Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
yang tiada terkira,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pendidikan Pancasila.”
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pancasila di
Politeknik Negeri Malang. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Bu Juwarini yang telah membimbing menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak luput dari
kesalahan. penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami
dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dari makalah ini.

Kediri, 28 Februari 2020

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………………... 1


Daftar Isi ………………………………………………………......... 2
Bab I Pendahuluan …………………………………………………… 3
1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….. 3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 3
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 3
Bab II Pembahasan …………………………………………………… 4
2.1 Pengertian UUD 1945 ……………………………………………….. 4
2.2 Kedudukan UUD 1945 ……………………………………………….. 5
2.3 Pembukaan UUD 1945 ……………………………………………….. 6
2.4 Perubahan UUD 1945 dan Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 ……………... 6
Bab III Penutup …………………………………………………… 19
III. Kesimpulan ………………………………………………………... 19
Daftar Pustaka ……………………………………………………...………….... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah


Undang-Undang Dasar 1945 adalah landasan,tujuan menjalankan
pemerintahan dan merupakan sumber dari segala hukum yang ada di
Indonesia. Posisinya menempati hukum yang tertinggi di Indonesia.
Didalam pembukaan undang-undang dasar 1945 terdapat dasar Negara
Indonesia yaitu pancasila. Pancasila sebagai ideology bagi Indonesia
dalam menjalan  pemerintahan Negara Indonesia. Undang-undang Negara
republic Indonesia tentunya terdapat makna, kedudukan serta sifat-sifat
dari UUD 1945 itu sendiri. Sebelum kita bias menjalankan atau mengamal
undang-undang tersebut tentu kita harus tahu dahulu mengenai kedudukan
dan tujuan UUD itu sendiri karena apda zaman sekarang ini banyak yang
tidak paham mengenai itu. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan
mencoba untuk menjelaskan tentang kedudukan dan sifat dari UUD 1945.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian UUD 1945
b. Bagaimana kedudukan UUD 1945
c. Apa pembukaan UUD 1945
d. Bagaimana perubahan UUD 1945 dan dinamika pelaksanaan UUD 1945
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian UUD 1945
b. Mengerti kedudukan UUD 1945
c. Memahami pembukaan UUD 1945
d. Mengeahui perubahan UUD 1945 dan dinamika pelaksanaan UUD 1945

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian UUD 1945


UUD 1945 adalah suatu hukum dasar tertulis (konstitusi negara)
yang menjadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau
perundang-undangan lain yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

A. Pengertian UUD 1945 menurut para ahli yaitu :

1. Menurut  Prof.Kusumadi Pudjosewojo,

UUD adalah merupakan induk dari segala peraturan


perundang-undangan bagi negara yang bersangkutan. UUD
merupakan aturan pokok yang menentukan Jenis peraturan
perundang-undangan mana yang seharusnya ada,instansi/lembaga
mana yang seharusnya membuat maupun merubahnya merupakan
landasan hukum bagi pembuat peraturan maupun yang
menjalankan peraturan tersebut.

2. Menurut E.C.S Wade,dalam bukunya berjudul Constitutional law,

UUD adalah suatu naskah yang memaparkan rangka dan


menentukan dasar serta cara kerja badan/lembaga negara.

3. Menurut Herman Finner, dalam bukunya yang berjudul Theory


practice of the modern goverment,

UUD adalah Riwayat hubungan kekuasaan. Menurutnya negara


merupakan organisasi kekuasaan sehingga UUD tersebut dianggap
sebagai kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu
dibagi diantara lembaga negara tersebut.

4. Menurut K.Wantjik saleh, dalam bukunya yang berjudul


Perkembangan perundang-undangan di Indonesia,

Menyatakan bahwa UUD adalah Peraturan perundang-


undangan yang tertinggi dalam suatu negara yang menjadi dasar
dari segala peraturan perundang-undangan.

5. Menurut Dasril Radjab,dalam bukunya yang berjudul Selayang


pandang tentang sumber hukum tata negara,

4
Menyatakan bahwa UUD adalah suatu dokumen yang
mengandung aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan pokok
mengenai ketatanegaraan suatu negara yang biasanya diberi sifat
yang luhur dan kekal,dan apabila akan mengadakan
perubahan,hanya boleh dilakukan dengan prosedur yang berat bila
dibandingkan dengan cara pembuatannya atau perubahan bentuk-
bentuk peraturan dan ketetapan lainnya.

2.2 Kedudukan UUD 1945

a. Sebagai kaidah fundamental negara Secara konkret pokok-pokok


kaidah negara itu adalah dasar negara pancasila.  
b. Dengan adanya UUD 1945baik penguasa dapat mengetahui
aturan/ketentuan pokok mendasar mengenai ketatanegaraan
c. Sebagai sumber hukum dasar atau hukum pokok UUD 1945 dalam
kerangka tata aturan atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku
menempati kedudukan yang tinggi dan semua perundang-
undangan,peraturan-peraturan yang berada dibawahannya tidak boleh
bertentangan
d. Rigid Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari
peraturan perundang-undangan yang lain, serta hanya dapat diubah
dengan cara khusus dan istimewa.
e. Alat kontrol terhadap peraturan yang lebih rendah

 Kedudukan pembukaan dalam UUD 1945

Pembukaan konstitusi baik yang secara resmi maupun tidak


memuat norma-norma dasar kehidupan bernegara (kaidah fundamental
hidup bernegara). Isi pembukaan konstitusi bukan rumusan pasal-pasal
hukum tata Negara. Namun demikian karena  berupa norma-norma dasar,
isi pembukaan itu mempertinggi kekuatan mengikat pasal- pasal dalam
konstitusi. Demikian juga yang terjadi dengan UUD 1945. Pembukaan
UUD 1945 mengandung  pokok-pokok pikiran yang merupakan cita-cita
hokum yang melandasi lahirnya hokum  bernegara baik hokum tertulis
maupuntidak tertulis di Indonesia. Dengan demikian  pembukaan UUD
1945 merupakan sumber tertib hokum Indonesia. Didalam pembukaan
UUD 1945 terkandung pokok pokok kaidah Negara yang fundamental.
Secara konkret  pokok-pokok koaidah Negara itu adalah dasar Negara
pancasila. Kedudukan pembukaan UUD 1945 lebih tinggi dari batang
tubuh UUD 1945

5
2.3 Pembukaan UUD 1945

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah


kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

2.4 Perubahan UUD 1945 dan Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

1. Perubahan UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945 adalah badan
yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama
yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir.
Soekarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi
nama Pancasila.

Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk


Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam

6
Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah
dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah
Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal
18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).

Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional


Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus
1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa
Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya
diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatra ada BPUPKI untuk
Sumatra. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.

a) Periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember


1949)

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat


dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden
Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa
kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena MPR dan DPR
belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945, dibentuk Kabinet Semi-
Presidensial ("Semi-Parlementer") yang pertama, sehingga peristiwa
ini merupakan perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia
terhadap UUD 1945.

b) Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 -


17 Agustus 1950)

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah


parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi
yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang
masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk
mengurus urusan dalam negerinya. Ini merupakan perubahan dari
UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah Negara
Kesatuan.

7
c) Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

Pada periode UUDS 1950 ini diberlakukan sistem Demokrasi


Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini
pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak
berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan
kepentingan partai atau golongannya. Setelah negara RI dengan
UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat
Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa
UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena
tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Beberapa aturan
pokok itu mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan, pembagian
kekuasaan, dan sistem pemerintahan Indonesia

d) Periode kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)

Perangko "Kembali ke UUD 1945" dengan nominal 50 sen

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 di mana


banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal
menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Sukarno mengeluarkan Dekret Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku
pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945,


di antaranya:

 Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan


MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara
 MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup

8
e) Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 - 21 Mei
1998)

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan


akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan
konsekuen.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi


yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah peraturan:

 Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa


MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak
berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
 Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum
yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak
mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat
rakyat melalui referendum.
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum,
yang merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1983.

f) Periode 21 Mei 1998 - 19 Oktober 1999

Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak


Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan
lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

g) Periode Perubahan UUD 1945

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya


perubahan (amendemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan
perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru,
kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di
tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya
pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan
multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah


menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan
rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan

9
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan
atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan
presidensial.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4


kali perubahan (amendemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum
dan Sidang Tahunan MPR:

 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 →


Perubahan Pertama UUD 1945
 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 →
Perubahan Kedua UUD 1945
 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 →
Perubahan Ketiga UUD 1945
 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 →
Perubahan Keempat UUD 1945

2. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

1. Masa awal kemerdekaan

Undang-undang 1945 disahkan setelah proklamasi pada 18


agustus 1945 merupakan bukti UUD 1945 tersebut diakui sebagai
konstitusi negara. UUD 1945 merupakan sumber motivasi dan aspirasi
perjuangan serta tekad bangsa indonesia.

UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak


pelaksanaannya pada kurun waktu 1945-1949,jelas tidak dilaksanakan
dengan baik,karena kita memang sedang dalam masa pancaroba,dalam
usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja
diproklamirkan,sedangkan pihak colonial Belanda justru ingin menjajah
kembali Indonesia yang telah merdeka.Segala perhatian bangsa dan
negara diarahkan untuk memenangkan perang kemerdekaan. Oleh
karena itu,dalam pelaksanaannya UUD 1945 terjadi penyimpangan-
penyimpangan konstitusional.

Sistem pemerintahan dalam kelembagaan yang ditetapkan


dalam UUD 1945 jelas belum dapat dilaksanakan. Dalam masa ini
sempat diangkat anggota DPA sementara,sedangkan MPR dan DPR
belum sempat dibentuk. Pada waktu itu masih diberlakukan ketentuan

10
Aturan Peralihan Masal IV yang menyatakan,“Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk melalui UUD ini, segala kekuasaanya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional”.

Penyimpangan Konstitusional yang dapat dalam kurun


waktu 1945-1949. Pertama, berubahnya komite nasional pusat dari
pembantu Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislative
dan ikut menentukan garis-garis besar Haluan Negara berdasarkan
Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945. Kedua,
berdasarkan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer.
Berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BP-KNIP)
tanggal 11 November 1945, yang kemudian dinyatakan presiden dan
diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November
1945,system cabinet presidensial berdasarkan UUD 1945 diganti
dengan system cabinet parlementer.

a. Sistem Presidensial

Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut


suatu system dari negara manapun, tetapi adalah suatu system khas
bangsa Indonesia. Hal itu dapat diketahui dari isi baik Pembukaan,
Batang Tubuh, dan Penjelasan, maupun dari pembicaraan-pembicaraan
pada waktu perencanaan, penetapan dan pengesahan Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut. Menurut. UUD 1945, disamping berkedudukan
sebagai kepala negara, Presiden juga sebagai kepala pemerintahan.
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR.
Presiden adalah mandataris MPR. Kepala pemerintahan adalah
presiden, sehingga menurut konstitusi ketatanegaraan ini, pemerintah
pada hakikatnya adalah Presiden. System ketatanegaraan yang kepala
pemerintahannya adalah presiden dinamakan system presidensial, UUD
1945 mempergunakan system presidensial. Sistwem presidensial ini
berlangsung untuk pertama kalinya pada tanggal 18 Agustus sampai
dengan 14 November 1945.

b. Penyimpangan UUD 1945

Pasal 4 dan 17 UUD 1945 telah menunjukkan, bahwa UUD


1945 menganut system pemerintahan presidensial. Presiden memegang
kekuasaan pemerintah, mengangkat serta memberhentikan para menteri.
Para menteri bertanggung jawab kepada Presiden. Pada tanggal 11
november 1945, Badan Pekerja KNIP mengusulkan kepada Presiden

11
agar sistem pertanggungjawaban menteri kepada parlemen dengan
pertimbangan sebagai berikut.

 Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang


mewajibkan atau melarang menteri bertanggung jawab.

 Pertanggungjawaban kepada badan perwakilan rakyat itu adalah


suatu jalan untuk memberlakukan kedaulatan rakyat.

Perkembangan pemerintah parlementer tidak berjalan


sebagaimana diharapkan dalam Maklumat Pemerintah 14 November
1945. Hal keadaan politik dalam negeri dan keamanan negara. Keadaan
politik ini memaksa Presiden kembali alih kekuasaan menjadi system
pemerintahan presidensial.

• UUD 1945 sebagai UUD negara bagian

Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang


menyatakan :
a. Didirikannya negara RIS,
b. Pengakuan kedaulatan oleh pemerintahan kerajaan
Belanda kepada negara RIS,
c. Didirikannya uni antara RIS dan kerajaan Belanda.

• UUD 1945 tidak berlaku lagi

Terbentuknya negara RIS hanyalah sebuah siasat Belanda


yang memecah-belah persatuan bangsa. Akibatnya, negara yang
berbentuk federal itu hanya tinggal tiga negara saja, yaitu :

a. Negara Republik Indonesia.


b. Negara Indonesia Timur.
c. Negara Sumatra Timur.

Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai kata sepakat antara RIS dan
negara Republik Indonesia yang dituangkan dalam suatu piagam
persetujuan RI-RIS untuk membentuk negara kesatuan sebagai
penjelmaan dari negara Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17
Agustus 1945. Piagam persetujuan itu ditanda tangantangani oleh kedua
belah pihak, yaitu Perdana Menteri RIS Dr. Moh. Hatta selaku
pemegang mandate dari dua negara bagian dan pemerintah RI diwakili
oleh Mr. A. Halim.

2. Masa orde lama

12
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955. Diadakan
pemilihan umum, masing-masing memilih anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Konstituante.Tugas Konstituante
adalah untuk membuat suatu rancangan UUD sebagai pengganti UUDS
1950, yang menurut pasal 134 akan ditetapkan secepatnya bersama-
bersama dengan pemerintah.

Untuk mengambil keputusan mengenai UUD, maka pasal 137


UUDS 1950 menyatakan sebagai berikut :

a) Untuk mengambil putusan tentang rancangan UUD baru, maka


sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.

b) Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-


kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.

c) Rancangan yang telah diterima oleh konstituante, dikirimkan


kepada Presiden untuk disahkan kepada pemerintah.

d) Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera, serta


mengumumkan UUD itu dengan keluhuran.

Lebih dari dua tahun bersidang, Konstituante belum


berhasil merumuskan rancangan UUD baru. Perbedaan pendapat yang
telah terjadi perdebatan-perdebatan didalam gedung konstituante
mengenai dasar negara yang telah menjalar ke luar gedung konstituante
dan diperkirakan pula akan menimbulkan ketegangan-ketegangan
politik dan fisik dikalangan masarakat.

Saran untuk kembali pada UUD 1945 itu pada hakikatnya


dapat diterima para anggota konstituante, namun dengan berbagai
pandangan. Pertama, menerima saran kembali kepada UUD 1945 secara
utuh. Kedua, menghendaki kembalinya kepada UUD 1945 dengan
suatu amandemen, yaitu dimasukanya lagi tujuh kata “Dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Sehubungan tidak memperoleh kemufakatan antara dua pandangan itu,
maka konstituante mengadakan pemungutan suara terhadap usul
pemerintah untuk kembali kepada UUD 1945. Pertama-tama diadakan
kembali pemungatan suara terhadap usul amandemen, dan dilaksanakan
29 Mei 1959. Usul amandemen itu tidak memperoleh suara dua pertiga
dari anggota yang hadir.

13
Selanjutnya, dilaksanakan pemungutan suara terhadap usul
pemerintah untuk kembali ke UUD 1945 secara utuh. Pemungutan
suara dilakukan sebanyak tiga kali. Tanggal 30 Mei 1959 diadakan
pemungutan suara yang pertama dengan hasil 269 suara yang setuju dan
199 suara yang tidak setuju. Karena persyaratan formal yaitu, 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir sesuai dengan ketentuan Pasal 137 UUDS
1950 tidak terpenuhi, maka tanggal 1 Juni 1959 diselenggarakan
pemungutan suara yang kedua. Hasilnya adalah 264 suara setuju
menerima usul untuk kembali ke UUD 1945 dan 204 suara menolak,
yang juga tidak memenuhi kourum. Pemungutan suara ketiga
dilangsungkan tanggal 2 Juni 1959 dan secara rahasia dengan hasil 263
suara setuju dan 203 menolak, sehingga persyaratan formal juga tidak
terpenuhi.

Untuk mencegah timbulnya permasalahan bagi bangsa


Indonesia, maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5
Juli 1959 tentang kembali kepada UUD 1945.Dekrit Presiden berbunyi
sebagai berikut.

a. Menetapkan pembubaran konstituante.

b. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap


bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 sudah
tidak berlaku lagi.

c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang


terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah
dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, serta
Dewan Pertimabangan Agung Sementara akan diselenggarakan dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.

Penyimpangan-penyimpangan pada masa orde lama :

a. MPR, dengan ketetapan, No.1/MPRS/1960 telah mengambil putusan


menetapkan pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul
”Penemuan Kembali Resolusi Kita” yang lebih dikenal dengan
Manifesto Politik Republik Indonesia (MANIPOL) sebagai GBHN
bersifat tetap. Hal ini jelas bertentangan dengan ketentuan UUD
1945.

b. MPRS mengambil putusan mengangkat Ir.Soekarno sebagai presiden


seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945 yang
menetapkan masa presiden lima tahun.

14
c. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960
pemerintaah tidak mengajukan rangcangan Undang-Undang APBN
untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun
anggaran yang bersangkutan.

d. Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara,


sedangkan presiden menjadi anggota DPA, yang semuanya tidak
sesuai dengan Undang-Undang 1945.

Penyimpangan ini jelas bukan hanya mengakibatkan tidak


berjalannya system yang ditetapkan dalam UUD 1945, melainkan
juga telah mgengakibatkan memburuknya keadaan politik dan
keamanan serta terjadinya kemerosotan ekonomi yang mencapai
puncaknya dengan pemberontakan G-30-PKI. Dan pemberontakan
tersebut dapat digagalkan oleh rakyat Indonesia terutama oleh
generasi muda.

Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa


rakyat Indonesia menyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat)
yang meliputi,

a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga


presiden tidak mampu lagi mengembalikannya ,maka keluarlah
surat perintah 11 maret 1966 yangmemberikan kepada Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam
mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarah
ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru.

3. Masa Orde Baru

Masa Orde Baru lahir sejak munculnya Surat Perintah 11 Maret


(Supersemar) yang diberikan Presiden kepada Letnan Jendral TNI
Soeharto. Inti dari Supersemar berisi memberikan wewenang
kepadanya untuk mengambil langkah-langkah pengamanan yang
dianggap perlu untuk menyelamatkan keadaan. Orde Baru lahir
dengan tekad awalnya adalah untuk mewujudkan tatanan
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia atas dasar
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

15
Pengemban Supersemar telah membubarkan PKI dan
ormas-ormasnya dan dan mengadakan koreksi terhadap
penyimpangan dalam berbagai bidang selama pemerintahan Orde
Lama dengan konstitusional, yaitu melalui siding MPRS yang telah
menghasilkan berikut ini.

a. Pengukuhan Supersemar (Tap. No. IX/MPRS/1966).


b. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya (Tap. No.
XXY/MPRS/1966).
c. Penegasan Kembali Landasan Kebijakan Politik Luar Negeri RI
(Tap. No. XII/MPRS/1966).
d. Pembaharuan Kembali Landasan Bidang Ekonomi, Keuangan,
dan Pembangunan (Tap. No. XXIII/MPRS/1966).
e. Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presideb
Soekarno (Tap. No. XXXIII/MPRS/1966).
f. Pengangkatan Soehato sebagai Presideb sampai terpilihnya
Presiden oleh MPR hasil pemilihan umum (Tap. No
XLIV/MPRS/1966).

Dalam pelaksanaan demokrasi sepanjang pemerintahan


orde baru peranan UUD 1945 cenderung berpihak kepada rezim
yang berkuasa dari pada upaya menegakkan kedaulatan rakyat,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD
1945. Permerintahan orde baru telah banyak melakukan
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pemilu-pemilu,
antara lain sebagai berikut.

a. Campur tangan birokrasi terlalu besar.


b. Panitia pemilu tidak independen (memihak).
c. Kompetisi antarkontestan tidak leluasa.
d. Rakyat tidak bebas berdiskusi dan menentukan pilihan.
e. Penghitungan suara tidak jujur.
f. Kontestan tidak bebas kampanye.

Berikut ini penyebab penyimpangan dalam pelaksaan


pembangunan Orde Baru.

a. Bidang ekonomi, pelaksanaannya masih cenderung monopolistik.


b. Bidang politik. Mekanisme hubungan pusat dan daerah
cenderuung menganut sentralisasi kekuasaan.
c. Bidang hukum. Undang-undang tentang pembatasan presiden
belum memadai sehingga memberi peluang terjadinya korupsi,
kolusi, nepotisme.

16
4. Masa Reformasi

Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan


dalam pemerintah. Tercatat pada masa ini terdapat empat kali
pergantian Presiden yaitu BJ Habibie, Abdurahman Wahid, dan
Megawati Soekarnoputri. Yang paling terasa pada pelaksanaan UUD
1945 pada masa ini terutama pada masa Presiden Megawati adalah
terjadi perubahan-perubahan pada batang tubuh UUD 1945 atau yang
akrab kita dengar dengan istilah amandemen. Tujuannya adalah
menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan
rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi empat kali
Amandemen UUD 1945 selama kurun waktu 1999-2002 diantaranya:

• Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan


Pertama

• Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000 Perubahan


Kedua

• Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan


Ketiga

• Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan


Keempat

Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alasan dari


segi materi muatan, mengapa UUD 1945 setelah berbagai perubahan
perlu disempurnakan dalam rangka reformasi hukum, diantaranya:

o Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan


UUD 1945 memang didesain para pendiri negara (BPUPKI & PPKI)
sebagai UUD yang sifatnya sementara dan butuh penyempurnaan lebih
lanjut.

o Alasan Filosofis, bahwa dalam UUD 1945 terdapat


percampuradukan beberapa gagasan yang saling bertentangan.

o Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori


konstitusi, keberadaan konstitusi bagi suatu negara hakikatnya adalah

17
untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak sewenang-wenang tetapi
justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal tersebut.

o Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis


yang selalu memuat adanya klausula perubahan didalam naskahnya,
begitupun UUD 1945 yang didasari akan ketidaksempurnaan
didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu sendiri merupakan hasil
pekerjaan manusia.

o Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak,


langsung atau tidak langsung, dalam praktik politik sebenarnya UUD
1945 sudah sering mengalami perubahan yang menyimpang dari teks
aslinya.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam


Negara dan menjadi hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan
berisi aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara.
Pelaksanaan UUD 1945 dari awal kemerdekaan sampai dengan sekarang
masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat menimbulkan
korupsi, kolusi, nepotisme. Seperti yang terjadi sekarang ini yang paling menojol
ialah krisis ekonomi. Seharusnya UUD 1945 sebagai landasan hukum tertinggi
bisa melaksanakan peranannya dengan baik secara tranfaran.
Seperti didalam pembukaan UUD 1945 “penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan” pernyataan seperti ini sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada
negara lain tetapi kepada negara sendiri.
Sebaiknya kita sebagai warna negara yang memiliki UUD 1945 sebagai
hukum tertinggi bisa meresapi, memaknai dan mengaplikasikannya kedalam
kehidupan bersosial.

19
Daftar Pustaka

Syahrial Syarbani. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI.


Bogor. Ghalia Indonesia
Aim Abdulkarim, 2013. PANCASILA AND CIVIC EDUCATION I. Bandung.
Grafindo Media Pratama.
Aim Abdulkarim, 2013. PANCASILA AND CIVIC EDUCATION II. Bandung.
Grafindo Media Pratama.
http://patiahlistiana11.blogspot.co.id/2014/12/makalah-dinamika-pelaksanaan-
uud-1945.html
http://ucuandyhafiandy.blogspot.co.id/2013/01/makalah-dinamika-pelaksanaan-
uud-1945.html
http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2011/01/dinamika-undang-undang-dasar-
1945.html

20

Anda mungkin juga menyukai