PENDAHULUAN
2.1 Limbah
Secara umum limbah adalah sisa dari kegiatan manusia yang sudah tidak
dapat dimanfaatkan lagi dan berpotensi merusak lingkungan. limbah ini merupakan
sisa atau sampah dari suatu proses kegiatan atau aktivitas manusia yang bisa menjadi
bahan polutan di suatu lingkungan ( Karmana, 2007). Menurut Keputusan
Menperindag RI NO. 231/MPP/KEP/7/1997 Pasal 1 Limbah adalah bahan / barang
sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah
berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia atau hewan.
2. Jenis Kimia
a. Organik
b. Anorganik
3. Jenis Bahaya
a. Limbah B3 ( Bahan Beracun dan Berbahaya)
b. Limbah Non-B3
4. Berdasarkan Sumbernya
a. Limbah rumah tangga
b. Limbah industri
c. Limbah pertanian
d. Limbah konstruksi
e. Limbah radioaktif
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini
yang telah teridentifikasi sebagai logam berat. Berdasarkan sudut pandang
toksikologi, logam berat dapat dibedakan menjadi logam berat esensial dan logam
berat non esensial.
Menurut Palar (2012) logam berat memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
Adapun menurut Sutamihardja dkk (1982), logam berat memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
Logam berat terdapat secara alami dalam lapisan kerak bumi sebagai hasil
tambang, baik dalam bentuk logam bebas maupun dalam bentuk logam organik dan
anorganik.Logam berat dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat
racunnya sebagai berikut:
1. Sangat beracun
Dapat mengakibatkan kematian ataupun gangguan kesehatan yang pulih
dalam waktu yang singkat, logam-logam tersebut antara lain: Hg, Pb, Cd,
Cr, As.
2. Moderat
Yaitu mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang pulih maupun tidak
dalam waktu yang relatif lama, logam-logam tersebut antara lain: Ba, Be,
Cu, Au, Li, Mn, Se, Te, Co, dan Rb.
3. Kurang beracun
Logam ini dalam jumlah besar menimbulkan gangguan kesehatan, logam-
logam tersebut antara lain: Al, Bi, Co, Fe, Ca, Mg, Ni, K, Ag, Ti, dan Zn.
4. Tidak beracun
Tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Logam-logam tersebut antara
lain: Na, Al, Sr, dan Ca.
Salah Satu logam berat yang kian mendapat perhatian ialah krom (Cr). Kata
kromium berasal dari kata Yunani “Chroma” yang berarti warna. Kromium atau
dikenal dengan logam Cr merupakan salah satu logam mineral yang keberadaannya
terkandung dalam lapisan bumi. Kromium adalah elemen yang secara alamiah
ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu
vulkanik dan juga gas. Logam Cr sering ditemukan dalam bentuk persenyawaan
padat/mineral dengan unsur-unsur yang lain, namun kromium dalam bentuk logam
bebas tidak pernah ditemukan di alam
Kromium adalah salah satu unsur kimia dalam tabel periodik yang berada di
golongan VI yang memiliki warna abu-abu, berkilau, keras dan rapuh, memerlukan
pemolesan tinggi dan tahan akan pengusaman serta memiliki titik lebur yang tinggi.,
kebanyakan bijih terdiri dari mineral kromit dengan formula ideal FeCr2O4.
Nomor Atom 24
Massa Atom 51,9961 g/mol
Golongan, periode, blok VI B, 4, d
Konfigurasi electron [Ar] 3d5 4s1
Jumlah elektron tiap kulit 2, 8,13, 1
Afinitas electron 64,3 kJ / mol -1
Ikatan energi dalam gas 142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.
Panjang Ikatan Cr-Cr 249 pm
Logam berat krom ini terdapat pada limbah hasil electroplating dan limbah
penyamakan kulit. logam kromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Sebagai
logam berat, krom termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun
yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya yaitu Cr (VI) (Chromium
hexavalent) dan Cr(III) (Chromium Trivalent).
Tabel 2.3 Baku mutu limbah cair untuk industri penyamakan kulit
Tabel 2.4 Baku mutu limbah cair untuk industri pelapisan logam
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
2.4 Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah, atau pengolahan air limbah domestik, adalah proses
penghilangan kontaminan dari air limbah dan limbah rumah tangga, baik limpasan
(efluen) maupun domestik. Hal ini meliputi proses fisika, kimia, dan biologi untuk
menghilangkan kontaminan fisik, kimia dan biologis. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan aliran limbah (atau efluen yang telah diolah) dan limbah padat atau
lumpur yang cocok untuk pembuangan atau penggunaan kembali terhadap
lingkungan. (Khopkar, 2004).
Kayu apu merupakan jenis gulma air (aquatic weeds) yang tumbuh
mengapung (floating weeds) dan banyak ditemukan di area persawahan, baik yang
masih tergenang maupun sawah yang padinya telah dipanen. Dampak negatif
tumbuhnya kayu apu adalah terganggunya pertumbuhan tanaman budidaya dengan
gulma ini. Selain itu, kayu apu juga membuat pupuk yang diberikan oleh petani tidak
dapat sampai ke tanah karena terhalang oleh daun kayu apu yang cukup lebar.
Akibatnya, pupuk yang diberikan oleh petani tidak dapat terserap secara efektif oleh
tanaman budidaya. Kayu apu ini tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, kecuali sebagai
sumber humus karena tumbuhnya pesat dan orang mengumpulkannya untuk dijadikan
pupuk, kadang-kadang dipakai sebagai bagian dari dekorasi dalam ruang atau sebagai
tanaman hias di kolam atau akuarium.
Kayu Apu termasuk dalam famili Araceae yang tumbuh mengapung pada
permukaan air dengan akar-akarnya yang menggantung terendam di bawah bagian
daunnya yang mengambang. Lebar daun tumbuhan ini antara 5-14 cm dan jarak antar
nodusnya 0,1-0,5 cm sehingga membuat susunan daun pada tumbuhan ini terdapat
pada tiap bagian rosetnya (Don, 2006). Daunnya berwarna hijau atau hijau kebiruan
dan berubah kekuningan saat tua dengan ujung membulat dan pangkal agak
meruncing. Tepi daun berlekuk-lekuk dan memiliki rambut tebal yang lembut pada
permukaannya. Daun daun tebal, kenyal, dan lembut, sepintas membentuk pahatan
seperti mahkota bunga mawar. Pertulangan daun sejajar. Daun-daun ini tersusun
secara roset di dekat akar hingga membentuk bagian seperti batang tanaman.
Tanaman air kayuapu memiliki akar panjang (hingga 8 cm) yang berwarna
putih. Akar menggantung di bawah roset dan memiliki stolon. Rambut-rambut akar
membentuk suatu struktur seperti keranjang yang dikelilingi gelembung udara,
sehingga meningkatkan daya apung tumbuhan itu. Bunga kayu apu bertipe bunga
tongkol yang muncul di ketiak daun. Bunga berwarna keputihan, berukuran sekitar 1
cm. Buahnya buni, berbentuk bulat, berwarna merah, dengan ukuran 5-8 cm. Bijinya
bulat, berwarna hitam, berukuran sekitar 2 mm.
Tanaman ini tumbuh di air yang tenang, seperti danau, kolam, rawa-rawa,
hingga sungai yang aliran airnya tidak deras. Tumbuh mengapung di permukaan air
yang banyak terkena sinar matahari. Berkembang biak secara generatif melalui biji
dan vegetatif melalui stolon. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman air ini sangat
cepat sehingga menjadikannya sebagai salah satu tanaman hias yang paling mudah
perawatannya.
Tanaman kayu apu ini memiliki berbagai manfaat baik bagi kesehatan
maupun bagi lingkungan. Menurut Bachtiar (2010) kayu apu memiliki beberapa
manfaat diantaranya:
1. Menurut Bachtiar (2010), daun kayu apu yang mengandung protein yang
tinggi dimanfaatkan oleh ikan gurami dewasa untuk makanan.
2. Dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan lumut di kolam ikan
3. Sebagai pembersih air, menyerap limbah akibat pencemaran bahan
radioaktif dan logam berat yang terdapat di dalam air.
Selain bermanfaat bagi lingkungan perairan kayu apu juga memiliki manfaat
bagi kesehatan sebagaimana menurut Menurut Adi (2008), daun kayu apu
mengandung flavonoid, polifenol, tannin. sehingga dapat dimanfaatkan menjadi
berbagai obat diantaranya:
Eceng gondok hidup tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai
batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya meruncing,
pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.
Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung.
Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan
berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut (Lail, 2008).
Terdapat tiga fase pertumbuhan Kiambang. Pada fase pertama daun datar
dengan diameter 10 mm, fase kedua daun tumbuh dengan panjang 25 mm, lebar, dan
melipat keatas, pada fase ketiga daun berukuran 38x25 mm, kompak, hampir, tegak,
dan melipat. Ketiga fase ini berkembang pada kondisi lingkungan bawah optimal dan
terjadi selama 2-3 minggu (Soerjani et al., 1987).
Divisi Pteridophyta
Kelas Pterophyta
Sub Kelas Lestosporangiate
Ordo Salviniales
Famili Salviniaceae
Genus Salvinia
Spesies Salvinia molesta
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802
Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian
diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan
pandangan bahwa garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser
matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk
melakukan penelitian yang sistematis mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali
tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi dan emisi
suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan
melepas suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv = hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada
tahun 1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz
muncul. Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan sebagai metode analisis yang
dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel
yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan
banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi diturunkan dari:
It = Io.e-(εbc), atau
Dimana:
Io = Intensitas sumber sinar
It = Intensitas sinar yang diteruskan
Ε = Absortivitas molar
B = Panjang medium
C = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = Absorbans.
Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang
menghasilkan atomatom gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu sistem optik
untuk pengukuran sinyal. Suatu skema umum dari alat SSA adalah sebagai berikut:
Dalam metode SSA sampel harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses
pengubahan ini dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan
didekomposisi untuk membentuk atom dalam bentuk uap. Secara umum
pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-tahapan sebagai berikut
: