BAB I-BABII Laporan PK PDF
BAB I-BABII Laporan PK PDF
INTELLECTUAL DISABILITY
Disusun Oleh :
Helsi Maya Annisa
NIM. P 27228018244
Sistem sensori dasar pada piramida diatas merupakan fondasi awal seseorang
untuk berkembang dengan baik. Menurut Ayres yang dikutip dari (BAC Cree, 2014),
teori sensori integrasi dikembangkan berdasarkan prinsip dari neurosains, biologi,
psikologi dan edukasi yang dan didapatkan hipotesis bahwa anak dengan gangguan
belajar terlihat memiliki kesulitan dalam memproses dan menintegrasikan informasi
sensori yang berakibat pada perilaku dan kemampuan belajarnya.
Ayres (1989) mendefinisikan sensori integrasi sebagai proses neurologis yang
mengatur sensasi pada tubuh seseorang dan dari lingkungan yang memungkinkan
penggunakan tubuh secara efisien dalam lingkungan. Ada tujuh postulat teoritis dasar
yang membentuk dasar dari pendekatan sensori integraasi, yaitu:
Sistem sensori yang berfungsi dengan baik akan berkontribusi hasil penting
dalam komunikasi, perawatan diri, kognitif, dan kemampuan adaptif pengembangan
dan pemeliharaan sosial-emosional, fisik dan motorik. Kerusakan pada sensori
integrasi dapat menimbulkan tantangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
selain dari proses perkembangan, belajar, bermain, bekerja, bersosialisasi, dan
menunjukkan perilaku yang sesuai (Schaff & Smith Roley, 2006).
Berdasarkan prinsip – prinsip teori neorusains, psikologi perkembangan,
okupais terapi dan edukasi (BAC Cree, 2014) menyimpulkan sebagai berikut :
I. Identitas Pasien
Pasien An. E berusia 15 tahun 8 bulan dan bergama islam
merupakan seorang siswa di Mutiara Harapan Islamic School dirujuk
ke klinik Mutiara Edu Sensory. Pasien mulai terapi dari tahun 2017
hingga sekarang. An.E memiliki hobi yaitu menyanyi. An. E diberi
terapi oleh okupasi terapis Swastika dan Helsi. An. E dirujuk dengan
keluhan kurangnya fokus pada pembelajaran di sekolah. Saat ini, anak
tinggal bersama kedua orangtua, adik, asisten rumah tangga, dan sopir.
Ayah An. E bekerja di kemendikbud sedangkan ibu An. E bekerja
sebagai notaris. Kegiatan yang dilakukan selain terapi adalah
bersekolah duduk di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Mutiara Harapan Islamic School.
II. Data Subjektif
A. Data Hasil Observasi
An. E datang bersama asisten rumah tangga dan sopir
pribadi.An. E perlu arahan ke ruang terapi dengan ajakan
dari terapis. An. E berjalan sambil melihat terapis dan
terkadang berkata “jangan lihat,jangan lihat”. An. E
berjalan dengan kurang percaya diri.
B. Data Screening
Berdasarkan data screening, An. E mendapatkan
diagnosa mild intellectual disability . Pada kuesioner
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
menunjukkan adanya gangguan pemusatan perhatian anak
dan hiperaktivitas.
Pada masa mengandung, Ibu An. E tidak mual, tidak
hipertensi, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol,
tidak mengonsumsi obat-obatan, tidak terjadi
perdarahan/flek, tidak ada masalah pernafasan, tidak ada
gangguan jantung, dll. An. E lahir secara caesar dengan
berat 3,3 kg dan panjang 51 cm. An. E tengkurap usia 6
bulan, merangkak 8 bulan, duduk 8 bulan, berdiri 1 tahun,
berjalan 1 tahun 3 bulan. An. E saat kecil membuat suara
yang tidak biasa, menaruh benda dalam mulut, memegang
dan menggerakkan benda kecil. Perkembangan bicara,
lalling pada usia 2 tahun, true speech pada umur 2,5
tahun. An. E pernah dirawat di rumah sakit pada usia 4
tahun karena sakit diare.
C. Initial Assesment
1) Screening test
Keluhan orangtua terhadap anak yaitu anak
sering berkata “jangan liat, jangan liat”, anak
mengalami kesusahan dalam memusatkan
perhatian,anak memiliki kebiasaan yaitu menggigit
pensil, menarik benang celana, dan kesulitan duduk
tenang menyelesaikan tugas.
Saat terapis menanyakan nama, anak terlihat
malu dalam menjawab sapaan “halooo”. Dengan arahan
dan dorongan dari terapis lainnya An. E akhirnya mau
bersalaman dan menyebutkan namanya.
Terapis mengintruksikan untuk mengambil bola
untuk memasukkan ke dalam keranjang dan menaiki
prosotan. Pada awalnya An. E menjawab “ga mau.. ga
mau”. Terapis perlu memberi dorongan dan
menyemangati beberapa kali agar An. E mau
melakukannya..An. E terlihat kesulitan
mempertahankan atensi menyelesaikan memasukkan
bola ke keranjang. An. E berkata “sudah ah.. sudah
ah..”. Terapis memberi dorongan lagi lalu, An. E mau
melakukannya.
2) Screening Task
Untuk screening mendalam, terapis meminta anak
untuk mengingat 3 warna bola lalu dimasukkan ke
dalam keranjang. Anak kesulitan dalam mengingat
warna bola yang disebutkan oleh terapis sebelumnya.
Anak terlihat mudah menyerah dan berkata “sudah..
sudah”. Terapis memberi dorongan kembali agar anak
mau melakukannya.
Selanjutnya anak diinstruksikan untuk
mencocokkan kata kerja dengan gambar yang benar dan
diberikkannya waktu selama 5 menit untuk
menyelesaikannya. Respon anak sedikit lambat, sesekali
berbicara sendiri, dan tenggelam dalam imajinasinya.
Terapis mengingatkan kembali. Anak akhirnya
menyelsaikan aktivitas lebih dari 5 menit.
III. Kerangka Acuan/Model/Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui beberapa aset
dan limitasi yang dimiliki anak yaitu menggunakan The Short Sensory
Profile oleh Winnie Dunn, Ph.D., OTR, FAOTA. Alasan mengapa
digunakan model ini untuk assessment anak adalah karena anak masih
terlihat banyak kekurangan dalam melakukan kegiatan yang
melibatkan fungsi sensori seperti vestibular, proprioseptif dan visual.
IV. Data Objektif
An. E datang dengan memakai baju kaos dan celana biasa. An.
E memiliki berat badan 44 kg, tinggi badan 151 cm.
Data objektif didapatkan dari hasil pengamatan pasien dan
menggunakan instrumen The Short Sensory Profile. Data tersebut
digunakan untuk identifikasi masalah pada anak dan digunakan untuk
menentukan program terapi.
Setelah dilakukan assessment dan penilaian, anak terlihat
memiliki kemungkinan ada gangguan di beberapa aspek sensori seperti
sensitivitas gerak dan kurang mencari atau mencari sensasi.
Berdasarkan interpretasi yang ada pada blanko The Short
Sensory Profile, dapat dijelaskan bahwa pada aspek sensori ada
kemungkinan anak memiliki gangguan sensori. Lebih spesifik, pasti
memiliki gangguan pada sensori taktil.
V. Identifikasi Masalah/Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari assessment yang telah dilakukan secara
subjektif dan objektif. Hasil assessment yang telah dilakukan, terapis
mendapatkan aset dan limitasi antara lain :
A. Aset
Berdasarkan screening dan assessment yang telah
dilakukan, anak memiliki aset seperti pada aspek sensori visual,
auditori. Anak mampu merespon stimulus visual dengan baik
seperti melakukan kontak mata, mengidentifikasi objek. Anak juga
mampu untuk merespon stimulus auditori dengan baik seperti
menoleh ketika dipanggil namanya juga ketika anak mendengar
suara yang cukup keras.
B. Limitasi
Berdasarkan screening dan assessment yang dilakukan,
anak memiliki limitasi pada beberapa aspek sensori, juga kognitif.
Pada aspek kognitif dengan dilakukan screening task dan screening
test, terlihat bahwa anak masih kesulitan untuk merecall memori,
mempertahankan fokus dan atensi. Lalu pada aspek sensori
vestibular, anak mengalami kesulitan ketika mengambil benda
yang cukup tinggi (wall climbing). Anak terlihat tidak nyaman
ketika naik wall climbing sehingga terapis perlu memberi dorongan
agar anak dapat naik. Lalu pada aspek proprioseptif, anak terlihat
sering berpindah posisi. Tidak bertahan lama ketika diarahkan
untuk menunggu.
Selain itu, pada aspek visual, anak cenderung menghindari
kontak mata dengan orang lain. Namun, untuk kemampuan aware
terhadap lingkungan cukup baik. Untuk mengidentifikasi benda,
anak hanya tahu beberapa benda saja.
Pada aspek sosialisasi, anak cukup sulit untuk beradaptasi
dengan orang lain. Ketika bertemu orang lain, anak cenderung
menghindari orang baru.
VI. Diagnosis Okupasi Terapi
Berdasarkan aset dan limitasi yang telah dijelaskan dan hasil
assessment menggunakan The Short Sensory Profile serta wawancara
yang dilakukan oleh orang tua anak, maka diagnosis okupasi terapi
yang dapat ditegakkan antara lain:
A. Anak belum mampu mengatur waktu dalam melakukan beberapa
aktivitas dalam sehari secara mandiri.
B. Anak belum mampu meningkatkan kemampuan kognitif secara
mandiri.
C. Anak belum mampu manajemen stress secara mandiri.
VII. Prognosis
A. Prognosis Klinis
Anak dapat mengikuti dan merpertahankan kemampuan kognitif
tetapi kesulitan pada kemampuan sintesis.
B. Prognosis Fungsional
Prognosis berdasarkan aset, limitasi dan program terapi yang
dibuat diharapkan akan memberikan perbaikan pada kondisi anak.
diharapkan dalam waktu 19x pertemuan, anak mampu mencapai
long term goal yang telah ditentukan.
Setelah 19x pertemuan, anak akan mampu mengatur waktu
dalam menlakukan beberapa aktivitas secara mandriri lalu anak
mampu meningkatkan kemampuan kognitf secara mandiri lalu
anak mampu manajemen stress secara mandiri.
VIII. Clinical Reasoning dalam menentukan masalah
Tujuan jangka pajang 1 yaitu anak mampu mengatur waktu
dalam melakukan beberapa aktivitas dalam sehari secara mandiri.
Dalam melakukan tujuan akhir ini terapis memakai media seperti bola,
kertas, puzzle, flashcards.
Lalu tujuan jangka panjang 2 yaitu anak mampu meningkatkan
kemampuan kognitif secara mandiri. Dalam melakukan tujuan akhir ini
terapis memakai media seperti kertas, flashcards, dll.
Lalu tujuan jangka panjang 3 yaitu anak mampu manajemen
stress secara mandiri. Dalam melakukan tujuan akhir ini terapis
memakai media seperti kertas.
IX. Menyusun Program Terapi
A. Tujuan Jangka Panjang I
Anak mampu mengatur waktu dalam melakukan beberapa aktivitas
dalam sehari secara mandiri.
1. Tujuan jangka pendek 1
Anak mampu mengetahui durasi waktu setiap aktivitas dengan
bantuan sesuai arahan terapis.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: -
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: Anak diintruksikan untuk mengambil
bola dan memasukkan bola ke dalam keranjang
melewati bolster dan melakukannya 5x bolak balik
dengan durasi 25 menit. Anak diminta untuk
melakukannya sesuai waktu 25 menit dengan
melihat pada jam dinding hingga ke angka yang
terapis tentukan. Anak diberi waktu 5 menit terakhir
untuk istirahat.
2) Media: Bola, keranjang, bolster, jam dinding
3) Metode: Sensori integrasi dan Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas: Anak diintruksikan untuk menyocokkan
gambar flashcards dan menjelaskan kepada terapis
waktu yang dilakukan setiap gambar pada
flashcards.
2) Media: flashcards, jam dinding
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: Anak diminta untuk menyelesaikan 2 soal
matematika selama 10 menit dengan masing-
masing soal 5 menit.
2) Media: Kertas, pulpen
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
2. Tujuan jangka pendek 2
Anak mampu memulai aktivitas secara mandiri.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: Anak diminta untuk menaiki trampoline,
prosotan, dan memasang puzzle.
2) Media: trampoline, prosotan, puzzle
3) Metode: Sensori integrasi dan Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas: Anak diminta untuk menaiki papan titian
dan menaiki wall climbing menaruh bola
2) Media: papan titian, wall climbing, bola
3) Metode: Sensori integrasi dan Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: Anak diminta untuk menyelesaikan 2
permainan yang diinginkan.
2) Media: permainan (puzzle)
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
3. Tujuan jangka pendek 3
Anak mampu menyelesaikan aktivitas dan mengatur waktu sesuai
dengan rencana dan perjanjian dengan arahan dan bantuan terapis.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas:Anak diintruksikan untuk menyelesaikan
2) Media:
3) Metode: Sensori integrasi dan Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas: Anak diintruksikan menggambar dan
mewarnai sesuai keinginan dalam 10 menit.
2) Media: kertas, pensil, dan pensil warna
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: Anak diminta untuk menuliskan waktu
pelajaran di sekolah serta waktu masuk sekolah dan
pulang sekolah.
2) Media: kertas, pulpen
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
B. Tujuan Jangka Panjang II
Anak mampu meningkatkan kemampuan kognitif secara mandiri.
1. Tujuan jangka pendek 1
Anak mampu meningkatkan kemampuan berhitung mundur
dengan fokus secara mandiri.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: Anak diminta untuk berdiri diatas ayunan
sambil berhitung mundur dari angka 300 sampai
250, 150 sampai 100, 50 sampai 1
2) Media: ayunan
3) Metode: Sensori integrasi dan Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful:
1) Aktivitas: anak diminta untuk menghitung jumlah
bola dengan menghitung mundur dari 25 lalu
memasukkan ke dalam keranjang.
2) Media: bola, keranjang
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: Anak diminta menghitung mundur dari
angka 50 seblum pulang.
2) Media: -
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
2. Tujuan jangka pendek 2
Anak mampu meningkatkan kemampuan mengingat 3 langkah
yang disebutkan oleh terapis.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: Anak diminta untuk mengangkat
menyusun bolster, menaiki bolster, memasang
puzzle.
2) Media: bolster, puzle
3) Metode: Sensori integrasi dan Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas: anak diminta untuk memberi lem pada
kertas, menempelkan kapas, menggunting bentuk.
2) Media: kertas, kapas, gunting
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: Anak diminta menuliskan serta
menyebutkan 3 langkah membuat roti tawar dengan
mesis.
2) Media: kertas, pulpen
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
3. Tujuan jangka pendek 3
Anak mampu menyebutkan aktivitas-aktivitas yang telah
dilakukan secara mandiri dan meningkatkan kemampuan
kognitifnya secara mandiri.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: Anak diminta untuk mencari huruf “m”
dan memberi lingkaran pada brosur, lalu mencari
huruf “a” dan memberi lingkaran pada brosur, lalu
mencari huruf “u”dan memberi lingkaran pada
brosur.
2) Media: pulpen, brosur
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas:Anak diminta untuk melompat di
trampolin sebanyak 5x, menaiki tangga, menuruni
prosotan, dan menyebutkan nama hewan.
2) Media: trampolin, tangga, prosotan
3) Metode: Sensori integrasi dan Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: Anak diminta untuk menyebutkan
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan
2) Media: -
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
C. Tujuan Jangka Panjang III
Anak mampu manajemen stress secara mandiri.
1. Tujuan jangka pendek 1
Anak mampu menyampaikan apa yang dirasakannya.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: Anak diminta untuk memilih aktivitas apa
yang diinginkan dan bermain secara mandiri lalu
menyampaikan yang yang dirasaknnya setelah
bermain.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas: anak diminta untuk menunjukkan
ekspresi marah, sedih, dan senang
2) Media: kertas dan gambar
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: anak diminta untuk menyampaikan apa
yang dirasakannya di sekolah, rumah, dan tempat
terapi
2) Media: -
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
2. Tujuan jangka pendek 2
Anak mampu menyampaikan yang diinginkan dan tidak
diinginkan.
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: Anak diminta untuk memilih aktivitas apa
yang diinginkan dan bermain secara mandiri lalu
menyampaikan yang yang dirasaknnya setelah
bermain.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas: anak diminta menunjukkan gambar
aktivitas yang disukai dan tidak disukai
2) Media: gambar
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: anak diminta untuk menyampaikan apa
yang diinginkan dan tidak diinginkan
2) Media:-
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
3. Tujuan jangka pendek 3
Anak mampu mengatur emosinya secara mandiri
a. Adjunctive
1) Aktivitas: Sebelum memulai terapi, anak diminta
untuk berdoa dan salam sebelum memulai. Terapis
menanyakan kabar anak dan menanyakan kegiatan
yang telah ia lakukan mulai dari pagi. Anak diberi
waktu dahulu untuk melakukan permainan yang ia
inginkan.
2) Media: permainan di ruang sensori integrasi
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
b. Enabling
1) Aktivitas: anak diminta untuk menyelesaikan soal
matematika tanpa menggerutu dan banyak menawar
dengan bantuan dan arahan terapis
2) Media: kertas, pulpen
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 30 menit
5) Frekuensi: 2x
c. Purposeful
1) Aktivitas: anak diminta untuk menyelesaikan puzzle
tanpa bantuan
2) Media: puzzle
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
d. Occupational
1) Aktivitas: anak diminta untuk menyampaikan apa
yang dirasakan, menyampaikan apa yang diinginkan
dan tidak diinginkan, dan cara menahan diri
2) Media: -
3) Metode: Behavior Therapy
4) Durasi: 10 menit
5) Frekuensi: 2x
X. Re-evaluasi
1. Data subjektif hasil re-evaluasi
Ketika dilakukan re-evaluasi, anak masih memiliki kebiasaan
mengatakan “jangan liat..jangan liat” ketika orang lain melihatnya.
Tetapi, anak sudah mauberinteraksi yang baik dengan terapis.
Kemampuan dalam mengatur waktu, meningkatakan kemampuan
kognitif, dan manajemen stress menignkat.
2. Data objektif hasil re-evaluasi
Secara re-evaluasi, kemampuan anak terlihat meningkat
dari awal mula terapi.
Lalu ketika diberikan screening task, anak sudah lebih
mampu untuk mempertahankan atensi dan konsentrasi ketika
mengerjakan tugas. Namun, anak masih kurang untuk mengontrol
distraksi dari stimulus – stimulus yang ada.
3. Kesimpulan dari hasil re-evaluasi
Setelah melihat dari hasil re-evaluasi secara subjektif
ataupun objektif. Anak terlihat lebih mampu untuk mengontrol diri
pada beberapa aspek seperti emosi.
Saat ini, menurut hasil re-evaluasi anak memiliki
peningkatan pada kemampuannya dalam mengatur waktu,
meningkatkan kemampuan kognitif, dan manajemen stress.