Anda di halaman 1dari 37

BAB II

2.1 PENDAHULUAN

Pewaktuan atau clock sangat penting pada elektronika digital. Multivibrator


dirancang untuk memenuhi rangkaian pewaktuan atau clock pada rangkaian elektronika
sesuai dengan yang diinginkan. Multivibrator ini juga dapat menyimpan bilangan biner,
mencacah, menyerempakkan operasi-operasi aritmatika serta melaksanakan fungsi-
fungsi pokok lainnya dalam sistem digital.
Multivibrator terdiri dari tiga jenis yaitu : multivibrator astabil, multivibrator
monostabil dan multivibrator bistabil.

2.2 PRINSIP DASAR MULTIVIBRATOR

Multivibrator telah banyak dirancang oleh berbagai macam teknologi untuk


memenuhi rangkaian pewaktuan atau clock pada rangkaian elektronika sesuai dengan
yang diinginkan. Multivibrator merupakan osilator. Sedangkan osilator adalah
rangkaian elektronika yang menghasilkan perubahan keadaan pada sinyal output.
Osilator dapat menghasilkan clock atau sinyal pewaktuan untuk sistem digital seperti
komputer. Selain itu osilator juga bisa menghasilkan frekuensi dari pemancar dan
penerima pada radio.
Pada dasarnya ada 3 tipe dari multivibrator, yaitu :
1. Multivibrator astabil
2. Multivibrator monostabil
3. Multivibrator bistabil
Pada umumnya, setiap rangkaian multivibrator berisi paling tidak dua rangkaian
amplifier yang disambung dan beroperasi sebagai suatu saklar yang tidak dibatasi
intervalnya, hanya bila status rangkaian diubah, maka rangkaian akan beroperasi
sebagai amplifier. Pada rangkaian multivibrator ini sinyal keluaran rangkaian saklar
pertama merupakan sinyal masukan untuk sinyal masukan rangkaian kedua, sedang
sinyal keluaran rangkaian kedua merupakan sinyal masukan rangkaian pertama.
Multivibrator astabil dan multivibrator monostabil dapat dibangun dari IC
gerbang logika dasar atau dirancang dari IC khusus untuk aplikasi pewaktuan. Dalam
beberapa hal, laju pengisian dan pengosongan tegangan pada kapasitor digunakan untuk
menentukan lamanya waktu saat rangkaian bekerja.
Multivibrator

LAJU PENGISIAN DAN PENGOSONGAN PADA KAPASITOR


Berikut ini akan dijelaskan mengenai rumus untuk menentukan laju pengisian dan
pengosongan tegangan pada sebuah kapasitor. Sebagai contoh dapat dilihat gambar 2.1,
untuk menentukan tegangan dari kapasitor dari berbagai nilai periode dari sebuah saklar
dalam keadaan tertutup.
Pada gambar 2.1, saat saklar berada pada posisi 1, arus akan mengalir searah
dengan jarum jam dari tegangan E melalui rangkaian RC. Kecepatan dari kapasitor saat
pengisian bergantung pada hasil dari RC.

Elektronika Digital 2 15
Multivibrator

Δv = E 1 − e ( − t/RC
) (2-1)
dimana : Δv = perubahan tegangan kapasitor.
E = perbedaan tegangan antara tegangan kapasitor yang pertama dan
tegangan total.
e = ketetapan yang bernilai log (2,718)
t = waktu saat pengisian kapasitor
R = resistansi , ohm
C = kapasitansi , farad

Saat pengisian
1 SW R
2
3 VC
+
E +
_ Saat C _ VC
pengosongan

Waktu
a b

VC

Waktu
c
Gambar 2.1
a. Rangkaian dasar RC saat pengisian
dan pengosongan tegangan kapasitor
b. Kurva saat pengisian
c. Kurva saat pengosongan

Dalam beberapa kasus, tegangan kapasitor pada mulanya dalam keadaan


kosong, sehingga Δv akan sama dengan tegangan akhir dari kapasitor tersebut. Tapi

16 Elektronika Digital 2
pada rangkaian multivibrator astabil, terdapat tegangan beberapa volt pada
kapasitornya. Untuk itu Δv akan sama dengan tegangan akhir dikurangi dengan
tegangan awal. Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka grafiknya akan terlihat
seperti gambar 2.1b.
Jika saklar pada gambar 2.1a, berada pada posisi 3, maka akan terjadi
pengosongan tegangan pada kapasitor dan arus akan mengalir berlawanan dengan arah
jarum jam melalui rangkaian RC. Persamaannya akan sama dengan pengisian tegangan
pada kapasitor, tetapi bentuk grafiknya seperti gambar 2.1c.
Dalam suatu perancangan rangkaian pewaktuan adalah penting untuk mencari
nilai t, jika diberikan Δv, E, r dan C. Untuk memudahkannya, maka dapat diturunkan
dari rumus berikut :
(
Δv = E 1 − e
− t/RC
)
Δv −t
= 1 − e RC
E
Δv -t
− 1 = −e RC
E
Δv -t
1− RC
E =e
1 1
= −t
1 − Δv RC
E e
1 t
= e RC
1 − Δv
E
⎛ 1 ⎞⎟
⎜ t
RC
ln⎜ = ln e
1 − Δv ⎟
⎝ E⎠
⎛ 1 ⎞⎟ t

ln⎜ ⎟ =
Δv RC
⎝1− E⎠
⎛ 1 ⎞
t = RC ln ⎜⎜ ⎟
⎟ (2-2)
Δv
⎝1 − E ⎠

Contoh 2-1
Pada gambar 2.2 tegangan kapasitornya mulanya dalam keadaan kosong. Tentukan
tegangan kapasitor setelah 0,5 ms jika saklar dirubah dari posisi 2 ke posisi 1.
R
1 10 ΚΩ

2
3
+
_5 V 0,047 μF
Gambar 2.2
Rangkaian untuk contoh 2.1

Jawab : E, merupakan tegangan total kapasitor saat pengisian. Dengan menggunakan


persamaan 2-1 :
(
Δv = E 1 − e
− t/RC
)
⎛ −0,5ms
10KΩ⋅0,047 μF ⎞
= 5 ⋅ ⎜1 − e ⎟
⎝ ⎠
=5⋅ 1−e ( −1,06
)
= 5 ⋅ (1 − 0,345)
= 5 . (0,655)
= 3,27 V

Contoh 2-2
Berdasarkan gambar 2.2 tegangan kapasitor mulanya dalam keadaan kosong. Berapa
lama waktu yang dibutuhkan jika saklar dipindahkan dari posisi 2 ke posisi 1 dan
tegangan pada kapasitor menuju 3 V.
Jawab : Δv = 3 V
E=5V
⎛ 1 ⎞
t = RC ln ⎜⎜ ⎟
Δv ⎟
⎝1− E⎠
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
t = (10KΩ ) ⋅ (0,047 μF) ln⎜ ⎟
1 − 35
⎝ ⎠
⎛ 1 ⎞
= 0,00047 ln⎜ ⎟
⎝ 0,4 ⎠
= 0,00047 ln (2,5)
= 0,00047 . (0,916)
= 0,431 ms
Contoh 2-3
Berdasarkan gambar 2.2, anggap bahwa mulanya tegangan pada kapasitor berisi sebesar
1 V. Berapa lama waktu yang dibutuhkan setelah saklar dirubah dari posisi 2 ke posisi 1
dan tegangan kapasitor menuju 3 V.
Jawab : Δv = 3 V − 1 V = 2 V
E = 5 V − 1 V = 4 V, kemudian gunakan persamaan 2-2 :
⎛ 1 ⎞
= ⎜ ⎟
t RC ln ⎜ ⎟
Δv
⎝1− E⎠
⎛ ⎞
1
t = (10KΩ ) ⋅ (0,047 μF) ln⎜ ⎟
⎜ ⎟
1−2
⎝ 4⎠
= 0,326 ms
Bentuk grafik dari tegangan kapasitor tersebut adalah:

5.0

4.0 t = 0.326 ms
Toward
+5 V
vkap (V)

3.0 E = 4.0 V

2.0 v = 2.0 V

1.0

0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


Waktu (ms)
Gambar 2.3
Bentuk grafik dari
tegangan kapasitor untuk contoh 2.3

Contoh 2-4
Berdasarkan gambar 2.2 anggap bahwa mulanya tegangan kapasitor berisi sebesar 4,2
V. Berapa lama waktu yang dibutuhkan jika saklar dirubah dari posisi 2 ke posisi 3 dan
menyebabkan tegangan pada kapasitor drop menjadi 1,5 V.
Jawab : soal ini merupakan prinsip dari laju pengosongan tegangan pada kapasitor.
Δv = 4,2 V − 1,5 V = 2,7 V
E = 4,2 V − 0 V = 4,2 V, gunakan persamaan 2-2:
⎛ 1 ⎞
⎜ ⎟
t RC ln
=
⎜ Δv ⎟
⎝1 − E ⎠
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
t = (10KΩ ) ⋅ (0,047 μF) ln ⎜ ⎟
2,7 ⎟
⎜1− 4,2 ⎠

= 0,484 ms
Bentuk grafik dari tegangan kapasitor tersebut adalah :

5.0

4.0

v = 2.7 V
3.0
vkap (V)

E = 4.2 V
2.0

t = 0.484 ms Toward
1.0
0V

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Waktu (ms)
Gambar 2.4
Bentuk grafik dari
tegangan kapasitor untuk contoh 2.4

2.3 MULTIVIBRATOR ASTABIL

Multivibrator astabil adalah suatu rangkaian yang mempunyai dua state dan
yang berosilasi secara kontinu guna memproduksi bentuk gelombang persegi atau pulsa
di keluarannya. Pada multivibrator astabil, outputnya tidak stabil pada setiap state, tapi
akan berubah secara kontinu dari 0 ke 1 dan dari 1 ke 0. Prinsip ini sama dengan
rangkaian osilator dan kondisi ini sering disebut dengan free running. Multivibrator
astabil digunakan sebagai dasar pewaktuan untuk rangkaian otomatis dan perlengkapan
pada rangkaian sekuensial.
Gambar 2.5 menunjukkan diagram skematik dari multivibrator astabil yang
dibangun dengan menggunakan transistor. Pada waktu+0, transistor T2 menghantarkan
pada saturasi (bertindak sebagai saklar tertutup) dan transistor T1 pada cutoff (berindak
sebagai saklar terbuka). Arus basis transistor T2 merupakan arus muatan untuk kapasitor
C2. Kapasitor C2 mengisi muatan sampai VCC. Tegangan kolektor transistor T1 akan naik
secara eksponensial sampai ke VCC sebagaimana kapasitor C2. Tahanan RB2 dipilih
untuk membatasi arus basis transistor T2 sampai harga minimal yang diperlukan

+ VCC

RL1 RB2 RB1 RL2


C2 C1
T1 T2
VC1 VC2
VB1 VB2

Gambar 2.5
Contoh rangkaian multivibrator astabil

transistor T2 untuk menghantar ke saturasi ketika ON. Sehingga transistor T2 terus


menghantar pada saturasi setelah kapasitor C2 mengisi muatan sampai VCC. Dengan cara
yang sama, kapasitor C1 mengisi muatan sampai sebesar VCC ketika transistor T
menghantar pada saturasi. (Anggaplah kapasitor C1 diberi muatan sampai VCC pada
time t+0). Ketika transistor T2 (bertindak sebagai saklar tertutup) menghantarkan pada
saturasi secara efektif menggroundkan lempeng apasitor C1 yang diberi muatan positif.
Gambar 2.6 juga menunjukkan sebuah rangkaian multivibrator astabil yang
sederhana yang dibangun dari sebuah Schmitt trigger inverter dan rangkaian RC.

Saat
Saat pengosongan
pengisian
Vout = 5 V/ 0 V

C 74HC14

Gambar 2.6
Schmitt trigger multivibrator astabil
Operasi dari osilator seperti pada gambar 2.6 adalah :
a. Tegangan supply IC dalam keadaan hidup / ON, sehingga Vkap adalah 0 V dan Vout
akan tinggi / sama dengan tegangan IC ≈ 5 V.
b. Kapasitor akan mulai mengisi yang sama dengan tegangan Vout.
c. Ketika Vkap menuju tegangan positif (VT+) dari schmitt trigger yaitu sebesar 5 V,
maka output dari Schmitt akan berubah menjadi rendah (≈ 0 V).
d. Karena Vout ≈ 0 V, maka akan terjadi pengosongan kapasitor terhadap 0 V.
e. Ketika Vkap drop menuju tegangan negatif (VT-), maka output Schmitt akan kembali
menjadi tinggi.
f. Kejadian seperti ini akan terus berulang, dimana saat pengisian tegangan kapasitor
menjadi VT+, dan saat pengosongan tegangan kapasitor turun menjadi VT-. Bentuk
gelombang ari Vout dan Vkap dapat dilihat pada gambar 2.7.

VCC

V
Vkap T +

VT -

0V

VOH

Vout

VOL

Gambar 2.7
Bentuk gelombang dari rangkaian
osilator dari gambar 2.6

Contoh 2-5
a. Buatlah bentuk gelombang dari rangkaian multivibrator astabil Schmitt trigger
berdasarkan gambar 2.6 dengan spesifikasi untuk IC CMOS Schmitt inverter
74HC14 (VCC = 5 V).
VOH = 5 V, VOL = 0 V

VT+ = 2,75 V, VT- = 1,67 V


b. Hitunglah waktu yang dibutuhkan saat pengisian tegangan kapasitor (tHI),
pengosongan tegangan kapasitor (tHL), duty cycle dan rekuensi jika R = 10 KΩ dan
C = 0,022 μF.
Jawab: a. Bentuk gelombang dari rangkaian Schmitt inverter adalah :

5V

2,75 V
Vkap
1,67 V

0V

5V

Vout

0V

tHI tLO

Gambar 2.8
Jawaban contoh soal 2.5

b. Untuk mencari tHI adalah :


ΔV = VT+ − VT-
ΔV = 2,75 V − 1,67 V = 1,08 V
E = 5 V − 1,67 V = 3,33 V
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
tHI = RC ln ⎜
Δv ⎟
⎝1− E⎠
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
= (10 KΩ).(0,022 μF) ln ⎜ ⎟
1,08V
⎜1− ⎟
⎝ 1,33V⎠
= 86,2 μs
Untuk mencari tLO adalah :
ΔV = 2,75 V − 1,67 V = 1,08 V
E = 2,75 V − 0 V = 2,75 V
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
tLO = RC ln ⎜
Δv ⎟
⎝1− E⎠
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
= (10 KΩ).(0,022 μF) ln ⎜ ⎟
1,08V
⎜1− ⎟
⎝ 2,75V⎠
= 110 μs
Untuk mencari duty cycle (perbandingan antara lebar waktu saat kondisi
high/tinggi dengan total perioda suatu gelombang) adalah :
t HI
D=
t HI + t LO
86,2
=
86,2 + 110
= 0,439 = 43,9 %
Untuk mencari frekuensi adalah :
1
f =
t HI + t LO
1
=
86,2 + 110
= 5,10 KHz

2.4 MULTIVIBRATOR MONOSTABIL

Multivibrator monostabil ini sering disebut dengan one shot. Multivibrator


monostabil adalah suatu rangkaian yang banyak dipakai untuk membangkitkan pulsa
output yang lebarnya dan amplitudonya tetap. Pulsa pada outputnya akan diproduksi
jika diberikan sebuah trigger pada inputnya. Multivibrator monostabil ini dapat dibuat
dengan menggunakan komponen-komponen tersendiri atau dapat diperoleh dalam paket
terintegrasi.
Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian monostabil yang dirancang dengan elemen
diskrit dibangun menjadi dua rangkaian inverter seperti halnya multivibrator astabil.
Output inverter pertama dikopel melalui kondensator ke input inverter kedua. Output
inverter kedua dikopel melalui suatu resistor ke inverter pertama.
Gambar 2.10 adalah suatu rangkaian multivibrator monostabil sederhana yang
dibangun dari gerbang NAND dan rangkaian RC.

+ VCC
RL R C1 RL
C

R1
T1 T2

C2 e0
R2

- Vbb
Gambar 7-9
Contoh rangkaian multivibrator monostabil

74HC00
A
(Input trigger) 1 Q

Vcc

2 Q
C

Gambar 2.10
Multivibrator monostabil yang
dibangun dari gerbang NAND
Cara kerja rangkaian tersebut adalah :
1. Ketika tegangan diberikan, anggaplah bahwa A dalam keadaan tinggi, Q = rendah,
Q = tinggi dan pada C terjadi pengosongan tegangan, sehingga titik D = tinggi.
2. Jika diberikan pulsa negatif pada A , maka Q menjadi tinggi dan Q = rendah.
3. Tegangan kapasitor akan berubah dengan segera dan titik D akan drop menjadi 0 V.
4. Karena pada titik d = 0 V, maka akan menyebabkan salah satu input pada gerbang 1
menjadi rendah, meskipun A ditrigger menjadi tinggi. Oleh karena itu Q tetap
dalam keadaan tinggi dan Q = rendah.
5. Beberapa lama kemudian akan terjadi pengisian kapasitor terhadap VCC. Ketika
tegangan kapaitor pada titik D menuju level tegangan input (VIH) dari gerbang 1
dalam keadaan tinggi, maka Q akan menjadi rendah dan Q menjadi tinggi.
6. Rangkaian kembali pada state yang stabil, sampai munculnya sinyal trigger dari A .
dan pada kapasitor terjadi lagi pengosongan tegangan ≈ 0 V.
Bentuk gelombang pada gambar 2.11 menunjukkan karakteristik input/output
dari rangkaian dan akan digunakan untuk membangun suatu persamaan untuk
menentukan tw. Pada kondisi state stabil ( Q = tinggi ), tegangan pada titik D akan
sama
dengan VCC.

VCC

A
0V

VCC

Q
0V
4
VCC 1 5

V1H 3
D
0V
2 tw tw

Gambar 2.11
Bentuk gelombang input/output
dari gambar 2.10

Berikut ini penjelasan dari bentuk gelombang pada gambar 2.11:


1. Saat pengosongan tegangan kapasitor. Q dalam keadaan rendah ketika diberikan
trigger input pada A dan titik D juga akan rendah.
2. Sudah mulai dalam tahap pengisian muatan kapasitor terhadap VCC ketika titik D
mencapai VIH.
3. Q kembali tinggi. Pada kapasitor dilewati oleh tegangan VIH sehingga terjadinya
penambahan tegangan dengan level output Q dan titik D menjadi VCC + VIH.
4. Pengosongan muatan pada kapasitor kembali sampai 0 V dan titik D mendrop
sampai ke level VCC.
5. Menunggu datangnya trigger berikut.

Contoh 2-6
a. Gambarkan bentuk gelombang untuk bentuk gelombang dari rangkaian
multivibrator monostabil dari gambar 2.10. Diketahui bentuk gelombang
trigger
input A dan spesifikasi dari IC 74HC00 CMOS (VCC = 5 V).
VOH = 5 V, VOL = 0 V
VIH = 3,5 V, VIL = 1 V
b. Hitunglah lebar pulsa output (tw) untuk R = 4,7 KΩ dan C = 0,0047μF
Jawab :
a. Bentuk gelombang untuk rangkaian multivibrator adalah :

5,0 V
A 1 μs 1 μs

0,0 V

5,0 V
Q

0,0 V tw
8,5 V

5,0 V
D
3,5 V

0,0 V

Gambar 2.-12
Bentuk gelombang dari contoh soal 2.6

b. Untuk mencari tw, digunakan persamaan 2-2 :


Δv = 3,5 V – 0 V = 3,5 V
E =5V–0v=5V
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
tw = RC ln ⎜ ⎟
1 − Δv
⎝ E⎠
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
= (4,7 KΩ) . (0,0047μF) ln ⎜ ⎟
⎜ 1 − 3,5 V ⎟
⎝ 5 V⎠
= 26,6 μs

2.5 MULTIVIBRATOR BISTABIL

Multivibrator ini disebut juga dengan flip flop atau latch (penahan) yang
mempunyai dua state. Flip flop merupakan elemen dasar dari rangkaian logika
sekuensial. Output dari flip flop tergantung dari keadaan rangkaian sebelumnya. Output
dari flip flop terdiri dari Q dan Q . Dimana keadaan Q berlawanan dengan Q. Salah
satu contoh dari trigger flip flop adalah RS flip flop. Seperti yang telah dipelajari pada
Bab 1.
Gambar 2.13 menunjukkan tiga buah pulsa trigger input dan perubahannya pada
state output sebanyak tiga kali. Setelah pulsa yang ketiga diberikan, output akan tinggi.

input output
Flip flop
1 2 3 1 2 3
Diagram menunjukkan
trigger pulsa 3 buah
input.Sesudah pulsa ke tiga
outputnya tetap tinggi

Gambar 2.13
Pemberian pulsa input pada
rangkaian Multivibrator Bistabil

2.6 MULTIVIBRATOR ASTABIL MENGGUNAKAN IC PEWAKTU 555

IC pewaktu 555 sudah banyak dikenal oleh penggemar elketronika dan bisa
dikatakan sebagai suatu IC pewaktu yang general purpose. Gambar 2.14 menunjukkan
blok diagram dari IC pewaktu 555 yang komponen internal dan komponen eksternal
yang dibutuhkan untuk suatu osilator astabil.
555 berasal dari tiga buah resistor yang terdapat pada rangkaian tersebut yang
masing-masing nilainya adalah 5 KΩ. Resistor ini akan membentuk rantai pembagi
tegangan dari VCC ke ground. Sehingga adanya tegangan sebear 1/3 VCC pada
komparator 1 yang melewati resistor 5 KΩ yang pertama. Dan tegangan 2/3 VCC pada
komparator 2 yang melewati resistor 5 KΩ yang kedua. Kemudian dari diagram tersebut
juga terdapat komparator. Komparator disini berfungsi untuk menunjukkan tinggi atau
rendahnya output berdasarkan perbandingan level tegangan analog pada input. Jika
input positif lebih besar dari input negatif maka outputnya akan bernilai tinggi.
Sebaliknya jika input positif lebih kecil dari input negatif maka outputnya akan bernilai
rendah. SR flip flop akan mengendalikan dari dua buah komparator tersebut. RS flip
flop ini merupakan aktif low reset dan outputnya terdapat pada Q . Transistor NPN
merupakan discharge transistor yangV digunakan untuk men-short pin 7 ke 1 ketika Q
CC
tinggi.

(8)

VCC (4.8 V to 18 V)
RA

5k
(6) Treshold
+
Comp.
Charging R
(5) 1
Path -
Control
RB
Voltage
0.01 µF 5k FF

Discharge + Output
Path Comp.
S Q
(2) Trigger 2 (3)
-
Output buffer
(IOL=IOH=200ma)
5k
C (7) Discharge

Discharge
Transistor

GND Reset 555


(1) (4)

Gambar 2.14
Blok diagram dari IC pewaktu 555
dengan komponen eksternal

Fungsi dari pin IC pewaktu 555 adalah :


Pin 1 (ground) : sistem ground.
Pin 2 (trigger) : input pada komparator 2 yang digunakan untuk menset flip flop.
Pin 3 (output) : output dari IC pewaktu 555. Level tegangan output bergantung dari
arus output, yaitu kira-kira : VOH = VCC − 1,5 V dan VOL = 0,1 V.
Pin 4 (reset) : reset aktif low, dimana Q = tinggi dan pin 3 (output) = rendah.
Pin 5 (control) : digunakan untuk melalui level tegangan 2/3 VCC. Biasanya pin ini
dihubungkan dengan kapasitor 0,01 μF sebagai bypass.
Pin 6 (treshold) : input pada komparator 1 yang digunakan untuk mereset flip flop.
Pin 7 (discharge): hubungan untuk kolektor dari transistor NPN. Pin ini digunakan
untuk menshort pin 7 ke ground ketika Q = tinggi (pin 3 = rendah),
dan akan terjadi pengosongan muatan pada kapasitor.
Pin 8 (VCC) : Tegangan supply. Range VCC dari 4,5 V − 18 V.
Cara kerja dari IC pewaktuan 555 pada gambar 2.14 adalah :
1. Ketika power dihidupkan, terjadi pengosongan muatan pada kapasitor, dimana
tegangan pada pin 2 = 0 V dan keluaran pada komparator kedua adalah bernilai
tinggi. Sehingga flip flop dalam keadaan set ( Q = rendah dan keluaran/outputnya =
tinggi).
2. Dengan output yang tinggi ( Q = rendah), transistor akan terbuka dan terjadi
pengisian muatan pada kapasitor terhadap VCC melalui RA + RB.
3. Ketika muatan kapasitor melebihi 1/3 VCC , keluaran komparator ke 2 menuju
rendah dan jika tegangan kapasitor melebihi 2/3 VCC, keluaran komparator pertama
menuju tinggi. Sehingga flip flop dalam keadaan reset ( Q = tinggi, ouput = rendah).
4. Dengan output yang rendah ( Q = tinggi ), maka pin 7 akan menjadi hampir 0 V
(short transistor dari pin 7 ke ground) dan terjadi pengosongan muatan kapasitor
melalui RB.
5. Ketika tegangan kapasitor drop sampai dibawah 1/3 VCC , keluaran komparator
kedua menuju tinggi lagi dan flip flop dalam keadaan set ( Q = rendah, ouput =
tinggi).
6. Dengan Q = rendah, transistor terbuka dan terjadi pengisian muatan kapasitor.
7. Begitulah seterusnya, dengan pengisian muatan kapasitor sebesar 2/3 VCC dan
pengosongan muatan di bawah 1/3 VCC secara kontinu. Ketika pengisian muatan
kapasitor, output akan tinggi dan sebaliknya saat pengosongan muatan output akan
rendah.
VC
VCC τ = RB .C τ = (R + R ).C
D C A B

2/3 VCC

1/3 VCC VC trigger komparator 1

VC trigger komparator 2
0
tLO tHI

VCC - 1.5 V

Vout

0.1 V

Gambar 2.15
Bentuk gelombang dari VC dan Vout
dari gambar 2.14

Gambar 2.15 menunjukkan bentuk gelombang dari cara kerja pada IC pewaktu
555 sebagai osilator astabil. Rumus untuk mencari durasi waktu tLO dan tHI diperoleh
dengan menggunakan teori pada persamaan 2-2 . Untuk menentukan persamaan tLO :
Δv = jarak tempuh tegangan kapasitor = 1/3 VCC (2/3 VCC − 1/3 VCC)
E = jarak total tegangan kapasitor = 2/3 VCC (VCC − 1/3 VCC)
τ = waktu konstan, bagian yang dialiri arus saat pengosongan muatan pada kapasitor,
(RB.C).
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
tw = RC ln⎜
Δv ⎟
⎝1 − E⎠
⎛ ⎞
⎜ 1 ⎟
tLO = RB .C ln ⎜ ⎟
⎜ 1 − 1/3V CC ⎟
⎝ 2/3VCC ⎠
⎛ 1 ⎞
tLO = R B .C ln ⎜ ⎟
⎝ 1 − 0,5 ⎠
tLO = RB . C ln (2)
tLO = 0,693 . RBC

Untuk menentukan persamaan tHI adalah :


Δv = jarak tempuh tegangan kapasitor = 1/3 VCC (2/3 VCC − 1/3 VCC)
E = jarak total tegangan kapasitor = 2/3 VCC (VCC − 1/3 VCC)
τ = waktu konstan, bagian yang dialiri arus saat pengosongan muatan pada kapasitor,
(RA + RB) . C
⎛ ⎞
⎜ ⎟
tHI = (RA+ RB) .C ln ⎜ 1

⎜ 1 − 1/3V CC ⎟
⎝ 2/3VCC ⎠
⎛ 1 ⎞
tLO = (RA + RB) .C ln ⎜ ⎟
⎝ 1 − 0,5 ⎠
tLO = (RA + RB) . C ln (2)
tLO = 0,693 . (RA + RB)C

Contoh 2-7
Tentukan tHI, tLO, duty cycle dan frekuensi untuk rangkaian multivibrator 555
berdasarkan gambar 2.16 :
VCC = 6 V

4.7 k RA
8 4
7

10 k RB 2 555 3 VOUT

6
1 5

680 pF C 0.01 µF

Gambar 2.16
Rangkaian untuk contoh 2.7

Jawab : a. tLO = 0,693 . RBC


= 0,693 . (10 KΩ) . 680 pF
= 4,71 μs
b. tHI = 0,693 . (RA + RB)C
= 0,693 . (4,7 KΩ + 10 KΩ) . 680 pF
= 6,93 μs
t HI
c. duty cycle =
t HI + t LO
6,93 μs
=
6,93μs + 4,71μs
= 59,5 %
1
d. frekuensi =
t HI + t LO
1
=
6,93 + 4,71
= 85,9 KHz

Duty Cycle 50 % Osilator Astabil


Dengan mempelajari gambar 2.14 dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan duty
cycle tLO harus sama dengan tHI, kemudian time konstan saat pengisian muatan dan
pengosongan muatan juga harus sama. Tapi dengan rangkaian multivibrator yang telah
dipelajari, hal ini tidak bisa terjadi karena pada tLO time konstannya RB.C, sedangkan
pada tHI time konstannya = (RA + RB).C.
Jadi untuk membuat RA = RB, maka RB harus di short-kan dengan dioda selama
perputaran pengisian muatan kapasitor, sehingga akan didapatkan duty cycle 50 %.
Rangkaian untuk duty cycle 50 % adalah sebagai berikut :

VCC

RA
8 4
7
RB = R A

Bagian
2 555 3 VOUT
Pengosongan

6
1 5
Bagian
+
Pengisian
C
0.01 µF

Gambar 2.17
Rangkaian multivibrator astabil yang di set
untuk duty cycle 50 %

Time konstan saat pengisian muatan pada gambar 2.17 adalah RA.C dan time
konstan saat pengosongan muatan adalah RB. Oleh karena itu rumusnya menjadi :

tHI = 0,693 RA.C


tLO = 0,693 RB.C
Jika RB di set = RA, maka tHI akan sama dengan tLO dan duty cycle akan menjadi 50 %.
Jika menginginkan duty cycle yang kecil dari 50 % dapat diperoleh dengan
menggunakan dioda dan memberi nilai RA lebih kecil dari RB.

2.7 MULTIVIBRATOR MONOSTABIL MENGGUNAKAN IC


PEWAKTU 555

Multivibrator monostabil dengan menggunakan IC pewaktu 555, seperti yang


ditunjukkan pada gambar 2.18 juga telah umum digunakan. Cara kerja dari blok
diagram pada gambar 2.18 adalah sebagai berikut :
1. Sebelum trigger diaktifkan, Vout dalam keadaan rendah, sehingga akan menshort pin
7 ke ground dan terjadi pengosongan muatan pada kapasitor.
2. Pin 2 mempertahankan keadaan tinggi dengan resistor pull-up 10 KΩ. Untuk
mentrigger monostabil diberikan pulsa negatif pada pin 2.
3. Ketika trigger sudah diberikan, komparator 2 menuju tinggi (lihat gambar 2.14).
Sehingga flip flop dalam keadaan set (Vout = tinggi dan transistor terbuka pada pin
7).
4. Kapasitor mulai mengisi muatan terhadap VCC melalui RA.
5. Ketika tegangan pada pin 6 melewati 2/3 VCC (threshold), komparator ke dua
menuju tinggi. Sehingga flip flop dalam keadaan reset (Vout = rendah dan transistor
tertutup).
6. Kemudian akan terjadi pengosongan kapasitor sampai 0 V dan monostabil
mempertahankan state stabil (Vout = rendah), sampai datang trigger berikutnya.

VCC
10 k
4 8 RA
2
Trigger

(Thres.)
555 6

(Disch.)
7

1 5 3

0.01µF C

Gambar 2.18
Hubungan pin IC pewaktu 555 dengan
Multivibrator Monostabil
Bentuk gelombang yang dihasilkan pada gambar 2.18 adalah :

Gambar 2.19
Bentuk gelombang dari gambar 2.18

2.8 OSILATOR KRISTAL

Tidak satu pun dari rangkaian RC osilator yang telah dipelajari sebelum ini
menghasilkan tingkat kestabilan yang tinggi. Sedangkan pada rangkaian elektronika
digital sangat dibutuhkan tingkat kestabilan dan akurasi yang tinggi.

Gambar 2.20
Quartz Kristal
Untuk itu para pendesain rangkaian elektronika mendesain suatu komponen
yang mempunyai tingkat kestabilan dan akurasi pewaktuan yang tinggi. Komponen
tersebut dinamakan quartz kristal (lihat gambar 2.20).
kristal kristal

(12) (13)
100 k

Kontrol
+5 V
(1) Frekuensi (10)
1/6 74HC04
(1) (2) (3) (4)
Vout
Enable Range
1/6 74HC04
100 pF (11) (14)

(a) (b)

10 M +5 V
Vout 0V
0.5 µs
100

74HCT14

2-MHz
12 pF 12 pF
Crystal

(c)

Gambar 2.21
Rangkaian Osilator kristal
a. Osilator dengan high-speed CMOS
b. Osilator dengan Schottky-TTL
c. Osilator dengan Schmitt-inverter

Osilator kristal tersedia dalam bentuk paket IC atau dapat dibangun dengan
menggunakan quartz kristal osilator seperti pada gambar 2.21. Rangkaian yang
ditunjukkan pada gambar 2.21 akan menentukan osilasi dari frekuensi dengan pemilihan
kristal yang tepat. Pada gambar 2.21(a) dibutuhkan potensiometer 100 KΩ untuk
mengatur osilasi. IC TTL 74S124 pada gambar 2.21(b) adalah sebagai tegangan kontrol
osilator untuk men-set up dalam menghasilkan frekuensi yang spesifik pada VOUT.
Dengan merubah kapasitor kristal , maka frekuensi output juga akan berubah,
berdasarkan level tegangan pada kontrol frekuensi (pin 1) dan range frekuensi (pin 14).
Dengan menggunakan data manual (yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya), dapat
ditentukan frekuensi output dari VCO berdasarkan level tegangan yang diberikan pada
input. Osilator pada gambar 2.21(c) menggunakan kristal 2 MHz dan HCT-Schmitt
tunggal untuk menghasilkan bentuk gelombang yang ditunjukkan dengan tingkat
akurasi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai