengaruhi oleh
- Melakukan penyaluran dana dalam beberapa faktor, di antaranya:
bentuk pembiayaan bagi hasil. kesepakatan dari nasabah (mudharib),
- Melakukan kegiatan atau usaha lain prediksi keuntungan yang akan
yang lazim bagi BPR sepanjang diperoleh, respon pasar, kemam-puan
disetujui oleh Dewan Syari’ah memasarkan barang, dan juga masa
Nasional. berlakunya kontrak.9
Teori mudharabah seperti yang Bentuk kontrak mudharabah yang
tertuang dalam kajian fiqh telah diterapkan perbankan syariah memakai
mengalami perubahan dan modifikasi dua bentuk aqad, yaitu mudharabah
ketika diterapkan pada sistem ke-uangan muqayyadah on balance-sheet dan
syariah. Posisi mudharib (pengusaha) mudharabah muqayyadah of balance-
bertindak sebagai nasabah dan mitra sheet. Pada bentuk pertama, aliran dana
bank, sehingga sedikit banyaknya bank terjadi dari satu nasabah investor ke
akan ikut campur dalam manajemen sekelompok pelaksana usaha dalam
usaha, mudharib tidak memiliki beberapa sector terbatas, seperti
kebebasan penuh dalam menjalankan pertanian dan manufaktur. Pada bentuk
usahanya, tetapi tetap mendapat kedua, aliran dana berasal dari nasabah
pengawasan dari pihak bank, meskipun investor kepada satu nasabah pem-
kontrak mudharabahnya adalah biayaan. Bank syariah hanya bertindak
mudharabah mutlaqah. Modal usaha sebagai Iarranger saja dan tran-saksinya
yang diberikan juga dikucurkan secara melalui mekanisme off balancesheet,
bertahap dengan tujuan agar pihak bank yaitu transaksi yang tidak tercatat dalam
dengan mudah mengawasi dan neraca bank.
mengontrol manajemen usaha.
Penetapan berbagi resiko tidak di- Ciri akad mudharabah adalah
terapkan oleh bank, sehingga terkesan menuntut adanya saling kepercayaan
kerugian sepenuhnya ditanggung oleh antara nasabah dengan bank, sehingga
mudharib (pengusaha), sebab bank telah pembiayaan dengan skim mudharabah
ikut serta mengontrol dan mengawasi dianggap sebagai pembiayaan yang
usaha, yang apabila usaha itu macet atau berisiko tinggi, karena bank akan
rugi, maka sepenuhnya adalah kesalahan menghadapi permasalahan asymmetric
pengusaha. information, dimana pihak pengelola
(mudharib) mengetahui informasi-
83 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

informasi yang tidak diketahui oleh dengan prosentase bukan dengan nilai
bank. Pada saat yang sama juga timbul nominal suatu mata uang. Nisbah itu
moral hazard dari pihak mudharib, yaitu ditentukan berdasarkan kesepakatan
pihak mudharib akan melakukan hal-hal sebelum akad dan setelah melalui proses
yang hanya menguntungkan mudharib negosiasi dan tawar menawar. Nisbah
dan merugikan shahib al-mal. (bank inilah yang menajdi indikator dalam
syariah).10 penentuan pembagian ke-untungan
untuk masing-masing pihak yang
Untuk itu, tugas mudharib dalam
berkontrak. Akan tetapi apabilah usaha
menjalankan usaha meliputi pengelo-
yang dijalankan dengan kontrak
laan, penyimpanan, dan pemasaran,
mudharabah mengalami kerugian, maka
sehingga mudharib harus memanajerial
pembagian kerugian didasarkan atas
dengan baik dan teliti atas modal yang
porsi modal masing-masing. Karena
dipercayakan kepadanya.11 Mudharib
shahibul maal menanggung modal
menjamin dalam mengelola barang
sepenuhnya, maka secara otomatis akan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang
kehilangan modal, sedangkan mudharib
telah disepakati dalam pembiayaan
memberikan porsi tenaga, waktu, dan
mudharabah. Ia bertanggung-jawab
fikiran, maka secara otomatis akan
untuk menanggung segala kerugian yang
mengalami kerugian pada hal tersebut.
disebabkan oleh kesalahannya sendiri
Adanya perbedaan dalam mengukur
yang menyimpang dari prosedur
pembagian keuntungan dan kerugian,
penentuan kontrak. Pihak bank tidak
disebabkan karena adanya perbedaan
menanggung kerugian yang disebakan
kemampuan untuk menanggung
oleh kesalahan pihak mudharib.
kerugian diantara kedua belah pihak.
Singkatnya, mudharib harus tunduk
terhadap segala persyaratan yang telah Kenyataan menunjukkan bahwa
ditentukan dalam kontrak yang berkaitan proses tawar menawar dan negosiasi
dengan pengelolaan usaha. Pelaksanaan pembagian nisbah hanya dilakukan
tersebut umumnya diawasi oleh pihak terhadap deposan/investor dengan
bank. jumlah dana besar, karena mereka
memiliki daya tawar yang relatif tinggi,
Kontrak mudharabah yang tidak
sehingga dapat diberikan spesial nisbah.
menghasilkan keuntungan, maka pihak
Sedangkan terhadap deposan kecil,
mudharib tidak mendapatkan upah dari
biasanya tawar-menawar tidak terjadi,
pekerjaannya. Dan pihak bank
akan tetapi pihak bank yang
menanggung kerugian tersebut
menawarkan nisbah yang telah jadi,
sepanjang tidak terbukti bahwa
sehingga deposan boleh setuju atau
mudharib tidak menyelewengkan dana
tidak.12
dan bukan karena kesalahan dalam
memanejerial. Namun jika terbukti Sedangkan penerapan akad
akibat kecerobohan dari pihak mudharabah pada perbankan memakai
mudharib, maka ia harus menanggung modus indirect financing, dalam hal ini
kerugian itu. Dalam kasus tersebut, bank akan bertindak sebagai pihak
barang jaminan yang dijadikan sarana ketiga yang menjadi sebagai
pertanggungjawaban harus diberikan intermediary antara shahibul maal
kepada bank. dengan mudharib. Proses kerjanya, yaitu
bank menerima dana-dana dari pihak
Nisbah keuntungan antara shahi-bul
deposan (shahibul maal) sebagai sumber
maal dengan mudharib ditentukan
84 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

dana. Dana-dana tersebut dikemas dalam prudential ini yang mengharuskan


bentuk tabungan dan deposito dengan perbankan syariah memodifikasi konsep
jangka waktu yang bervariasi. mudharabah, sehingga dapat
Selanjutnya dana-dana tersebut diaplikasikan dan dikembangkan pada
disalurkan kembali kepada mudharib dunia perbankan. Perbedaan mendasar
dalam bentuk pembiayaan yang yang terjadi tidak menimbulkan
menghasilkan (earning assets). Ke- pengkerdilan akan konsep fiqh klasik,
untungan dari pemanfaatan penyaluran tapi konsep tersebut diterapkan sesuai
dana inilah yang akan dibagi hasilkan dengan kondisi sosio-kultural kekinian.
antara bank dengan shahibul maal. Apa yang dikembangkan oleh dunia
perbankan akan konsep-konsep
Ada beberapa alasan mengapa bank
muamalah dalam fiqh klasik adalah
tidak menerapkan bentuk mudharabah
merupakan penerapan akan prinsip
dengan modus direct financing atau
ijtihad yang memang harus terus
pembiayaan langsung:
dihidupkan.
1. Sistem kerja pada bank adalah
investasi berjamaah, dimana mereka DAFTAR PUSTAKA
tidak saling mengenal, jadi kecil
Al-Jaziry, Abd. Rahman, Al-Fiqh al
kemungkinan terjadi hubungan
Madzahib al-Arba’ah, Jilid. III
langsung dan personal.
(Cet. I; Beirut: Daar al-Kutub,
2. Investasi di era modern sekarang ini
1990
membutuhkan dana dalam jumlah
besar, sehingga diperlukan puluhan Az-Zuhaily, Wahbah, Fiqh Islam wa
bahkan ratusan shahibul maal untuk Adillatuhu, Jilid V
menjadi penyandang dana. Edwin, Mustafa Nasution, dkk,
3. Lemahnya pengamalan akan ajaran Pengenalan Eksklusif Ekonomi
agama, khususnya yang berkaitan Islam, (Cet. I; Jakarta: Kencana
dengan kejujuran, sehingga bank sulit Prenada Media Group, 2006
menjamin dana yang disalurkan aman
dan tanpa resiko.13 Karim, Adiwarman, M.B.A, Bank Islam,
Analisis Fiqh dan Keuangan,
III. KESIMPULAN Edisi II: Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada
Dari paparan diatas dapat disim-
pulkan bahwa ada perbedaan mendasar Muhammad, Kebijakan Fiskal dan
konsep mudharabah yang tertuang Moneter Dalam Ekonomi Islam,
dalam kajian fiqh klasik dengan yang (Cet. I; Jakarta: Salemba Empat,
diperaktekkan pada lembaga keuangan 2002
syariah. Perbedaan tersebut terlihat pada Syafi’i, Muhammad Antonio, Bank
pem-berian modal kerja, pengelo-laan Syariah Dari Teori ke Praktik,
manajemen usaha, pembatasan jangka (Cet. IV; Jakarta: Gema Insani
waktu mudharabah, pola mudharabah Press, 2002
yang diterapkan, serta jaminan atas harta
mudharabah. Saeed, Abdullah, Bank Islam dan
Prinsip kehati-hatian merupakan Bunga, Studi Kritis dan
sesuatu yang harus diperhatikan oleh Interpretasi Kontemporer
perbankan dalam pemberian pem- tentang Riba dan Bunga, Cet. II ;
biayaan atau pendanaan, prinsip Yokyakarta: 2004
85 Jurnal Hukum Diktum, Volume 8, Nomor 1, Januari 2010, hlm 77-85

4
Bank Muamalat, Laporan Tahunan Suhendi, 2004.
Annual Report, 2008 5
Lihat, Wahbah Az-Zuhaily, Fiqh Islam wa
Adillatuhu, Jilid V
Catatan akhir:
6
Ibid.
1
Lihat, Mustafa Edwin Nasution, dkk, 7
Lihat, Abdullah Saeed, Bank Islam dan
Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Cet. I; Bunga, Studi Kritis dan Interpretasi
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006)h, Kontemporer tentang Riba dan Bunga, Cet. II ;
292. dari data tersebut diatas, bila dibandingkan Yokyakarta: 2004, h.96
dengan pembiayaan kredit yang kucurkan oleh 8
Lihat, Adiwarrman Karim, Bank Islam
perbankan nasional, maka Loan to Deposit Ratio Analisis Fiqih dan Keuangan, (Cet. I; Jakarta:
(LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.
perbankan syariah yang mencapai 97,8 persen
9
masih lebih baik ketimbang FDR perbankan Lihat. ibid.
nasional yang hanya 63,11 persen. Sedangkan 10
Lihat, Adiwarman Karim, Bank Islam
Non Performing Loan atau Non Performing Analisis Fiqih dan Keuangan, (Cet. I; Jakarta :
Financing perbankan syariah hanya berkisar 2,8 PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 202
persen, masih lebih rendah dari NPL perbankan
11
nasional yang mencapai sekitar 7,9 persen. Lihat. Abd. Rahman Al-Jaziry, Al-Fiqh al
2
Madzahib al-Arba’ah, Jilid. III (Cet. I; Beirut:
Lihat. Muhammad, M.Ag., Kebijakan Daar al-Kutub, 1990, h.
Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Cet. 12
I; Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 69 Lihat. Adiwarman Karim, M.B.A, Bank
Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi II:
3
Lihat, Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hal. 197
Syariah Dari Teori ke Praktik, (Cet. IV; Jakarta: 13
Ibid, h. 198
Gema Insani Press, 2002), h. 95

Anda mungkin juga menyukai