Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BENCANA?
Kelompok 6
Aprianis Damuri, Cynthia Eka, Devita Indah, Ignasius Rooy, Mirza Zakaria, Tities Wicaksono, Widya Khairani
Abstrak. Transisi demografi di Indonesia pada beberapa dekade terakhir membuka peluang
bagi kita untuk menikmati bonus demografi. Bonus demografi merupakan fenomena langka
dalam suatu peradaban kependudukan suatu negara di mana, secara kasar, terjadi ledakan
jumlah penduduk usia produktif yang dapat menjadi modal dasar dalam pembangunan. Bonus
demografi ini tentunya harus mendapat penanganan yang baik dan komprehensif agar tidak
menimbulkan bencana di kemudian hari. Karena seperti kita ketahui, ledakan jumlah penduduk
akan berimbas pada segala aspek lain dalam berbagai bidang (kependudukan, kesehatan,
kesejahteraan, perekonomian, dan lain-lain). Oleh karenanya, penting bagi kita untuk
mempersiapkan agar dapat menangkap peluang yang dihantarkan oleh fenomena bonus
demografi di kemudian hari, di antaranya melalui sektor pendidikan dan lapangan pekerjaan.
Sektor prndidikan berguna untuk menambah kualitas dan keterampilan penduduk agar mereka
dapat berkarya dan membantu perekonomian negara serta mampu bersaing secara sehat
dengan masyarakat lain, bukan malah menambah beban negara. Sedangkan lapangan
pekerjaan menjadi wadah bagi mereka untuk berkarya dan menggerakkan roda perekonomian
negara.
1. Pendahuluan
Bonus demografi yang terjadi di negara berkembang menjadi salah satu isu yang
sedang hangat diperbincangkan, tak terkecuali di Indonesia. Bonus demografi merupakan
fenomena unik yang akan terjadi hanya sekali dalam setiap peradaban bangsa dan
merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi (Razali, 2014). Berdasarkan proyeksi para
ahli demografi, Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2020-2030
(BPS, 2014). Besarnya proporsi jumlah penduduk usia kerja dibandingkan penduduk usia non
produktif yang tercermin dalam rasio ketergantungan (dependency ratio) di bawah angka 0,5
menjadi salah satu indikasi terjadinya bonus demografi.
Di Indonesia sendiri, angka ketergantungan menurun dari kisaran 0.86 pada tahun
1971 ke angka 0.54 pada tahun 2000 dan kembali menurun ke angka 0.51 pada tahun 2010,
dan pada puncak bonus demografi (window of opportunity), diperkirakan angka
ketergantungan minimum adalah kisaran 0.45. Berdasarkan proyeksi Sensus Penduduk,
window of opportunity menyempit dan angka ketergantungan tidak lagi serendah yang
diharapkan. Pada periode waktu 2028 hingga 2031, dependency ratio diperkirakan akan naik
menjadi 47 untuk setiap 100 penduduk usia produktif, dan pada tahun 2045 serta seterusnya
angka ketergantungan menjadi di atas 50 untuk setiap 100 penduduk (Prof. Sri Moertiningsih
A, SE, M.A, PhD; 2011).
Dibutuhkan kebijakan yang terintegrasi dengan baik dan mengakomodir lonjakan
penduduk angkatan kerja agar fenomena ini tidak menjadi pedang bermata dua yang justru
dapat membawa masalah baru bagi kehidupan Indonesia (window of disaster). Oleh sebab
itu, agar bonus demografi ini menjadi suatu kesempatan yang berguna dalam
peranannya untuk memajukan bangsa Indonesia, perlu adanya pemanfaatan secara
1
optimal dengan perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan karena
penduduk sebagai aspek utama dalam proses pembangunan suatu bangsa.
2. Metodologi
Bonus demografi adalah keadaan di mana penduduk usia produktif memiliki jumlah
yang jauh lebih banyak daripada penduduk usia non produktif akibat terjadinya transisi
demografi di masa yang lalu. Bonus Demografi pada mulanya ditandai dengan keadaan
tingginya tingkat fertilitas atau laju pertumbuhan penduduk sehingga menyebabkan jumlah
penduduk yang sangat banyak. Tahap selanjutnya, dilakukan upaya-upaya untuk
menurunkan jumlah kelahiran dalam jangka panjang. Dengan ditekannya jumlah kelahiran,
otomatis jumlah penduduk usia muda dari angkatan-angkatan sebelumnya akan melonjak
drastis ketimbang angkatan berikutnya. Jumlah penduduk usia muda yang banyak inilah yang
kelak akan menjadi angkatan kerja, disebut dengan istilah bonus demografi.
Bonus demografi tidak mutlak suatu keuntungan (window of opportunity) bagi suatu
negara. Tergantung dari manajemen kebijakan pemerintah, bonus demografi dapat menjadi
berkah atau bencana. Dengan kata lain jumlah penduduk memiliki pengaruh yang begitu
signifikan terhadap suatu negara. Jumlah penduduk usia produktif yang banyak dapat
memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi sehingga menguntungkan dari
segi pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan penduduk usia produktif berdampak
langsung bagi kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi ikut meningkat akibat tingginya partisipasi tenaga kerja.
Lain hal bila kebijakan pemerintah salah sasaran. Apabila pelonjakan angkatan kerja ini
dihadapi dengan persiapan yang kurang, bonus demografi tersebut malah akan menjadi
bencana (window of disaster). Contohnya lewat lapangan kerja. Ketersediaan lapangan kerja
menjadi masalah vital saat melonjaknya angkatan kerja. Angkatan kerja yang banyak perlu
diimbangi dengan lapangan kerja yang banyak pula karena bila tidak angkatan kerja tersebut
hanya akan menjadi pengangguran yang akan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat.
2
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga bersifat deskriptif karena dalam
pelaksanaanya meliputi pengumpulan data, analisis, dan interpretasi tentang arti dari data
yang diperoleh. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian ini.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sekunder, yakni data yang
diperoleh dari sumber yang sudah ada. Data diambil dari publikasi Badan Pusat Statistik serta
artikel dan jurnal lainnya.
Kelemahan dari penelitian ini yaitu hasil yang lebih bersifat subjektif dikarenakan lebih
kepada deskripsi dan analisis dari data-data sekunder. Sedangkan, kekuatan dari penelitian
ini terletak pada deskripsi secara sewajarnya terhadap data yang dihasilkan dalam penelitian
sehingga memberikan kesan tidak adanya manipulasi.
3. Pembahasan
Sebagaimana telah disebutkan pada konsep dan definisi, awal mula terjadinya bonus
demografi adalah berkat adanya keberhasilan dalam menekan angka fertilitas. Dalam kasus
Indonesia penurunan angka fertilitas terjadi karena keberhasilan program KB yang bermula
pada awal tahun 1970an dan hingga sekarang masih berlangsung . KB dinilai berhasil dalam
menekan angka fertilitas. Secara grafis, keberhasilan KB telah menggeser piramida penduduk
Indonesia yang awalnya besar dan gemuk pada usia 15 tahun ke bawah namun jauh lebih
kurus pada jenjang umur berikutnya di tahun 1970an, menjadi lebih merata di bagian usia
yang lebih tinggi pada tahun 2010. Pergeseran bagian dasar piramida itu masih diikuti
dengan berjalannya program KB sehingga kelahiran masih dapat ditekan. Akibatnya
persentase angkatan kerja pun meningkat.
Gambar 1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1961, 1980, 2000, dan 2010
3
mengakibatkan dependency ratio atau rasio ketergantungan berkisar pada angka yang
rendah.
Dependency ratio menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan
usia non produktif yang artinya menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif
yang hidupnya harus ditanggung oleh usia produktif. Indonesia diprediksi akan mendapatkan
bonus demografi selama 10 tahun antara 2020-2035 dengan angka dependency ratio berkisar
antara 0,4-0,5 menandakan dari 100 orang usia produktif, mereka hanya menanggung 40-50
orang usia non produktif. Estimasi level terendah dependency ratio adalah 0,469 yang terjadi
antara 2028-2031. Inilah waktu yang disebut dengan window of opportunity, yaitu jika
jumlah penduduk yang lebih besar dapat dioptimalkan untuk mengakumulasi pertumbuhan
dan kesejahteraan secara ekonomi, maka hasil yang diperoleh juga akan bermanfaat bagi
pembangunan bangsa di masa depan. Hal sebaliknya, window of disaster, terjadi karena
kegagalan pemanfaatan kelebihan jumlah penduduk usia produktif (lapangan kerja yang
sempit) yang kemudian dapat menimbulkan efek sosial yang buruk bagi kesejahteraan
masyarakat.
40 Prof. Sri
30 Moertiningsih
20 Adioetomo, SE,
10 MA, Ph.D,
0 Program S1 Ilmu
5 0 6 0 7 0 8 0 90 Tahun00 10 2 0 3 0 4 0 5 0 ekonomi FEUI,
19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 Semester Genap
2011
Nilai dependency ratio akan meningkat setelah terjadinya bonus demografi seiring
dengan bertambah tuanya angkatan kerja yang jumlahnya sangat banyak. Tanpa kesiapan
pembangunan dan kesejahteraan manusia, Indonesia kemungkinan akan semakin terpuruk
pada saat itu. Untuk itu bonus demografi harus dapat dimanfaatkan untuk kemaksimalan
kesejahteraan ekonomi dan kemantapan SDM.
Bonus Demografi yang terjadi pada Indonesia tidak terlepas dari beberapa faktor yang
mengarakteristikkannya menjadi beberapa hal, yaitu :
1. Sex Ratio
Sex ratio mengandung pengertian angka yang menunjukkan jumlah
penduduk laki-laki dibandingkan 100 penduduk perempuan pada suatu wilayah
dan waktu tertentu. Jika angkanya dibawah 100 menunjukkan bahwa lebih banyak
penduduk wanita pada wilayah tersebut, dan begitu sebaliknya.
4
Berkaitan dengan bonus demografi, sex ratio memiliki arti khusus. Adalah hal
yang sudah umum jika dilihat bahwa kekuatan kerja dari pria dan wanita berbeda.
Begitupun dengan produktivitasnya. Penduduk pria cenderung bisa bekerja dan
bertahan melakukan hal-hal yang berat dalam rentang waktu yang lama. Berbeda
dengan wanita, yang meski fisiknya tidak sekuat penduduk pria, namun memiliki
tingkat ketelitian dan kesabaran yang tinggi dalam melakukan pekerjaan pekerjaan
tertentu.
Dengan melihat sex ratio pada penduduk usia produktif Indonesia, bisa
dilihat bagaimana produktivitas dan jendela peluang bonus demografinya. Bila sex
ratio berada di angka lebih dari 100, maka itu bisa menjadi salah satu indikator
besarnya potensi produktivitas yang dimiliki oleh penduduk golongan muda.
Namun, angka sex ratio yang lebih dari 100 sangat jarang didapatkan, mengingat
memang kecenderungan untuk melahirkan anak perempuan lebih besar bila
dibandingkan dengan anak laki-laki.
Di Indonesia, berdasarkan data BPS, sex ratio sendiri sejak tahun 1971 hingga
tahun 2010 cenderung meningkat. Tahun 1971 angka sex ratio berada pada angka
98.82, meningkat menjadi 100.6 di tahun 2000, dan berdasar sensus penduduk di
tahun 2010 mencapai nilai tertinggi yaitu di angka 101.40. Sex ratio yang ada pada
data tersebut merupakan sex ratio penduduk secara keseluruhan, tanpa
membedakan usia produktif maupun non produktif.
2. Tingkat Pendidikan
Bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan baik jika sumber daya
manusianya juga memiliki kualitas yang tinggi dan berketerampilan. Penduduk
dalam jumlah besar namun daya saing dan daya dukung dalam produktivitas serta
keahlian rendah justru bukan menjadi modal pembangunan namun malah menjadi
beban pemerintah dan negara. Ukuran kuantitatif yang sering digunakan dalam
melihat seberapa tinggi kualitas yang dimiliki oleh penduduk suatu negara adalah
pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk, dan rata-rata lamanya
sekolah sebagai ukuran kasar.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2010, penduduk berumur 15
tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan
lapangan usaha utamanya paling tinggi berada pada kategori SD/M, yaitu 35.59%.
Ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kualitas penduduk usia produktif di
Indonesia. Selain itu, rata-rata lama bersekolah penduduk Indonesia hanya berkisar
pada angka 8,3 tahun (belum lulus SMP). Padahal, sudah sejak lama pemerintah
Indonesia mencanangkan program wajib belajar 9 tahun. Pendidikan tinggi adalah
hal yang mutlak ada jika ingin memiliki potensi penduduk produktif yang
berkualitas.
Agar bonus demografi dapat menjadi window of opportunity, maka
pemerintah harus berupaya keras meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan
serta menyediakan sarana dan prasarana bagi penduduk-penduduk usia muda
sekarang ini (0 – 15 tahun) yang akan menjadi penduduk produktif pada puncak
bonus demografi nanti.
3. Proyeksi Penduduk Usia Produktif pada Puncak Bonus Demografi
BPS telah memerkirakan bahwa angka dependency ratio Indonesia akan
berada di titik terendah yaitu pada rentang waktu di tahun 2020 hingga tahun
5
2030. Artinya, masa puncak bonus demografi akan dirasakan paling cepat pada
rentang waktu 5 hingga 15 tahun lagi.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik, pada tahun 2025 sebagai pertengahan periode puncak bonus demografi
di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia akan berada pada angka 284,315 juta
jiwa dengan sex ratio sebesar 100,6811 dan angka dependency ratio sebesar 45,7
yang merupakan angka dependency ratio minimum dalam rentang waktu tahun
2020 hingg 2030.
Tahun
4. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam
kaitannya dengan usaha pemanfaatan fenomena bonus demografi. Lonjakan
jumlah penduduk usia produktif ini tentunya memerlukan suatu wadah untuk
menyalurkan bakat dan keahlian yang dimilikinya.
Bakat dan keahlian yang mereka miliki ini tentulah ada harganya, dan
lapangan pekerjaan adalah wadah yang dapat membayar keahlian mereka
tersebut. Dengan bekerja, masalah kesejahteraan penduduk pun kelak akan
teratasi karena perekonomian akan berjalan stabil. Apabila lapangan pekerjaan
yang tersedia tidak dapat menampung lonjakan penduduk usia produktif
tersebut, dapat dibayangkan bencana apa yang akan terjadi. Tentunya keahlian
yang mereka miliki akan terbuang sia-sia, pengangguran di mana-mana,
kriminalitas meningkat demi memenuhi kebutuhan hidup, roda perekonomian
terganggu, dan puncaknya, kesejahteraan masyarakat tidak dapat
dipertahankan.
Hal inilah yang sangat ingin kita hindari, oleh karenanya penyediaan
lapangan pekerjaan yangmencukupi dan merata di seluruh wilayah sangat
diperlukan. Penyediaan lapangan kerja yang merata dibutuhkan guna
mencegah terjadinya over population yang terkonsentrasi di suatu wilayah saja
sehingga pembangunan maju di wilayah tersebut dan tertinggal di wilayah
lainnya.
Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi faktor yang
berkaitan dengan pemanfaatan peluang bonus demografi agar tidak menjadi bencana.
Namun begitu, penddikan dan lapangan pekerjaan menjadi faktor terpenting agar para
penduduk usia produktif dapat menjalankan perannya dengan baik sebagai modal dasar
6
pembangunan. Jika pengelolaannya baik, boleh jadi bonus demografi merupakan momentum
penggerak roda perekonomian negara di mana setiap mereka yang berusia produktif mulai
berkarya dan menunjukkan taringnya.
Puncak bonus demografi di Indonesia memang belum terjadi. Namun hal itu akan
terjadi dalam kurun waktu 5-25 tahun ke depan. Itu bukanlah waktu yang lama, sehingga
diharapkan kita mulai mempersiapkan diri sejak dini untuk menyambut datangnya fenomena
tersebut. Sambut bonus demografi dengan tangan terbuka dan bersiaplah sekarang atau
tidak sama sekali.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan singkat mengenai bonus demografi Indonesia pada makalah ini,
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bonus demografi adalah keadaan di mana penduduk usia produktif memiliki jumlah
yang jauh lebih banyak daripada penduduk usia non produktif. Bonus demografi tidak
mutlak suatu keuntungan (window of opportunity) bagi suatu negara. Apabila dengan
persiapan yang kurang, bonus demografi tersebut malah akan menjadi bencana
(window of disaster).
2. Bonus demografi yang terjadi di Indonesia adalah berkat adanya keberhasilan dalam
menekan angka fertilitas. Penurunan angka fertilitas terjadi salah satunya karena
keberhasilan program KB.
3. Estimasi level terendah dependency ratio Indonesia adalah kisaran 0,45 yang terjadi
antara tahun 2028-2031. Periode waktu ini adalah yang disebut dengan (window of
opportunity), namun bila tidak dimanfaatkan secara maksimal maka dalam periode
waktu tersebut akan terjadi kegagalan pemanfaatan (window of disaster) yang dapat
menimbulkan efek sosial yang buruk bagi Indonesia.
4. Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan Bonus Demografi yang dapat menjadi
jendela peluang (window of opportunity) bagi pembangunan di Indonesia, yaitu sex
ratio, tingkat pendidikan, dan proyeksi penduduk usia produktif pada puncak bonus
demografi.
5. Sex ratio yang berada di angka lebih dari 100 (laki-laki lebih banyak dari perempuan),
dapat menjadi salah satu indikator yang memicu besarnya produktivitas.
6. Tingkat pendidikan yang baik adalah faktor yang diperlukan untuk membangun
penduduk usia produktif agar berkualitas dan berketerampilan, sehingga mendukung
produktivitas ketika terjadi bonus demografi.
7. Hasil proyeksi penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, dapat menjadi
acuan yang baik bagi pemerintah untuk mempersiapkan penduduk usia prodiktif dalam
menghadapi bonus demografi.
5.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
7
Pemerintah perlu meyadari bahwa bonus demografi yang terjadi bagi Indonesia
merupakan momen penting yang harus dimanfaatkan secara maksimal sehingga
menjadi keuntungan bagi Indonesia (window of opportunity).
Pemerintah perlu mempersiapkan bonus demografi ini dengan menyediakan sarana
pendidikan yang berkualitas agar dapat menciptakan penduduk usia kerja yang
berkualitas dan memiliki daya saing tinggi sehingga dapat meningkatkan
produktivitas.
Selain pendidikan, pemerintah perlu mempersiapkan lapangan pekerjaan yang
cukup untuk menampung penduduk angkatan kerja yang “membanjir” sehingga
dapat mendukung perekonomian Indonesia.
Pemerintah perlu mempertimbangkan data-data yang dikeluarkan BPS dalam
mengambil keputusan terutama yang berkaitan dengan bonus demografi sehingga
keputusan yang diambil dapat tepat sasaran.
2. Bagi Penduduk Usia Muda
Penduduk usia muda harus mulai sadar dengan status sebagai penduduk yang
memiliki peran penting dalam menggerakan perekonomia dengan sumber daya dan
kreativitas yang dimiliki khusnya ketika periode bonus demografi. Penduduk usia
muda juga harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat meningkatkan
daya saing dan produktivitas.
6. Daftar Pustaka
chnrl.org/pelatihan-demografi/Profil-Kependudukan-dan-Pembangunan-di-Indonesia-Tahun-
2013.pdf
file.persagi.org/share/3%20Fasli%20Jalal%20-%20Gizi%20&%20Bonus%20Demografi.pdf
indexmundi.com/facts/indonesia/age-dependency-ratio
sangihekab.bps.go.id/?hal=kegiatan_detil&id=3
wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2012/05/02/000020953_201
20502161116/Rendered/PDF/684550ESW0P11900Urbanization0shifts.pdf