Anda di halaman 1dari 14

1.

Pengertian Shopping Center

Shopping center is a building or set of buildings which contain


retail units, interconnecting walkways enabling visitors to easily walk
from unit to unit. Yang apabila di terjemahkan memiliki arti pusat
perbelanjaan adalah sebuah bangunan atau beberapa bangunan yang terdiri
dari pertokoan-pertokoan yang memiliki jalan penghubung untuk
memungkinkan pengunjung berjalan dari unit ke unit.

Dalam buku Panduan Perancangan Bangunan Komersil


disebutkan pengertian pusat perbelanjaan, yaitu sekelompok kesatuan
pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang
direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan
operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe took, dan area
perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang
dibuat berhubungan dengan tipr dan ukuran took-toko (Urban Land
Institute, Shopping Center Development Handbook).

Dari hasil uraian diatas yang dimaksud dengan shopping center


adalah sebuah bangunan atau beberapa bangunan yang terdiri dari
pertokoan-pertokoan yang memiliki jalan penghubung untuk
memungkinkan pengunjung berjalan dari unit ke unit. dan didirikan pada
sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur
menjadi sebuah kesatuan operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe
took, dan area perbelanjaan dari unit tersebut.

2.
2. Tujuan Dan Manfaat Shopping Center

a. Membentuk masyarakat dalam daya saing dibidang perdagangan


menyangkut dengan telah adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
sehingga masyarakat mampu bersaing dalam memperkenalkan produk
produk dalam negeri.

b. Memberikan jaminan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen dalam


hal shopping ataupun berjualan guna memperlancar proses jual beli yang
aman dan nyaman.

c. Mampu memberikan citra kota kepada kota palu sendiri dengan adanya
shopping center hasanuddin yang mempunyai ciri khas design tersendiri.

3. Fungsi Shopping Center

Menurut buku yang saya baca shopping center yang mempunyai


fungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya penjual dan
pembeli dalam melakukan transaksi) di bidang barang maupun jasa yang
sifat kegiatanya melayani umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat
juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang
lokasinya digabung dalam satu bangunan atau kompleks. Pusat
perbelanjaan tidak hanya sebagai tempat untuk melihat-lihat, tempat
bersenang-senang, tempat rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan
rangsangan yang mendorong orang untuk membeli, tempat bersantai dan
bersosialisi.

4. Konsep shopping center

Pada umumnya mal adalah bangunan tertutup multilantai dengan


etalase-etalase dan interior yang eye catching, pengaturan udara yang baik
sehingga pengunjung dapat melakukan aktivitasnya dengan nyaman. Mal
diisi oleh berbagai jenis retail atau toko dalam satu struktur yang kompak,
tempat berkumpul sejumlah vendor independen atau berbagai toko dengan
beragam brand, antara satu toko dengan lainnya dihubungkan oleh jalur
sirkulasi dengan tujuan mempermudah pengunjung berjalan dari satu toko
ke toko lainnya. Perkembangan fungsi dan fasilitas mal luar biasa, saat ini
fungsi mal tidak hanya sebagai pusat perbelanjaan saja, fasilitas hiburan
kian dominan, dari bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak-
anak, ruang pameran, fitness, sampai meeting room tersedia, bahkan ada
mal yang menye- diakan fasilitas ruang untuk ibu menyusui, dan ruang
ibadah Gereja di dalam mal. Tak mengherankan, kian hari mal makin
populer. Areal mal umumnya sudah dilengkapi fasilitas internet nirkabel
(WiFi). Jadi, pengunjung dapat bertemu di kafe atau restonya sambil asyik
dengan laptop dan gadget-nya. Jam buka mal pun saat ini lebih panjang,
sejak pagi hingga dini hari. Fungsi mal meluas menjadi semacam
community centre kaum urban, tempat mereka menikmati gaya hidup
melalui konsumsi barang dan jasa yang sesuai dengan simbol statusnya.
Siapa pun boleh menikmati mal, baik yang berduit maupun tidak, untuk
berbelanja atau sekadar window shop- ping tanpa harus membeli barang
apapun.

Dapat dikatakan mal memiliki apapun yang diinginkan oleh


pengunjungnya dari usia anak sampai dengan orang tua. Di mal aktivitas
keluarga dapat berjalan bersamaan, ketika orang tua berbelanja, anak-
anak mereka dapat bermain di pusat hiburan, menonton bioskop, dan pada
saat yang sudah ditentu- kan seluruh anggota keluarga akan berkumpul di
food court untuk makan bersama. Walaupun seringkali mal memiliki
target market pengunjung yang spesi- fik, tetapi mal tetap mampu
mewadahi berbagai aktivitas untuk pengunjung yang berbeda, kesemua-
nya menawarkan kesenangan, kegembiraan dan kemudahan. Piliang
(1998:216) menyebutkan bahwa shopping mall telah berkembang menjadi
pusat pem- bentukan gaya hidup. Shopping mall mengkonsen- trasikan
dan merasionalisasikan waktu dan aktivitas masyarakat, sehingga ia
menjadi pusat aktivitas sosial dan akulturasi, tempat pembentukan citra
dan eksis- tensi diri, sumber pengetahuan, informasi, tata nilai dan moral
sekaligus.
5. Pusat Perdagangan Dalam Konteks Kota

Perdagangan merupakan penyokong utama kehidupan kota, tidak


hanya melalui kegiatan sekunder yang berupa jual beli barang dan jasa
saja tetapi juga melalui kegiatan sekunder yang berupa Window
Shopping, bertemu orang lain, memperhatikan orang lain yang bersifat
rekreatif. Kegiatan kegiatan ini tidak hanya berlangsung di dalam
bangunan saja, tetapi dapat juga mengambil tempat di luar banguanan.
Oleh karena itu kegiatan perdagangan tidak akan sukses bila hanya
dipandang sebagai aktifitas fungsional saja dan bukan sebagai aktifitas
sosial.

Bagi pusat perdagangan semakin banyak pengunjung yang datang


dan beraktifitas maka akan mendatangkan keuntungan Karena
kelangsungan hidup usahanya akan dapat terus berjalan. Oleh karena itu
integrasi antara bentuk dan fungsi di dalam dan di luar bangunan harus
saling bersimbiosis mutualisme, dimana keduanya dapat saling
menguntungkan.

Dalam perancangan pusat perdagangan dalam konteks urban


terdapat prinsip yaitu (Hamdani 2004).
a. Massa
- Massa bangunan pusat perbelanjaan harus merfleksikan pola-pola
eksisting kawasan.
- Fasade bangunan pusat perdagangan harus merespon dan
berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar
b. Ruang
Ruang diantara banguanan pusat perdagangan harus saling
berhubungan menjadi bagian dari jaringan ruang-ruang urban
dilingkungan sekitarnya.
c. Fungsi
Fungsi di dalam dan diluar bangunan pusat perdagangan harus
saling berinteraksi untuk menghidupkan masing masing kegiatan, oleh
karena itu kegiatan sekunder fungsi perdagangan perlu mendapat
perhatian yang sama besar dengan kegiatan primernya.
d. Sirkulasi
Pola jaringan sirkulasi dalam kawasan pusat perdagangan harus di
desain tiap-tiap bagian bangunan dapat diakses dengan mudah dan tidak
ada ruang yang terisolasi, selain itu juga pola sirkulasi dan parkir
kendaraan bermotor dapat diatur sehingga tidak terjadi kemacetan
didalam site.

6. Jenis-jenis Pusat Perbelanjaan

Berdasarkan skala pelayanannya, pusat perbelanjaan dapat


dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Pusat perbelanjaan lokal (neighborhood center)


Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan
yang meliputi 5.000 sampai 40.000 penduduk (skala lingkungan),
dengan luas bangunan berkisar antara 2.787-9.290 m².

2. Pusat perbelanjaan distrik (community center)


Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan
40.000 sampai 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas
bangunan berkisar antara 9.290-27.870 m².

3. Pusat perbelanjaan regional (main center)


Pusat perbelajaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas
daerah dengan 150.000 sampai 400.000 penduduk, dengan luas
banguanan 27.870-92.990 m².

Pusat perbelanjaan yang memungkinkan untuk lahan yang terbatas


adalah pusat perbelanjaan lokal yang luas bangunanya hanya berkisar
2.787-9.290 m² dengan perkiraan 2-3 lantai ke atas, dan unit penjualan
terbesar hanya berupa supermarket.

Gambar 2.1 Pusat Perbelanjaan Lokal : Plaza Slipi Jaya

Berdasarkan bentuknya, pusat perbelanjaan dibedakan menjadi tiga


dengan keuntungan dan kerugian sendiri, yaitu :

1. Pusat perbelanjaan terbuka (open)


Keuntungannya adalah kesan luas dan perencanaan teknis yang
mudah sehingga biaya lebih murah. Kerugiannya adalah berupa
kendala climatic control, yang berpengaruh terhadap kenyamanan.

Gambar 2.2. Pusat Perbelanjaan Terbuka : Paris Van Java


2. Pusat perbelanjaan tertutup (enclosed)
Keuntungannya berupa kennyamanan yang dapat diatur karena
menggunakan alat bantu. Kerugiannya adalah biaya yang mahal dan
kesan kurang luas.

Gambar 2.3. Pusat Perbelanjaan Tertutup : Summarecon Mal.Serpong

3. Pusat perbelanjaan terpadu (integrated)


Merupakan penggabungan pusat perbelanjaan yang terbuka dan
tertutup. Munculnya bentuk ini merupakan antisipasi terhadap keborosan
energy untuk climatic control, serta mahalnya pembangunan dan
perawatan bangunan

Gambar 2.3. Pusat Perbelanjaan Terpadu : Canal City, Fukuoka


Jika melihat dari kondisi iklim di Indonesia yang memiliki curah
hujan tinggi, besar resikonya terhadap kenyamanan untuk pusat perbelanjaan
yang terbuka. Namun untuk mensiasati masalah penggunaan energy yang
berlebih, pusat perbelanjaan yang menggabungkan antara area terbuka
dengan tertutup bias menjadi satu solusi.

A. Perbedaan pusat perbelanjaan dan plaza

 Pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup


dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan jalan yang
teratur sehingga berada di antara antar toko-toko kecil yang saling
berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas),
umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai.
 Plaza atau Town Square adalah pusat perbelanjaan yang secara arsitektur
bangunan dirancang tinggi, memiliki lebih dari tiga lantai. Sebuah plaza
umumnya dibangun dengan pilihan lokasi pusat kota, karena itulah
bangunannya mengutamakan banyak lantai (tinggi), dengan tujuan untuk
menghemat tempat.

B. Teori-teori dalam pembangunan


1. Teori Perancangan Struktur
Sulawesi Tengah adalah daerah termasuk daerah gempa zona 1 (
zona tinggi), ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan gedung di
Sulawesi Tengah.
Dalam perencanaan suatu bangunan perlu pertimbangan sistem
struktur yang akan diterapkan pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita
dan Anak. Pemilihan sistem struktur mempunyai hubungan yang erat
dengan sistem fungsional gedung. Desain struktural akan mempengaruhi
desain gedung secara keseluruhan. Adapun faktor-faktor yang
menentukan dalam pemilihan sistem struktur adalah sebagai berikut:

a. Aspek Arsitektural
Hal ini berkaitan dengan denah dan struktur yang dipilih, ditinjau dari
segi arsitektur.
b. Aspek Fungsional
Hal ini berkaitan dengan penggunaan ruang. Biasanya hal tersebut akan
mempengaruhi penggunaan bentang elemen struktur yang digunakan.
c. Aspek Kekuatan dan Kestabilan Struktur
Aspek ini berkaitan dengan kemampuan struktur dalam menerima beban-
beban yang bekerja baik beban vertikal maupun beban lateral serta
kestabilan struktur dalam kedua arah tersebut.

d. Aspek Ekonomi
Biasanya pada suatu gedung, dapat digunakan beberapa macam struktur.
Oleh sebab itu faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan pengerjaan
merupakan faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan pengerjaan
merupakan faktor yang mempengaruhi sistem struktur yang akan dipilih.

Faktor kemampuan struktur dalam mengakomodasi sistem


layanan gedung. Pemilihan sistem struktur juga harus
mempertimbangkan kemampuan struktur dalam mengakomodasikan
sistem pelayanan yang ada, yakni menyangkut pekerjaan ME (mekanikal
dan elektrikal).

2. Unsur Perancangan Lansekap


a. Bahan material lansekap
Menurut Hakim & Utomo (2002) material lansekap dibagi
menjadi 2 bagian besar, yaitu material lunak (soft material) dan material
keras (hard material).
 Material Lunak (soft material)
Meterial lunak berupa tanaman dan air, tanaman
merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang,
pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman,
bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa
pertumbuhannya, sehingga kualitas dan kuantitas ruang terbuka
akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan
tanaman.
 Material Keras (hard material)
Material keras dapat dibagi dalam 5 kelompok besar, yaitu ;
- Material keras alami (berasal dari
bahan alami berupa kayu)
- Material keras alami dari potensi geologi berupa batu-
batuan, pasir dan batu bata)
- Material keras buatan bahan metal (berupa alumunium,
besi, perunggu, tembaga dan baja)
- Material keras buatan sintesis/tiruan (berupa plastik dan
fiberglas)
- Material keras buatan kombinasi (berupa beton dan
plywood)

b. Skala
hakim & utomo (2002) membagi 3 macam skala, yaitu :

 Skala manusia, pada skala ini penekanan di arahkan pada


penggunaan ukuran dimensi manusia atau gerak ruang manusia
terhadap objek atau benda yang dirancang.

 Skala generik, pada skala ini perbandingan di arahkan pada


penggunaan suatu elemen atau ruang terhadap elemen lain yang
berhubungan disekitarnya.

 Skala gambar, perbadingan perbesaran atau perkecilan antara


gambar atau peta yang dikerjakan mempergunakan suatu ukuran
angka/numerik ataupun grafik.
c. Sirukulasi
Hakim & Utomo (2002) membagi sirkulasi menjadi 2 bagian, yaitu ;
 Sirkulasi kendaraan, secara hirarki dapat dibagi menjadi 2 jalur
yaitu:
jalur distribusi, untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat akses,
jalur untuk melayani bangunan-bangunan/jalur lambat)
keduanya harus terpisah sehingga kelancaran lalulintas dapat
dijamin, sementara itu fasilitas penunjang yang diperlukan antara
lain: rambu-rambu lalulintas dan ruang parkir yang harus
disesuaikan dengan site yang tersedia.

 Sirkulasi manusia, sirkulasi pedestrian membentuk pertalian


yang penting dalam hubungannya dengan aktifitas dalam site,
maka banyak hal yang harus diperhatikan antara lain: lebar jalan,
penambahan estetika yang menyenangkan.

d. Tata Hijau
Dalam kaitannya dengan perencanaan lansekap, tata hijau
merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang
luar, perencanaan lansekap tersebut mencakup: habitus tanaman, karakter
tanaman, dan fungsi tanaman.

1. Habitus tanaman
Habitus tanaman adalah tanaman yang dilihat dari segi
botanis/morphologis, sesuai dengan ekologis dan efek visual, tanaman
dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:

 Pohon: batang berkayu, percabangan jauh dari tanah, berakar


dalam, dan tinggi di atas 3.00 meter.
 Perdu: batang berkayu, percabangan dekat dengan tanah,
berakar dangkal, dan tinggi 1.00-3.00 meter.
 Semak: batang tidak berkayu, percabangan dekat dengan
tanah, berakar dangkal dan tinggi 0.50-1.00 meter
 Penutup tanah: batang tidak berkayu, barakar dangkal, dan
mempunyai ketinggian 20-50 cm.
 Rerumputan

2. Karakter Tanaman
Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan
percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur,
aksentuasi, skala ketinggian dan kesendiriannya.

3. Fungsi Tanaman
Berbagai fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai berikut:
 Kontrol pandangan
 Pambatas fisik
 Pengendali iklim
 Pencegah erosi
 Habitat satwa
 Nilai estetis

4. Fasilitas Parkir
Menurut Hakim & Utomo (2002),Lokasi dimana kendaraan
diparkirkan dinamakan fasilitas parkir. Peran fasilitas parkir dalam sistem
transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat
untuk menyimpan kendaraan ditempat-tempat tujuan perjalanan dari
pergerakan lalu lintas.
Dalam penentuan tata letak parkir, mempunyai beberapa kriteria
sebagai berikut:
 Parkir terletak pada muka tapak yang datar
 Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan

5. Pencahayaan
Aplikasi pencahayaan dalam desain arsitektur lansekap
adalah sebagai berikut:
 Penerapan cahaya sebagai aksentuasi
 Penerangan cahaya sebagai pembentuk bayang-bayang
 Penerangan cahaya sebagai refleksi
 Penerangan cahaya sebagai pengarah sirkulasi

6. Pola Lantai
Pembentukan pola-pola lantai berkaitan dengan perkerasan lantai
itu sendiri. Pola-pola yang dimaksud antara lain pola grid, pola kotak,
pola sisik ikan, pola bulat, pola kombinasi dan lain sebagainya.

Berbagai bahan material yang dapat dimanfaatkan untuk


perkerasan lantai antara lain, batu lempeng, semen, aspal, beton, batu
koral, ubin keramik dan batu bata. Untuk pembentukan lantai
perkerasan jarang digunakan bahan-bahan soft material.

7. Kenyamanan
Kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan
penggunaan ruang secara harmonis, baik dari segi bentuk, tekstur,
warna, aroma, suara bunyi, cahaya dan lain-lain.

Selanjutnya disebutkan menurut Hakim & Utomo (2002),


kenyamanan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai
berikut:
 Sirkulasi yang kurang baik
 Pengaruh radiasi sinar matahari dan angin kencang
 Kebisingan
 Aroma yang tidak sedap
 Bentuk elemen lansekap yang tidak sesuai dengan
ukuran standar manusia
 Tidaka adanya rasa aman baik dari segi
kejahatan/kriminal, kekuatan konstruksi dari
elemen lansekap, tata letak elemen, bentuk elemen
dan kejelasan fungsi.
 Kebersihan
 Keindahan

8. Drainase
Sistem drainase pada suatu kawasan bertujuan untuk mengalihkan
air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air
buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada kawasan
tersebut. (Hakim & Utomo, 2002).

Berdasarkan teori, elemen lansekap dapat terbentuk dari


pembatas lunak dank eras yang meliputi : bahan material, skala, sirkulasi,
tata hijau, fasilitas parkir, pencahayaan, pola lantai, kenyamanan dan
drainase.

Anda mungkin juga menyukai